Anda di halaman 1dari 12

Sgd 4.

4 LBM 2

Kata sulit

Pertanyaan
1.Apa saja indikasi dilakukanya pencabutan gigi? hana ▶️sarah
JAWAB : Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari pencabutan
gigi.
a. Karies yang parah 14
Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter
gigi dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.
b. Nekrosis pulpa 14
Adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan
untuk perawatan endodontik, perawatan endodontik yang telah
dilakukan ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga
diindikasikan untuk pencabutan.
c. Penyakit periodontal yang parah 14
Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa
waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan
mobilitas gigi yang irreversible. Dalam situasi seperti ini, gigi yang
mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.
d. Alasan orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering
membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk
keselarasan gigi. Gigi
yang paling sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan
bawah, tetapi pre-molar kedua dan gigi insisivus juga kadang –
kadang memerlukan pencabutan dengan alasan yang sama.
e. Gigi yang mengalami malposisi
Jika malposisi gigi menyebabkan trauma jaringan lunak dan tidak
dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus
diekstraksi.
f. Gigi yang retak
Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi, bahkan prosedur
restorative endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa
sakit akibat gigi yang retak tersebut.
g. Pra-prostetik ekstraksi
Terkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari
peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian
lepasan atau gigi tiruan cekat sehingga perlu dicabut.
h. Gigi impaksi 14
Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan
pencabutan. Jika terdapat sebagian gigi yang impaksi maka oklusi
fungsional tidak akan optimal karena ruang yang tidak memadai,
maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi impaksi tersebut.
Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat
kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang
penuh pada pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada pasien
usia lanjut, maka gigi
impaksi tersebut dapat dibiarkan.
i. Supernumary gigi 14
Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi
yang harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi
dan memiliki potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.
j. Gigi yang terkait dengan lesi patologis 14
Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan
pencabutan. Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan
terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi
dengan operasi lengkap pengangkatan lesi, gigi tersebut harus
dicabut.
k. Terapi pra-radiasi 14
Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus
memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan
pencabutan.
l. Gigi yang mengalami fraktur rahang 14
Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur
dapat dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan
mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.
m. Estetik
Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.
Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetrasiklin
atau fluorosis, atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat
menonjol.n. - Ekonomis 14
Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan di atas dapat
menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial
untuk mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut.
Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur tersebut
memungkinkan untuk dilakukan pencabutan gigi.Kegagalan mencabut
gigi dengan tang atau elevator
Tang dan elevator harus diletakkan dan sebab kesulitan segera dicari
jika terjadi kegagalan pencabutan dengan instrument tersebut.
Perdarahan selama pencabutan Sering pada pasien dengan
penyakit hati, misalnya seorang alkoholik yang menderita sirosis,
pasien yang menerima terapi antikoagulan, pasien yang minum
aspirin dosis tinggi atau NSAID lain sedangkan pasien dengan
gangguan pembekuan darah yang tidak terdiagnosis sangat jarang.
Komplikasi ini dapat dicegah dengan cara menghindari perlukaan
pada pembuluh darah dan melakukan tekanan dan klem jika terjadi
perdarahan.
 Karies berat
 Penyakit periodontal yang tidak bisa diatasi dengan obat
 Nekrosis pulpa
 Impaksi
 Supernumeri
 Persistensi gigi
 Abrasi dan atrisi gigi yang luas
 Trauma pada gigi sehingga gigi tidak dapat dipertahanka
 Keperluan ortodontik dan prostetik
 Pre radiasi
 Gigi yang berkaitan dengan patologis

Indikasi pencabutan gigi menurut Balaji (2007) adalah


 Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth atau crowding teeth. Keadaan ini
dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen.
 Penyakit periodontal yang parah, apabila terdapat poket periodontal yang meluas ke
apeks gigi, atau yang menyebabkan gigi goyang.
 Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal.
 Gigi dengan karies yang dalam dan tidak dapat dipertahankan dengan restorasi.
 Gigi yang terletak pada garis fraktur, gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi
rahang yang mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat menghalangi
penyembuhan fraktur.
 Gigi impaksi, gigi ini harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan misalnya
pada hidung, kepala, TMJ, atau rasa sakit pada wajah.
 Pasien yang ingin dirawat ortodontik
 Pasien yang ingin dibuat protesa
 Sisa akar

2.Apa saja Macam komplikasi dari dilakukanya pencabutan gigi ? Dimas ▶️selma
JAWAB : Komplikasi Pasca Pencabutan Gigi
Komplikasi digolongkan menjadi intraoperatif, segera setelah pencabutan gigi
dan jauh setelah pencabutan gigi.
a. Komplikasi Selama Ekstraksi Gigi
1) Kegagalan Pemberian Anestesi
Hal ini biasanya berhubungan dengan teknik yang salah atau dosis
obat anestesi yang tidak cukup.
b. Komplikasi Segera Setelah Ekstraksi Gigi
Komplikasi yang mungkin terjadi segera setelah ekstraksi gigi
dilakukan antara lain :
1) Perdarahan
Perdarahan ringan dari alveolar adalah normal apabila terjadi pada
12-24 jam pertama sesudah pencabutan atau pembedahan gigi.
Penekanan oklusal dengan menggunakan kasa adalah jalan
terbaik untuk mengontrolnya dan dapat merangsang pembentukan
bekuan darah yang stabil. Perdarahan bisa diatasi dengan tampon
(terbentuknya tekanan ekstravaskuler lokal dari tampon),
pembekuan, atau keduanya.
2) Rasa sakit
Rasa sakit pada awal pencabutan gigi, terutama sesudah
pembedahan untuk gigi erupsi maupun impaksi, dapat sangat
mengganggu. Orang dewasa sebaiknya mulai meminum obat
pengontrol rasa sakit sesudah makan tetapi sebelum timbulnya
rasa sakit.
3) Edema
Edema adalah reaksi individual, yaitu trauma yang besarnya sama,
tidak selalu mengakibatkan derajat pembengkakan yang sama.
Usaha – usaha untuk mengontrol edema mencakup termal (dingin),
fisik (penekanan), dan obat – obatan
c. Komplikasi Jauh Sesudah Ekstraksi Gigi
1) Alveolitis
Komplikasi yang paling sering, paling menakutkan dan paling sakit
sesudah pencabutan gigi adalah dry socket atau alveolitis ( osteitis
alveolar).
2) Infeksi
Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu
perikoronitis atau abses, dapat mengganggu proses pembedahan.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi yang termanifestasi
sebagai miositis kronis. Terapi antibiotik dan berkumur dengan
larutan saline diperlukan jika terbukti ada infeksi yaitu adanya
pembengkakan, nyeri, demam, dan lemas
----------------------------------------------------------------------------------------
a. Alveolar Osteitis
Alveolar osteitis atau bisa disebut dengan fibrinolitik alveolitis,
osteomielitis terlokalisasi, alveolitis post operatif dan dry socket. Untuk
yang istilah dry socket ini lebih sering digunakan dibandingkan dengan
istilah lainnya. Ciri-ciri dari alveolar osteitis ini yaitu tulang alveolaris yang
kosong mengalami kaku dan nyeri pasca pencabutan gigi disertai
disintegrasi blood clot sebagian maupun total dengan atau tanpa halitosis.
Nyeri nya berlokasi di daerah ekstraksi dan bisa juga menyebar ke telinga
sampai mata sebelah temporal.
Onset terjadinya alveolar osteitis ini kisaran dari hari 1-3 pasca
pencabutan gigi.
b. Infeksi Alveolaris Akut
Kondisi dimana terdapatnya supurasi pada gingiva dengan berbagai
derajat keparahan, mulai dari ulserasi ringan pada membran mukosa di
antara celah gigi dengan ginggiva sampai dengan destruksi total tulang
alveolaris dan periosteum.
Indikator dari infeksi alveolaris akut biasanya nyeri pada lokasi
pencabutan gigi, adanya pembengkakan yg terlokalisir, edema terlokalisir
dan supurasi. Kalo untuk yang supurasi ini merupakan penyebab tersering
terjadinya halitosis.

3. Mengapa luka setelah seminggu pasca pencabutan masih terbuka dan berwarna keabu-
abuan serta masih terasa sakit ? larissa ▶️
JAWAB :
4. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi post exodonsi?
Dhila >
JAWAB :
Beberapa faktor resiko yang biasanya menjadi penyebab komplikasi
pencabutan gigi antara lain penyakit sistemik, umur pasien, keadaan akar
gigi, dan adanya gangguan pada sendi temporomandibula
Komplikasi akibat pencabutan gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan
bervariasi pula dalam hal yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan
menjadi intraoperatif, segera sesudah pencabutan dan jauh setelah
pencabutan. Komplikasi yang sering ditemui pada pencabutan gigi antara lain
perdarahan, pembengkakan, rasa sakit, dry socket, fraktur, dan dislokasi
mandibula.
 Lande Randy, Billy J. Kepel, Krista V. Siagian. 2015. Gambaran Faktor Risiko
dan Komplikasi Pencabutan Gigi di Rsgm Pspdg-Fk Unsrat.Jurnal e-GiGi (eG).
3( 2)
Faktor Risiko Komplikasi
Komplikasi pasca pencabutan gigi tidak hanya disebabkan satu hal,
melainkan bersifat multifaktorial. Ada beberapa faktor yg dapat menyebabkan
proses penyembuhan luka pasca pencabutan gigi nya terganggu dan
prosesnya menjadi lama. Disini ada beberapa faktor risiko yg mempengaruhi
terjadinya komplikasi pasca pencabutan gigi, diantaranya:
1) Usia
Untuk usia yang lebih dari 25-26 tahun pencabutan gigi nya menjadi
lebih sulit dan lebih traumatik dikarenakan terjadinya mineralisasi tulang
dan celah ligamen periodonsium dan atau folikuler nya tu mengecil atau
menghilang. Kalo udah di usia tua juga terjadi penurunan kecepatan
reepitelisasi, sintesis kolagen dan angiogenesis. Sehingga dari situ bisa
memperlambat proses penyembuhan, meningkatkan morbiditas dan
risiko komplikasi juga.
2) Mikroorganisme pada mulut
Mikroorganisme ini tu menyebabkan infeksi pada daerah yang
mengalami luka sehingga nantinya terjadi pemanjangan fase inflamasi
pada proses penyembuhan.
3) Merokok
Nah seperti yg ada pada skenario bahwasanya di pasien ini juga
seorang perokok berat yang mana apabila setelah dilakukannya
pencabutan pada gigi 27 nya itu nantinya akan menyebabkan
terganggunya integrasi jaringan dan memperlambat penyembuhan luka
sehingga meningkatkan risiko komplikasi.
4) Penyakit kardiovaskuler
Dari penyakit kardiovaskuler ini bisa menyebabkan gangguan aliran
darah dan penurunan perfusi jaringan. Salah satunya atero sklerosis yg
merupakan penyebab tersering.
5) Obat Antikoagulan
Obat antikoagulan tu juga bisa mempengaruhi blood clot sehingga akan
memperlambat proses penyembuhan luka, meningkatkan risiko infeksi,
meningkatkan kejadian hematom
6) Penyalahgunaan antibiotik ini dapat menyebabkan flora normal tu mati
dan bakteri jahat menjadi resisten terhadap antibiotik. Resistensi bakteri
inilah akan meningkatkan angka kejadian infeksi yang lebih berat baik di
rumah sakit maupun di komunitas. Sehingga memperlambat proses
penyembuhan dan peningkatan komplikasi.
7) Tingkat kesulitan selama proses pencabutan gigi.
8) Tingkat trauma akibat proses pencabutan gigi.
9) Akar atau fragmen gigi yang tertinggal pada lokasi pencabutan gigi.
10) Terlalu banyak mengirigasi atau mengkuretase tulang alveolaris.
11) Gangguan pembentukan bekuan darah, baik secara fisik maupun
mekanik (manipulasi atau menciptakan tekanan negatif dalam mulut
seperti menghisap).

5. apa yang perlu dipertimbangkan sebelum dan sesudah melakukan tindakan exodonsi ?
selma ▶️Dimas
JAWAB : Mungkin dari yg teman” tanyakan tadi cukup banyak kata” exodontia,
apa sih exodontia?. Nah jadi yg dimaksud dengan exodontia itu adalah ilmu
yg mempelajari mengenai pencabutan gigi yang baik dan benar yg mana
dalam prosedurnya itu aman, tanpa rasa sakit yg disertai penanggulangan
dari komplikasi baik sebelum, saat, dan sesudah dilakukannya tindakan
Hal pertama sebelum melakukan tindakan exodontia itu, dokter gigi perlu
mengetahui riwayat medis pasien berupa iwayat alergi. pengobatan yang
sedang dilakukan, riwayat cabut gigi sebelumnya, dan kemungkinan reaksi
anestesi yang pernah dialami sebelumnya. Nah sehingga dari sini saat
dilakukannya tindakan exodontia bisa dilakukan dengan aman

Selain itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pencabutan gigi,
diantaranya:
- Anatomi gigi menentukan jens alat pencabutan, gerakan pencabutan, dan
posisi pencabutannya
- Anestesi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit
- Jumlah gigi yang dicabut dalam satu kunjungan
- Tidak menggunakan tenaga yg besar
- Pemeriksaan kembali elemen gigi yang baru dicabut

Untuk indikasi dari exodontia pada gigi permanen tidak sama dengan gigi
decidui. Kalo untuk yg gigi permanen itu dilakukan karena berbagai sebab
antara lain:
1) Gigi yang berlubang besar sehingga tidak dapat ditambal lagi dan tidak
dapat dilakukan perawatan endodontik, misalnya pada gigi dengan akar
bengkok, ataupun saluran akar buntu
2) Gigi yg sangat goyah karena resorbsi tulang alveolar misalnya pada atropi
senilis, patologis, maupun trauma
3) Gigi dengan supernumerery dimana gigi tumbuh berlebih dan tidak
normal
4) Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan menjadi patologis karena
hilangnya pembuluh darah dan jaringan ikat, sehingga kondisi ini
membuat akar gigi tidak vital

Berbeda dengan indikasi tindakan exodontia pada gigi decidui


1) Gigi yg menghambat pertumbuhan gigi lainnya
2) Gigi yg persistensi, dimana gigi sulung tidak tanggal pada waktunya
sehingga menyebabkan gigi permanen terhambat pertumbuhannya’
3) Gigi decidui dengan karies besar sehingga gigi menjadi non vital
4) Gigi decidui yg akarnya menyebabkan ulkus decubitus

INDIKASI
Gigi sangat penting untuk proses mastikasi, fonasi dan estetika sehingga
kesehatan gigi dibutuhkan untuk mempertahankan gigi agar dapat sesuai
dengan fungsinya. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kualitas hidup
berdasarkan biologi, psikologis dan sosial. Oleh karena itu, pencabutan gigi
harus berdasarkan indikasi yang kuat. Beberapa indikasi pencabutan gigi,
yaitu:
1) Karies berat
2) Penyakit periodontal yang tidak bisa diatasi dengan obat
3) Nekrosis pulpa
4) Impaksi
5) Supernumeri
6) Persistensi gigi
7) Abrasi dan atrisi gigi yang luas
8) Trauma pada gigi sehingga gigi tidak dapat dipertahankan
9) Keperluan ortodontik dan prostetik
10) Pre radiasi
11) Gigi yang berkaitan dengan lesi patologi

------------------------------------------------------------------------------------------------
Indikasi gigi yang perlu dilakukan ekstraksi antara lain adalah karies gigi yang
sudah melibatkan jaringan pulpa dan hanya menyisakan sedikit jaringan sehat
sehingga tidak bisa dipertahankan, penyakit periodontal dengan keparahan
menyebabkan resopsi tulang sehingga terjadi mobilitas gigi, ekstraksi karena
alasan ortodontik yang memerlukan ruang sehingga dilakukan pencabutan
untuk mendapatkan ruang, kemudian keadaan lain seperti gigi mengalami
malposisi dehingga menyebabkan trauma pada jaringan lunak sekitar,
selanjutnya gigi yang mengalami fraktur parah, terakhir adalah untuk alasan
mouth preparation sebelum perawatan prostodontik
------------------------------------------------------------------------------------------------

1) POSISI PASIEN PENCABUTAN GIGI


RAHANG ATAS
- Kepala pasien setinggi bahu operator.
- RA tidak terlalu tengadah, oklusal plan RA membentuk 45o
terhadap lantai.
- Wajah pasien menghadap ke kanan waktu pencabutan kiri, dan
- sebaliknya.
RAHANG BAWAH
- Bahu pasien setinggi siku operator
- Oklusal plan RB sejajar dengan lantai
- Wajah pasien menghadap ke kanan waktu pencabutan kiri, dan
sebaliknya.
POSISI OPERATOR
- Operator di depan kanan, saat pencabutan RA dan RB kiri.
- Operator di belakang kanan, saat pencabutan gigi RB kanan
2) Pemilihan alat pencabutan gigi sangat penting dalam proses
pencabutan.

-----------------------------------------------------------------------------------------
Pasien yang melakukan ekstraksi gigi, setelah pencabutan sebaiknya
diberikan edukasi. Edukasi yang diberikan dapat berisi tindakan – tindakan
yang perlu dilakukan dan perlu dihindari setelah pencabutan gigi. 16 Edukasi
yang diberikan kepada pasien setelah ekstraksi gigi antara lain :
1) Menggigit kapas atau tampon selama 30 menit sesudah
2) pencabutan gigi.
3) Jangan minum dan makan apapun selama 2 jam segera setelah ekstraksi
gigi.
4) Lakukan kompres dengan air es.
5) Lakukan sikat gigi seperti biasa namun sementara menghindari daerah
luka.
6) Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan yaitu dengan diganjal satu atau
dua bantal tambahan.
7) Menaati anjuran dan resep yang diberikan oleh dokter.
8) Jangan mengunyah permen karet dan mengisap daerah bekas
pencabutan gigi.
9) Jangan meludah.
10)Jangan berkumur selama 24 jam pertama.
11)Jangan minum alkohol
12)Jangan memberikan rangsangan panas pada daerah pencabutan.
13)Istirahatlah yang cukup

6. bagaiamana perawatan yg dilakukan dokter pada skeanario tersebut? sarah ▶️Surya


 JAWAB : Membersihkan area bekas pencabutan gigi dari sisa-sisa makanan untuk

mengurangi rasa sakit maupun risiko infeksi. 


 Menutup area dry socket dengan kasa yang telah dibasahi dengan gel guna
mengurangi rasa nyeri. Dokter gigi Anda akan mengajarkan cara melakukannya pada
Anda agar Anda bisa mengganti kasa di rumah.

 Memberikan obat penghilang rasa sakit, seperti ibuprofen dan aspirin.

 Menempelkan kompres dingin. Langkah ini juga berfungsi untuk meredakan nyeri. 

 Membersihkan dry socket dengan larutan saline atau obat kumur.

 Menggosok gigi secara perlahan-lahan.

 Berhenti mengunyah tembakau maupun merokok.

 Banyak minum air putih.

 Menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi area dry socket,
miisalnya minuman bersoda.

 Jangan minum menggunakan sedotan.

Prosedur ekstraksi gigi dibagi menjadi 3 yaitu preoperatif, perioperatif dan


postoperatif. Langkah yang dilakukan pada prosedur preoperatif adalah
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, serta mengatur posisi
operator dan posisi pasien sesuai dengan gigi yang akan dilakukan
pencabutan [8]. Posisi ergonomis juga perlu diperhatikan untuk kenyamanan
operator yaitu, saat melakukan ekstraksi pada regio 1,2 dan 3 menggunakan
posisi arah jam 6-9, dan untuk regio 4 arah operator pada arah jam 9-12.
Posisi pasien pada saat dilakukan ekstraksi rahang atas adalah semisupine
dan untuk ekstraksi rahang bawah posisi pasien tegak[9]. Prosedur
perioperatif atau persiapan pada tahap ini operator menggunakan alat yang
sesuai untuk melakukan ekstraksi dengan cara memegang menggunakan
tangan yang tidak menjadi tumpuan menggunakan teknik pinch grasp, dan
untuk mengontrol jaringan lunak pipi, lidah, dan bibir, serta membantu
menstabilkan kepala pasien pada saat dilakukan ekstraksi gigi rahang atas
dan stabilisasi yang tepat. Selanjutnya adalah prosedur pencabutan atau
ekstraksi yang merupakan postoperatif. Pada prosedur ini dokter gigi
memberikan resep obat pada pasien sesuai dengan kebutuhan pasien dan
pasien juga diberikan instruksi dan edukasi terkait prosedur pencabutan
Tindakan pencabutan juga tidak terlepas dari pemberian anestesi
dimana, anestesi yang diberikan dalam prosedur ekstraksi sederhana dapat
berupa anestesi lokal atau anestesi umum.
Terdapat 3 teknik anestesi lokal antara lain adalah (1) anestesi topikal
diaplikasikan pada daerah membran mukosa untuk memberikan efek baal
pada ujung-ujung saraf superfisial dengan kedalaman anestesi 2-3mm.
Terdapat 4 sediaan anestesi lokal yaitu spray, salep, oinment dan etil klorida.
(2) Anestesi infiltrasi yang diaplikasikan dengan cara mendeponir daerah
serabut terminal saraf yang akan terinfiltrasi pada daerah yang terlokalisir.
Teknik infiltrasi submukosa, infiltrasi suprapeiosteal, infiltrasi subperiosteal,
infiltrasi intraosseus, infiltrasi intraligament dan infiltrasi instraseptal. (3)
Anestesi blok dimana pada teknik ini terjadi pemblokiran seluruh impuls dan
menimbulkan rasa kebal pada daerah yang dilakukan anestesi.
Anestesi Lokal
1) Anestesi lokal dilakukan dengan memblokir sensasi atau rasa sakit pada
area tubuh yang akan dioperasi.
2) Jenis anestesi ini tidak mempengaruhi kesadaran, sehingga pasien akan
tetap sadar selama menjalani operasi atau prosedur medis.
3) Anestesi lokal dapat diberikan dengan cara disuntik, disemprot atau
dioleskan ke kulit maupun jaringan lunak yang akan dilakukan tindakan.
Anestesi General
1) Anestesi general merupakan prosedure pembiusan yang membuat
pasien menjadi tidak sadar selama proses tindakan berlangsung.
2) Anestesi jenis ini sering digunakan untuk operasi besar.
3) Anestesi ini diberikan melalui dua cara, yaitu melalui gas untuk dihirup
(inhalasi) dan obat yang disuntikan ke dalam pembuluh darah
(intravena).

7. Bagaimana prosedur pencabutan yang baik agar tidak menimbulkan terjadinya komplikasi
seperti skenario diatas ? Natasya ▶️larisa
JAWAB :
1.Mintalah pasien berkumur
2.Posisikan dental chair senyaman mungkin bagi penderita, atur tinggi rendahnya . Atur head
rest dan back rest.
3.Mintalah pasien untuk membuka mulutnya . Untuk menentukan regio gigi
Teknik sederhana dilakukan dengan menggunakan elevator atau tang ekstraktor untuk
memegang gigi yang melekat pada jaringan lunak, kemudian gigi digoyangkan dan
dikeluarkan dari dalam soket tulang alveolaris. Sedangkan pada teknik pembedahan terlebih
dahulu dilakukan pembuatan flep, dilanjutkan dengan pembuangan tulang di sekitar gigi,
kemudian gigi digoyangkan dan dikeluarkan dari soket tulang alveolaris dan terakhir
dilakukan penjahitan pada flep ke tempat semula. Setelah selesai dilakukan pencabutan gigi,
baik dengan teknik sederhana maupun teknik pembedahan, pasien diminta untuk menggigit
gulungan kapas yang ditaruh di atas soket tempat pencabutan gigi
8. Bagaimana hubungan nyeri pada pasien dengan adanya demam? Surya▶️
JAWAB : Rasa sakit pasca ektraksi dapat disebabkan oleh ekstraksi gigi yang
tidak sempurna, laserasi jaringan lunak, tulang yang terpapar, soket
yangterinfeksi atau kerusakan saraf yang berdekatan. Selain itu, rasa nyeri
dapat disebabkan juga oleh trauma pada jaringan keras mungkin berasal dari
tulang yang terluka selama instrumentasi atau bur yang terlalu panas selama
pengambilan tulang.

Anda mungkin juga menyukai