A. Definisi Kegawatdaruratan
1. Sakit gigi
Nyeri pulpa adalah nyeri yang spontan, kuat, sering berdenyut dan dipicu
oleh suhu, dan masih terasa beberapa saat setelah penyebabnya dihilangkan.
Lokalisasinya pada tempat yang buruk dan nyeri cenderung menjalar ke telinga,
pelipis, atau pipi. Nyeri ini dapat hilang spontan, namun pasien tetap harus
diarahkan untuk menemui dokter gigi, karena dapat terjadi nekrosis pulpa dan
dapat terjadi periodontitis apikalis akut (abses gigi). Perawatan endodontik
(perawatan saluran akar) atau pencabutan gigi mungkin dibutuhkan.
Gambar 2. Abses gigi kronik (gumboil) pada gusi yang bersangkutan, dalam
kasus ini berhubungan dengan gigi molar yang mengalami kerusakan.
2. Perdarahan
1) Trauma
3) Kehilangan Darah
Perdarahan yang menetap atau hebat (biasanya pada pasien dengan
kecenderunganperdarahan)
4) Lain lain
Diabetes yang tidak terkontrol
3. Komplikasi Bedah
a. Nyeri Pasca Pencabutan Gigi / Post Extraction
Beberapa kasus nyeri dan bengkak setelah ekstraksi gigi adalah biasa
terjadi namun akan hilang setelah beberapa jam. Parasetamol biasanya
memberikan efek analgesik yang cukup. Nyeri dari tindakan ekstraksi yang rumit
mungkin bertahan lebih lama dan harus dikontrol secara teratur dengan analgesik.
Jika nyeri menetap atau bertambah pasien harus kembali ke dokter gigi untuk
mencari penyebabnya (seperti dry socket atau fraktur rahang).
b. Infeksi
Gambar 3. Aktinomikosis
Aktinomikosis merupakan komplikasi jangka panjang yang jarang dari
ekstraksi atau fraktur rahang. Dan biasanya tampak sebagai pembengkakan kronis
yang keunguan. Hal ini mungkin mengindikasikan adanya penggunaan penicillin
selama 3 minggu.
c. Komplikasi Antral
d. Fistula Oroantral
Gambar 4. Fistula oroantral terjadi setelah pencabutan gigi molar atas. Dasar
antrum sering berbatasan dengan akar dari molar dan premolar rahang atas.
4. Fraktur Gigi
Trauma pada gigi susu mungkin tidak memerlukan perawatan darurat gigi.
Tetapi cidera yang tampaknya ringan dapat merusak gigi pengganti yang akan
menjadi gigi tetap. 30% kerusakan pada gigi permanen terjadi pada usia 15 tahun.
Fraktur pada enamel tidak memerlukan perawatan darurat. Tetapi tetap
memerlukan pengawasan. Kebanyakan cedera berat pada dentin harus dirawat
dengan segera karena dapat menimbulkan infeksi pulpa. Perawatan darurat seperti
menambal dengan material khusus pada dentin yang patah dan perawatan secara
cepat oleh dokter gigi harus dilakukan pada waktu yang bersaman atau paling
lambat pada keesokan harinya.
5. Gigi Avulsi
Avulsi pada gigi tetap anterior dapat ditanam kembali pada anak-anak,
khususnya apabila apex pada akar belum terbentuk dengan sempurna (dibawah 16
Tahun). Avulsi pada gigi susu tidak perlu ditanam kembali. Semakin muda usia
anak, maka penanaman kembali semakin cepat yaitu 15 menit dan lebih baik yaitu
98% dapat kembali normal dengan perawatan berkala.
Penanaman yang segera memberikan hasil yang terbaik. Jika gigi tersebut
terkontaminasi, cucilah dengan larutan air garam steril, dan apabila soket terisi
bekuan darah, hilangkan dengan irigasi larutan garam. Tanam kembali gigi
dengan benar sesuai permukaannya (pastikan bagian labial (cembung) menghadap
kedepan) dan secara manual tekan soketnya dan balut giginya. Anak tersebut
harus menemui dokter gigi dalam waktu 72 jam setelah kejadian.
Jika penanaman kembali tidak dapat dilakukan segera, taruh gigi pada
larutan isotonic seperti susu segar dingin yang terpasteurisasi, larutan garam atau
larutan lensa kontak. Atau bila anak cukup kooperatif, letakkan gigi pada sulcus
buccalis dan bawa ke dokter gigi dalam waktu 30 menit. Cairan yang tidak sesuai
dan merusak adalah air (terjadi karena pemaparan yang lama dan mengakibatkan
kerusakan keseimbangan isotonis), desinfektan, pemutih, dan jus buah.
Penggunaan larutan minyak doxycilin sebelum penanaman kembali oleh dokter
gigi dapat membantu pencegahan resorpsi akar di kemudian hari.Balut gigi selama
7-10 hari, tidak boleh menggigit pada gigi yang dibalut., diet harus lunak dan
lakukan perawatan kebersihan mulut yang baik.
6. Trauma Maxillofacial
a. Dislokasi atau subluksasi pada mandibula.
b. Fraktur Rahang
Hal ini biasanya tidak berhubungan dengan luka atau pendarahan lain yang
serius. Jika sympysis mengalami remuk, lidah dapat terdorong ke belakang dan
menyumbat jalan nafas, dan ini perlu dicegah. Fraktur sederhana yang tidak
bergeser dapat dirawat secara konservatif dengan diet lunak apabila gigi tidak
rusak. Jika fragmen bergeser, nyeri cenderung terjadi dan fiksasi dini merupakan
penatalaksanaan terbaik. Umumnya fraktur dapat ditangani dengan pembedahan
dan fiksasi dengan mini plate.
Le Fort III Seluruh maksila (suprazygomatic) dan satu atau lebih tulang
wajahterpisah dari kerangka craniofacial (terjadi pembengkakan
wajah masifdan kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung).
Gambar 7. Klasifikasi fraktur Le Fort
(Scully et al. Oxford Handbook of Dental Patient Care.
Oxford University Press, 1998)