Hal yang perlu dilakukan agar dapat menentukan diagnosis yang tepat dan akurat,
yaitu : (Weine, 1996; Walton ang Torabinejad, 2002)
– Riwayat Medis dan Gigi
– Pemeriksaan Subjektif
– Pemeriksaan Objektif
– Pemeriksaan Periodontium
– Pemeriksaan Radiografi
Treatment
Gigi di preparasi dan saluran akar harus dibersihkan kembali dan kemudian
ditutup. Pada kasus dengan pembengkakan, paling baik ditangani dengan drainase,
saluran akar harus dibersihkan dengan baik. Jika drainase melalui saluran akar
tidak mencukupi, maka dilakukan insisi pada jaringan yang lunak dan berfluktuasi.
Saluran akar harus dibiarkan terbuka dan lakukan debridemen, kemudian beri
pasta kalsium hidroksida dan tutup tambalan sementara. Sebaiknya diberi resep
antibiotik dan analgetik.
Terapi
Farmakoterapi
– Medikamen intrakanal
– Anestesi lokal
– Pengobatan sistemik
2. CRACKED TOOTH
Cracked tooth menunjukkan retak yang memisahkan mahkota gigi menjadi dua
bagian secaea tidak sempurna. Jika retakan dibiarkan menyebar secara
longitudinal, gigi tersebut akhirnya akan fracture (patah) menjadi dua potongan,
sehingga terjadi split tooth.
Diagnosis
Dalam kasus cracked tooth, sejarah pasien mungkin serupa dengan cracked cusp-
yaitu, sakit yang tajam saat pengunyahan dan kegagalan dokter gigi yang terus-
menerus dalam menentukan sumber rasa sakit. Seiring waktu, pasien mungkin
akan melaporkan bahwa dia pernah mengalami sakit yang tajam dan sensitivitas
yang tinggi terhadap rangsangan dingin, pasien tersebut juga akan melapor, pada
tahap selanjutnya, bahwa rasa sakitnya telah mereda. Pengamatan ini konsisten
terhadap pulpitis atau nekrosis pulpa, dimana mungkin saja akan mempengaruhi
gigi yang bermasalah seiring berjalannya waktu.
Manifestasi Klinis
– Bonding
– Cosmetic contouring
– Veneer
– Crowns
3. FRACTURED TOOTH
Selagi melakukan pemeriksaan pada gigi, perlu diingat bahwa gigi posterior orang
dewasa sering kali memiliki craze lines, biasanya terlihat melewati marginal ridge
dan memanjang pada permukan bukal dan lingual. Craze lines vertikal yang
panjang biasanya ditemukan pada gigi anterior, yang dimana mereka mengenai
enamel, namun tidak menyebabkan rasa sakit.
II. Fractured Cusp
Cusp yang retak ditandai dengan retak antara cusp dan sisa struktur gigi,
memungkinkan kelenturan mikroskopis saat pengunyahan. Retak ini biasanya tidak
melibatkan pulpa. Seiring berjalannya waktu, retak itu bias berkembang, akhirnya
menyebabkan cusp yang retak.
Diagnosis
– Riwayat Pasien
Dalam kasus cusp yang retak, riwayat pasien paling penting untuk membuat diagnosis.
Kemungkinan pasien mengeluh tentang rasa sakit saat mengunyah, tidak bisa
mengunyah di sisi tempat retakan terjadi. Pasien juga akan sering menyatakan bahwa
kondisinya sudah ada waktu yang relatif lama dan dokter gigi mereka tidak dapat
menemukan sumbernya atau mendapatkan informasi dari radiografi. Saat ditanya
apakah sakitnya tajam atau tumpul, pasien biasanya melaporkan rasa sakit yang tajam
yang membuat mereka segera berhenti mengunyah di sisi itu. Tantangan diagnostiknya
adalah mencoba untuk menentukan titik di mana gigi terlibat, pasien sering mengalami
kesulitan menentukan lokasi spesifik dari ketidaknyamanannya. Karena sakitnya berasal
dari pulpa, propiosepsi pasien mungkin tidak akurat, karena tidak ada ligamen
periodontal yang dilibatkan. Terkadang, rasa sakit saat mengunyah mungkin memancar
ke lokasi non dental pada sisi wajah yang sama.
– Tes Gigit
Cusp yang retak dapat di diagnosis, untuk sebagian besar, berdasar pada riwayat
pasien. Untuk menemukan gigi yang terkena, tes gigit harus dilakukan dengan
menggunakan Tooth Slooth (results, Profesional, Laguna Niguel, CA).
Manifestasi Klinis
Diartikan sebagai fraktur sempurna diinisiasi dari mahkota dan memanjang secara
subgingival, biasanya secara mesiodistal melewati margial ridge dan permukaan
proksimal. Fraktur terletak apda koronal dan memnjang dari mahkota ke akar
proksimal. Crack yang terletak di tengah akan memanjang secara apical. Split tooth
adalah evolusi dari cracked tooth, fraktur yang sekarang sempurna dan memanjang
dari permukan semua area. Tidak ada koneksi dari dentin, yang sekarang segmen
gigi benar-benar terpisah. Dapat terjadi begitu saja, tapi biasanya ini adalah hasil
dari jangka panjang cracked tooth.
V. Vertical Root Fracture
Vertical root fracture (VRF) merupakan sebuah fraktur yang menyeluruh atau tidak
menyeluruh yang berorientasi membujur (longitudinal) dimulai pada akar dengan
level dan biasanya diarahkan secara buccolingual. Menurut definisi, jenis fraktur
tidak timbul dari perambatan fraktur yang berasal dari mahkota. Definisi ini
memisahkan VRF dari split tooth (gigi yang retak), yang dimulai dengan retakan
pada mahkota yang merambat secara apikal sampai ke akar sebagai fraktur
longitudinal. Meskipun keduanya merupakan masalah besar pada fraktur
longitudinal, vertical root fracture seharusnya dibedakan dengan jelas dari split
tooth (gigi yang retak) dikarenakan penyebabnya, asal-usulnya, dan khas
permukaan fraktur yang pada dasarnya berbeda.
Diagnosis
Dalam sebuah kasus VRF, pasien mungkin mengeluhkan rasa sakit atau sensitivitas
yang diberikan pada gigi sebelahnya. Sensitivitas dan ketidaknyamanan sementara
dalam menguyah juga merupakan keluhan pada umumnya. Pembengkakan kadang
mungkin terjadi di daerah tersebut.
Manifestasi Klinis
– VRF mungkin timbul dari serangkaian faktor, beberapa di antaranya bersifat alami sedangkan
yang lainnya bersifat iatrogenik, timbul dari prosedur gigi seperti perawatan endodontik dan
prosedur restoratif yang mengikutinya. Prosedur gigi yang paling umum yang berkontribusi
pada fraktur akar vertikal adalah perawatan endodontic.
– Sebagian besar fraktur akar vertikal terjadi pada gigi yang diobati secara endodontik. VRF
biasanya tidak terjadi selama obturasi aktual saluran akar, namun terjadi lebih lama setelah
prosedur selesai.
– Etiologi VRF bersifat multifaktorial. Kemungkinan bahwa dengan adanya satu atau akumulasi
faktor predisposisi yang lebih banyak serta beban oklusal fungsional atau parafunctional yang
berulang selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun dalam hal pengembangan VRF .
Faktor predisposisi mungkin termasuk yang alami, seperti anatomi akar, atau iatrogenik, dan
seperti kekuatan berlebihan selama instrumentasi saluran akar, penghapusan struktur gigi
yang berlebihan, atau tekanan obturasi yang berlebihan.
Rencana Perawatan dan Terapi
Rencana perawatan untuk fraktur cusp tergantung dari struktur gigi yang tersisisa, dapat dilakukan
dengan membuang cusp yang terkena dan dilakukan restorasi (full crown atau onlay). Biasanya
root canal treatment digunakan jika sudah melibatkan ruang pulpa yang menyebabkan
irreversible pulpitis. Gigi fraktur dapat diobati dengan restorasi sederhana, endodontik, atau
bahkan ekstraksi, tergantung pada sejauh mana dan orientasi tingkat gejala fraktur, dan apakah
gejala dapat dihilangkan atau tidak. Salah satu treatment yang dapat dipredeksi adalah dengan
ekstraksi gigi. Dalam gigi yang memiliki jumlah akar lebih dari satu, dapat dilakukan amputasi akar
(root resection). Sedangkan Split teeth tidak dapat diselamatkan, tapi posisi dari crack dan
perpanjang dari crack dapat menentukan prognosis dan pengobatan. Jika frakturnya parah, gigi
harus diekstraksi. Jika fraktur tidak sampai jauh ke apical, biasanya segmen yang kecil ada
mobilitas. Maka kemungkian segmen yang kecil dapat dibuang. Jika gigi tersebut sukar dicabut,
maka teknik bedah trans alveolar diindikasikan untuk mengeluarkan gigi tersebut.