Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSERVASI GIGI II

DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN DAN TERAPI PADA FLARE UP,


CRACKED DAN FRACTURED TOOTH

KELOMPOK 3:
Seri Amaliyah Lubis (04031181621024)
Aisyah Nurmawati (04031181621069)
Sania Hana Sangi (04031181621070)
Ena Dwi Retnowati (04031281621026)
Annisa Anindya (04031281621027)
Ardelia Griselda Tjiawi (04031281621029)
Ajeng Qonitah Ramadhanty (04031281621031)
Jessi Miranda (04031281621032)
Angelina Natalia Ricardo (04031281621033)
Irfan Aulia (04031281621035)
Andi Muhammad Imam R. (04031281419033)
Nining Elsa Noviolin (04031381419045)
Nurul Ifadah (04031381419048)

Dosen Pengampu :
Drg. Listia Eka Merdekawati, Sp. KG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN DAN TERAPI PADA FLARE UP,
CRACKED DAN FRACTURED TOOTH

1.1 FLARE UP

1.1.1 Definisi
Endodontik flare-up merupakan sebuah acute exacerbation dari periradicular
pathosis setelah inisiasiatau melanjutkan perawatan saluran akar tanpa pembedahan.
Sedangkan, Interappointment flare-up merupakan sebuah keadaan yang benar-benar
darurat dan sangat parah sehingga diperlukan kunjungan dan perawatan pasien yang
tidak terjadwal. Meskipun dilakukan dengan bijaksana dan sangat hati-hati, rasa sakit,
pembengkakan ataupun keduanya mungkin saja terjadi. Seperti keadaan darurat yang
sering terjadi sebelum terapi saluran akar, keadaan darurat interappoinment juga
merupakan kejadian tidak diinginkan dan mengganggu serta sebaiknya diselesaikan
secepatnya.

1.1.2 Faktor Penyebab


Faktor umum yang dapat dikategorikan berhubungan dengan pasien (mencakup
diagnosis pulpa dan periapikal) atau prosedur perawatan. Faktor pasien mencakup
jenis kelamin (flare-up dilaporkan lebih sering terjadi pada perempuan) dan diagnosis
preoperative. Flare-up jarang terjadi pada pulpa gigi yang vital. Kasus ini lebih sering
terjadi pada gigi dengan nekrosis pulpa dan terutama terjadi pada pasien dengan
diagnosis periapikal baik pada symptomatic apical periodontitis ataupun pada acute
apucal abscess. Namun, jelas bahwa pasien yang mengalami flare-up lebih sering
mengalami rasa sakit preoperative dan pembengkakan .
Faktor perawatan juga dapat menyebabkan terjadinya flare-up seperti
overinstrumentation, mendorong debris untuk keluar dari apeks, atau menyelesaikan
terapi endodontik dalam satu kali kunjungan, preparasi yang melebihi ujung
apikal,mendorong debris pulpa dan dentin ke dalam area periapikal, overextension
bahan pengisi saluran akar, hyperocclusion, fraktur akar, dan faktor mikrobiologi.

1.1.3 Diagnosis
Sebelum mendiagnosis flare up, masalah awalnya sebaiknya telah didiagnosis
terlebih dahulu. Pendekatan secara step by step untuk mendiagnosis kondisi yang ada
diperlukan untuk mengurangi kebingungan dan kegagalan, yang terpenting ialah
menenangkan pasien yang telah terguncang oleh rasa sakit atau pembengkakan.
Setelah komplikasi yang mendasari diidentifikasi, perawatan segera dimulai.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan agar dapat menentukan diagnosis
yang tepat dan akurat, yaitu : (Weine, 1996; Walton ang Torabinejad, 2002)

a. Riwayat Medis dan Gigi


Sebelum memulai prosedur yang berkaitan dengan masalah yang harus
ditanggulangi segera, riwayat medis dan giginya harus ditinjau terlebih dahulu.
Riwayat gigi dapat dibuat lengkap atau seperlunya dulu yang meliputi
pengumpulan data prosedur gigi yang telah dilakukan, kronologis gejala.

b. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan
stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan
menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu
mastikasi atau ketika gigi berkontak dan jelas batasnya mungkin berasal dari
periaspeks. Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri
adalah spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah satu
gejala ini, besar kemungkinan terdapat kelainan yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar sumber
nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler.

c. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan dengan kaca
mulut dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi, mahkota
yang berubah warna, karies sekunder atau adanya fraktur. Tes periradikuler
membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi
palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan perkusi
ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak begitu
bermanfaat pada pasien yang sedang menderita sakit akut karena dapat
menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin, panas, elektrik
dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau nekrosis.
d. Pemeriksaan Periodontium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde periodontium
(periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik atau periodontik.
Abses periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses apikalis akut. Pada abses
periodontium lokal, pulpa biasanya masih vital dan terdapat poket yang
terdeteksi. Sebaliknya, abses apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis.
Abses-abses ini kadang-kadang berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus
menjadi dalam. Jika diagnosis bandingnya sukar ditentukan, tes kavitas mungkin
dapat membantu mengidentifikasi status pulpa.

e. Pemeriksaan Radiograf
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat
yang tepat, memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan
konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan,
penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat
pada gambar radiograf karena kepadatan tulang kortikal, struktur jaringan
sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula lesi yang terlihat pada film, ukuran
radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang sebenarnya.

1.1.4 Treatment

Ketika terjadi flare-up, cara mengatasinya adalah ,melalui 2 fase, yaitu:

a. Manajemen secara psikologis


Pasien sangat dimungkinkan akan terkejut dengan serangan nyeri atau
pembengkakan yang datang tiba-tiba. Pasien akan khawatir dan bahkan
berasumsi bahwa perawatan telah gagal dan diperlukan ekstraksi. Dokter gigi
harus menjelaskan bahwa flare-up memang dapat terjadi dan dapat dirawat
dengan baik. Hal terpenting selanjutnya ialah memulihkan kenyamanan pasien
dan merusak siklus rasa sakit. Anestesi lokal yang baik juga merupakan salah
satu hal yang penting dalam manajemen psikologis pasien.
b. Perawatan terlokalisir

1. Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Vital dan Debridemen


Sempurna

Kasus ini biasanya disebabkan oleh instrumentasi melebihi apeks


akar (overinstrumentasi) yang mengakibatkan adanya trauma pada
jaringan periapikal atau adanya debris yang terdorong ke dalam jaringan
periapikal dan iritasi kimiawi dari larutan irigasi atau medikamen
intrakanal. Saluran akar harus dibersihkan kembali secara hati-hati
dengan irigasi berulang kali. Sebuah cotton pellet kering diletakkan yang
kemudian diikuti dengan restorasi sementara. Flare-up tidak akan
tercegah dengan kortikosteroid, baik diberikan secara intrakanal atau
secara sistemis.

2. Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Vital dan Debridemen


Tidak Sempurna
Debridemen yang tidak sempurna akan meninggalkan jaringan
yang kemudian terinflamasi dan menjadi iritan utama. Panjang kerja
harus diperiksa ulang dan ditentukan kembali, kemudian saluran akar
dibersihkan hati-hati dan lakukan irigasi dengan larutan natrium
hipokhlorit yang banyak. Keringkan saluran akar dengan paper point
kemudian diisi pasta kalsium hidroksida lalu tambal sementara. Bila
perlu boleh diberi resep analgetik ringan atau sedang.

3. Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Nekrosis Tanpa


Pembengkakan
Abses terbatas pada tulang dan biasanya sangat nyeri. Pada
kunjugan kegawatdaruratan flare-up, prosedur perawatan yang sama
dilakukan. Gigi di preparasi dan saluran akar dibersihkan kembali dan
diirigasi dengan larutan natrium hipokhlorit. Saluran akar dikeringkan
dengan paper point, kemudian diisi bahan medikasi dengan pasta
kalsium hidroksida dan ditutup tambalan sementara. Setelah kunjungan
yang banyak, cenderung menjadi abses apikalis akut, pada kasus ini
harus dilakukan drainase melalui gigi. Drainase tersebut harus terus
dilakukan sampai selesai. Kemudian saluran akar diirigasi dengan
larutan natrium hipokhlorit. Setelah itu keringkan saluran akar, letakkan
pasta kalsium hidroksida dan tutup dengan tambalan sementara. Jika
tidak dilakukan drainase, saluran akar harus dibersihkan kembali,
diirigasi, dimedikasi, dan ditutup.

4. Penatalaksanaan Kasus-kasus yang Awalnya Nekrosis dengan


Pembengkakan
Gigi di preparasi dan saluran akar harus dibersihkan kembali dan
kemudian ditutup. Pada kasus dengan pembengkakan, paling baik
ditangani dengan drainase, saluran akar harus dibersihkan dengan baik.
Jika drainase melalui saluran akar tidak mencukupi, maka dilakukan
insisi pada jaringan yang lunak dan berfluktuasi. Saluran akar harus
dibiarkan terbuka dan lakukan debridemen, kemudian beri pasta
kalsium hidroksida dan tutup tambalan sementara. Sebaiknya diberi
resep antibiotik dan analgetik.

1.1.5 Terapi
A. Farmakoterapi
 Medikamen Intrakanal
Obat-obatan yang biasa digunakan umumnya berupa obat sistemik
atau lokal. Medikasi intrakanal golongan fenol yang biasa digunakan
adalah formokresol, CMCP, kresatin dan eugenol. Obat yang lain adalah
kombinasi steroid dan kalsium hidroksida, tetapi tidak satupun obat-obat
diatas dapat mencegah terjadinya flare-up atau meredakan gejala flare-
up.

 Anestesi lokal
Memblok saraf sensoris untuk menghentikan rantai nyeri sangatlah
penting. Anestesi lokal yang biasa digunakan adalah anestesi lokal yang
kerjanya lama seperti etidokain atau bupivakain yang merupakan agen
yang menghasilkan efek analgesik yang lebih lama.

 Pengobatan sistemik
Obat-obatan sistemik yang digunakan adalah analgesik, steroid, dan
antibiotik. Golongan nonsteroid diindikasikan jika diinginkan adanya
efek anti inflamasi atau analgetik. Kombinasi suatu opioid dan bahan non
steroid paling efektif bagi nyeri yang parah. Pembengkakan yang
terlokalisasi tidak mengindikasikan kebutuhan antibiotik, yang
diperlukan adalah drainase dengan insisi atau melalui saluran akar dan
debridement yang sempurna dari saluran akar.
NSAID menyediakan analgesik tapi mungkin lebih sedikit daripada
efek antiinflamasinya pada kondisi akut ini. Untuk nyeri yang berat,
pendekatan kombinasi adalah yang paling efektif. Sebuah opioid seperti
tramadol, codeine atau oxycodone, dan sebuah agen non-steroidal bekerja
beriringan. Sebuah kombinasi, flurbiprofen (100mg mengandung π50mg
tiap 6jam) dan tramadol (100mg tiap 6jam) terbukti efektif dalam
mengatasi nyeri pada pasien kegawatdaruratan.
Steroid, yang diminum dengan dosis tunggal (4–6mg
dexamethasone) juga dapat berguna. Obat ini dapat mengontrol reaksi
hipersensitivitas terkait imun. Pemberian antibiotik dapat membantu jika
terdapat selulitis yang difus.
1.2 CRACKED TOOTH
1.2.1 Definisi
Cracked tooth menunjukkan retak yang memisahkan mahkota gigi menjadi dua
bagian secaea tidak sempurna. Jika retakan dibiarkan menyebar secara longitudinal,
gigi tersebut akhirnya akan fracture (patah) menjadi dua potongan, sehingga terjadi
split tooth.

1.2.2 Diagnosis
Dalam kasus cracked tooth, sejarah pasien mungkin serupa dengan cracked cusp-
yaitu, sakit yang tajam saat pengunyahan dan kegagalan dokter gigi yang terus-
menerus dalam menentukan sumber rasa sakit. Serupa dengan cracked cusp, diagnosa
cracked tooth terkadang hanya menggunakan sejarah pasien saja. Seringkali
menantang para praktisi dalam menentukan lokasi gigi yang bermasalah. Seiring
waktu, pasien mungkin akan melaporkan bahwa dia pernah mengalami sakit yang
tajam dan sensitivitas yang tinggi terhadap rangsangan dingin, pasien tersebut juga
akan melapor, pada tahap selanjutnya, bahwa rasa sakitnya telah mereda. Pengamatan
ini konsisten terhadap pulpitis atau nekrosis pulpa, dimana mungkin saja akan
mempengaruhi gigi yang bermasalah seiring berjalannya waktu.

1.2.3 Manifestasi Klinis


A. Manifestasi Awal
Cracked tooth mungkin memiliki restorasi luas yang melemahkan
mahkota, atau mungkin memiliki restorasi yang minimal atau tidak ada restorasi.
Cracked tooth dimulai dengan retak pada mahkota klinis, yang secara bertahap
dapat meluas ke arah apikal. Retakan seperti itu biasanya berjalan dengan arah
mesiodistal, sering kali membelah mahkota menjadi bagian bukal dan lingual.
Pada tahap awal, gigi mungkin vital dan menyakitkan saat pengunyahan. Rasa
sakitnya mungkin tajam, pasien tidak dapat mengunyah pada gigi yang sakit.
Kondisi ini dapat bertahan untuk jangka waktu yang panjang. Rasa sakit dapat
dilokalisasi atau terletak pada gigi manapun, rahang atas atau mandibula, di sisi
mulut yang sama. Tidak ada manifestasi radiografi yang muncul pada tahap awal
ini, karena retakannya mikroskopik dan berjalan tegak lurus terhadap sinar x-ray.
Gigi yang bermasalah mungkin atau mungkin tidak sensitif terhadap perkusi pada
saat ini, dan pulp testing mungkin normal atau menunjukkan peningkatan
sensitivitas terhadap rangsangan dingin.
B. Manifestasi Akhir
Manifestasi akhir dari cracked tooth mungkin melibatkan pulpa dan
akhirnya hilangnya vitalitas pulpa atau meluasnya apikal fraktur,
mengakibatkanmengakibatkan split tooth. Keterlibatan pulpa lebih sering terjadi
pada kasus retak yang terletak di pusat (yaitu meluas dari marginal ridge menuju
marginal ridge melewati central fossa) daripada retak dengan lokasi yang lebih ke
arah bukal atau lingual. Retakan yang terletak di pusat kerap kali mempengaruhi
atap kamar pulpa pada tahap selanjutnya. Akibatnya, vitalitas pulpa bisa
membahayakan dan kemudian hilang akibat penetrasi bakteri melalui retak. Pulp
mungkin pertamanya akan menjadi reversibel atau ireversibel meradang dan
kemudian nekrotik dan terinfeksi. Rasa sakit yang tajam saat pengunyahan yang
khas pada tahap awal bisa hilang begitu vitalitas pulpa hilang. Selain itu,
periodontitis apikal pada molar yang tampaknya utuh mungkin merupakan
manifestasi akhir dari gigi retak yang tidak diobati. Ketika nekrosis pulpa terjadi,
manifestasi radiografi mungkin merupakan radiolusen apikal, yang tidak dapat
dibedakan dari periodontitis apikal.
Secara umum, diagnosis keretakan pada gigi bisa terbilang sulit. Bila ada
tanda dan gejala pulpa atau nekrosis, pasien diminta menentukan sumber yang
memulai tanda dan gejala. Dalam kasus gigi bermasalah tanpa alasan yang jelas
untuk pulpitis atau nekrosis, seperti gigi dengan karies, restorasi, atau trauma
minimal atau tidak, retakan atau fraktur harus dipertimbangkan. Dalam beberapa
kasus, diagnosis yang objektif mungkin tidak tepat dilakukan; Namun, dengan
kemungkinan retakan atau patah, pasien harus diberi tahu tentang penurunan
potensial pada prognosis endodontik atau restoratif.

1.2.4 Treatment
Jenis perawatan tergantung pada kerusakan yang dialami gigi. Adapun jenis-jenis
perawatan yang dapat dilakukan adalah :

a. Bonding

Bonding adalah menggunakan plastic resin untuk mengisi retakan. Resin ini dapat
memperbaiki pecahan kecil dari tepi gigitan gigi. Bonding dapat mengembalikan
bentuk gigi.
b. Cosmetic contouring

Ini dapat dilakukan jika pecahan sangat kecil. Tepi kasar dari gigi dibulatkan dan
dipolish untuk menyamarkan retakan.

c. Veneer

Veneer ideal digunakan jika gigi yang tersisa masih cukup karena veneer tahan
lama dan membutuhkan pengikisan gigi yang paling sedikit. Veneer adalah lapisan
tipis porselen atau material plastik yang dibuat untuk dapat menyesuaikan dengan
permukaan gigi.

d. Crowns

Crown digunakan untuk gigi yang tidak cocok dengan veneer. Crown
menyesuaikan dengan apa yang tersisa dari gigi, membuat gigi kuat dan
penampilan gigi yang natural. Jika saraf gigi telah rusak, maka sibutuhkan
perawatan saluran akar terlebih dahulu. Termasuk menghilangkan semua infektan
dari saluran akar. Akar kemudian dibersihkan dan diisi untuk mencegah infeksi
yang lebih jauh. Gigi kemudian difitkan dengan crown untuk memberikan gigi
extra support.

1.3 FRACTURED TOOTH

Terdapat 5 tipe fraktur gigi secara alongitudinal :


I. Craze Lines
II. Fractured Cusp
III. Cracked Tooth
IV. Split Teeth
V. Vertical Root Fracture

Craze line hanya berefek pada enamel, sementara Fractured Cusp, Cracked
teeth dan split teeth dimulai dari bagian permukaan oklusal dan diteruskan
secara apical, mengefek pada enamel, dentin dan dapat juga pulpa. Vertical
root fracture dimulai dari akar. Semua tipe sering ditemukan pada gigi
posterior kecuali craze line. Tidak seperti fraktur tulang, cracked tooth tidak
dapat kembali atau pulih.

I. Craze lines
Selagi melakukan pemeriksaan pada gigi, perlu diingat bahwa gigi posterior
orang dewasa sering kali memiliki craze lines, biasanya terlihat melewati
marginal ridge dan memanjang pada permukan bukal dan lingual. Craze
line vertikal yang panjang biasanya ditemukan pada gigi anterior, yang
dimana mereka mengenai enamel, namun tidak menyebabkan rasa sakit.

II. Fractured Cusp


A. Definisi
Cusp yang retak ditandai dengan retak antara cusp dan sisa struktur
gigi, memungkinkan kelenturan mikroskopis saat pengunyahan. Retak ini
biasanya tidak melibatkan pulpa. Seiring berjalannya waktu, retak itu bias
berkembang, akhirnya menyebabkan cusp yang retak.

B. Diagnosis
a. Riwayat Pasien
Dalam kasus cusp yang retak, riwayat pasien paling penting untuk
membuat diagnosis. Kemungkinan pasien mengeluh tentang rasa sakit saat
mengunyah, tidak bisa mengunyah di sisi tempat retakan terjadi. Pasien
juga akan sering menyatakan bahwa kondisinya sudah ada waktu yang
relatif lama dan dokter gigi mereka tidak dapat menemukan sumbernya
atau mendapatkan informasi dari radiografi. Saat ditanya apakah sakitnya
tajam atau tumpul, pasien biasanya melaporkan rasa sakit yang tajam yang
membuat mereka segera berhenti mengunyah di sisi itu. Tantangan
diagnostiknya adalah mencoba untuk menentukan titik di mana gigi
terlibat, pasien sering mengalami kesulitan menentukan lokasi spesifik
dari ketidaknyamanannya. Karena sakitnya berasal dari pulpa, propiosepsi
pasien mungkin tidak akurat, karena tidak ada ligamen periodontal yang
dilibatkan. Terkadang, rasa sakit saat mengunyah mungkin memancar ke
lokasi non dental pada sisi wajah yang sama.

b. Tes Gigit
Cusp yang retak dapat di diagnosis, untuk sebagian besar, berdasar
pada riwayat pasien. Untuk menemukan gigi yang terkena, tes gigit harus
dilakukan dengan menggunakan Tooth Slooth (results, Profesional,
Laguna Niguel, CA) atau alat serupa (Gambar 21-2)

Gambar. 21-2 . A, Tooth Slooth device. B, Aplikasi untuk tes gigitan: ujung
piramida menyentuh titik uji yang diuji saat dasar yang lebar didukung
oleh beberapa kontak.

C. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi Awal
Ciri khas cusp retak adalah rasa sakit yang tajam saat mengunyah,
meskipun gigi yang terkena mungkin tidak sensitif, atau hanya sensitive
secara selektif, untuk perkusi. Gigi masih vital,dan respon terhadap
stimulus dingin mungkin normal; tetapi seiring waktu, respon sini
mungkin menyerupai pulpitis, yang mungkin terjadi baik local atau disebut
lokasi odontogenic atau nonodontogenic lainnya. Cusp yang retak sering
dikaitkan dengan luas restorasi oklusal, yang dapat merusak dan
melemahkan cusp dan predisposisi untuk memulai atau memperpanjang
umu rcusp dari kekuatan oklusal. Meski begitu, cusp retak bias terjadi
pada gigi utuh atau gigi dengan ukuran restorasi yang lebih kecil.
b. Manifestasi Akhir
Seiring berjalannya waktu, retak bias berkembang dan berakibat
cusp retak. Jika garis patahnya terjadi secara koronal ke periodontal
ligament bagian yang retak hanya akan terpisah dari gigi. Namun, jika
garis patahnya meluas secara subgingival, serat gingival atau ligamen
periodontal seringkali akan mempertahankan cusp yang retak. Awalnya,
ini memungkinkan untuk perpindahan cusp dengan menjepit sonde tajam
ke garis retaknya, membuat cusp lebih terlihat retak. Seringkali, nyeri dari
pengunyahan yang terus berlanjut,tipe nyeri yang terlokalisasi dan akut
sekunder dapat muncul akibat perpindahan fragmen yang retak pada
koroner ligamen periodontal. Rasa sakit pulpa yang khas pada tahap awal
(titik puncak retak) biasanya akan selesai setelah terjadi kepatahan.

D. Etiologi

Restorasi intrakoronal yang ekstensif mungkin merupakan faktor


predisposisi untuk cusp retak dan patah. Sebaliknya, maka etiologi kondisi
ini mirip dengan gigi retak (lihat Cracked dan Split Teeth, Etiology).

E. Rencana Perawatan

a. Keretakan Cusp
Perawatan harus terdiri dari melindungi bagian yang terkena
dampak dari tekanan oklusal, baik untuk mencegah rasa sakit saat
mengunyah dan mencegah perambatan retak menjadi fraktur penuh. Full
coverage crown atau onlay direkomendasikan, restorasi bonded komposit
juga telah diusulkan. Kita harus ingat bahwa jika cusp yang retak tidak
terlindungi, gigi akhirnya bias patah. Jika bidang fraktur meluas secara
apical ke akar, gigi akan berpotensi tidak dapat di restorasi. Pengobatan
endodontic hanya ditunjukkan jika diamati adanya tanda dan gejala
pathogen pulpa. Sebagai tambahan, jika pemindahan cusp yang retak dan
restorasi yang terkait akan menghasilkan sedikit atau tidak ada struktur
gigi koronal yang tersisa, maka perawatan saluran akar elektif mungkin
diperlukan untuk alasan prostetik. Bila rencana pengobatan semacam itu
dipilih, salah satunya juga harus melakukan pengurangan oklusal gigi
segera mungkin untuk menghindari gigi dari oklusi aktif. Pasien sebaiknya
diinstruksikan untuk berhati-hati saat mengunyah sampai gigi direstorasi
dengan mahkota.

b. Fractured Cusp
Perawatan terhadap cusp yang retak bergantung pada jumlah
struktur gigi yang tersisa Jika bagian yang hilang terbatas dalam ukuran,
maka pemulihan konservatif dari bonded resin komposit dapat
diindikasikan untuk menutupi dentin yang terpapar. Sebaliknya,ketika
fragmen yang lebih besar telah retak dan dibuang atau hilang, mahkota
penuh atau onlay mungkin diperlukan. Dalam kasus tertentu, ketika
keretakan cusp ditemukan pada gigi yang utuh atau gigitan prarestorasi
yang luas, sulit untuk diprediksi arah di mana retakan itu menyebar.
Karena itu, dalam kasus ini, saat mempertimbangkan perawatan
endodontic dan restoratif, pasien harus disarankan untuk menurunkan
potensi prognosis, seperti yang dijelaskan kemudian.

III. Cracked Tooth

IV. Split Tooth

Diartikan sebagain fraktur sempurna diinisiasi dari mahkota dan


memanjang secara subgingival, biasanya secara mesiodistal melewati
margial ridge dan permukaan proksimal. Fraktur terletak apda koronal
dan memnjang dari mahkota ke akar proksimal. Crack yang terletak di
tengah akan memanjang secara apical. Split tooth adalah evolusi dari
cracked tooth, fraktur yang sekarang sempurna dan memanjang dari
permukan semua area. Tidak ada koneksi dari dentin, yang sekarang
segmen gigi benar-benar terpisah. Dapat terjadi begitu saja, tapi biasanya
ini adalah hasil dari jangka panjang cracked tooth.

V. Vertical Root Fracture


A. Definisi
Vertical root fracture (VRF) merupakan sebuah fraktur yang
menyeluruh atau tidak menyeluruh yang berorientasi membujur
(longitudinal) dimulai pada akar dengan level dan biasanya diarahkan
secara buccolingual. Menurut definisi, jenis fraktur tidak timbul dari
perambatan fraktur yang berasal dari mahkota. Definisi ini
memisahkan VRF dari split tooth (gigi yang retak), yang dimulai
dengan retakan pada mahkota yang merambat secara apikal sampai ke
akar sebagai fraktur longitudinal. Meskipun keduanya merupakan
masalah besar pada fraktur longitudinal, vertical root fracture
seharusnya dibedakan dengan jelas dari split tooth (gigi yang retak)
dikarenakan penyebabnya, asal-usulnya, dan khas permukaan fraktur
yang pada dasarnya berbeda.
B. Diagnosis
Dalam sebuah kasus VRF, pasien mungkin mengeluhkan rasa sakit
atau sensitivitas yang diberikan pada gigi sebelahnya. Sensitivitas dan
ketidaknyamanan sementara dalam menguyah juga merupakan keluhan
pada umumnya. Pembengkakan kadang mungkin terjadi di daerah
tersebut. seringkali terdapat riwayat yang panjang dari kesalahan
mendiagnosa penyebab rasa sakit dan ketidaknyamanan. Riwayat
pemeriksaan klinis yang berulang dan pemeriksaan radiografi yang
mengungkapkan tidak ada penyebab rasa sakit juga umum terjadi pada
ksus VRF. Setelah retreament endodontik baru-baru ini, jika gejalanya
tidak berubah dan dokter gigi tidak dapat menentukan penyebab
gejalanya, pasien mungkin akan kehilangan keyakinan terhadap dokter
gigi. Seringkali retreatment atau retreatment pembedahan mungkin
telah dilakukan untuk menyatakan diagnosis yang akurat. Namun,
upaya perawatan yang tidak efektif mungkin hanya akan memperburuk
hubungan dokter gigi-pasien.

C. Manifestasi Klinis
Gigi yang Rentan dan Lokasi VRF
Vertical root fracture biasanya berhubungan dengan endodontik
perawatan gigi. Meskipun demikian, VRFs dapat juga terjadi pada gigi
dengan tanpa perawatan saluran akar sebelumnya. Tempat yang
paling rentan dari kelompok gigi adalah maksila dan gigi premolar
mandibula, akar mesial molar madibula, akar mesiobukal molar
mandibula dan insisiv mandibula.81 Namun, VRF kadang-kadang
terjadi di gigi dan dan akar lainnya juga.
Vertical root fracture dapat berkembang dari arah buccolingual pada
gigi dan akar, yang biasanya terbatas di mesiodistal dan luas di
buccolingual. Namun, VRFs mungkin juga berkembang secara
diagonal, sehingga mempengaruhi mesial atau distal dari aspek akar
(lihat gambar 21-8). VRF dapat dimulai pada level akar. Biasanya
dimulai di bagian apikal pada akar dan menyebar ke koronal. (lihat
gambar 21-, C). Namun, VFR tertentu berasal dari coronal, bagian
servikal pada akar dan meluas secara apikal (lihat gambar 21-9 A), dan
dalam kasus lain, VRF dapat dimulai sebagai midroot fracture (fraktur
akar di bagian tengah) (lihat gambar 21-9, B; 21-10, C dan 21-11,D).

D. Etiologi
VRF mungkin timbul dari serangkaian faktor, beberapa di antaranya
bersifat alami sedangkan yang lainnya bersifat iatrogenik, timbul dari
prosedur gigi seperti perawatan endodontik dan prosedur restoratif yang
mengikutinya. Prosedur gigi yang paling umum yang berkontribusi pada
fraktur akar vertikal adalah perawatan endodontic.
Sebagian besar fraktur akar vertikal terjadi pada gigi yang diobati secara
endodontik. VRF biasanya tidak terjadi selama obturasi aktual saluran akar,
namun terjadi lebih lama setelah prosedur selesai.
Etiologi VRF bersifat multifaktorial. Kemungkinan bahwa dengan
adanya satu atau akumulasi faktor predisposisi yang lebih banyak serta beban
oklusal fungsional atau parafunctional yang berulang selama beberapa bulan
atau bahkan bertahun-tahun dalam hal pengembangan VRF. Faktor
predisposisi mungkin termasuk yang alami, seperti anatomi akar, atau
iatrogenik, dan seperti kekuatan berlebihan selama instrumentasi saluran
akar, penghapusan struktur gigi yang berlebihan, atau tekanan obturasi yang
berlebihan.

E. Rencana Perawatan dan Terapi

Rencana perawatan untuk fraktur cusp tergantung dari struktur gigi


yang tersisisa, dapat dilakukan dengan membuang cusp yang terkena
dan dilakukan restorasi (full crown atau onlay). Biasanya root canal
treatment digunakan jika sudah melibatkan ruang pulpa yang
menyebabkan irreversible pulpitis. Gigi fraktur dapat diobati dengan
restorasi sederhana, endodontik, atau bahkan ekstraksi, tergantung pada
sejauh mana dan orientasi tingkat gejala fraktur, dan apakah gejala
dapat dihilangkan atau tidak. Salah satu treatment yang dapat
dipredeksi adalah dengan ekstraksi gigi. Dalam gigi yang memiliki
jumlah akar lebih dari satu, dapat dilakukan amputasi akar (root
resection). Sedangkan Split teeth tidak dapat diselamatkan, tapi posisi
dari crack dan perpanjang dari crack dapat menentukan prognosis dan
pengobatan. Jika frakturnya parah, gigi harus diekstraksi. Jika fraktur
tidak sampai jauh ke apical, biasanya segmen yang kecil ada mobilitas.
Maka kemungkian segmen yang kecil dapat dibuang. Jika gigi tersebut
sukar dicabut, maka teknik bedah trans alveolar diindikasikan untuk
mengeluarkan gigi tersebut.
REFERENSI

Cohen Stephen, Kenneth. 2006. Cohen`s Pathway of the Pulp, 9th edition. Mosby:
An Imprint of Elsevier

Summer. 2008. Colleagues for Excellence (Cracking the Cracked Tooth Code :
Detection and Treatment of Various Longitudinal Tooth Fractures).
American Association of Endodontist

Garg, Nisha dkk. 2010. Textbook of Endodontics 2nd Edition. Jaypee Brothers
Medical Publisher.

Oral Health Foundation. Cracked Teeth. https://www.dentalhealth.org/tell-me-


about/topic/routine-treatment/cracked-teeth. diakses pada tanggal 20 januari
2018..

Anda mungkin juga menyukai