KELOMPOK 3:
Seri Amaliyah Lubis (04031181621024)
Aisyah Nurmawati (04031181621069)
Sania Hana Sangi (04031181621070)
Ena Dwi Retnowati (04031281621026)
Annisa Anindya (04031281621027)
Ardelia Griselda Tjiawi (04031281621029)
Ajeng Qonitah Ramadhanty (04031281621031)
Jessi Miranda (04031281621032)
Angelina Natalia Ricardo (04031281621033)
Irfan Aulia (04031281621035)
Andi Muhammad Imam R. (04031281419033)
Nining Elsa Noviolin (04031381419045)
Nurul Ifadah (04031381419048)
Dosen Pengampu :
Drg. Listia Eka Merdekawati, Sp. KG
2018
DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN DAN TERAPI PADA FLARE UP,
CRACKED DAN FRACTURED TOOTH
1.1 FLARE UP
1.1.1 Definisi
Endodontik flare-up merupakan sebuah acute exacerbation dari periradicular
pathosis setelah inisiasiatau melanjutkan perawatan saluran akar tanpa pembedahan.
Sedangkan, Interappointment flare-up merupakan sebuah keadaan yang benar-benar
darurat dan sangat parah sehingga diperlukan kunjungan dan perawatan pasien yang
tidak terjadwal. Meskipun dilakukan dengan bijaksana dan sangat hati-hati, rasa sakit,
pembengkakan ataupun keduanya mungkin saja terjadi. Seperti keadaan darurat yang
sering terjadi sebelum terapi saluran akar, keadaan darurat interappoinment juga
merupakan kejadian tidak diinginkan dan mengganggu serta sebaiknya diselesaikan
secepatnya.
1.1.3 Diagnosis
Sebelum mendiagnosis flare up, masalah awalnya sebaiknya telah didiagnosis
terlebih dahulu. Pendekatan secara step by step untuk mendiagnosis kondisi yang ada
diperlukan untuk mengurangi kebingungan dan kegagalan, yang terpenting ialah
menenangkan pasien yang telah terguncang oleh rasa sakit atau pembengkakan.
Setelah komplikasi yang mendasari diidentifikasi, perawatan segera dimulai.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan agar dapat menentukan diagnosis
yang tepat dan akurat, yaitu : (Weine, 1996; Walton ang Torabinejad, 2002)
b. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan
stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan
menyebar, besar kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri yang terjadi pada waktu
mastikasi atau ketika gigi berkontak dan jelas batasnya mungkin berasal dari
periaspeks. Tiga faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri
adalah spontanitas, intensitas dan durasinya. Jika pasien mengeluhkan salah satu
gejala ini, besar kemungkinan terdapat kelainan yang cukup signifikan.
Pertanyaan yang hati-hati dan tajam akan mengorek informasi seputar sumber
nyeri yang bisa berasal dari pulpa atau periradikuler.
c. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan visual meliputi observasi pembengkakan, pemeriksaan dengan kaca
mulut dan sonde untuk melihat karies, ada tidaknya kerusakan restorasi, mahkota
yang berubah warna, karies sekunder atau adanya fraktur. Tes periradikuler
membantu mengidentifikasi inflamasi periradikuler sebagai asal nyeri, meliputi
palpasi diatas apeks; tekanan dengan jari atau menggoyangkan gigi dan perkusi
ringan dengan ujung gagang kaca mulut. Tes vitalitas pulpa tidak begitu
bermanfaat pada pasien yang sedang menderita sakit akut karena dapat
menimbulkan kembali rasa sakit yang dikeluhkan. Tes dingin, panas, elektrik
dilakukan untuk memeriksa apakah gigi masih vital atau nekrosis.
d. Pemeriksaan Periodontium
Pemeriksaan jaringan periodontium perlu dilakukan dengan sonde periodontium
(periodontal probe) untuk membedakan kasus endodontik atau periodontik.
Abses periodontium dapat menstimuli gejala suatu abses apikalis akut. Pada abses
periodontium lokal, pulpa biasanya masih vital dan terdapat poket yang
terdeteksi. Sebaliknya, abses apikalis akut disebabkan oleh pulpa nekrosis.
Abses-abses ini kadang-kadang berhubungan dengan sulkus sehingga sulkus
menjadi dalam. Jika diagnosis bandingnya sukar ditentukan, tes kavitas mungkin
dapat membantu mengidentifikasi status pulpa.
e. Pemeriksaan Radiograf
Pemeriksaan radiograf berguna dalam menentukan perawatan darurat
yang tepat, memberikan banyak informasi mengenai ukuran, bentuk dan
konfigurasi sistem saluran akar. Pemeriksaan radiograf mempunyai keterbatasan,
penting diperhatikan bahwa lesi periradikuler mungkin ada, tetapi tidak terlihat
pada gambar radiograf karena kepadatan tulang kortikal, struktur jaringan
sekitarnya atau angulasi film. Demikian pula lesi yang terlihat pada film, ukuran
radiolusensinya hanya sebagian dari ukuran kerusakan tulang sebenarnya.
1.1.4 Treatment
1.1.5 Terapi
A. Farmakoterapi
Medikamen Intrakanal
Obat-obatan yang biasa digunakan umumnya berupa obat sistemik
atau lokal. Medikasi intrakanal golongan fenol yang biasa digunakan
adalah formokresol, CMCP, kresatin dan eugenol. Obat yang lain adalah
kombinasi steroid dan kalsium hidroksida, tetapi tidak satupun obat-obat
diatas dapat mencegah terjadinya flare-up atau meredakan gejala flare-
up.
Anestesi lokal
Memblok saraf sensoris untuk menghentikan rantai nyeri sangatlah
penting. Anestesi lokal yang biasa digunakan adalah anestesi lokal yang
kerjanya lama seperti etidokain atau bupivakain yang merupakan agen
yang menghasilkan efek analgesik yang lebih lama.
Pengobatan sistemik
Obat-obatan sistemik yang digunakan adalah analgesik, steroid, dan
antibiotik. Golongan nonsteroid diindikasikan jika diinginkan adanya
efek anti inflamasi atau analgetik. Kombinasi suatu opioid dan bahan non
steroid paling efektif bagi nyeri yang parah. Pembengkakan yang
terlokalisasi tidak mengindikasikan kebutuhan antibiotik, yang
diperlukan adalah drainase dengan insisi atau melalui saluran akar dan
debridement yang sempurna dari saluran akar.
NSAID menyediakan analgesik tapi mungkin lebih sedikit daripada
efek antiinflamasinya pada kondisi akut ini. Untuk nyeri yang berat,
pendekatan kombinasi adalah yang paling efektif. Sebuah opioid seperti
tramadol, codeine atau oxycodone, dan sebuah agen non-steroidal bekerja
beriringan. Sebuah kombinasi, flurbiprofen (100mg mengandung π50mg
tiap 6jam) dan tramadol (100mg tiap 6jam) terbukti efektif dalam
mengatasi nyeri pada pasien kegawatdaruratan.
Steroid, yang diminum dengan dosis tunggal (4–6mg
dexamethasone) juga dapat berguna. Obat ini dapat mengontrol reaksi
hipersensitivitas terkait imun. Pemberian antibiotik dapat membantu jika
terdapat selulitis yang difus.
1.2 CRACKED TOOTH
1.2.1 Definisi
Cracked tooth menunjukkan retak yang memisahkan mahkota gigi menjadi dua
bagian secaea tidak sempurna. Jika retakan dibiarkan menyebar secara longitudinal,
gigi tersebut akhirnya akan fracture (patah) menjadi dua potongan, sehingga terjadi
split tooth.
1.2.2 Diagnosis
Dalam kasus cracked tooth, sejarah pasien mungkin serupa dengan cracked cusp-
yaitu, sakit yang tajam saat pengunyahan dan kegagalan dokter gigi yang terus-
menerus dalam menentukan sumber rasa sakit. Serupa dengan cracked cusp, diagnosa
cracked tooth terkadang hanya menggunakan sejarah pasien saja. Seringkali
menantang para praktisi dalam menentukan lokasi gigi yang bermasalah. Seiring
waktu, pasien mungkin akan melaporkan bahwa dia pernah mengalami sakit yang
tajam dan sensitivitas yang tinggi terhadap rangsangan dingin, pasien tersebut juga
akan melapor, pada tahap selanjutnya, bahwa rasa sakitnya telah mereda. Pengamatan
ini konsisten terhadap pulpitis atau nekrosis pulpa, dimana mungkin saja akan
mempengaruhi gigi yang bermasalah seiring berjalannya waktu.
1.2.4 Treatment
Jenis perawatan tergantung pada kerusakan yang dialami gigi. Adapun jenis-jenis
perawatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Bonding
Bonding adalah menggunakan plastic resin untuk mengisi retakan. Resin ini dapat
memperbaiki pecahan kecil dari tepi gigitan gigi. Bonding dapat mengembalikan
bentuk gigi.
b. Cosmetic contouring
Ini dapat dilakukan jika pecahan sangat kecil. Tepi kasar dari gigi dibulatkan dan
dipolish untuk menyamarkan retakan.
c. Veneer
Veneer ideal digunakan jika gigi yang tersisa masih cukup karena veneer tahan
lama dan membutuhkan pengikisan gigi yang paling sedikit. Veneer adalah lapisan
tipis porselen atau material plastik yang dibuat untuk dapat menyesuaikan dengan
permukaan gigi.
d. Crowns
Crown digunakan untuk gigi yang tidak cocok dengan veneer. Crown
menyesuaikan dengan apa yang tersisa dari gigi, membuat gigi kuat dan
penampilan gigi yang natural. Jika saraf gigi telah rusak, maka sibutuhkan
perawatan saluran akar terlebih dahulu. Termasuk menghilangkan semua infektan
dari saluran akar. Akar kemudian dibersihkan dan diisi untuk mencegah infeksi
yang lebih jauh. Gigi kemudian difitkan dengan crown untuk memberikan gigi
extra support.
Craze line hanya berefek pada enamel, sementara Fractured Cusp, Cracked
teeth dan split teeth dimulai dari bagian permukaan oklusal dan diteruskan
secara apical, mengefek pada enamel, dentin dan dapat juga pulpa. Vertical
root fracture dimulai dari akar. Semua tipe sering ditemukan pada gigi
posterior kecuali craze line. Tidak seperti fraktur tulang, cracked tooth tidak
dapat kembali atau pulih.
I. Craze lines
Selagi melakukan pemeriksaan pada gigi, perlu diingat bahwa gigi posterior
orang dewasa sering kali memiliki craze lines, biasanya terlihat melewati
marginal ridge dan memanjang pada permukan bukal dan lingual. Craze
line vertikal yang panjang biasanya ditemukan pada gigi anterior, yang
dimana mereka mengenai enamel, namun tidak menyebabkan rasa sakit.
B. Diagnosis
a. Riwayat Pasien
Dalam kasus cusp yang retak, riwayat pasien paling penting untuk
membuat diagnosis. Kemungkinan pasien mengeluh tentang rasa sakit saat
mengunyah, tidak bisa mengunyah di sisi tempat retakan terjadi. Pasien
juga akan sering menyatakan bahwa kondisinya sudah ada waktu yang
relatif lama dan dokter gigi mereka tidak dapat menemukan sumbernya
atau mendapatkan informasi dari radiografi. Saat ditanya apakah sakitnya
tajam atau tumpul, pasien biasanya melaporkan rasa sakit yang tajam yang
membuat mereka segera berhenti mengunyah di sisi itu. Tantangan
diagnostiknya adalah mencoba untuk menentukan titik di mana gigi
terlibat, pasien sering mengalami kesulitan menentukan lokasi spesifik
dari ketidaknyamanannya. Karena sakitnya berasal dari pulpa, propiosepsi
pasien mungkin tidak akurat, karena tidak ada ligamen periodontal yang
dilibatkan. Terkadang, rasa sakit saat mengunyah mungkin memancar ke
lokasi non dental pada sisi wajah yang sama.
b. Tes Gigit
Cusp yang retak dapat di diagnosis, untuk sebagian besar, berdasar
pada riwayat pasien. Untuk menemukan gigi yang terkena, tes gigit harus
dilakukan dengan menggunakan Tooth Slooth (results, Profesional,
Laguna Niguel, CA) atau alat serupa (Gambar 21-2)
Gambar. 21-2 . A, Tooth Slooth device. B, Aplikasi untuk tes gigitan: ujung
piramida menyentuh titik uji yang diuji saat dasar yang lebar didukung
oleh beberapa kontak.
C. Manifestasi Klinis
a. Manifestasi Awal
Ciri khas cusp retak adalah rasa sakit yang tajam saat mengunyah,
meskipun gigi yang terkena mungkin tidak sensitif, atau hanya sensitive
secara selektif, untuk perkusi. Gigi masih vital,dan respon terhadap
stimulus dingin mungkin normal; tetapi seiring waktu, respon sini
mungkin menyerupai pulpitis, yang mungkin terjadi baik local atau disebut
lokasi odontogenic atau nonodontogenic lainnya. Cusp yang retak sering
dikaitkan dengan luas restorasi oklusal, yang dapat merusak dan
melemahkan cusp dan predisposisi untuk memulai atau memperpanjang
umu rcusp dari kekuatan oklusal. Meski begitu, cusp retak bias terjadi
pada gigi utuh atau gigi dengan ukuran restorasi yang lebih kecil.
b. Manifestasi Akhir
Seiring berjalannya waktu, retak bias berkembang dan berakibat
cusp retak. Jika garis patahnya terjadi secara koronal ke periodontal
ligament bagian yang retak hanya akan terpisah dari gigi. Namun, jika
garis patahnya meluas secara subgingival, serat gingival atau ligamen
periodontal seringkali akan mempertahankan cusp yang retak. Awalnya,
ini memungkinkan untuk perpindahan cusp dengan menjepit sonde tajam
ke garis retaknya, membuat cusp lebih terlihat retak. Seringkali, nyeri dari
pengunyahan yang terus berlanjut,tipe nyeri yang terlokalisasi dan akut
sekunder dapat muncul akibat perpindahan fragmen yang retak pada
koroner ligamen periodontal. Rasa sakit pulpa yang khas pada tahap awal
(titik puncak retak) biasanya akan selesai setelah terjadi kepatahan.
D. Etiologi
E. Rencana Perawatan
a. Keretakan Cusp
Perawatan harus terdiri dari melindungi bagian yang terkena
dampak dari tekanan oklusal, baik untuk mencegah rasa sakit saat
mengunyah dan mencegah perambatan retak menjadi fraktur penuh. Full
coverage crown atau onlay direkomendasikan, restorasi bonded komposit
juga telah diusulkan. Kita harus ingat bahwa jika cusp yang retak tidak
terlindungi, gigi akhirnya bias patah. Jika bidang fraktur meluas secara
apical ke akar, gigi akan berpotensi tidak dapat di restorasi. Pengobatan
endodontic hanya ditunjukkan jika diamati adanya tanda dan gejala
pathogen pulpa. Sebagai tambahan, jika pemindahan cusp yang retak dan
restorasi yang terkait akan menghasilkan sedikit atau tidak ada struktur
gigi koronal yang tersisa, maka perawatan saluran akar elektif mungkin
diperlukan untuk alasan prostetik. Bila rencana pengobatan semacam itu
dipilih, salah satunya juga harus melakukan pengurangan oklusal gigi
segera mungkin untuk menghindari gigi dari oklusi aktif. Pasien sebaiknya
diinstruksikan untuk berhati-hati saat mengunyah sampai gigi direstorasi
dengan mahkota.
b. Fractured Cusp
Perawatan terhadap cusp yang retak bergantung pada jumlah
struktur gigi yang tersisa Jika bagian yang hilang terbatas dalam ukuran,
maka pemulihan konservatif dari bonded resin komposit dapat
diindikasikan untuk menutupi dentin yang terpapar. Sebaliknya,ketika
fragmen yang lebih besar telah retak dan dibuang atau hilang, mahkota
penuh atau onlay mungkin diperlukan. Dalam kasus tertentu, ketika
keretakan cusp ditemukan pada gigi yang utuh atau gigitan prarestorasi
yang luas, sulit untuk diprediksi arah di mana retakan itu menyebar.
Karena itu, dalam kasus ini, saat mempertimbangkan perawatan
endodontic dan restoratif, pasien harus disarankan untuk menurunkan
potensi prognosis, seperti yang dijelaskan kemudian.
C. Manifestasi Klinis
Gigi yang Rentan dan Lokasi VRF
Vertical root fracture biasanya berhubungan dengan endodontik
perawatan gigi. Meskipun demikian, VRFs dapat juga terjadi pada gigi
dengan tanpa perawatan saluran akar sebelumnya. Tempat yang
paling rentan dari kelompok gigi adalah maksila dan gigi premolar
mandibula, akar mesial molar madibula, akar mesiobukal molar
mandibula dan insisiv mandibula.81 Namun, VRF kadang-kadang
terjadi di gigi dan dan akar lainnya juga.
Vertical root fracture dapat berkembang dari arah buccolingual pada
gigi dan akar, yang biasanya terbatas di mesiodistal dan luas di
buccolingual. Namun, VRFs mungkin juga berkembang secara
diagonal, sehingga mempengaruhi mesial atau distal dari aspek akar
(lihat gambar 21-8). VRF dapat dimulai pada level akar. Biasanya
dimulai di bagian apikal pada akar dan menyebar ke koronal. (lihat
gambar 21-, C). Namun, VFR tertentu berasal dari coronal, bagian
servikal pada akar dan meluas secara apikal (lihat gambar 21-9 A), dan
dalam kasus lain, VRF dapat dimulai sebagai midroot fracture (fraktur
akar di bagian tengah) (lihat gambar 21-9, B; 21-10, C dan 21-11,D).
D. Etiologi
VRF mungkin timbul dari serangkaian faktor, beberapa di antaranya
bersifat alami sedangkan yang lainnya bersifat iatrogenik, timbul dari
prosedur gigi seperti perawatan endodontik dan prosedur restoratif yang
mengikutinya. Prosedur gigi yang paling umum yang berkontribusi pada
fraktur akar vertikal adalah perawatan endodontic.
Sebagian besar fraktur akar vertikal terjadi pada gigi yang diobati secara
endodontik. VRF biasanya tidak terjadi selama obturasi aktual saluran akar,
namun terjadi lebih lama setelah prosedur selesai.
Etiologi VRF bersifat multifaktorial. Kemungkinan bahwa dengan
adanya satu atau akumulasi faktor predisposisi yang lebih banyak serta beban
oklusal fungsional atau parafunctional yang berulang selama beberapa bulan
atau bahkan bertahun-tahun dalam hal pengembangan VRF. Faktor
predisposisi mungkin termasuk yang alami, seperti anatomi akar, atau
iatrogenik, dan seperti kekuatan berlebihan selama instrumentasi saluran
akar, penghapusan struktur gigi yang berlebihan, atau tekanan obturasi yang
berlebihan.
Cohen Stephen, Kenneth. 2006. Cohen`s Pathway of the Pulp, 9th edition. Mosby:
An Imprint of Elsevier
Summer. 2008. Colleagues for Excellence (Cracking the Cracked Tooth Code :
Detection and Treatment of Various Longitudinal Tooth Fractures).
American Association of Endodontist
Garg, Nisha dkk. 2010. Textbook of Endodontics 2nd Edition. Jaypee Brothers
Medical Publisher.