Anda di halaman 1dari 30

TUTORIAL KELOMPOK B

DISUSUN OLEH:

M. Fauzan Arief S (04031281823020)


Diora Islamay Tasya (04031181823011)
Syifa Azizah (04031181823002)
Hana Salsabila Deaz Putri (04031181823004)
Dwiana Ovieyanti (04031281823030)
Anggi Apriani (04031281823037)
Dhira Archie Changgadaniswara (04031181823001)
Kinanti Eka Juniarsih (04031181823012)
Haniyah Fakhirah (04031281823042)
Chevin Bagaskara Zeplin (04031381823065)
Aisyah Humairoh (04031381823053)
Nola Rizky Adhalia (04031181823013)
Maharani Khairunnisa (04031181823010)

DOSEN PENGAMPU:
Drg. Sulistiawati, Sp. Perio
Drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M. Kes
SKENARIO 1

BLOK 8 TAHUN AJARAN 2020/2021

Seorang perempuan berusia 53 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan keluhan sakit
ketika makan pada gigi bawah kiri yang tidak selesai perawatannya dan mulut agak sulit
dibuka. Pemeriksaan intra oral: gigi 36 terdapat restorasi sementara di oklusal meluas
sampai cusp distobukal, tes vitalitas berupa termal dingin (-), tes perkusi arah vertikal (+),
palpasi (-). Pemeriksaan radiologi: radiopak di mahkota gigi 36 sampai dasar kamar pulpa,
akar berjumlah 2, radiolusen ruang membran periodontal. Berdasarkan gejala klinis dan
gambaran radiologi, ditetapkan diagnosis pulpa dan periapikal gigi tersebut adalah previously
initiated therapy disertai symptomatic apical periodontitis. Dokter gigi melakukan perawatan
endodontik yang disesuaikan dengan kondisi pasien dilanjutkan dengan restorasi akhir.
I. Klarifikasi Istilah

1. Previously Initiated Therapy


Kategori diagnostik klinis yang menunjukkan bahwa gigi sebelumnya telah
dirawat dengan terapi endodontik parsial seperti pulpotomi atau pulpektomi.
Bergantung pada tingkat terapinya, gigi mungkin merespons atau tidak merespons
modalitas pengujian pulpa.

2. Symptomatic Apical Periodontitis


Inflamasi yang biasanya terjadi pada periodonsium apikal, menyebabkan gejala
klinis yang melibatkan respons nyeri saat menggigit dan/atau perkusi atau palpasi.
Ini mungkin atau mungkin tidak disertai perubahan radiografi. Nyeri hebat pada
perkusi dan/atau palpasi sangat menunjukkan adanya degenerasi perawatan
saluran akar dan pulpa diperlukan.

3. Tes perkusi vertikal


Teknik mengetuk bagian tubuh dengan jari atau instrumen sebagai alat bantu
dalam mendiagnosis kondisi suatu daerah di bawahnya melalui bunyi yang
terdengar. Tes perkusi vertikal gigi dilakukan pada permukaan oklusal untuk
menunjukkan ada/tidaknya kelainan di periapikal gigi.

4. Perawatan endodontik
Perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis
dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi
yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya.

5. Restorasi sementara
Tumpatan yang berfungsi menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah
kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat floral bakteri pada
rongga mulut, mencegah masuknya sisa makanan, benda asing ke dalam rongga
pulpa dan untuk mendapatkan hermetic seal.

6. Radiolusen
Radiolusen mempunyai sifat transparan terhadap sinar X dan akan tampak gelap
pada sinar X.

7. Radiopak
Radiopak mempunyai sifat menyerap sinar X. vBahan radiopak tampak terang
pada sinar X.

8. Membran periodontal
Ligamen periodontal yang berada antara gigi dan tulang alveolar berperan sebagai
unit nutritif, sensoris dan struktural yang menyokong fungsi oral seperti
mengunyah, menelan, berbicara, dan lain-lain.ccPada gambaran radiografis yang
normal, terlihat gambaran radiolusen yang mengelilingi akar gigi dan melekat
pada processus alveolaris.

9. Palpasi
Metode pemeriksaan dengan menggunakan tangan atau jari, memungkinkan
dibedakannya pembengkakan yang solid dan yang berisi cairan.
II. Identifikasi Masalah

1. Perempuan usia 53 tahun datang dengan keluhan sakit ketika makan pada gigi
bawah kiri yang tidak selesai perawatannya dan mulut agak sulit dibuka.
2. Pemeriksaan intra oral terdapat restorasi sementara di oklusal meluas sampai cusp
distobukal pada gigi 36, tes vitalitas termal dingin (-), tes perkusi arah vertikal (+),
dan tes palpasi (-).
3. Pemeriksaan radiologi: radiopak di mahkota gigi 36 sampai dasar kamar pulpa,
akar berjumlah 2, radiolusen ruang membran periodontal.
4. Berdasarkan gejala klinis dan radiologi ditetapkan diagnosisnya adalah previously
initiated therapy dan symptomatic apical periodontitis.
5. Dokter gigi melakukan perawatan endodontik yang disesuaikan dengan kondisi
pasien dilanjutkan dengan restorasi akhir.

III. Analisis Masalah

1. A. Apakah ada kaitan antara mulut pasien yang sulit dibuka dengan perawatan
yang belum selesai?
B. Apakah rasa sakit yang terjadi pada pasien hanya sementara atau berlangsung
lama?
C. Apa penyebab dari keluhan sakit yang dirasakan pasien saat makan pada gigi
tersebut?
D. Apakah rasa sakit yang dirasakan pasien spontan?

2. A. Bagaimana prosedur untuk melakukan tes vitalitas termal dingin, tes perkusi
lateral, dan tes palpasi ?
B. Apa tujuan dari tes termal dingin, tes perkusi vertikal, dan palpasi?
C. Apakah indikasi dilakukannya tes termal, perkusi, dan palpasi?
D. Apa saja jenis material yang dapat digunakan sebagai restorasi sementara?

3. Apa makna radiolusensi ruang membran periodontal pada pemeriksaan


radiografis?

4. A. Bagaimana tanda dan gejala dari symptomatic apical periodontitis?


B. Apakah ada pengaruh previously treated therapy dengan terjadinya
symptomatic apical periodontitis?
C. Bagaimana gambaran radiografis dari symptomatic apical periodontitis?
D. Apa ciri khas dari gambaran radiografis pada periodontitis apikal
simptomatik?

5. A. Apa jenis bahan restorasi akhir yang sesuai untuk gigi 36 pada kasus tersebut?
B. Apa perawatan endodontik yang sesuai pada skenario?
C. Apa tujuan dokter gigi melakukan perawatan endodontik kepada pasien?
D. Bagaimanakah prosedur perawatan endodontik ?
E. Apa tujuan akhir dari restorasi pasca endodontik?
F. Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya perawatan endodontik?
IV. Hipotesis

Pasien perempuan usia 53 tahun didiagnosis previously initiated therapy disertai


symptomatic apical periodontitis. Pemeriksaan intra oral terdapat restorasi sementara
di gigi 36 pada bagian oklusal meluas sampai cups distobukal, tes vitalitas termal
dingin (-), tes perkusi vertikal (+), palpasi (-). Pemeriksaan radiologi terdapat
gambaran radioopak pada mahkota sampai pulpa gigi 36 dan gambaran radiolusen di
ruang membran periodontal. Dokter gigi melakukan perawatan endodontik dan
dilanjutkan dengan restorasi akhir.

V. Learning Issue

1. Klasifikasi Penyakit Pulpa dan Periapikal


A. Jenis
B. Diagnosis
1a. Gejala
1b. Hasil Pemeriksaan

2. Perawatan Endodontik
A. Jenis
B. Indikasi
C. Prosedur

3. Restorasi Akhir

VI. Belajar Mandiri


1. Klasifikasi Penyakit Pulpa dan Periapikal
A. Jenis-jenis Penyakit Pulpa dan Periapikal
 Klasifikasi Penyakit Pulpa
Berikut adalah klasifikasi penyakit pulpa menurut Ingle, Grossman, dan
Bergenholz.
B. Klasifikasi penyakit periapikal
Menurut American Association of Endodontists diagnosis penyakit periapikal
terbagi menjadi 5 yakni symtommatic apical periodontitis, asymptomatic
apical periodontitis, chronic apical abscess, acute apical abcess, dan
condensing osteitis.
C. Diagnosis Penyakit Pulpa dan Periapikal
Diagnosis dapat ditegakkan dengan mengikuti prosedur berikut ini:

Riwayat Kesehatan gigi Perawatan gigi terakhir, obat-obatan

Keluhan Utama Berapa lama, gejala, durasi nyeri, lokasi, onset, stimuli, pereda
nyeri, obat-obatan yang telah pasien konsumsi

Pemeriksaan klinis Facial symmetry, sinus tract, jaringan lunak, status periodontal,
karies, restorasi (rusak, baru direstorasi)

Tes vitalitas pulpa Panas, Dingin, Elektrik

Tes periapical Perkusi, palpasi, tooth sloth

Analisis radiografi Dengan teknik periapikal, bitewing, CBCT

1. Diagnosis Penyakit Pulpa


 Pulpa Normal
Pulpa normal adalah kategori diagnostik klinis di mana pulpa bebas
gejala dan biasanya responsif terhadap pengujian pulpa. Meskipun
pulpa mungkin tidak normal secara histologis, pulpa normal "secara
klinis" menghasilkan respons ringan atau sementara terhadap
pengujian dingin termal, yang berlangsung tidak lebih dari satu hingga
dua detik setelah stimulus dihilangkan. Seseorang tidak dapat sampai
pada diagnosis yang mungkin terjadi tanpa membandingkan gigi
tersebut dengan gigi yang berdekatan dan gigi kontralateral. Yang
terbaik adalah menguji gigi yang berdekatan dan gigi kontralateral
terlebih dahulu sehingga pasien terbiasa dengan pengalaman respons
normal terhadap dingin.
Berikut adalah diagnosis dari cara menentukan penyakit pulpa
a) Pulpitis Reversibel

Pulpitis reversible didasarkan pada temuan subjektif dan obyektif


yang menunjukkan bahwa inflamasi seharusnya sembuh dan pulpa
kembali normal setelah penanganan etiologi yang tepat.
Ketidaknyamanan dialami ketika stimulus seperti dingin atau
manis diterapkan dan hilang dalam beberapa detik setelah
pelepasan stimulus. Etiologi tipikal mungkin termasuk dentin yang
terpapar (sensitivitas dentin), karies atau restorasi dalam. Tidak
ada perubahan radiografi yang signifikan pada daerah periapikal
gigi yang dicurigai dan nyeri yang dialami tidak spontan. Setelah
penatalaksanaan etiologi (misalnya pengangkatan karies ditambah
restorasi; menutupi dentin yang terbuka), gigi memerlukan evaluasi
lebih lanjut untuk menentukan apakah “pulpitis reversibel” telah
kembali ke status normal. Meskipun sensitivitas dentin sendiri
bukanlah proses inflamasi, semua gejala dari entitas ini menyerupai
gejala pulpitis reversibel.

Molar pertama kiri rahang atas mengalami karies


oklusal-mesial dan pasien mengeluhkan kepekaan
terhadap permen dan cairan dingin. Tidak ada rasa tidak
nyaman saat menggigit atau memukul. Gigi sangat
responsif terhadap Endo-Ice® tanpa rasa sakit yang
berkepanjangan. Diagnosis: pulpitis reversibel; jaringan
apikal normal. Perawatan akan ekskavasi karies diikuti
dengan penempatan restorasi permanen. Jika pulpa
terbuka, perawatan adalah perawatan endodontik non-
bedah yang diikuti dengan pemulihan permanen
seperti mahkota.

b) Symptomatic Irreversible Pulpitis


Symptomatic irreversible pulpitis didasarkan pada temuan subjektif
dan obyektif bahwa pulpa yang meradang vital tidak dapat sembuh
dan perawatan saluran akar diindikasikan. Karakteristiknya
mungkin termasuk nyeri tajam pada stimulus termal, nyeri yang
menetap (seringkali 30 detik atau lebih setelah pelepasan stimulus),
spontanitas (nyeri yang tidak diprovokasi) dan nyeri yang dirujuk.
Kadang-kadang rasa sakit dapat ditekankan oleh perubahan postur
tubuh seperti berbaring atau membungkuk dan analgesik yang
dijual bebas biasanya tidak efektif. Etiologi umum mungkin
termasuk karies dalam, restorasi ekstensif, atau fraktur yang
mengekspos jaringan pulpa. Gigi dengan gejala pulpitis ireversibel
mungkin sulit untuk didiagnosis karena peradangan belum
mencapai jaringan periapikal, sehingga tidak menimbulkan rasa
sakit atau ketidaknyamanan pada perkusi. Dalam kasus seperti itu,
riwayat gigi dan pengujian termal adalah alat utama untuk menilai
status pulpa.
c) Asymptomatic Irreversible Pulpitis
Asymptomatic Irreversible Pulpitis adalah diagnosis klinis
berdasarkan temuan subjektif dan objektif yang menunjukkan
bahwa pulpa yang meradang vital tidak dapat sembuh dan
perawatan saluran akar diindikasikan. Kasus-kasus ini tidak
memiliki gejala klinis dan biasanya merespons secara normal
terhadap pengujian termal tetapi mungkin memiliki riwayat trauma
atau karies dalam yang menyebabkan eksposur.

Setelah pemasangan mahkota emas penuh pada gigi


molar dua kanan atas, pasien mengeluhkan kepekaan
terhadap cairan panas dan dingin; sekarang
ketidaknyamanan itu terjadi secara spontan. Setelah
pengaplikasian Endo-Ice® pada gigi ini, pasien
mengalami rasa sakit dan saat melepas stimulus,
ketidaknyamanan tersebut bertahan selama 12 detik.
Respons terhadap perkusi dan palpasi normal; secara
radiografik, tidak ada bukti perubahan tulang. Diagnosis:
Pulpitis ireversibel simptomatik; jaringan apikal normal.
Perawatan endodontik non-bedah diindikasikan; akses
diperbaiki dengan restorasi permanen. Perhatikan bahwa
gigi premolar dua rahang atas memiliki karies distal
yang parah; setelah evaluasi, gigi didiagnosis dengan
gejala pulpitis ireversibel (hipersensitif terhadap dingin,
bertahan delapan detik); periodontitis apikalis
simptomatik (nyeri pada perkusi)
d) Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan kematian pulpa gigi, yang memerlukan perawatan
saluran akar. Pulpa tidak responsif terhadap pengujian pulpa dan
asimtomatik. Nekrosis pulpa dengan sendirinya tidak
menyebabkan periodontitis apikal (nyeri pada perkusi atau bukti
radiografik dari kerusakan tulang) kecuali kanal terinfeksi.
Beberapa gigi mungkin tidak responsif terhadap pengujian pulpa
karena kalsifikasi, riwayat trauma baru-baru ini, atau sekadar gigi
tidak merespons. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, inilah
mengapa semua pengujian harus bersifat komparatif (misalnya,
pasien mungkin tidak menanggapi pengujian termal pada gigi mana
pun).

Molar pertama kanan rahang bawah telah hipersensitif


terhadap dingin dan manis selama beberapa bulan terakhir
tetapi gejalanya telah mereda. Sekarang tidak ada respons
terhadap pengujian termal dan ada kelembutan saat
menggigit dan nyeri pada perkusi. Secara radiografik,
terdapat radiopasitas difus di sekitar apeks akar. Diagnosis:
Nekrosis pulpa; periodontitis apikal simptomatik dengan
osteitis kondensasi. Perawatan endodontik non-bedah
diindikasikan diikuti dengan pembentukan dan mahkota.
Seiring waktu, osteitis yang memadat harus mundur
sebagian atau seluruhnya (15).

e) Previously Treated
Previously Treated adalah kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan bahwa gigi telah dirawat secara endodontik dan
saluran akar telah diobturasi dengan berbagai bahan pengisi selain
medikamen intrakanal. Gigi biasanya tidak merespons pengujian
termal atau elektrik pulpa.
f) Previously Initiated Therapy
Previously initiated therapy adalah kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan bahwa gigi sebelumnya telah dirawat dengan terapi
endodontik parsial seperti pulpotomi atau pulpektomi. Bergantung
pada tingkat terapinya, gigi mungkin merespons atau tidak
merespons modalitas pengujian pulpa.

2. Diagnosis Penyakit Periapikal


 Jaringan Apikal Normal tidak sensitif terhadap uji perkusi atau
palpasi dan secara radiografik, lamina dura yang mengelilingi akar
masih utuh dan ruang ligamen periodontal seragam. Seperti pengujian
pulpa, pengujian komparatif untuk perkusi dan palpasi harus selalu
dimulai dengan gigi normal sebagai dasar untuk pasien.
 Symptommatic Apical Periodontitis merupakan peradangan,
biasanya pada periodonsium apikalis, menghasilkan gejala klinis yang
melibatkan respons nyeri saat menggigit dan / atau perkusi atau
palpasi. Ini mungkin atau mungkin tidak disertai dengan perubahan
radiografi (yaitu tergantung pada stadium penyakit, mungkin ada lebar
normal ligamen periodontal atau mungkin ada radiolusensi periapikal).
Nyeri hebat pada perkusi dan / atau palpasi sangat mengindikasikan
degenerasi pulpa dan perawatan saluran akar diperlukan.
 Asymptommatic Apical Periodontitis adalah peradangan dan
kerusakan periodonsium apikal yang berasal dari pulpa. Tampak
sebagai radiolusensi apikal dan tidak menunjukkan gejala klinis (tidak
ada nyeri pada perkusi atau palpasi).

Gigi inisisivus lateral kanan mandibula memiliki


radiolusen apikal yang ditemukan selama pemeriksaan
rutin. Ada riwayat trauma lebih dari 10 tahun yang lalu dan
warna gigi sedikit berubah. Gigi tidak merespons Endo-
Ice® atau EPT; gigi yang berdekatan merespons secara
normal terhadap pengujian pulpa. Tidak ada nyeri tekan
pada perkusi atau palpasi di daerah tersebut. Diagnosis:
nekrosis pulpa; periodontitis apikalis asimtomatik.
Perawatannya adalah perawatan endodontik non-bedah
diikuti dengan pemutihan dan pemulihan permanen
 Chronic Apical Abcess adalah reaksi inflamasi terhadap infeksi pulpa
dan nekrosis yang ditandai dengan onset bertahap, sedikit atau tanpa
rasa tidak nyaman, dan keluarnya nanah secara intermiten melalui
saluran sinus terkait. Secara radiografik, biasanya terdapat tanda-tanda
kerusakan tulang seperti radiolusen. Untuk mengidentifikasi sumber
saluran sinus yang mengering saat ada, kerucut guttapercha
ditempatkan dengan hati-hati melalui stoma atau pembukaan sampai
berhenti dan radiograf diambil.
Molar pertama kiri rahang bawah menunjukkan
radiolusensi apikal yang relatif besar meliputi akar
mesial dan distal bersama dengan keterlibatan furkasi.
Kedalaman probing periodontal semuanya dalam
batas normal. Gigi tidak merespon pengujian termal
(dingin) dan perkusi dan palpasi menimbulkan respon
normal. Ada saluran sinus yang mengering di bagian
tengah wajah dari gingiva yang dilacak dengan gutta-
percha cone. Ada karies berulang di sekitar margin
distal mahkota. Diagnosis: nekrosis pulpa; abses
apikal kronis. Perawatannya adalah pengangkatan
mahkota, perawatan endodontik non-bedah dan
penempatan mahkota baru.

 Acute Apical Abcess adalah reaksi inflamasi terhadap infeksi pulpa


dan nekrosis yang ditandai dengan onset cepat, nyeri spontan, nyeri
tekan ekstrim pada gigi, pembentukan nanah dan pembengkakan
jaringan terkait. Mungkin tidak ada tanda-tanda kerusakan radiografi
dan pasien sering mengalami malaise, demam dan limfadenopati.
 Condensing Osteitis adalah lesi radiopak difus yang mewakili reaksi
tulang terlokalisasi terhadap stimulus inflamasi tingkat rendah yang
biasanya terlihat di apeks.

2. PERAWATAN ENDODONTIK
1. PULP CAPPING
Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis
bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Tujuan pulp capping adalah
untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga
jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya.
a. Direct Pulp Capping
digunakan untuk menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh
saliva. Kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis
semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa
dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi
bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis
dan akan lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini
berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan
dapat terjadi proses perbaikan.

Indikasi
o Pulpa vital
o Pulpa terbuka karena faktor mekanis dan dalam keadaan steril
o Penderita < 30 tahun

Prosedur
o Isolasi gigi.
o Preparasi kavitas permukaan oklusal pada tempat karies sampai
kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin) round
bur low speed,intermitten
o Ekskavasi karies yang dalam titik perdarahan, tanpa pengambilan
jaringan pulpapulp capping.
o Dressing kalsium hidroksida atap pulpa yang terbuka
Tumpatan Sementara
o Pasien kontrol kembali 3 - 6 minggu  Tumpat tetap

b. Indirect Pulp Capping


digunakan untuk menunjukan penempatan bahan adhesif di atas sisa dentin
karies, pada gigi vital yang terbebas dari inflamasi.

Indikasi
o Gigi dengan karies dalam tanpa riwayat peradangan

Prosedur
o Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bur bundar kecepatan rendah.
o Lalu lakukan ekskavasi, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin
tanpa membuka kamar pulpa.
o Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol
atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar
kavitas.
o Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan
jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan
pelindung dengan membentuk dentin sekunder.
o Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari
inflamasi.

2. PULPOTOMI
Pulpotomi merupakan pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian
diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan
perbaikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Pulpotomi dapat dipilih sebagai
perawatan pada kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi
tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi
tanpa menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak.

Indikasi
o Pulpa vital, bebas dari pus atau tanda nekrosis
o Pulpa terbuka karena faktor mekanis preparasi yang tidak hati-hati
o Pulpa terbuka karena trauma< 24 jam
o Apeks akar belum tertutup sempurna
o Usia < 20 tahun

a. Pulpotomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali
kunjungan untuk gigi sulung:
o Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk
mengurangi rasa sakit saat perawatan
o Isolasi gigi. Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan
isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama
perawatan.
o Preparasi kavitas. Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang
seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang
mudah ke kamar pulpa.
o Ekskavasi karies yang dalam.
o Buang atap pulpa. Dengan menggunakan bur fisur steril dengan
handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang
terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang
atap kamar pulpa.
o Buang pulpa bagian korona. Hilangkan pulpa bagian korona dengan
ekskavator besar atau dengan bur bundar kecepatan rendah.
o Cuci dan keringkan kamar pulpa. Semprot kamar pulpa dengan air
atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan
akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan
dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
o Aplikasikan formokresol. Celupkan kapas kecil dalam larutan
formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan
tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4
sampai dengan 5 menit.
o Berikan bahan antiseptik. Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur
eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide.
Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta
secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan
kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik
digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
o Restorasi gigi. Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum
menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum
preparasi gigi untuk mahkota stainless steel.

b. Pulpotomi Non Vital


Prinsip dasar perawatan endodontik gigi sulung dengan pulpa non vital
adalah untuk mencegah sepsis dengan cara membuang jaringan pulpa non
vital, menghilangkan proses infeksi dari pulpa dan jaringan periapikal,
memfiksasi bakteri yang tersisa di saluran akar.
Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital yaitu
perawatan pulpotomi mortal (pulpotomi devital). Pulpotomi mortal adalah
teknik perawatan endodontik dengan cara mengamputasi pulpa nekrotik di
kamar pulpa kemudian dilakukan sterilisasi dan penutupan saluran akar.

Langkah-langkah perawatan pulpotomi devital:

Kunjungan pertama
o Siapkan instrumen dan bahan.
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Preparasi kavitas.
o Ekskavasi karies yang dalam.
o Buang atap kamar pulpa dengan bur fisur steril dengan handpiece
kecepatan rendah.
o Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan
bur bundar.
o Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe
disposible dan jarum steril.
o Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
o Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
o Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai
dengan 3 hari, sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien
untuk kembali setelah 1 minggu

Kunjungan kedua:
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang tambalan sementara.
o Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital
lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa
sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
o Berikan bahan antiseptik.
o Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan
cotton pellet.
o Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
o Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

3. PULPEKTOMI
Pulpektomi merupakan pengangkatan seluruh jaringan pulpa.

Indikasi
o Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah
mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel
o Gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas
o Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat
direstorasi
o Anak dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi
patologis pada anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan
resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat

a. Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan:
o Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah
saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat
perawatan.
o Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva.
o Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa
dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas
dengan bor fisur steril.
o Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan
ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.
o Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa
dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah
dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
o Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah
terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril.
Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum
ekstirpasi dan headstrom file.
o Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan
kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper
point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian
diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
o Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan menggunakan jarum lentulo.
o Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
o Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng
oksida eugenol atau seng fosfat.
o Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.

b. Pulpektomi Non Vital


Perawatan endodontik untuk gigi sulung dengan pulpa non vital adalah
pulpektomi mortal (pulpektomi devital). Pulpektomi mortal adalah
pengambilan semua jaringan pulpa nekrotik dari kamar pulpa dan saluran
akar gigi yang non vital, kemudian mengisinya dengan bahan pengisi.
Walaupun anatomi akar gigi sulung pada beberapa kasus menyulitkan
untuk dilakukan prosedur pulpektomi, namun perawatan ini merupakan
salah satu cara yang baik untuk mempertahankan gigi sulung dalam
lengkung rahang.

Langkah-langkah perawatan pulpektomi non vital:

Kunjungan pertama:
o Lakukan foto rontgen.
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi
dan desinfeksi kavitas.
o Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
o Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar
terlihat.
o Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan
membersihkan debris.
o Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar
pulpa.
o Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
o Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.

Kunjungan kedua:
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang tambalan sementara. Jaringan pulpa dari saluran akar di
ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
o Berikan Beechwood creosote.
o Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang
kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
o Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
o Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.

Kunjungan ketiga:
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang tambalan sementara.
o Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai
stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
o Letakkan semen zinc fosfat.
o Restorasi gigi dengan tambalan permanen.

4. PERAWATAN SALURAN AKAR


Perawatan saluran akar merupakan pengambilan jaringan pulpa nekrotik dari
saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi.

Indikasi
o Pulpa terinfeksi - menuju kematian pulpa.
o Resorpsi interna.
o Gigi nekrosis
o Devitalisasi intensional. Membangun retensi intracanal. Reposisi
mahkota malposisi.
o Kegagalan PSA retreatment
o Riwayat medis: kontraindikasi pencabutan.

Prosedur
o Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan
o Menyiapkan file, paper point
o Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital
o Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi
o Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifis: preparasi akses kavitas
o DWF; tentukan panjang kerja
o Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi: teknik
konvensional, teknik step back, teknik crown down
o Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara.
Sterilisasi ulang, sampai paper point kering dan tidak berbau
o Tes perbenihan
o Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol: teknik single cone, teknik kondensasi
lateral, teknik kondensasi vertikal
o Foto pengisian
o Basis Zn PO4
o Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat
tetap.
5. APEKSIFIKASI
Suatu metode perawatan pendahuluan saluran akar dengan tujuan merangsang
pertumbuhan apeks yang belum sempurna pada gigi nonvital, supaya
terbentuk osteodentin atau jaringan keras lainnya.

Indikasi
o Usia muda
o Nekrotik pulpa dengan apeks masih terbuka
o Apeksifikasi harus dilakukan pada gigi dengan apeks terbuka
o Dinding dentin tipis di mana teknik instrumentasi standar tidak dapat
membuat apical stop dalam memfasilitasi efektivitas pengisian saluran
akar

Prosedur
o Isolasi gigi
o Opening akses
o Preparasi biomekanik  file besar  gerakan filling, tekanan ke dinding
SA ringan
o Irigasi NaOCl
o Aplikasi Ca (OH)2 ke dalam SA  apeks
o Tumpat Sementara (TS) double seal
o Kontrol 3-6 bulan kalo gagal ulang kembali

3. RESTORASI AKHIR

Gigi yang sudah dilakukan PSA akan mengalami beberapa perubahan yaitu
hilangnya struktur gigi yang cukup banyak, perubahan karakteristik fisik, dan
perubahan dalam hal estetik. Oleh karena itu, dokter gigi harus merencanakan
restorasi yang akan digunakan. Restorasi tersebut harus dapat melindungi jaringan
gigi terhadap fraktur, mencegah terjadinya infeksi ulang melalui saluran akar, dan
menggantikan struktur gigi yang hilang.
Jenis restorasi yang dapat digunakan tergantung pada sedikit banyaknya jaringan
keras gigi yang tersisa. Restorasi akhir baik restorasi plastis maupun rigid harus
dapat memperkuat sisa jaringan keras gigi yang masih ada dan dapat
mengembalikan fungsi gigi.

A. Restorasi Plastis

a. Glass Ionomer Cement (GIC)


GIC memiliki sejarah yang panjang dalam penggunaannya di bidang
kedokteran gigi. GIC merupakan bahan tumpatan yang mempunyai
kandungan flour yang tinggi, alumuium, kalsium, sodium, dan silica. Akan
tetapi, GIC agak rapuh dan tidak cocok sebagai bahan pengisi permanen di
daerah posterior. Yang kemudian, resin-modified GICs (RMGICs) dan
resin komposit yang dimodifikasi polyacid (kompomer) dengan sifat
mekanik yang lebih baik dikembangkan. Tetapi, Penggunaan kompomer di
area yang menahan tekanan tidak direkomendasikan dan mungkin tidak
sesuai untuk restorasi akhir gigi permanen yang dirawat secara endodontik.

b. Dental Amalgam
Dental amalgam bukanlah bahan restorasi yang tepat untuk restorasi akhir
gigi root-filled, karena amalgam tidak melekat pada struktur gigi.
Restorasi amalgam memiliki kecenderungan untuk berubah bentuk di
bawah beban tekan dan memiliki koefisien muai panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gigi (8–11 ppm/°C). Restorasi amalgam setelah
perawatan saluran akar dapat menyebabkan patahnya gigi root-filled.
Namun, penelitian sebelumnya melaporkan bahwa amalgam yang
diaplikasikan di bawah komposit meningkatkan resistensi gigi premolar
root-filled, tidak seperti ketika gigi direstorasi dengan amalgam saja.
Karena amalgam memiliki modulus elastisitas yang mirip dengan
komposit resin dan dentin, kombinasi amalgam-komposit dapat digunakan
pada kavitas yang luas dan dalam.

c. Resin Komposit
Penggunaan resin komposit sebagai restorasi gigi posterior banyak
digunakan karena memiliki banyak keuntungan seperti preparasi jaringan
keras gigi minimal, waktu pengerjaan singkat, warna restorasi seperti gigi
asli dan biaya lebih terjangkau.
Restorasi direct dengan resin komposit memberikan ketahanan lebih
terhadap fraktur gigi daripada amalgam, serta memberikan penguatan
intra-koronal. Namun, kekurangan utama resin komposit, seperti fraktur di
dalam tubuh, batas restorasi, dan penyusutan polimerisasi sehingga
menjadi pertimbangan bagi para klinisi. Akan tetapi, telah dikembangkan
beberapa strategi di laboratorium yaitu meningkatkan kandungan pengisi
anorganik meningkatkan berat molekul per kelompok reaktif, dan
mengembangkan komposit dengan matriks resin baru yang tidak
menyusut.

d. Fiber-Reinforced Composite Materials


Belli dkk. (2005, 2006) mengevaluasi restorasi resin komposit fiber-
reinforced dan menyimpulkan bahwa menggunakan polyethylene fiber di
bawah restorasi komposit pada gigi root-filled dengan preparasi MOD
secara signifikan meningkatkan kekuatan fraktur, mengurangi kebocoran
di rongga kelas 2, dan memperkuat ikatan mikrotensil ke dentin.
Selanjutnya penguat serat antar resin restoratif dan dentin mengubah garis
fraktur, penyebabnya fraktur yang dapat diperbaiki, menyelamatkan
struktur gigi yang tersisa, dan meningkatkan restorabilitas berbasis
metakrilat gigi yang direstorasi resin komposit setelah kerusakan.
Meskipun restorasi komposit yang diperkuat serat rentan terhadap penuaan
karena paparan keadaan di dalam mulut dan mekanik properti dapat
memburuk seiring waktu, salah satu yang terbaik Manfaat dari teknologi
ini adalah kemungkinan untuk memperpanjang kelangsungan hidup
fungsional dengan memperbaiki restorasi di rongga mulut. Persiapan akses
endodontik dalam di rongga MOD (mesio-occluso-distal) ditemukan
meningkatkan defleksi cuspal secara signifikan. Akman dkk. (2011)
melaporkan bahwa restorasi fiber-reinforced composite menurunkan
pergerakan cusp pada gigi molar dengan MOD dan rongga akses
endodontik. Hasilnya, serat penguatan restorasi resin komposit dengan
bahan polietilen atau serat kaca adalah metode penghematan yang diterima
dengan baik struktur gigi yang tersisa saat melakukan restorasi komposit
langsung pada gigi root-filled. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
penutup cusp bersama dengan material resin komposit meminimalkan dan
meningkatkan fraktur gigi daya tahan restorasi.

e. Silorane-Based Composite Materials


Komposit berbasis silorane telah dipasarkan sebagai alternatif resin
komposit berbasis monomer metakrilat tradisional restoratif. Sistem
hibrida ini berisi silorane dan monomer berbasis oksiran dan memiliki dua
keunggulan utama: rendah penyusutan polimerisasi dan peningkatan
hidrofobisitas. Meskipun Lien dan Vandewalle (2010) menemukan
kekerasan mikro dan kekuatan tekan material menjadi rendah, komposit
berbasis silorane secara signifikan meningkatkan rekahan kekuatan gigi
premolar yang dirawat secara endodontik dan menurun perpindahan
puncak total dalam rongga MOD(mesio-occluso-distal). Tambahan dari
serat tidak berpengaruh pada kekuatan restorasi, sedangkan penggunaan
inti nano-ionomer di bawah restorasi berbasis silorane menunjukkan
keuntungan dalam hal kekuatan fraktur.

f. Bulk-Fill Flowable Base Materials


Dalam upaya menyederhanakan prosedur klinis, simplified dental
adhesives, bulk-fill flowable base materials, dan bulk-fill resin restorative
materials telah dikembangkan. Berdasarkan hasil studi terkontrol secara
acak, ini bahan dengan viskositas rendah dan tinggi telah terbukti berhasil.
namun, informasi mengenai kinerjanya dalam memulihkan gigi restoring
root-filled masih kurang. Salah satu dari ini produk, yaitu stress-
decreasing material (SureFil SDR Flow; Dentsply, York, PA),
dikembangkan dalam upaya untuk memodifikasi dinamika reaksi
polimerisasi dengan memperlambat laju polimerisasi. SDR termasuk
monomer yang memiliki gugus fotoaktif dalam metakrilat berbasis uretan
resin. Pada rongga yang dilapisi dengan SDR, terjadi defleksi cuspal
berkurang secara signifikan. SDR menghasilkan lebih sedikit polimerisasi
penyusutan dibandingkan dengan Filtek Supreme Flow (3M, St. Paul,
MN), Esthet X Flow (Dentsply), komposit nano-hybrid dan microhybrid,
dan komposit berbasis silorane.

g. Short-Fiber-Reinforced Composite Resin Materials


Pilihan material pengisi dasar lainnya untuk merestorasi gigi posterior
nonvital di area dengan tekanan tinggi adalah komposit yang diperkuat
serat pendek. Menurut Garoushi et al., E-glass fibers yang berorientasi
acak secara signifikan mempengaruhi sifat mekanik material dan berfungsi
sebagai lapisan crack-stopper. Kapasitas penahan beban dapat
ditingkatkan dengan menambahkan substruktur komposit yang diperkuat
serat acak dua arah atau pendek secara terus menerus di bawah resin
komposit pengisi partikulat.
h. Intra-Coronal Barrier Materials
Hambatan intra-koronal umumnya digunakan jika restorasi gigi segera
tidak memungkinkan. Hambatan intra-orifisium memperkuat ketahanan
fraktur pada gigi yang dirawat endodontik dibandingkan dengan gigi yang
diisi akar tanpa mereka. GICs, fissure sealant, resin komposit konvensional
dan flowable, dan mineral trioxide aggregate (MTA) dapat digunakan
tujuan ini untuk membuat unit monoblok di bidang endodontik.
berdasarkan modulus elastisitas semen portland, modulus elastisitas MTA
dilaporkan serupa dengan dentin. Oleh karena itu, mengganti struktur
dentin yang hilang dengan MTA tampaknya merupakan cara yang efektif
untuk membuat restorasi postendodontik yang berhasil. Bahan restorasi
kalsium-silikat baru diproduksi baru-baru ini dengan merek dagang
Biodentine (Septodont, Lancaster, PA). Pabrikan memperkenalkan produk
ini tidak hanya sebagai bahan perbaikan endodontik tetapi juga sebagai
pengganti dentin koronal. Adhesi ke permukaan dentin ditemukan lebih
unggul dari pada GIC dan MTA.

B. Restorasi Rigid

Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan
yang rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan
bahan perantara golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi
restorasi ektrakoronal, intrakoronal dan interadikuler.

1. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau
complete crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli. Terdapat
berbagai jenis complete crown, diantaranya:

a. All metal crown

Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi
dari logam campur yang dituang.
 Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar rahang atas dan
bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat, tekanan
kunyah besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan karies
cervikal, dekalsifikasi, dan enamel hipoplasi.
 Kontraindikasinya yaitusisa mahkota gigi tidak cukup terutama
pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien dengan
OH buruk sehingga restorasi mudah tarnish, gusi sensitif terhadap
logam.

b. All ceramic crown (mahkota porselen)

Komposisi porselen gigi konvensional adalah keramik vitreus (seperti


kaca) yang berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas
(K2O.Al2O3.6SiO2) atau feldspar soda (Na2O.Al2O3.6SiO2) atau
keduanya. Porselen mempunyai nilai estetik tinggi, tidak mengalami
korosi, tingkat kepuasan pasien tinggi, namun biayanyamahal dan
kekuatan rendah dibandingkan dengan mahkota metal-porselen.
 Indikasinya membutuhkan estetik tinggi, Tooth
discoloration,malposisi, gigi yang telah dirawat endodonsi dengan
pasak dan inti.
 Kontraindikasinya yaituindeks karies tinggi, distribusi beban di
oklusal tidak baik, dan bruxism.
c. Porcelain fused to metal

Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai restorasi akhir


pasca perawatan saluran akar karena mampu memberikan keuntungan
ganda, yaitu dari segi kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam
sebagai substruktur mahkota jaket porselen fused to metal akan
mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga mengurangi sifat
getas (brittle) dari bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya
tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan memberikan
penampilan yang estetik. Gigi pasca perawatan saluran akar yang
direstorasi dengan mahkota porselen fused to metal tingkat
keberhasilan perawatannya tinggi.

2. Restorasi Intrakoronal
a. Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai
sebagian cuspatau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga
ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan restorasi
intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cusp atau lebih dari
2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah lemah.
b. Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi
posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah
dibandingkan dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan
abrasi dibandingkan dengan resin komposit. Porselen tidak sekuat
logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin
berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.
c. Inlay dan Onlay Komposit (indirect)
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect (tidak
langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk
tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan
keramik, sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan kesulitan
apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur, mudah pecah saat
pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator. Sedangkan
resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih
murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat
dibuang hanya dengan menggunakan hand instrument.
 Indikasinya: menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau
yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada
restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak sempurna
atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila
pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat
polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat
dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah. Sedangkan
kekurangan restorasi secara indirect resin komposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting cement).
Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna
dari semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut.

d. Indirect Komposit Inlay dengan Fibers


Untuk gigi dengan restorasi yang besar denngan sedikit enamel
tersisa, fibers dapat digunakan sebagai bahan dasar pada
veneer komposit. Pertimbangan paling penting untuk mencapai
daya tahan klinis yang lama pada resin inlay yang dibuat
melalui tahap laboratosis adalah penguatan gigi. Untuk
menguatkan resin komposit, penambahan fibers digabungkan
ke dalam matriks resin, selama pembuatan dan sebelum proses
curing.

e. Mahkota ¾
Disebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi,
hanya 3 permukaan yang ditutup oleh mahkota.Bagian yang tidak
tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal. Mahkota
sebagian terutama dipakai sebagai retainer jembatan. Preparasinya
memerlukan pembuangan jaringan gigi yang jauh lebih sedikit
dibandingkan untuk mahkota penuh.Mahkota tiga per empat dapat
merupakan retainer yang baik pada gigi jika:
1. Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis,
maupun estetis.
2. Cukup tebal untuk membuat parit– parit proksimal untuk memberi
retensi.
3. Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
4. Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
5. Gigi-gigi yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah
incisivus sentral, premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua
rahang bawah. Pada gigi ini terdapat permukaan proksimal yang
cukup lebar untuk dibuat parit sebagai retensi.
6. Sebagai retainer untuk short span bridge.

3. Restorasi Intradikuler
a. Mahkota Pasak
Pasak adalah suatu prosedur untuk membangun kembali suatu gigi
yang bertujuan menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu
mahkota. Pasak seperti jangkar untuk menempatkan mahkota.Pasak
ditempatkan di dalam akar gigi yang telah dilakukan perawatan saluran
akar.Terdiri dari poros dan post/tonggak yang disementasi pada saluran
akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer crown atau
cast gold crown.
 Indikasinya: gigi pasca perawatan endodontia,memperbaiki
inklinasi gigi, kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior
maupun anterior yang cukup parah.
 Kontraindikasinya: jaringan yang mendukung gigi tidak cukup, OH
buruk, dinding saluran akar tipis, resorpsi procesus alveolaris lebih
dari 1/3.Pasak juga bisa dilakukan pada gigi posterior.

b. Mahkota pasak fiber reinforced composite


Pasak metal digunakan untuk menahan inti, menggantikan struktur
gigi yang hilang dan ditutup dengan mahkota penuh, tanpa
memperhatikan estetik. Sejalan dengan meningkatnya segi estetik,
restorasi pasak dan inti sewarna gigi menjadi pilihan untuk restorasi
gigi non vital.
Pasak fiber, semen resin, bahan inti resin komposit, dan dentin
memiliki modulus elastisitas yang hampir sama, sehingga
meningkatkan keberhasilan restorasi, dibandingkan dengan pasak
dan inti metal. Pasak fiber memiliki modulus elastisitas yang
hampir sama dengan dentin, yaitu 20 GPa (modulus elastisitas
dentin = 18 GPa, pasak metal prefabricated = 200 GPa dan pasak
keramik=150 GPa), sehingga pasak fiber lebih lentur daripada
pasak metal, mempunyai sifat biokompatibel terhadap dentin dan
tahan terhadap korosi, serta mudah diambil dari saluran akar bila
terjadi kegagalan dalam perawatan saluran akar.
 Indikasi: untuk saluran akar yang lebar, dinding saluran akar
yang tipis misalnya pada akar yang belum terbentuk
sempurna.selain itu, pasak fiber juga memiliki keuntungan dari
segi estetik, karena pasak ini memiliki warna sesuai dengan
warna gigi, sehingga tidak menimbulkan bayangan warna
keabu-abuan pada gigi yang telah direstorasi.
Hal ini tidak hanya berperan pada gigi anterior tetapi juga pada
gigi posterior. Preparasi saluran akar pasak dilakukan hingga kira-
kira tersisa 4,5 mm gutta percha pada bagian apical, lalu pasak
fiber disementasi dengan menggunakan semen resin. Setelah itu
kavitas ditutup dengan tumpatan resin kompositt hingga penuh dan
kelebihan pasak fiber dipotong sebatas permukaan oklusal.

REFERENSI

American Assosication of Endodontics. 2013. Endodontics: Colleagues for Excellence.

Larasati, Nidya., Kamizar, dan Munyati Usman. 2014. Distribusi Penyakit Pulpa berdasarkan
Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia Tahun
2009-2013.

Hargreaves, Kenneth M. and Louis H. Berman. 2011. Cohen's Pathways of the Pulp 11th
edition. Missouri: Elsevier
Rusdaningsih, Eny. 2012. Macam-Macam Perawatan Endodontik. Semarang.

Belli, Sema, etc. "Direct Restoration of Endodontically Treated Teeth: a Brief Summary of
Materials and Techniques." Springer International Publishing, 2015: 182-189.

Fatmawati, Dwi Warna Aju. 2011. “Macam-Macam Restorasi Rigid Pasca Perawatan
Endodontia”. Stomatognatic (J. K. G. Unej). 8 (2), 96-102.

Wadiadnyani, Ni Kadek Eka. “Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan pada Gigi
dengan Karies Servikal Dilanjutkan dengan Restorasi Komposit dan Pasak Fiber.” Bali
Dental Journal, 2019: 85-91.

Belli, Sema, etc. "Direct Restoration of Endodontically Treated Teeth: a Brief Summary of
Materials and Techniques." Springer International Publishing, 2015: 182-189.

Anda mungkin juga menyukai