DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
Drg. Sulistiawati, Sp. Perio
Drg. Siti Rusdiana Puspa Dewi, M. Kes
SKENARIO 1
Seorang perempuan berusia 53 tahun datang ke praktik dokter gigi dengan keluhan sakit
ketika makan pada gigi bawah kiri yang tidak selesai perawatannya dan mulut agak sulit
dibuka. Pemeriksaan intra oral: gigi 36 terdapat restorasi sementara di oklusal meluas
sampai cusp distobukal, tes vitalitas berupa termal dingin (-), tes perkusi arah vertikal (+),
palpasi (-). Pemeriksaan radiologi: radiopak di mahkota gigi 36 sampai dasar kamar pulpa,
akar berjumlah 2, radiolusen ruang membran periodontal. Berdasarkan gejala klinis dan
gambaran radiologi, ditetapkan diagnosis pulpa dan periapikal gigi tersebut adalah previously
initiated therapy disertai symptomatic apical periodontitis. Dokter gigi melakukan perawatan
endodontik yang disesuaikan dengan kondisi pasien dilanjutkan dengan restorasi akhir.
I. Klarifikasi Istilah
4. Perawatan endodontik
Perawatan yang bertujuan untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis
dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi
yang sakit agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya.
5. Restorasi sementara
Tumpatan yang berfungsi menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah
kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat floral bakteri pada
rongga mulut, mencegah masuknya sisa makanan, benda asing ke dalam rongga
pulpa dan untuk mendapatkan hermetic seal.
6. Radiolusen
Radiolusen mempunyai sifat transparan terhadap sinar X dan akan tampak gelap
pada sinar X.
7. Radiopak
Radiopak mempunyai sifat menyerap sinar X. vBahan radiopak tampak terang
pada sinar X.
8. Membran periodontal
Ligamen periodontal yang berada antara gigi dan tulang alveolar berperan sebagai
unit nutritif, sensoris dan struktural yang menyokong fungsi oral seperti
mengunyah, menelan, berbicara, dan lain-lain.ccPada gambaran radiografis yang
normal, terlihat gambaran radiolusen yang mengelilingi akar gigi dan melekat
pada processus alveolaris.
9. Palpasi
Metode pemeriksaan dengan menggunakan tangan atau jari, memungkinkan
dibedakannya pembengkakan yang solid dan yang berisi cairan.
II. Identifikasi Masalah
1. Perempuan usia 53 tahun datang dengan keluhan sakit ketika makan pada gigi
bawah kiri yang tidak selesai perawatannya dan mulut agak sulit dibuka.
2. Pemeriksaan intra oral terdapat restorasi sementara di oklusal meluas sampai cusp
distobukal pada gigi 36, tes vitalitas termal dingin (-), tes perkusi arah vertikal (+),
dan tes palpasi (-).
3. Pemeriksaan radiologi: radiopak di mahkota gigi 36 sampai dasar kamar pulpa,
akar berjumlah 2, radiolusen ruang membran periodontal.
4. Berdasarkan gejala klinis dan radiologi ditetapkan diagnosisnya adalah previously
initiated therapy dan symptomatic apical periodontitis.
5. Dokter gigi melakukan perawatan endodontik yang disesuaikan dengan kondisi
pasien dilanjutkan dengan restorasi akhir.
1. A. Apakah ada kaitan antara mulut pasien yang sulit dibuka dengan perawatan
yang belum selesai?
B. Apakah rasa sakit yang terjadi pada pasien hanya sementara atau berlangsung
lama?
C. Apa penyebab dari keluhan sakit yang dirasakan pasien saat makan pada gigi
tersebut?
D. Apakah rasa sakit yang dirasakan pasien spontan?
2. A. Bagaimana prosedur untuk melakukan tes vitalitas termal dingin, tes perkusi
lateral, dan tes palpasi ?
B. Apa tujuan dari tes termal dingin, tes perkusi vertikal, dan palpasi?
C. Apakah indikasi dilakukannya tes termal, perkusi, dan palpasi?
D. Apa saja jenis material yang dapat digunakan sebagai restorasi sementara?
5. A. Apa jenis bahan restorasi akhir yang sesuai untuk gigi 36 pada kasus tersebut?
B. Apa perawatan endodontik yang sesuai pada skenario?
C. Apa tujuan dokter gigi melakukan perawatan endodontik kepada pasien?
D. Bagaimanakah prosedur perawatan endodontik ?
E. Apa tujuan akhir dari restorasi pasca endodontik?
F. Apakah indikasi dan kontraindikasi dilakukannya perawatan endodontik?
IV. Hipotesis
V. Learning Issue
2. Perawatan Endodontik
A. Jenis
B. Indikasi
C. Prosedur
3. Restorasi Akhir
Keluhan Utama Berapa lama, gejala, durasi nyeri, lokasi, onset, stimuli, pereda
nyeri, obat-obatan yang telah pasien konsumsi
Pemeriksaan klinis Facial symmetry, sinus tract, jaringan lunak, status periodontal,
karies, restorasi (rusak, baru direstorasi)
e) Previously Treated
Previously Treated adalah kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan bahwa gigi telah dirawat secara endodontik dan
saluran akar telah diobturasi dengan berbagai bahan pengisi selain
medikamen intrakanal. Gigi biasanya tidak merespons pengujian
termal atau elektrik pulpa.
f) Previously Initiated Therapy
Previously initiated therapy adalah kategori diagnostik klinis yang
menunjukkan bahwa gigi sebelumnya telah dirawat dengan terapi
endodontik parsial seperti pulpotomi atau pulpektomi. Bergantung
pada tingkat terapinya, gigi mungkin merespons atau tidak
merespons modalitas pengujian pulpa.
2. PERAWATAN ENDODONTIK
1. PULP CAPPING
Pulp Capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu atau beberapa lapis
bahan pelindung di atas pulpa vital yang terbuka. Tujuan pulp capping adalah
untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga
jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya.
a. Direct Pulp Capping
digunakan untuk menunjukkan bahwa bahan diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak boleh terkontaminasi oleh
saliva. Kalsium hidroksida dapat ditempatkan di dekat pulpa dan selapis
semen zinc okside eugenol dapat diletakkan di atas seluruh lantai pulpa
dan biarkan mengeras untuk menghindari tekanan pada daerah perforasi
bila gigi di restorasi. Pulpa diharapkan tetap bebas dari gejala patologis
dan akan lebih baik jika membentuk dentin sekunder. Agar perawatan ini
berhasil maka pulpa di sekitar daerah terbuka tersebut harus vital dan
dapat terjadi proses perbaikan.
Indikasi
o Pulpa vital
o Pulpa terbuka karena faktor mekanis dan dalam keadaan steril
o Penderita < 30 tahun
Prosedur
o Isolasi gigi.
o Preparasi kavitas permukaan oklusal pada tempat karies sampai
kedalaman 1,5 mm (yaitu kira-kira 0,5 mm ke dalam dentin) round
bur low speed,intermitten
o Ekskavasi karies yang dalam titik perdarahan, tanpa pengambilan
jaringan pulpapulp capping.
o Dressing kalsium hidroksida atap pulpa yang terbuka
Tumpatan Sementara
o Pasien kontrol kembali 3 - 6 minggu Tumpat tetap
Indikasi
o Gigi dengan karies dalam tanpa riwayat peradangan
Prosedur
o Tekniknya meliputi pembuangan semua jaringan karies dari tepi
kavitas dengan bur bundar kecepatan rendah.
o Lalu lakukan ekskavasi, hilangkan dentin lunak sebanyak mungkin
tanpa membuka kamar pulpa.
o Basis pelindung pulpa yang biasa dipakai yaitu zinc okside eugenol
atau dapat juga dipakai kalsium hidroksida yang diletakan di dasar
kavitas.
o Apabila pulpa tidak lagi mendapat iritasi dari lesi karies diharapkan
jaringan pulpa akan bereaksi secara fisiologis terhadap lapisan
pelindung dengan membentuk dentin sekunder.
o Agar perawatan ini berhasil jaringan pulpa harus vital dan bebas dari
inflamasi.
2. PULPOTOMI
Pulpotomi merupakan pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian
diikuti oleh penempatan obat di atas orifis yang akan menstimulasikan
perbaikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi disebut juga
pengangkatan sebagian jaringan pulpa. Pulpotomi dapat dipilih sebagai
perawatan pada kasus yang
melibatkan kerusakan pulpa yang cukup serius namun belum saatnya gigi
tersebut untuk dicabut, pulpotomi juga berguna untuk mempertahankan gigi
tanpa menimbulkan simtom-simtom khususnya pada anak-anak.
Indikasi
o Pulpa vital, bebas dari pus atau tanda nekrosis
o Pulpa terbuka karena faktor mekanis preparasi yang tidak hati-hati
o Pulpa terbuka karena trauma< 24 jam
o Apeks akar belum tertutup sempurna
o Usia < 20 tahun
a. Pulpotomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpotomi vital formokresol satu kali
kunjungan untuk gigi sulung:
o Siapkan instrumen dan bahan. Pemberian anestesi lokal untuk
mengurangi rasa sakit saat perawatan
o Isolasi gigi. Pasang rubber dam, jika rubber dam tidak bisa digunakan
isolasi dengan kapas dan saliva ejector dan jaga keberadaannya selama
perawatan.
o Preparasi kavitas. Perluas bagian oklusal dari kavitas sepanjang
seluruh permukaan oklusal untuk memberikan jalan masuk yang
mudah ke kamar pulpa.
o Ekskavasi karies yang dalam.
o Buang atap pulpa. Dengan menggunakan bur fisur steril dengan
handpiece berkecepatan rendah. Masukkan ke dalam bagian yang
terbuka dan gerakan ke mesial dan distal seperlunya untuk membuang
atap kamar pulpa.
o Buang pulpa bagian korona. Hilangkan pulpa bagian korona dengan
ekskavator besar atau dengan bur bundar kecepatan rendah.
o Cuci dan keringkan kamar pulpa. Semprot kamar pulpa dengan air
atau saline steril, syringe disposible dan jarum steril. Penyemprotan
akan mencuci debris dan sisa-sisa pulpa dari kamar pulpa. Keringkan
dan kontrol perdarahan dengan kapas steril.
o Aplikasikan formokresol. Celupkan kapas kecil dalam larutan
formokresol, buang kelebihannya dengan menyerapkan pada kapas dan
tempatkan dalam kamar pulpa, menutupi pulpa bagian akar selama 4
sampai dengan 5 menit.
o Berikan bahan antiseptik. Siapkan pasta antiseptik dengan mencampur
eugenol dan formokresol dalam bagian yang sama dengan zinc oxide.
Keluarkan kapas yang mengandung formokresol dan berikan pasta
secukupnya untuk menutupi pulpa di bagian akar. Serap pasta dengan
kapas basah secara perlahan dalam tempatnya. Dressing antiseptik
digunakan bila ada sisa-sisa infeksi.
o Restorasi gigi. Tempatkan semen dasar yang cepat mengeras sebelum
menambal dengan amalgam atau penuhi dengan semen sebelum
preparasi gigi untuk mahkota stainless steel.
Kunjungan pertama
o Siapkan instrumen dan bahan.
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Preparasi kavitas.
o Ekskavasi karies yang dalam.
o Buang atap kamar pulpa dengan bur fisur steril dengan handpiece
kecepatan rendah.
o Buang pulpa di bagian korona dengan ekskavator besar atau dengan
bur bundar.
o Cuci dan keringkan pulpa dengan air atau saline steril, syringe
disposible dan jarum steril.
o Letakkan arsen atau euparal pada bagian terdalam dari kavitas.
o Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
o Bila memakai arsen instruksikan pasien untuk kembali 1 sampai
dengan 3 hari, sedangkan jika memakai euparal instruksikan pasien
untuk kembali setelah 1 minggu
Kunjungan kedua:
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang tambalan sementara.
o Lihat apakah pulpa masih vital atau sudah non vital. Bila masih vital
lakukan lagi perawatan seperti pada kunjungan pertama, bila pulpa
sudah non vital lakukan perawatan selanjutnya.
o Berikan bahan antiseptik.
o Tekan pasta antiseptik dengan kuat ke dalam saluran akar dengan
cotton pellet.
o Aplikasi semen zinc oxide eugenol.
o Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
3. PULPEKTOMI
Pulpektomi merupakan pengangkatan seluruh jaringan pulpa.
Indikasi
o Pulpektomi merupakan perawatan untuk jaringan pulpa yang telah
mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel
o Gigi dengan kerusakan jaringan keras yang luas
o Indikasi perawatan pulpektomi pada anak adalah gigi yang dapat
direstorasi
o Anak dengan keadaan trauma pada gigi insisif sulung dengan kondisi
patologis pada anak usia 4-4,5 tahun, tidak ada gambaran patologis dengan
resorpsi akar tidak lebih dari dua pertiga atau tiga perempat
a. Pulpektomi Vital
Langkah-langkah perawatan pulpektomi vital satu kali kunjungan:
o Pembuatan foto Rontgen. Untuk mengetahui panjang dan jumlah
saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.
Pemberian anestesi lokal untuk menghilangkan rasa sakit pada saat
perawatan.
o Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari
kontaminasi bakteri dan saliva.
o Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa
dibuang dengan menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas
dengan bor fisur steril.
o Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan
ekskavatar atau bor bundar kecepatan rendah.
o Perdarahan yang terjadi setelah pembuangan jaringan pulpa
dikendalikan dengan menekankan cotton pellet steril yang telah
dibasahi larutan saline atau akuades selama 3 sampai dengan 5 menit.
o Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah
terlepas kemudian diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril.
Jaringan pulpa di saluran akar dikeluarkan dengan menggunakan jarum
ekstirpasi dan headstrom file.
o Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan
kotoran dan darah kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper
point steril yang telah dibasahi dengan formokresol kemudian
diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.
o Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal
dengan menggunakan jarum lentulo.
o Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.
o Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng
oksida eugenol atau seng fosfat.
o Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen.
Kunjungan pertama:
o Lakukan foto rontgen.
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi
dan desinfeksi kavitas.
o Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
o Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar
terlihat.
o Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan
membersihkan debris.
o Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar
pulpa.
o Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
o Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua:
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang tambalan sementara. Jaringan pulpa dari saluran akar di
ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
o Berikan Beechwood creosote.
o Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang
kelebihannya, lalu letakkan dalam kamar pulpa.
o Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
o Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga:
o Isolasi gigi dengan rubber dam.
o Buang tambalan sementara.
o Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai
stopper masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
o Letakkan semen zinc fosfat.
o Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
Indikasi
o Pulpa terinfeksi - menuju kematian pulpa.
o Resorpsi interna.
o Gigi nekrosis
o Devitalisasi intensional. Membangun retensi intracanal. Reposisi
mahkota malposisi.
o Kegagalan PSA retreatment
o Riwayat medis: kontraindikasi pencabutan.
Prosedur
o Membuat foto untuk diagnose dan rencana perawatan
o Menyiapkan file, paper point
o Melakukan devitalisasi untuk gigi yang masih vital
o Untuk gigi non vital dilakukan pre sterilisasi
o Open bur, mengambil atap pulpa, mencari orifis: preparasi akses kavitas
o DWF; tentukan panjang kerja
o Preparasi saluran akar dengan file, irigasi, foto preparasi: teknik
konvensional, teknik step back, teknik crown down
o Sterilisasi memakai paper point, obat, kapas steril, tumpatan sementara.
Sterilisasi ulang, sampai paper point kering dan tidak berbau
o Tes perbenihan
o Pengisian pasta Zn Oxide Eugenol: teknik single cone, teknik kondensasi
lateral, teknik kondensasi vertikal
o Foto pengisian
o Basis Zn PO4
o Control 2 minggu kemudian, apabila tidak ada keluhan, dapat ditumpat
tetap.
5. APEKSIFIKASI
Suatu metode perawatan pendahuluan saluran akar dengan tujuan merangsang
pertumbuhan apeks yang belum sempurna pada gigi nonvital, supaya
terbentuk osteodentin atau jaringan keras lainnya.
Indikasi
o Usia muda
o Nekrotik pulpa dengan apeks masih terbuka
o Apeksifikasi harus dilakukan pada gigi dengan apeks terbuka
o Dinding dentin tipis di mana teknik instrumentasi standar tidak dapat
membuat apical stop dalam memfasilitasi efektivitas pengisian saluran
akar
Prosedur
o Isolasi gigi
o Opening akses
o Preparasi biomekanik file besar gerakan filling, tekanan ke dinding
SA ringan
o Irigasi NaOCl
o Aplikasi Ca (OH)2 ke dalam SA apeks
o Tumpat Sementara (TS) double seal
o Kontrol 3-6 bulan kalo gagal ulang kembali
3. RESTORASI AKHIR
Gigi yang sudah dilakukan PSA akan mengalami beberapa perubahan yaitu
hilangnya struktur gigi yang cukup banyak, perubahan karakteristik fisik, dan
perubahan dalam hal estetik. Oleh karena itu, dokter gigi harus merencanakan
restorasi yang akan digunakan. Restorasi tersebut harus dapat melindungi jaringan
gigi terhadap fraktur, mencegah terjadinya infeksi ulang melalui saluran akar, dan
menggantikan struktur gigi yang hilang.
Jenis restorasi yang dapat digunakan tergantung pada sedikit banyaknya jaringan
keras gigi yang tersisa. Restorasi akhir baik restorasi plastis maupun rigid harus
dapat memperkuat sisa jaringan keras gigi yang masih ada dan dapat
mengembalikan fungsi gigi.
A. Restorasi Plastis
b. Dental Amalgam
Dental amalgam bukanlah bahan restorasi yang tepat untuk restorasi akhir
gigi root-filled, karena amalgam tidak melekat pada struktur gigi.
Restorasi amalgam memiliki kecenderungan untuk berubah bentuk di
bawah beban tekan dan memiliki koefisien muai panas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gigi (8–11 ppm/°C). Restorasi amalgam setelah
perawatan saluran akar dapat menyebabkan patahnya gigi root-filled.
Namun, penelitian sebelumnya melaporkan bahwa amalgam yang
diaplikasikan di bawah komposit meningkatkan resistensi gigi premolar
root-filled, tidak seperti ketika gigi direstorasi dengan amalgam saja.
Karena amalgam memiliki modulus elastisitas yang mirip dengan
komposit resin dan dentin, kombinasi amalgam-komposit dapat digunakan
pada kavitas yang luas dan dalam.
c. Resin Komposit
Penggunaan resin komposit sebagai restorasi gigi posterior banyak
digunakan karena memiliki banyak keuntungan seperti preparasi jaringan
keras gigi minimal, waktu pengerjaan singkat, warna restorasi seperti gigi
asli dan biaya lebih terjangkau.
Restorasi direct dengan resin komposit memberikan ketahanan lebih
terhadap fraktur gigi daripada amalgam, serta memberikan penguatan
intra-koronal. Namun, kekurangan utama resin komposit, seperti fraktur di
dalam tubuh, batas restorasi, dan penyusutan polimerisasi sehingga
menjadi pertimbangan bagi para klinisi. Akan tetapi, telah dikembangkan
beberapa strategi di laboratorium yaitu meningkatkan kandungan pengisi
anorganik meningkatkan berat molekul per kelompok reaktif, dan
mengembangkan komposit dengan matriks resin baru yang tidak
menyusut.
B. Restorasi Rigid
Restorasi rigid merupakan restorasi yang dibuat di luar mulut dari bahan
yang rigid atau kaku dan di semen pada preparasi kavitas gigi dengan
bahan perantara golongan semen. Restorasi rigid dapat dibagi menjadi
restorasi ektrakoronal, intrakoronal dan interadikuler.
1. Restorasi Ekstrakoronal
Salah satu contoh restorasi ekstrakoronal yaitu mahkota penuh atau
complete crown. Complete crown merupakan restorasi yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi asli. Terdapat
berbagai jenis complete crown, diantaranya:
Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang penuh atau full cast
crown. Merupakan suatu restorasi yang menyelubungi permukaan gigi
dari logam campur yang dituang.
Indikasinya yaitu untuk gigi molar dan premolar rahang atas dan
bawah, penderita dengan oklusi dan artikulasi yang berat, tekanan
kunyah besar, tidak memerlukan estetik, gigi dengan karies
cervikal, dekalsifikasi, dan enamel hipoplasi.
Kontraindikasinya yaitusisa mahkota gigi tidak cukup terutama
pada gigi dengan pulpa vital, memerlukan estetik pasien dengan
OH buruk sehingga restorasi mudah tarnish, gusi sensitif terhadap
logam.
2. Restorasi Intrakoronal
a. Inlay dan Onlay Logam
Inlay merupakan restorasi intrakoronal bila kerusakan mengenai
sebagian cuspatau tambalan yang berada di antara cusp, sehingga
ukurannya biasanya tidak begitu luas. Onlay merupakan restorasi
intrakoronal bila kerusakan mengenai lebih dari 1 cusp atau lebih dari
2/3 dataran oklusalkarena sisa jaringan gigi yang tersisa sudah lemah.
b. Inlay dan Onlay Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi gigi
posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah
dibandingkan dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan
abrasi dibandingkan dengan resin komposit. Porselen tidak sekuat
logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin
berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.
c. Inlay dan Onlay Komposit (indirect)
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect (tidak
langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit untuk
tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan
keramik, sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan kesulitan
apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur, mudah pecah saat
pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator. Sedangkan
resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih
murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah gingival dapat
dibuang hanya dengan menggunakan hand instrument.
Indikasinya: menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau
yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada
restorasi gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak sempurna
atau kurang baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila
pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat
polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat
dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah. Sedangkan
kekurangan restorasi secara indirect resin komposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting cement).
Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna
dari semen akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut.
e. Mahkota ¾
Disebut mahkota tiga per empat oleh karena dari 4 permukaan gigi,
hanya 3 permukaan yang ditutup oleh mahkota.Bagian yang tidak
tertutup oleh mahkota adalah bagian labial atau bukal. Mahkota
sebagian terutama dipakai sebagai retainer jembatan. Preparasinya
memerlukan pembuangan jaringan gigi yang jauh lebih sedikit
dibandingkan untuk mahkota penuh.Mahkota tiga per empat dapat
merupakan retainer yang baik pada gigi jika:
1. Bagian labial atau bukal dalam keadaan baik, histologis, anatomis,
maupun estetis.
2. Cukup tebal untuk membuat parit– parit proksimal untuk memberi
retensi.
3. Mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang, dan besar.
4. Mempunyai kedudukan normal (tidak malposisi).
5. Gigi-gigi yang cocok untuk dibuat mahkota tiga per empat adalah
incisivus sentral, premolar rahang atas, caninus dan premolar kedua
rahang bawah. Pada gigi ini terdapat permukaan proksimal yang
cukup lebar untuk dibuat parit sebagai retensi.
6. Sebagai retainer untuk short span bridge.
3. Restorasi Intradikuler
a. Mahkota Pasak
Pasak adalah suatu prosedur untuk membangun kembali suatu gigi
yang bertujuan menyediakan dukungan yang sesuai untuk suatu
mahkota. Pasak seperti jangkar untuk menempatkan mahkota.Pasak
ditempatkan di dalam akar gigi yang telah dilakukan perawatan saluran
akar.Terdiri dari poros dan post/tonggak yang disementasi pada saluran
akar. Bagian yang lain berupa jacket crown atau veneer crown atau
cast gold crown.
Indikasinya: gigi pasca perawatan endodontia,memperbaiki
inklinasi gigi, kerusakan mahkota gigi asli pada gigi posterior
maupun anterior yang cukup parah.
Kontraindikasinya: jaringan yang mendukung gigi tidak cukup, OH
buruk, dinding saluran akar tipis, resorpsi procesus alveolaris lebih
dari 1/3.Pasak juga bisa dilakukan pada gigi posterior.
REFERENSI
Larasati, Nidya., Kamizar, dan Munyati Usman. 2014. Distribusi Penyakit Pulpa berdasarkan
Etiologi dan Klasifikasi di RSKGM, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia Tahun
2009-2013.
Hargreaves, Kenneth M. and Louis H. Berman. 2011. Cohen's Pathways of the Pulp 11th
edition. Missouri: Elsevier
Rusdaningsih, Eny. 2012. Macam-Macam Perawatan Endodontik. Semarang.
Belli, Sema, etc. "Direct Restoration of Endodontically Treated Teeth: a Brief Summary of
Materials and Techniques." Springer International Publishing, 2015: 182-189.
Fatmawati, Dwi Warna Aju. 2011. “Macam-Macam Restorasi Rigid Pasca Perawatan
Endodontia”. Stomatognatic (J. K. G. Unej). 8 (2), 96-102.
Wadiadnyani, Ni Kadek Eka. “Perawatan Saluran Akar Satu Kali Kunjungan pada Gigi
dengan Karies Servikal Dilanjutkan dengan Restorasi Komposit dan Pasak Fiber.” Bali
Dental Journal, 2019: 85-91.
Belli, Sema, etc. "Direct Restoration of Endodontically Treated Teeth: a Brief Summary of
Materials and Techniques." Springer International Publishing, 2015: 182-189.