Penegakan diagnosa dilakukan melalui beberapa tahapan pemeriksaan yang meliputi
pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
subjektif dipusatkan pada informasi yang diberikan pasien menyangkut keluhan utama, penyakit giginya, dan penyakit sistemik pada pasien. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan klinis yang dilakukan operator untuk melihat tanda dan gejala penyakit pulpa dan periapikal. Pemeriksaan penunjang seperti foto radiografik digunakan untuk melihat keadaan gigi yang tidak dapat terlihat oleh mata seperti kelainan periapikal agar hasilnya akurat dan diagnosa yang ditegakkan benar sehingga pemilihan rencana perawatan dan perawatan yang dilakukan dapat berjalan secara optimal dan menghasilkan prognosis yang baik. 2.1 Pemeriksaan Subjektif Pemeriksaan Subjektif dilakukan dengan menggali informasi sebanyak mungkin dari pasien meliputi keluhan utama (anamnesis), riwayat medis dan riwayat dental. Keluhan utama merupakan alasan spesifik mengapa pasien datang ke klinik atau rumah sakit, dicatat dalam bahas apa adanya menurut pasien yang nantinya merupakan dasar utama yang menyediakan informasi tentang gejala atau hal patoligis yang akan kita cari dalam pemeriksaan selanjutnya. Riwayat medis pada perawatan endodontik secra spesifik tidak menjadi kontraindikasi hanya pada keadaan tertentu penyakit yang relevan dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukannya perawatan endodontik seperti alergi, tendensi perdarahan, penyakit jantung, kelainan imun, atau pasien yang mengonsumsi obat yang terkait endokrin ataupun sistem saraf. Riwayat penyakit dental merupakan langkah yang penting untuk menggali informasi terkait keluhan utama pasien. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riwayat penyakit, lokasi, keparahan, durasi, karakter dan stimulus yang menimbulkan nyeri. Nyeri yang timbul karena stimulus suhu dan menyebar, kemungkinan berasal dari pulpa. Nyeri pada saat makan atau mengunyah dan jelas batasnya kemungkinan berasal dari daerah periapikal. Faktor penting yang membentuk kualitas dan kuantitas nyeri adalah spontanitas, intensitas, dan durasinya. Seorang klinisi yang pandai akan mampu menetapkan diagnosis sementara melalui pemeriksaan subjektif, sedangkan pemeriksaan objektif dan radiografi digunakan untuk konfirmasi (Torabinejad, 2002). Sangat sakit biasanya belum lama dan membuat pasien cepat kedokter. Dapat disebabkan pulpitis irreversibel, periodontitis apikal akut atau abses. Rasa sakit ringan, atau sakit ringan sampai sedang atau sudah lama biasanya sudah lama diderita pasien dan tidak dapat dipakai sebagai tanda adanya penyakit pulpa. Spontanitas rasa sakit: Tanpa stimulus disebut spontan seperti pada pulpitis irreversibel. Kontinuitas rasa sakit: Rasa sakit tetap ada (kontinu) walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Menandakan pulpa dalam keadaan vital, dan sakit yang kontinu disebut pulpitis irreversibel. Ketika pulpa sudah nekrotik, sakit yang kontinu terjadi akibat tekanan atau pemakaian gigi menandakan adanya kelainan periapikal
2.2 Pemerikasaan Objektif Pemeriksan objektif merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh operator dengan berbagai metode. Yaitu: 1. Pemeriksaan Visual 2. Pemeriksaan Ekstraoral Dilihat apakah ada pembengkakan atau perubahan warna. Seperti pembengkakan di rahang bawah daerah submandibular atau mandibular. Di rahang atas pembengkakan sampai di bawah mata akibat infeksi gigi kaninus. Selain itu perhatikan juga apakah ada pembengkakan kelenjar limfe. 1. Pemeriksaan Intraoral Meliputi jaringan lunak atau gingiva, lidah, bibir apa ada kemerahan, pembengkakan fistel yang biasanya disebabkan gigi yang mengalami kelainan periapikal. Perubahan warna, kontur, dan tekstur gigi geligi, serta perhatikan kebersihan mulut pasien. 2. Tes Vitalitas Pulpa 3. Test Thermal. Test termis (panas dan dingin) merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi vitalitas pulpa atau sesnsitivitas pulpa. Tes dingin dengan menggunakan batangan es, chloretil, dan air dingin. Penggunaan yang paling sering adalah dengan chloretil yang disemprotkan pada cotton pellet kemudian ditempelkan pada permukaan gigi yang karies yang telah dilakukan eskavasi terlebih dahulu, atau pada bukal dipertengahan mahkota. Apabila respon terhadap rangsang dingin positif menandakan bahwa pulpa gigi tersebut masih vital, sedangkan apabila gigi tersebut tidak merespon menandakan bahwa pulpa gigi dalam keadaan nonvital atau nekrosis. Tes panas tidak dilakukan secara rutin, berguna jika ada keluhan pada gigi yang sulit dilokalisir. Respon yang hebat dan menetap merupakan indikasi dari pulpitis irreversibel. Tes panas dapat menggunakan air panas, burnisher, atau menggunakan gutta percha yang dipanaskan, bahan dan alat diletakkan pada kavitas yang sudah dikeringkan kemudian diangkat dan amati respon pasien. 1. Test Elektris Alat yang digunakan yaitu EPT (Electic Pulp Test) merupakan alat pembantu dalam menentukan vitalitas gigi dengan menggunakan aliran listrik yang bertahap untuk mendapatkan respon dari pulpa. Angka yang ditunjukkan oleh alat tidak terlalu berperan. 1. Tes Sondasi Sondasi dengan sonde dapat menunjukkan karies yang luas atau sekunder , terbukanya pulpa, fraktur mahkota dan restorasi yang rusak. Pada beberapa keadaan seperti karies besar di korona, sonde dapat memberikan bantuan yang memadai dalam menegakkan diagnosis. Hasil positif menandakan pulpa gigi yang masih vital. 1. Tes Anestesi Berguna untuk menentukan gigi yang sakit ketika pasien tidak dapat melokalisir rasa sakit tersebut pada gigi yang tepat, pasien hanya menyataka sakitnya didaerah sekitar atau bagian tertentu. Dilakukan dengan anestesi blok pada salah satu sisi rahang, apabila rasa sakit hilang berarti menandakan bahwa gigiyang sakit berada pada sisi yang teranestesi, apabila tidak hilang berarti gigi yang sakit berada pada sisi yang tidak teranestesi. 1. Tes Kavitas Tes ini biasanya dilakukan pada keadaan dentin sklerotik. Dilakukan dengan menggunakan bor kecepatan rendah tanpa menggunakan penfdingin, dilakukan pengeboran sampai daerah DEJ. Apabila memberikan rasa sakit menandakan bahwa pulpa masih dalam keadaan vital. 3. Tes Kelainan Periapikal 4. Tes Perkusi Perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yangpositif menandakan adanya inflamasi periapikal. Bedakan intensitas rasa sakitdengan melakukan perkusi gigi tetangganya yang normal atau respon positif yangdisebabkan inflamasi ligamen periapikal, karena adanya peradangan pulpayang berlanjut ke apikal dan meluas mengenai jaringan penyangga. Gigi diberi pukulan cepat dan tidak keras, dengan menggunakan tangkai suatu instrumen, untuk menentukan apakah gigi merasa sakit. Suatu responsensitif yang berbeda dari gigi disebelahnya, biasanya menunjukkan adanya periodontitis. Sering juga, arah pukulan harus diubah dari permukaan vertikal- oklusal ke permukaan bukal atau lingual mahkota dan tiap bonjol dipukul dengan urutan berbeda. Akhirnya, sambil mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai rasa sakit gigi tertentu, klinisi akan memperoleh suatu respon yang lebih benar, bila pada waktu yang sama diperhatikan gerakan badan pasien, dan reflex respon rasa sakit. 1. Tes Palpasi Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi intraoral atau ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagianlabial dari gigi yang biasanya sudah nonvital.Tes sederhana ini dilakukan dengan ujung jari menggunakan tekanan ringanuntuk memeriksa konsistensi jaringan dan respon rasa sakit. Meskipun sederhana,tetapi merupakan suatu tes yangpenting.Bila ada pembengkakan tentukan hal berikut(1) apakah jaringan fluktuan dan cukup membesar untuk insisi dan drainase;(2) adanya, intensitas dan lokasi rasa sakit; (3) adanya dan lokasi adenopati dan(4) adanya krepitasi tulang.
1. Tes Tekan Dilakukan dengan cara pasien menggigit ujung tangkai instrumen seperti kaca mulut atau dilakukan dengan cara memberikan tekanan dengan jari. Untuk mengetahui adanya fraktur atau kelainan pada periapikal. 4. Tes Kelainan Periodontal 5. Tes Mobilitas Tes mobilitas digunakan untuk mengevaluasi integritas jaringan periodontal gigi. Tes ini terdiri menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya dengan menggunakan jari atau menggunakan tangkai dua instrument. Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah gigi terikat kuat atau longgar pada soketnya. Jumlah gerakan menunjukkan kondisi periodonsium; makin besar gerakannya, makin jelek status periodontalnya. Demikian pula, tes untuk depresibilitas adalah dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya. Tes ini dapat dilakukan dengan jari atau instrumen. Bila terdapat depresibilitas, kemungkinan untuk mempertahankan gigi jelek dan tidak ada harapan. Mobilitas grade 1 adalah kecil dari 1 mm mobilitas grade 2 adalah gerakan gigi dalam jarak 1 mm, dan mobilitas grade 3 gerakan lebih besar dari 1 mm disertai arah vertikal.
5. Tes Transluminasi Berguna untuk pemeriksaan gigi anterior yang nekrotik, menentukan gigi yang fraktur yang tidak terlihat pada foto ronsen, melihat fraktur vertikal, dan dapat digunakan untuk menentukan orifis. Caranya dengan menggunakan sinar (fiber otic, halogen, LED, dan pantulan kaca mulut) PEMBAHASAN Perawatan endodontik adalah bagian perawatan konservasi gigi yang bertujuan untuk mempertahankan gigi vital yang tereksponasi ataupun gigi nonvital selama mungkin di dalam rongga mulut agar tetap dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Untuk melakukan pilihan perawatan dan keberhasilan perawatan harus ditegakkan diagnosa yang tepat untuk gigi tersebut. Diagnosa pada gigi tersebut melibatkan diagnosa untuk kelainan pulpa dan kelainan periapikalnya. Penegakkan diagnosa meliputi bebrapa pemeriksaan. pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan subjektif dipusatkan pada informasi yang diberikan pasien menyangkut keluhan utama, penyakit giginya, dan penyakit sistemik pada pasien. Pemeriksaan objektif meliputi pemeriksaan klinis yang dilakukan operator untuk melihat tanda dan gejala penyakit pulpa dan periapikal. Pemeriksaan penunjang seperti foto radiografik digunakan untuk melihat keadaan gigi yang tidak dapat terlihat oleh mata seperti kelainan periapikal. Pemeriksaan subjektif berpusat pada informasi yang didapatkan dari pasien. Berupa keluhan utama, riwayat medis, dan riwayat dental. Riwayat dental ditanyakan mengenai nyeri yang dirasakan oleh pasien, spontanitas nyeri, durasi nyeri, stimuli nyeri, dan faktor apa saja yang memberatkan dan meringankan sakit atau nyeri yang dirasakan pasien. Pemeriksaan ini menggunakan komunikasi yang baik yang dapat dimengerti oleh pasien sehingga hal ini sangat membantuk operator untuk menentukan diagnosa atau diagnosa sementara. Pemeriksaan objektif meliputi banyak hal. Pemeriksaan vitalitas pulpa (tes thermis yaitu dingin dan panas, tes elektris, tes anestesi, tes sondasi dan tes kavitas) pemeriksaan tes ini apabila hasilnya positif manandakan bahwa pulpa masih dalam keadaan vital, apabila gigi tidak bereaksi atau pasien tidak merasakan sakit atau nyeri pada saat dilakukan tes ini maka dapat dinyatakan pulpa dalam keadaan nonvital (neksosis pulpa). Pulpa vital dalam diagnosanya dibagi menjadi dua yaitu pulpitis reversibel dan pulpitis irreversibel. Untuk membedakan kedua diagnosa pulpa vital ini pada pemeriksaan subjektif ditanyakan mengenakan nyeri spontanitas dan stimulus. Pada pemeriksaan vitalitas, apabila dilakukan tes seperti tes dingin, nyeri yang dirasakan pasien menetap atau tidak. Pulpitis reversibel tidak mengalami nyeri yang spontan, muncul rasa sakit ketika adanya rangsangan seperti pada saat minum dingin, begitu rangsangan dihilangkan maka rasa nyeri atau sakitpun ikut hilang. Sedangkan pada pulpitis irreversibel nyeri yang dirasakan pasien dapat datang secara spontan atau tiba-tiba yang dapat menetap dan terus menerus dalam waktu yang lama, bertambah parah pada saat perubahan posisi badan, serta dapat mengganggu tidur. Kelainan periapikal dapat ditetapkan dengan pemeriksaan periapikal yaitu tes palpasi, tes perkusi, dan tes tekan. Kelainan periapikal dapat bersifat akut dan kronis. Gigi dengan keluhan sakit yang tumpul, dalam waktu yang lama, dan terus menerus tergolong dalam sakit yang bersifat akut. Sedangkan nyeri yang cenderung datang hanya sesekali dan umumnya tidak menimbulkan gejala menandakan bahwa kelainan periapikal tersebut dalam keadaan kronis. Kelainan periapikal yang meninmbulkan bengkak disekitar apeks atau sudah mungulnya jalan keluar (fistula) menandakan bahwa jaringan periapikal sudah berlanjut peradangannya hingga diagnosa periapikalnya dapat berubah menjadi abses periapikal yang juga dapat bersifat akut dan kronis. Untuk diagnosa periapikal tersebut dapat dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu foto ronsen uttuk melihat keadaan periapikal yang tidak terlihat oleh mata. Setelah semua pemeriksaan dilakukan secara baik, teliti, dan hati-hati maka diagnosa yang tepat dapat ditegakkan. Setelah diagnosa ditegakkan dapat dilakukan pemilihan rencana perawatan agar hasil perawatan endodontik dapat optimal sehingga gigi tetap bertahan di dalam rongga mulut.