Anda di halaman 1dari 17

RESTORASI RESIN KOMPOSIT PADA GIGI ANTERIOR PERMANEN

PENDAHULUAN
Trauma yang menyebabkan fraktur pada gigi insisif permanen, merupakan
pengalaman yang menakutkan pada pasien anak. Keadaan ini membutuhkan penilaian dan
pengalaman yang cukup memadai pada setiap dokter gigi. Trauma pada gigi selalu harus
dipertimbangkan sebagai suatu keadaan darurat dan harus segera dilakukan perawatan untuk
mengurangi rasa sakit, mengurangi risiko bertambahnya kerusakan gigi sehingga
menghasilkan prognosis yang lebih baik.1
Pada gigi sulung maupun gigi permanen, trauma paling sering mengenai gigi anterior,
terutama gigi insisif sentral rahang atas. Hal ini disebabkan posisinya yang paling menonjol
dalam mulut dan paling sering menerima pukulan langsung. Terjadinya fraktur pada gigi
anterior didukung oleh faktor predisposisi antara lain accident prone profile dengan susunan
gigi anterior yang protrusif dengan jarak overjet yang besar, maloklusi kelas I tipe 2 atau
kelas II divisi 1 atau yang mengalami overjet lebih dari 3 mm, keadaan yang memperlemah
gigi seperti hipoplasia email, kelompok anak penderita cerebral palsy, dan anak dengan
kebiasaan mengisap ibu jari yang menyebabkan gigi anterior protrusif dan penutupan bibir
yang tidak sempurna.1,2 Dengan semakin meningkat overjet, frekuensi proporsional terjadinya
trauma pada gigi juga meningkat. Frekuensi trauma yang terjadi pada gigi anterior pada anak
dengan overjet 3-6mm adalah dua kali lipat dari anak dengan overjet 0-3mm. Bagi anak
dengan overjet lebih besar dari 6mm frekuensi terjadi trauma adalah tiga kali lipat.3
Ellis dan Davey melaporkan dari 4251 anak usia sekolah, 4,2% pernah mengalami
fraktur pada gigi anterior, Trauma pada gigi permanen paling sering terjadi pada usia 9 dan
10 tahun, dan anak laki-laki lebih sering terkena trauma dibanding anak perempuan dengan
perbandingan 2:1. Hal ini disebabkan anak laki-laki lebih aktif dalam bermain dan berolah
raga.1
Klasifikasi trauma pada gigi didasarkan oleh beberapa faktor seperti etiologi, anatomi,
patologi, atau perawatannya, terdapat beberapa klasifikasi trauma yang telah dikemukan,
diantaranya adalah klasifikasi WHO, klasifikasi Andreasen, dan klasifikasi Ellis. Ellis dan
Davey telah berhasil mengklasifikasikan trauma pada gigi menjadi 8 kelas. Tambalan resin
komposit hanya digunakan pada Ellis dan Davey kelas 1 yaitu fraktur pada makhota gigi
1

mengenai sedikit atau tidak sama sekali dentin dan kelas 2 yaitu fraktur makhota yang luas,
mengenai dentin tetapi tidak menyebabkan pulpa terbuka. Restorasi gigi anterior yang
mengalami fraktur sebaiknya tidak ditunda sampai kunjungan berikutnya. Restorasi tersebut
penting untuk mempertahankan fungsi bicara dan estetik, mencegah pergeseran gigi
sebelahnya mengisi ruang yang kosong, over erupsi gigi antagonis dan pergerakan kearah
labial gigi yang mengalami fraktur.4
Bahan resin komposit merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk merestorasi
gigi anterior yang mengalami fraktur. Keadaan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dalam
bidang material kedokteran gigi. Para peneliti telah membuktikan bahwa resin komposit
mempunyai sifat fisik dan mekanik resin dan menyebabkan perubahan sifat mekanis resin
yang lebih baik jika dibandingkan dengan bahan tumpatan lain yang diketemukan
sebelumnya, misalnya silikat ataupun resin akrilik. Kelebihan resin komposit yang lain yaitu
pada waktu tahap preparasi tidak mernbuang jaringan dari gigi terlalu banyak, perlekatannya
secara adesif.5 Bahan ini juga dapat berfungsi sebagai restorasi semi permanen dan ideal
untuk merestorasi gigi anterior karena secara estetik memuaskan. Resin komposit mempunyai
kestabilan warna yang baik dalam jangka waktu lama dan dapat dipoles untuk mendapatkan
hasil akhir.1
Restorasi resin komposit mempunyai keterbatasan, karena itu dibutuhkan restorasi
yang memberikan nilai estetik dan kepuasan pada pasien. Umumnya restorasi akhir dari
fraktur gigi insisif adalah makhota jaket. Restorasi makhota jaket sebaiknya ditunda sampai
usia anak mencapai 18 tahun, seiring dengan mengecilnya kamar pulpa sehingga preparasi
dapat dilakukan dengan aman.1

KOMPONEN DAN KOMPOSISI BAHAN RESIN KOMPOSIT


Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensidari sekurang-kurangnya
dua bahan kimia yang berbeda secara kimia dengan suatu komponen pemisah yang nyata
diantara keduanya. Bila konstruksi tepat, kombinasi ini akan memberikan kekuatan yang
tidak akan diperoleh bila hanya digunakan satu komponen saja. Bahan restorasi komposit
adalah suatu bahan matriks resin yang di dalamnya ditambahkan komponen anorganik
sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Kebanyakan bahan komposit
saat ini menggunakan molekul BIS-GMA, yaitu monomer dimetakrilat yang disintesis oleh
2

reaksi bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Reaksi ini dikatalisasi oleh amine-peroksida. Bahan
pengisi berfungsi untuk mengurangi pengerutan pada saat polimerisasi dan menambah
kekerasan. Indeks bias dan kepadatan partikel pengisi mirip dengan struktur gigi.5
1. Bahan Pengisi (Filler)
Dimasukkannya partikel pengisi ke dalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat
bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks. Bila tidak, partikel
bahan pengisi dapat melemahkan bahan. Karena pentingnya bahan pengisi yang berikatan
kuat, jelas terlihat bahwa penggunaan bahan pengisi tambahan sangatlah diperlukan untuk
keberhasilan suatu bahan komposit. Jumlah pengisi yang dapat dimasukkan ke dalam matriks
resin umumnya dipengaruhi oleh daerah permukaan pengisi.
Bahan pengisi akan berfungsi mengurangi muai panas dan meningkatkan ketahanan
bahan terhadap abrasi. Bahan pengisi anorganik yang digunakan adalah komponen
aluminium silikat danglass sphere serta rod. Kekurangan dari bahan-bahan ini adalah ikatan
antara bahan pengisi dan matriksnya yang memungkinkan partikel bahan pengisi yang relatif
besar terungkit sehingga terbentuk permukaan yang selalu kasar.
Filler memainkan peran penting dalam resin komposit. Sebagian besar sifat penting dari
resin ditentukan oleh pengisi konten tersebut. pengisi komposit diklasifikasikan oleh bahan,
bentuk dan ukuran. Banyak klasifikasi yang berbeda dari pengisi telah diusulkan. Mereka
secara luas diklasifikasikan menjadi 3 kelompok-macrofilers, microfillers dan nanofillers.
Campuran ukuran partikel yang berbeda disebut sebagai hybrida.
Selain itu partikel filler ke resin secara signifikan meningkatkan sifat-sifatnya:
1. Karena resin yang hadir kurang, terjadi kekurangan curing shrinkage yang
mengurangi kebocoran marjinal
2. Filler memainkan peran penting dalam pemakaian resin komposit. Semakin kecil
ukuran dan tinggi konsentrasi filler semakin baik ketahanan aus.
3. Filler memainkan peran penting dalam kehalusan permukaan dan estetika
4.
5.
6.
7.
8.

komposit
Mengurangi penyerapan air
Meningkatkan sifat mekanik seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan
Mengurangi ekspansi dan kontraksi termal.
Meningkatkan penanganan klinis (meningkat viskositas)
Radiopaque membantu meningkatkan diagnostik (deteksi karies)

2. Resin Matrix
Kebanyakan resin biasanya didasarkan pada oligomer dimethacrylate (BIS-GMA) atau
urethane dimethacrylate (UDMA). BIS-GMA dan UDMA adalah cairan pekat dengan ikatan
molekuler monomer yang rendah (dimethacrylate) ditambah untuk mengontrol konsistensi
pasta komposit. Kedua oligomer dan ikatan molekuler monomer yang rendah digambarkan
sebagai ikatan atom C rangkap dua yang bereaksi untuk mengubah keduanya menjadi
polimer.
3. Silane Coupling Agent
Untuk mendapatkan sebuah ikatan yang bagus antara inorganic filler dan resin matrix ,
diberikan silane pada permukaan filler di mana silane memiliki kelompok yang bereaksi
dengan filler inorganik dan kelompok lain bereaksi dengan matrix organik.
Bila ingin mendapatkan dan mempertahankan sifat optimum dari komposit, partikel
pengisi harus melekat pada matriks resin. Ini akan menyebabkan matriks polimer yang lebih
plastis meneruskan stres ke partikel filler yang lebih kaku. Ikatan antara kedua tahap
komposit ini dibentuk oleh coupling agent. Aplikasi coupling agent yang tepat (biasanya
berupa silane) dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanis serta memberikan stabilitas
hidrolitik untuk mencegah air berpenetrasi di antar permukaan resin-filler.

JENIS RESIN KOMPOSIT


Adapun jenis resin komposit biasanya dibagi atas tiga tipe berdasarkan atas ukuran,
jumlah dan komposisi dari bahan pengisi anorganiknya, yaitu4:
1. Resin komposit konvensional
2. Resin komposit mikrofiller
3. Resin komposit hibrida

1. Resin Komposit Konvensional


Resin komposit ini umumnya terdiri dari 75-80% dari berat bahan pengisi
anorganiknya. Ukuran rata-rata partikel dari resin komposit konvensional ini pada tahun 1980
4

kira-kira 8m. Karena partikel pengisinya relatif besar dan keras sekali, resin komposit
konvensional memperlihatkan tekstur permukaan yang kasar tersebut menyebabkan restorasi
lebih mudah mengalami perubahan warna akibat adanya extrinsik stain4.
2. Resin Komposit Mikrofiller
Bahan ini diperkenalkan pada tahun 1972 dan didesain untuk menggantikan
karakteristik resin komposit konvensional yang permukaannya kasar dengan permukaan yang
halus yang hampir sama seperti enamel gigi.
Resin komposit ini mengandung partikel kolloida silica dengan diameter rata-rata
0,01m-0,04m yang terdiri dari kira-kira 35%-60% dari berat bahan pengisi anorganiknya.
Ukuran partikelnya kecil menghasilkan permukaan yang halus setelah restorasi dipolishing
sehingga pengaruh perlekatan plak dan extrinsik stain dapat diminimalisasikan4.
3. Resin Komposit Hibrida
Resin komposit ini dikembangkan untuk mendapatkan karakteristik fisik dan mekanis
yang baik dari resin komposit konvensional dengan permukaan yang halus yang dapat
merupakan sifat dari resin komposit mikrofiller.
Resin ini mengandung kira-kira 75-85% dari berat bahan pengisi anorganiknya.
Bahan pengisinya merupakan campuran antara mikrofiller dan makrofiller dengan ukuran
rata-rata 0,4m-1m4.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT

Indikasi untuk restorasi resin :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lesi interproksimal (klas III gigi anterior)


Lesi pada bagian labial gigi anterior (Klas V)
Lesi pada bagian bukal gigi premolar (Klas V)
Kehilangan sudut insisal
Fraktur pada gigi anterior
Untuk tujuan build-up
Lesi pada bagian oklusal dan interproksimal pada gigi posterior (Klas I dan Klas
II)6

Gambar 1. Sudut gigi yang fraktur yang dibuild-up dengan menggunakan komposit (a) Sudut
gigi insisivus sentralis yang telah fraktur (b) Setelah dilakukan build-up dengan komposit
resin light cure.6
Kontraindikasi resin komposit6:
1. Lesi bagian distal pada cusp
2. Pasien dengan insidens karies yang tinggi dan tidak terkontrol.
Materi resin tidak direkomendasikan untuk lesi pada bagian distal dari gigi kaninus,
dan apabila memungkinkan, restorasi metal dianjurkan. Tekanan yang normal pada lengkung
rahang ada tendensi untuk memberi tekanan lebih ke arah mesial dan satu materi yang lembut
atau abradable akan memungkinkan kontak distal untuk merata, mengurangi lebar mesialdistal normal dari gigi kaninus, yang akan memberikan tekanan pada jaringan interdental,
yang menyebabkan irritasi konstan pada gingiva.6

KEUNTUNGAN PEMAKAIAN RESIN KOMPOSIT


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mempunyai estetis yang baik


Mempunyai konduktivitas termal yang rendah
Tidak menimbulkan reaksi galvanism
Sistem bondingnya mempertinggi kekuatan gigi terhadap fraktur
Melindungi struktur gigi yang tersisa
Radiopak
Sebagai bahan alternatif pengganti amalgam4

KERUGIAN PEMAKAIAN RESIN KOMPOSIT

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Polymerization shrinkage
Sering terbentuknya mikroleakage yang akhirnya menjadi karies sekunder
Sensitivitas pasca penambalan
Memerlukan ketrampilan sensitivitas yang tinggi
Ketahanan dalam pemakaian
Menyerap air
Marginal leakage.4

KLASIFIKASI DASAR FASE-FASE YANG BERBEDA PADA KOMPOSIT


Berikut ini adalah deskripsi singkat dari jenis yang telah tersedia untuk profesi, dalam
rangka pengembangan kronologis mereka5:
1. Komposit generasi pertama
Terdiri dari makro fase memperkuat keramik dalam matriks resin yang tepat.
Komposit generasi pertama memiliki kekasaran permukaan tertinggi dengan partikel besar.
Versi yang lebih baru dari bahan-bahan ini, lebih kecil, lebih lembut, partikel yang lebih bulat
dari dimensi variabel telah mengurangi kelemahannya.
2. Komposit generasi kedua
Komposit ini, dengan fase koloidal dan mikrokeramik dalam fase resin kontinue,
menunjukkan tekstur permukaan terbaik dari semua komposit resin. Namun, sifat-sifat
kekuatan dan koefisien ekspansi termal tidak menguntungkan karena persentase terbatas
motif penguat yang dapat ditambahkan tanpa meningkatkan viskositas luar batas kemampuan
kerja. Meskipun kesulitan dalam sepenuhnya wetting partikel memperkuat dengan agen
bonding, resistansi

adalah lebih baik dari komposit generasi pertama karena kerapatan

dimensi partikel dispersion ke molekul makro dispersi matriks, dan kesulitan menarik
partikel keramik di elemen abrading
3. Komposit generasi ketiga
Ini komposit hibrida, ini adalah kombinasi dari keramik makro dan mikro (koloidal)
sebagai motif penguat.Dalam rasio 75:25 dalam resin fasa kontinu sesuai. Persentase
penguatan keramik lebih mendekati

bahan generasi pertama. Sifat dari kombinasi antara

bahan generasi pertama dan kedua


4. Komposit generasi keempat
7

Komposit ini juga jenis hybrid, sepatutnya pengisi keramik makro, tapi mengandung
heat-cure, berbentuk tidak teratur, sangat diperkuat komposit makro-partikel dengan fase
penguat mikro (koloidal) - keramik. Meskipun bahan ini lakukan menghasilkan restorasi
superior, bahan ini sangat sensitif. Namun demikian, mereka mampu memberikan lebih
banyak restorasi permenan dengan tekstur dan kapasitas estetik hanya sedikit kurang
memuaskan dari bahan generasi kedua. Mereka menunjukkan sifat fisik dan mekanik antara
sistem generasi pertama dan ketiga
5. Komposit generasi kelima
Komposit ini sistem hibrida di mana fase resin kontinue diperkuat dengan keramik
mikro (koloidal) dan makro, bulat, kuat, partikel komposit heat-cure. Fase kontinu partikel
ini adalah sama dengan (kimia bondable dengan) akhir fase kontinue komposit. Bentuk bulat
dari partikel makro komposit akan meningkatkan wettability mereka, dan akibatnya, ikatan
kimia mereka ke fase kontinue dari komposit akhir. Menggunakan berbagai ukuran dari bola
tersebut, dengan cara matematis dihitung, akan meningkatkan faktor kemasan dari komposit
akhir. Ini hasil dari mudah "slip" yang terjadi, antara partikel, meskipun viskositas tinggi dari
matriks yang sangat diperkuat
Dari uraian mikro-struktural, itu harus jelas bahwa tekstur permukaan dan memakai
bahan-bahan tersebut akan sebanding dengan sistem komposit generasi kedua. sifat fisik dan
mekanik yang mirip dengan bahan generasi keempat
6. Komposit generasi keenam
Komposit ini adalah jenis hybrid di mana fase kontinyu diperkuat dengan kombinasi
mikro (koloidal) - keramik dan gumpalan dari sintered mikro (koloidal) - keramik. Jenis
komposit menunjukkan persentase tertinggi partikel kuat. Semua komposit, memiliki sifat
mekanik terbaik. Karakteristik resistansi dan tekstur permukaan yang mirip dengan sistem
generasi keempat. Selain itu, bahan ini menunjukkan sifat shrinkage yang kurang , karena
jumlah minimum fase kontinue wujud, dan juga karena sifat terkondensasi.

MEKANISME KERJA RESIN KOMPOSIT


ETSA

Bahan etsa yang diaplikasikan pada email menghasikan perbaikan ikatan antara
permukaan email-resin. Salah satu alasannya adalah asam meninggalkan permukaan email
yang bersih, yang memungkinkan resin membasahi permukaan dengan lebih baik. Asam juga
menyerang permukaan email, meninggalkan permukaan yang secara mikroskopis tidak
teratur. Jadi, bahan etsa membentuk lembah dan puncak pada email yang memungkinkan
resin terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Resin tag
kemudian menghasilkan suatu perbaikan ikatan resin pada gigi. Panjang tag yang efektif
sebagai suatu hasil etsa pada gigi anterior dewasa adalah 7-25 m.6
Asam fosfor adalah bahan etsa yang digunakan. Kosentrasi 35 hingga 50% adalah tepat.
Banyak pabrik memasok asam ini dalam bentuk larutan atau gel bersama resin. Pada akhir
dari penempatan bahan restorasi, dentin dilindungi dengan suatu pelapik kemudian larutan
asam ditempatkan pada email menggunakan kapas kecil atau sikat bulu unta yang haus.
Pencegahan dilakukan untuk membatasi aplikasi asam dan mencegah mengalirnya asam ke
daerah-daerah email tepi yang tidak diinginkan. Isolator karet dipasang untuk membatasi
aliran asam. Asam yang berbentuk gel lebih baik digunakan untuk mencegah aliran asam
yang berlebihan pada email. Asam diaplikasikan dan dibiarkan tanpa diganggu kontaknya
dengan email selama minimal 15-20 detik tanpa menyeka atau menghapus permukaan email.
Asam dan bahan dekalsifikasi dibersihkan dengan air selama minimal 30 detik kemudian
dikeringkan selama 15 detik dengan alat pengering. Alat pengering harus terjamin bebas dari
kontaminasi.7
Email yang teretsa harus tampak terdekalsifikasi yaitu berwarnna putih. Jika belum
terlihat putih, diduga bahwa asam kurang adekuat, dan asam tersebut harus diaplikasikan
kembali agar menghasilkan permukaan email yang cukup untuk menerima dan mendukung
perlekatan resin. Biasanya cukup dilakukan satu kali aplikasi, yang diikuti dengan cepat oleh
prosedur restorasi. Namun, gigi pasien yang seriing kumur-kumur dengan fluor biasanya
resisten terhadap dekalsifikasi, sehingga perlu berkali-kali dietsa. Pada beberapa keadaan,
diperlukan waktu tambahan untuk menjamin dekalsifikasi email. Sebaliknya, email yang
belum matang pada anak-anak lebih cepat teretsa daripada email yang matang pada dewasa.7
Tujuan dilakukan etsa asam adalah karena pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin
metakrilat mengeras, oleh karena itu kebocoran tepi restorasi lebih mungkin terjadi pada
restorasi resin dibandingkan bahan jenis lain. Bahan komposit yang ada saat ini tidak
memiliki kemampuan untuk menahan kebocoran tepi, sehingga kebocoran cairan mulut
9

sering terjadi pada bagian yang berdekatan dengan restorasi. Secara singkat tujuan etsa asam
adalah untuk meningkatkan perlekatan mekanis dan untuk menutup tepi restorasi.7
Secara sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan etsa asam :
metode, waktu, konsentrasi asam, dan tipe asam yang digunakan.7
1. Metode. Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan menggunakan
kuas atau injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung yang baik dari kuas akan
mengikatkan asam ke enamel pada preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang
halus akan mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan penurunan
retensi akibat fraktur dari enamel interstitial yang mengelilingi pori-pori yang sangat
kecil (micropore).
2. Waktu. Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah lama, normalnya 1060 detik. Waktu yang lebih lama tidak akan menambah kekuatan ikatan. Namun,
lamanya pemberian etsa bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat
lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang mengalami fluorosis
karena keduanya bersifat melawan prosedur etsa.
3. Konsentrasi asam. Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak
terdapat di pasaran. Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi terbanyak di pasaran.
Konsentrasi lebih dari 50% dapat menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat
monohidrat pada permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
4. Tipe asam yang digunakan. Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa
yaitu gel dan larutan encer. Tipe larutan encer mudah untuk digunakan tetapi sangat
sulit untuk mengontrol flow cairan. Gel fosforik dengan viskositas tinggi seperti
Caulk Gel Etchant atau Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara
klinis. Dalam pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan menambah silika
koloidal atau butiran polimer ke dalam asam.
. Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan dapat lebih
dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung udara antara kedua bahan tidak
masuk karena jika ada gelembung udara daerah tersebut tidak dapat teretsa. Tanda
keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih salju. Enamel ini
harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan, tujuannya untuk membentuk ikatan
10

yang baik. Kontak dengan saliva atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar dapat
menghalangi pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi kekuatan ikatan. Jika
terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel dikeringkan serta dietsa
kembali selama 10 detik (lebih singkat dari waktu etsa awal).7

SISTEM BONDING
Komposit pertama ditempatkan dengan cara yang sama seperti amalgam. Preparasi
kavitas dibuat dengan retensi yang berbentuk kotak, pelapis kalsium hidroksida ditempatkan,
dan restorasi komposit selesai. Tanpa ikatan langsung dengan sekeliling struktur gigi,
restorasi komposit rentan terhadap mikroleakage. Kegagalan akan sering terjadi, yang
mengarah pada konsep bonding komposit yang berbeda dengan enamel atau dentin.5
Enamel terutamanya (96%) anorganik, yang mengandung kebanyakan hidroksiapatit
(suatu senyawa kalsium). Sebaliknya, dentin memiliki persentase yang lebih tinggi dari
komponen organik. itu adalah 70% anorganik, 30% bahan organik dan air. Hal ini
menghasilkan permukaan yang berbeda untuk ikatan adhesif.5

BONDING ENAMEL
Agen bonding biasanya terdiri dari bahan BIS-GMA resin matriks tanpa filler atau
dengan filler dalam jumlah yang sangat kecil. Michael Buonocore dari Eastman Dental
Centre di Rochester, New York, adalah peneliti pertama yang mengusung konsep ikatan
enamel. Penelitiannya menunjukkan bahwa struktur batang enamel bisa dibuka dengan etsa
asam fosfat. Etsa tersebut menghasilkan permukaan mikroskopis yang sangat kasar di mana
unfilled resin akan mengalir. Pada pengerasan, resin akan mengikat pada gigi secara mekanik.
Berdasarkan studi penelitian sistem bonding komposit dengan enamel gigi yang pertama,
diperkenalkan. Dalam teknik enamel bonding 35- 50% larutan (cairan atau gel) yang
digunakan adalah asam fosfat, yang dengan teliti diletakkan di atas margin enamel yang
dipreparasi dan dibiarkan untuk pada permukaan enamel selama 30 - 60 detik.
Dalam proses ini, yang disebut sebagai etsa asam, asam tersebut menembus ke dalam
batang enamel, yang membuka struktur prisma mereka. Setelah itu, asam tersebut dibilas
bersih dengan air dan kemudian gigi tersebut dikeringkan, ini akan memberikan penampilan
11

yang kusam atau chalky white pada enamel yang dietsa. Enamel bond resin (pada dasarnya
resin polimer yang sama seperti dalam komposit yang akan digunakan tapi tanpa partikel
filler) diletakkan atas permukaam enamel dan dentin yang dietsa, agar resin mengalir ke
prisma yang terbuka dan, setelah polimerisasi, membentuk akan tag resin. Setelah itu, bahan
restorative komposit ditempatkan pada enamel yang menyelesaikan restorasi, dengan
mengikatkan resin dan enamel. Oleh karena itu, enamel bonding , merupakan system mekanis
yang terdiri dari tag resin yang terkunci ke dalam enamel yang dietsa. Jenis enamel bonding
sebelum ini terdiri dari viskositas yang rendah, self cure dengan waktu kerja yang terbatas.
Mereka terdiri dari dua komponen cairan yang dicampur dan diletakkan pada enamel yang
dietsa.5
Setelah itu, versi light cure dari sistem enamel bonding diperkenalkan, yang terdiri
dari satu komponen cairan yang polimerisasinya dilakukan dengan light curing. Enamel
bonding jenis yang ketiga adalah dual cure version, yang terdiri dari dua komponen yang
dapat digunakan light cure atau jika penyinaran tidak dapat dilakukan materi tersebut dapat
self cure.5
BONDING DENTIN
Setelah sistem ikatan enamel berhasil , bahan bonding dentin diperkenalkan untuk
digunakan dalam prosedur restoratif komposit . Ini memberi ikatan tambahan dan
kepercayaan yang lebih terhadap prosedur restorasi komposit.5
Karena dentin gigi begitu dekat dengan jaringan pulpa vital, perawatan harus
dilakukan untuk dengan berhati-hati . Etsa / kondisioner dentin yang terbaru mempersiapkan
permukaan dentin untuk ikatan dengan menghapus atau memodifikasi smear layer . Smear
layer adalah lapisan pada gigi yang tersisa setelah pengeboran atau debridement selesai .
Lapisan ini terdiri dari bahan organik dan anorganik yang melekat dan longgar . Primer /
perekat dentin mencoba untuk mengunci secara mekanis ke dentin dan dan melekat secara
kemis kepada kolagen yang terdapat di dentin.5
Teknik untuk ikatan dentin adalah sebagai berikut5 :
1. Persiapan dibersihkan dengan pembersih kavitas / desinfektan yang tersedia secara
komersial , pumice , atau chlorhexidine . Ini kemudiannya dibilas secara menyeluruh
dengan semprotan air .

12

2. Seluruh kavitas kemudian dietsa atau diberi kondisioner ( larutan asam fosfat 35 % ) .
Lapisan enamel dilapisi pertama , diikuti dengan lapisan dentin yang sensitif. Dentin
hanya membutuhkan 15-20 detik , sementara enamel dapat dietsa sehingga 60 detik.
3. Semua permukaan dibilas untuk menghilangkan sisa dari pengetsaan. Enamel gigi
harus dikeringkan untuk memastikan bahwa kelembaban yang berlebihan dihilangkan
dari prisma yang baru dibuat . Kebanyakan sistem bonding dentin yang baru telah
ditunjukkan bahwa perlekatan dentin lebih bagus apabila dentin lembab atau basah .
Dengan demikian , dentin harus dikeringkan cukup untuk membuang kelebihan air
yang bergenang.
4. Primer (solusi yang digunakan dalam ikatan dentin) kemudian ditempatkan di seluruh
kavitas . Beberapa system menggunakan lapisan primer yang banyak dimana instruksi
dari pabrik harus diikuti . Monomer dentin bonding primer biasanya bersifat hidrofilik
(tertarik pada air) dan membasahi struktur gigi dan mempersiapkan permukaan untuk
terjadinya ikatan resin. Di hampir semua sistem, primer dentin dikeringkan dari gigi .
5. Ikatan resin kemudian diaplikasikan di atas primer. Banyak resin dengan ikatan dentin
berisi promotor adhesi selain komposisi basis mereka dari resin terisi . promotor
adhesi ini meningkatkan kemampuan resin untuk menempel pada struktur gigi . Ikatan
resin menembus ke dalam dentin intertubular dan perittubular , membentuk campuran
kompleks dari struktur gigi dan resin , yang disebut lapisan hibrid . Lapisan hybrid ini
yang membuat bonding dentin hampir sekuat ikatan enamel . Bahkan lebih penting
lagi , segel ditingkatkan dari lapisan hybrid untuk mengurangi atau menghilangkan
kebocoran mikro , yang dapat menyebabkan sensitivitas, kegagalan restoratif , dan
pembusukan berulang . Setelah penerapan ikatan dan kuring , gigi direstorasi seperti
biasa dengan resin komposit yang dipilih.

PENCEGAHAN
Jangan

menggunakan komposit bersamaan dengan semen eugenol atau pernis

kopal, atau pernis dengan kloroform . Obat-obatan aromatik seperti eugenol dan
kloroform akan mempengaruhi kemampuan komposit untuk polimerisasi secara benar.5
Bila menggunakan komposit light-cure , pastikan untuk menjaga komposit agar
tetap segar dalam jarum suntik pelindung cahaya atau compule sampai digunakan.
Meskipun pencahayaan yang normal menyebabkan polimerisasi komposit light cure

13

tidak terpolimerisasi secara benar, ia dapat mempengaruhi penanganan sifat yang


membuat materi lebih sulit untuk ditempatkan dan dimanipulasi.5
Dalam kasus di mana pekerjaan restorasi yang akan dilakukan adalah dekat dengan
jaringan gingiva , dan jika jaringan gingiva tidak sehat disarankan untuk meningkatkan
kesehatan gingiva sebelum pekerjaan restoratif dilakukan karena pendarahan dan
kontaminasi kelembaban akan mengganggu reaksi pengaturan.5

PEMBAHASAN

Penambalan pada gigi anterior yang fraktur merupakan solusi yang mengutamakan
estetis dan fungsional untuk merawat akibat dari trauma gigi. Perawatan ini juga diperlukan
oleh pasien untuk memperbaiki penampilannya, memberikan kenyamanan lebih baik dan
keadaan psikologis yang lebih baik. Penambalan resin komposit direk merupakan pilihan
perawatan yang terbaik dan efisien karena mudah di gunakan dan memiliki banyak tingkat
warna, yang akan menghasilkan tambalan yang hampir sewarna seperti gigi asli.9
Ketahanan mekanis dari gigi yang fraktur akan berkurang, karena adanya kehilangan
struktur gigi yang tidak dapat dikembalikan. Beberapa perawatan restoratif direk telah
dilakukan yang memiliki perampilan pada enamel dan dentin yang berbeda. Perawatan
daerah insisivus sentralis yang fraktur mencapai hasil dari perawatan dan keseluruhan gigi,
dan juga mengembalikan kepercayaan diri pasien, dikarenakan pemerbaikan esetetis gigi
yang berpengaruh pada keadaan emosional pasien.9
Trauma gigi sangat umum di kalangan anak-anak dan dewasa. Fraktur mahkota
memiliki persentasi paling tinggi dari seluruh cedera traumatik pada masa pertumbuhan gigi
permanen (26 - 76% ), diikuti oleh luksasi; daerah yang paling terlibat adalah mahkota gigi,
biasanya enamel. Pada gigi baik susu atau permanen, trauma merupakan masalah berat bagi
estetis, fungsional dan psikologis, dan dapat dianggap sebagai keadaan darurat, tidak hanya
pada masalah gigi tetapi juga keadaan masa depan, dan melibatkan keadaan emosional anak
serta orangtua.9
Camargo dan Guedes-Pinto melaporkan bahwa pada anak berumur 7 - 13 tahun,
59,2& dari 167 gigi fraktur yang ditemukan pada enamel dan dentin. Fraktur mahkota paling
umum berbentuk garis oblik (69,3% dari seluruh kasus), diikuti dengan bentuk horizontal
(28,9%) dan vertikal (1,8%). Jika terjadi fraktur mahkota, baik pada perlekatan fragmen gigi
atau penambalan gigi dengan resin komposit merupakan perawatan paling adekuat untuk
14

trauma jenis ini. Penambalan pada gigi yang terkena trauma dan fraktur mahkota melibatkan
enamel serta dentin dilakukan menggunakan penambalan dengan komposit resin light-cure
yang melibatkan etsa enamel serta sistem adhesif.9
Filler yang tinggi dalam resin komposit dapat menurunkan pengerutan polimerisasi,
selain itu perkembangan baru resin komposit berhasil menurunkan pengerutan volumetrik
polimerisasi sampai kurang dari 2%, hal ini dihasilkan dengan menggabungkan jumlah isi
filler yang tinggi dengan partikel yang mempunyai ukuran yang berbeda beda, sehingga
menghasilkan resin komposit yang disebut nanocomposites. Resin komposit nano
memiliki pengerutan yang rendah dan mempunyai karakteristik fisik yang lebih baik dan
lebih translusen.10
Pengerutan yang rendah pada resin komposit dapat dicapai dengan penggunaan bahan
adhesif sebagai perekat antara komposit resin dengan jaringan gigi, dan diperlukan
polimerisasi yang optimal untuk memaksimalkan ikatan antara email/dentin - bahan adhesifresin komposit yang akan menghasilkan adaptasi marginal yang lebih baik dan insidensi
kebocoran mikro menjadi lebih rendah atau tidak ada sama sekali. Aplikasi agen bonding
sebagai bahan adhesif dapat mengurangi kebocoran mikro karena agen bonding lebih
hidrofilik dan dapat menguatkan ikatan antara resin komposit dan dentin. Penggunaan bahan
bonding dilakukan pada kavitas dengan dengan tujuan menahan tekanan yang terbentuk saat
penyinaran, namun sistem adhesif tidak efektif untuk menghalangi tekanan pada saat
penyinaran pada restorasi resin komposit, sehingga tetap terbentuk kebocoran mikro dan
celah pada interface antara gigi dan komposit yang telah diobservasi pada kondisi klinis.
Diansari melaporkan bahwa umumnya kebocoran mikro pada beberapa macam resin
komposit dengan sistem total etch lebih rendah dibandingkan dengan self etch pada jarak
penyinaran berapapun.11
Awalnya, waktu pengobatan standar untuk pengkondisian enamel adalah 60 detik.
Namun, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pengetsaan selama 15 detik
memberikan nilai morfologi permukaan dan ikatan kekuatan yang sama. Proses ini
melibatkan etsa enamel untuk memberikan pembubaran selektif core prisma atau pinggiran,
dengan microporositas dihasilkan mana resin dapat mengalir dan dapat dipolimerisasi untuk
membentuk ikatan mekanik untuk enamel. Prosedur ini menghilangkan kebocoran mikro
pada antarmuka gigi / restorasi. Keberhasilan yang diperoleh dengan etsa enamel terinspirasi
penggunaannya pada permukaan dentin juga. Namun, dengan menggunakan resin hidrofobik
dini, pengobatan asam dentin tidak menghasilkan kekuatan ikatan yang sama dengan yang
diperoleh pada permukaan enamel.11,12 Pada saat itu, Fusayama menggambarkan sebuah
15

sistem ikatan yang mengunakan asam fosfat 40% selama 60 detik pada enamel dan dentin
secara bersamaan. Dia menunjukkan bahwa adhesi dari sistem ikatan pada jaringan
ditingkatkan. Kanca melaporkan pada sistem ikatan lain yang juga menggunakan asam fosfat
untuk secara bersamaan etch enamel dan dentin dan Gwinnett dan Kanca melaporkan bahwa
pengkondisian dentin dengan asam fosfat 37% selama 15 detik diikuti oleh kombinasi unik
dari primer hidrofilik dan agen bonding ambiphilic mengakibatkan

kesenjangan pada

interface bebas diantara resin dan jaringan in vivo dan in vitro.12


Perkembangan sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8, tetapi
sistem adhesif yang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5, generasi ke-6 dan
generasi ke-7. Sistem adhesif generasi ke-4 menggunakan sistem adhesif total-etch sebagai
karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch three-step. Sistem adhesif total etch
menggunakan asam phosphor selama 15-20 detik, asam ini secara bersamaan menghasilkan
efek pada email (pola pengetsaan) dan dentin (menyingkirkan seluruh smear layer, membuka
semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan
bahan adhesif. Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah
prosedur klinis sistem adhesif. Generasi ke-5 juga menggunakan sistem adhesif total-etch
sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch two-step. Sistem adhesif ini
disebut juga dengan one-bottle adhesif system karena merupakan kombinasi dari primer dan
resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara
simultan dengan asam phosphor 35-37 % selama 15-20 detik. Sistem adhesif generasi ke-6
menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif selfetch two-step. Sistem adhesif ini merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu
botol diikuti dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi
sensitivitas dan untuk mencegah kolapsnya kolagen. Sistem adhesif generasi ke-7 juga
menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif selfetch one-step. Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one adhesif system. Pada sistem
adhesif ini bahan etsa, primer, dan adhesif terdapat dalam satu kemasan sehingga hanya
terdiri dari satu tahap aplikasi. 13
One-step self-etch adhesif adalah alternatif sistem adhesif yang menguntungkan untuk
restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan aplikasi one-step self-etch adhesif
adalah untuk memudahkan prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah yang
dibutuhkan dalam prosedur bonding. Smear layer tidak disingkirkan, sehingga potensi
sensitivitas post-operative (pada sistem total-etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna
16

ke dalam tubulus dentin dapat dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam
sistem ini dalam mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras
gigi, jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi (pada
sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan rinsing juga
dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesif tidak hanya mempermudah proses perlekatan
dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada
sistem total-etch.13
Berdasarkan sistim aktivasi, ada dua macam resin komposit yaitu yang beaktivasi
secara kimia dan sinar tampak, saat ini resin komposit sebagai material restorasi yang
beraktivasi dengan sinar tampak sangat populer penggunaannya. Keunggulan dari visible
light cure (VLC) adalah proses pengerasan yang cepat, dalam, dan dapat diandalkan dalam
waktu 40 detik setiap periode dengan ketebalan bahan minimal 2,5-3 mm dan maksimal 4,5
mm, dapat dipastikan bahan akan mengeras, meskipun melalui lapisan enamel bagian labial
atau lingual, stabilitas warna yang dihasilkan sangat sesuai. Disamping banyak memberikan
perbaikan terhadap nilai estetik dan kemudahan dalam aplikasinya, secara klinis penggunaan
komposit resin juga tidak terbatas hanya pada restorasi anterior saja tetapi dapat digunakan
sebagai restorasi posterior.10
Lamanya suatu penyinaran adalah hal yang harus di perhatikan dengan cermat, oleh
karena hal ini juga mmpengaruhi kekerasan permukaan resin komposit. Berdasarkan Bruce
dkk terlihat adanya penambahan tingkat kekerasan seiring dengan semakin lamanya waktu
penyinaran (60 detik). Namun dari segi ketebalan bahan, penyinaran dengan tebal bahan 4
mm mempunyai nilai kekerasan yang lebih rendah dibandingkan dengan tebal 2 mm dan 3
mm, walaupun pada penyinaran 20 detik antara ketebalan 2 mm dan 4 mm perbedaan nilai
kekerasannya tidak terlalu bermakna. Pada setiap penambahan lama waktu penyinaran
didapatkan peningkatan kekerasan, sebaliknya pada penambahan tebal bahan terjadi
penurunan kekerasan resin komposit. Kekerasan maksimal terjadi pada keadaan dengan tebal
bahan 2 mm dan disinar selama 60 detik, idealnya suatu bahan resin komposit diletakan
sebagai bahan restorasi sekitar 2-2,5 mm, dengan demikian proses polimerisasi dapat
berlangsung dengan maksimal.10

17

Anda mungkin juga menyukai