KLAS IV
Oleh :
PENDAHULUAN
desain desain preparasi, pemilihan material restoratif, dan prosedur penempatan dan
teknik. Oleh karena resistensi dan retensi ditentukan oleh adhesi pada email dan
dentin, preparasi yang konservatif dapat dilakukan. Konsep desain adhesif ini telah
menggeser paradigma dari prinsip ”extention for prevention” pada konsep prevention
to eliminate extention”. Formulasi baru dari resin komposit telah meningkatkan sifat
fisis, mekanis dan karakteristik optik yang berhubungan dengan ukuran partikel,
bagi klinisi baik untuk restorasi resin komposit maupun restorasi porselin. Tantangan
utama dalam estetik, seperti : warna, bentuk dan tekstur. Desain porselin lebih
mengandalkan model stone, foto dan gambaran narasi dari klinisi kepada teknisi
laboratorium. Sedangkan restorasi direk komposit lebih bergantung pada keadaan gigi
optis primer dan sekunder gigi alami dan hubungannya dengan anatomis gigi.1
Pada tulisan ini akan dibahas teknik restorasi klas IV dengan menggunakan
RESIN KOMPOSIT
Resin komposit merupakan bahan yang terdiri atas komponen organik (resin)
yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler) inorganik, bahan interfasial untuk
A diglycidyl dimethacrylate) yang disintesis oleh Bowen di USA pada tahun 1960.
Resin yang diaktivasi secara kimia ini tersedia dalam bentuk dua pasta. Salah
aktivator amin tersier. Bila kedua bahan ini diaduk, amin akan bereaksi dengan
untuk merangsang radikal bebas. Dewasa ini, komposit yang diaktifkan dengan sinar
ultraviolet telah digantikan dengan sistem yang dapat dilihat dengan mata yang secara
mm. Resin komposit yang diaktifkan dengan sinar tampak lebih luas penggunaannya
dibandingkan bahan yang diaktifkan secara kimia. Radikal bebas pemulai reaksi
terdiri atas molekul foto-inisiator dan aktivator amin terdapat dalam pasta ini. Bila
kedua komponen dibiarkan tidak terpapar sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi.
Namun, pemaparan terhadap sinar dengan panjang gelombang yang tepat (468 nm)
merangsang fotoinisiator dan interaksi dengan amin untuk membentuk radikal bebas
penyerapan berkisar antara 400 dan 500 nm yang berada pada regio biru dari
spektrum sinar tampak. Inisiator ini ada dalam pasta sebesar 0,2% dari beratnya. Juga
dalam pasta.
Restorasi kavitas klas IV yang besar, kavitas pada gigi posterior dan
pembuatan core.
untuk restorasi kavitas klas III dan V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial
veneers.
Resin komposit nano hibrid dapat dipoles dengan baik bila dibandingkan
dengan jenis resin komposit yang lain. Pemolesan yang baik dapat mengurangi
beberapa problem klinis seperti penumpukan plak, iritasi gingiva, dan estetis yang
Pada preparasi klas IV yang masih dikelilingi oleh enamel, biasanya restorasi
yang digunakan adalah resin komposit. Pada restorasi yang lebih dalam, resin-lining
Pada restorasi Klas IV yang lebih besar yang menggunakan restoratif resin
direk, lebih sering digunakan dua macam komposit resin, yaitu: bahan internal yang
lebih kaku untuk mendukung kekuat (misalnya bahan pengisi hibrid yang padat)
• Resin komposit submikron atau komposit dengan partikel yang kecil. Pada
beberapa kondisi klinis, komposit yang lebih padat digunakan sebagai inti
Persiapan Preparasi
Anastesi sering kali tidak diperlukan pada fraktur yang kecil dimana preparasi
hanya sampai enamel . Pada fraktur yang lebih besar dimana dentin sudah terpapar
yang menyebabkan gigi sensitif saat terkena angin, air dingin dan getaran bur maka
dilakukan anastesi. Kemudian gigi diisolasi dengan rubber dam dan bersihkan gigi
permukaan insisal, dimana dentin sudah terekspos (terpapar). Ilustrasi tipe fraktur
Gambar 1. Pandangan fasial A. tipe fraktur Klas IV, B. Bentuk outline chamfer
yang digunakan pada preparasi Klas IV, C. Bentuk outline pada bevel
preparasi Klas IV.5
Pada umumnya gigi anterior memiliki grooves horizontal dan vertikal untuk
Pembuatan Chamfer
setengah dari kedalaman enamel pada permukaan labial dan lingual. Tipe dari
preparasi ini akan menghasilkan restorasi yang lebih tahan lama (Gambar 1,B. dan 3).
Yang paling penting, pembuangan chamfer hanya setengah dari seluruh permukaan
enamel. Garis horizontal dan vertikal dengan mudah tertutupi permukaan anatomi,
dimana garis oblik berlawanan dengan garis anatomi alami dan teksture permukaan
oleh karena itu lebih terlihat. Step yang bertingkat pada permukaan labial enamel
Salah satu pilihan pada desain chamfer yang memiliki step bertingkat adalah
mempersiapkan 2 sampai 3 mm bevel pada chamfer (Gambar 1, C). Bevel ini akan
menghasilkan tingkatan warna dari gigi yang direstorasi. Walaupun beveled margin
tidak memiliki ketahanan seperti chamfer, preparasi bevel memberikan hasil estetis
Pelapikan Enamel
dari semua debris dan bahan-bahan yang menutupi dentin. Setelah gigi yang
berdampingan dilindungi dengan strip Mylar, dilakukan teknik etsa dan bonding
10 detik atau kurang untuk mengetsa dentin, dicuci minimal 5 detik, kemudian
dilakukan polimerisasi dengan light cure. Strip Mylar dipasang kemudian komposit
diaplikasikan dan dibentuk minimal tiga lapis, ketebalan masing-masing lapisan 1-2
mm. Untuk lapisan pertama, inti komposit biasanya menggunakan bahan pengisi
yang lebih padat. Countour dibentuk dengan strip Mylar, interproksimal carver, dan
eksplorer. Bahan yang berlebih pada permukaan proksimal dibuang dengan eksplorer.
Polimerisasi minimal 40 detik pada setiap sisi. Untuk menghasilkan permukaan yang
lebih gelap polimerisasi 60 detik pada masing-masing sisi (untuk bahan dengan EOP
16 Joul).5,6
Finishing
Flash dihapus dengan instrumen pisau Bard Parker. Mata bur diamond yang
baik digunakan untuk pengurangan sisa bahan. Ketika mendekati margin, digunakan
mata bur diamond mikron atau cakram fleksibel. Bila menggunakan microfill atau
komposit partikel submikron, komposit dipolis menggunakan rubber cup dan pasta
aluminium oksida. Oklusi memainkan peran penting dalam lamaya restorasi dapat
bertahan. Pada restorasi digunakan oklusi ringan (terutama pada tonjol), karena
warnanya yang menyerupai warna gigi sangat menunjang estetis seseorang. Pada saat
estetik, seperti : warna, bentuk dan tekstur. Selain itu diperlukan juga pengetahuan
1. Terry DA, Leinfelder KF. An integration of composite resin with natural tooth
2004;16(3):235–242.
2. Bryant RW. Composite resins. In: Mount GJ, Hume WR. Preservation and
3. Anusavice, Kenneth J. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Edisi 10 Alih
Copendium. 2006;27(10):72-80.
5. Alber HF. Tooth-colored restoratives principles and techniques. 2nd revised ed.
6. Roberson TM, Heymann HO, Ritter AV, Pereira PNR. Class III, IV dan V Direct
Composite and Other Tooth Colored Restorations. In: Roberson TM, Heymann
HO, Swift EJ, eds. Art and Science Operative Dentistry. Fourth edition. St. Louis