perkenalan diri
2.menggunakan PPI (prosedur pengendalian infeksi),, menggunakan handscoon masker .
3. mempersiapkan Alan dan bahan
4.Menganamnesa keluhan pasien , pemeriksaan objektif dan menjelaskan perawatan apa
yg akan dilakukan
4. Melakukan isolasi daerah kerja
5. Preparasi daerah kerja, dari mulai bur yg digunakan, bentuk preparasi, bevel yg
digunakan
6. Preparasi selesai dikerjakan jika.... Etsa ( tehnik etsa apa yg digunakan) dan bonding
7. Penambalan sesuai dgn klas kavitas dan sertakan tehnik penambalan yg digunakan
8. Pengecekan oklusi
9. Polishing dan finishing
-Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi salivadan lidah akan
menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalahmasalah yang harus diatasi sebelum
melakukan preparasi. Beberapa metodetepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva
ejector , gulungankapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam
-Pembersihan Gigi
Apabila terdapat kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerahkerja, maka dibersihkan
terlebih dahulu.
-Tahap preparasi
d. MODIFIED
Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
ketebalan yang cukup bagi bahan restoratif. Semua tepi harus mempunyai
butt-joint cavosurface angle 90º untuk mendapatkan kekuatan tepi bagi
bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat membulat untuk
menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi
kemungkinan terjadinya fraktur.
Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi harus
yang berbentuk tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke
arah oklusal. Bentuk divergen ini akan mempermudah insersi pasif untuk
restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya sudut yang dibentuk tidak
tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat divergensi di
antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument potong
digunakan untuk membuat dinding vertikal sejajar aksis panjang mahkota
gigi.
Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan
komposit dan keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran
1,5mm untuk mengurangi fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual
dipreparasi sehingga cusps datar dan halus. Idealnya, tidak boleh ada
undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada undercut
yang kecil, bisa ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer.
Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan
restorasi yang sebelumnya akan dibuang, dindingnya direstorasi dengan
liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival dikurangi
seminimal mungkin karena margin pada enamel lebih sering digunakan
untuk bonding.
Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies,
maka preparasi dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang
transitional line angle agar kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial
pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan ketebalan restorasi
yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3 atau
lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi
dikurangi 1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila cusps
dikapping, terutama centric cusps, shoulder haruslah dibuat dengan
cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi antagonis.
h. TEKNIK RESTORASI
Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat
dikontrol secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam
preparasi seperti pada restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian
lightcured material dimana 24 25. mempunyai working time yang lebih lama,
sehingga operator dapat membuat kontur pada restorasi apabila material restorasi
masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.
i. ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE
i. TEKNIK ETSA
1. • Tujuan:
Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat
mengeras, oleh karena itu kebocoran tepi restorasi lebih mungkin
terjadi pada restorasi resin dibandingkan bahan jenis lain. Bahan
komposit yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk
menahan kebocoran tepi, sehingga kebocoran cairan mulut sering
terjadi pada bagian yang berdekatan dengan restorasi. Secara
singkat tujuan etsa asam adalah meningkatkan perlekatan mekanis
dan menutup tepi. Prosedur ini memperluas penggunaan bahan
restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang kuat antara
resin dan email serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh
restorasi berbasis resin yaitu perubahan warna di bagian tepi karena
kebocoran tepi restorasi yang berhadapan.
2. • Penggunaan
Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan
prosedur inovatif kedokteran gigi, seperti retensi logam berikatan
resin, vinir berlapis porselen dan braket ortodontik.1 Secara
sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan etsa
asam : metode, waktu, konsentrasi asam, dan tipe asam yang
digunakan.
3. • Metode
Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan
menggunakan kuas atau injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung
yang baik dari kuas akan mengikatkan asam ke enamel pada
preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan
mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan
penurunan retensi akibat fraktur dari enamel interstitial yang
mengelilingi pori-pori yang sangat kecil (micropore).
4. • Waktu
Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah
lama, normalnya 10-60 detik.3 Waktu yang lebih lama tidak akan
menambah kekuatan ikatan. Namun, lamanya pemberian etsa
bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat 25 26.
lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang
mengalami fluorosis karena keduanya bersifat melawan prosedur
etsa.
5. • Konsentrasi asam
Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak
terdapat di pasaran.1,3 Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi
terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari 50% dapat
menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
6. • Tipe asam yang digunakan
Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa
yaitu gel dan larutan encer. Tipe larutan encer mudah untuk
digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow cairan.2,3 Gel
fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau
Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2
Dalam pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan
menambah silika koloidal atau butiran polimer ke dalam asam.
Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan
dapat lebih dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung
udara antara kedua bahan tidak masuk karena jika ada gelembung udara
daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah dietsa, asam harus dibilas
dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan. Tanda
keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih
salju. Enamel ini harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan,
tujuannya untuk membentuk ikatan yang baik. Kontak dengan saliva
atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar dapat menghalangi
pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi kekuatan ikatan.
Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel
dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik (lebih singkat dari
waktu etsa awal).