Anda di halaman 1dari 10

1.

perkenalan diri
2.menggunakan PPI (prosedur pengendalian infeksi),, menggunakan handscoon masker .
3. mempersiapkan Alan dan bahan
4.Menganamnesa keluhan pasien , pemeriksaan objektif dan menjelaskan perawatan apa
yg akan dilakukan
4. Melakukan isolasi daerah kerja
5. Preparasi daerah kerja, dari mulai bur yg digunakan, bentuk preparasi, bevel yg
digunakan
6. Preparasi selesai dikerjakan jika.... Etsa ( tehnik etsa apa yg digunakan) dan bonding
7. Penambalan sesuai dgn klas kavitas dan sertakan tehnik penambalan yg digunakan
8. Pengecekan oklusi
9. Polishing dan finishing

Prosedur Klinik Penumpatan Resin Komposit


1. Kavitas kelas 1
 Indikasi
 Restorasi kecil dan menengah, lebih mengutamakan dengan margin enamel.
 Biasanya premolar dan molar pertama, khususnya dengan kepentingan estetik.
 Restorasi yang tidak memberikan semua kontak oklusal.
 Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang besar.
 Testorasi yang sewajarnya diisolasi selama prosedur penumpatan.
 Desain preparasi
 Ada 3 cara preparasi untuk resin komposit (konvensional, bevel konvensional, dan
modifikasi).
 Biasanya digunakan pada gigi premolar dan molar pertama.
 Bila semakin luas restorasi, desain preparasi dibuat lebih menyerupai kotak,
menghasilkan retensi dan resisten terhadap fraktur yang lebih baik.
 Penggunaan instrument inverted cone lebih dianjurkan dari pada bur flat-tipped
karena ;(1) menghasilkan permukaan yang datar; (2) menghasilkan margin oklusal
yang lebih kuat; (3) meningkatakan retensi dengan pembentukan dinding yang
konvergen; (4) menghasilkan lebar preparasi faciolingual yang lebih konservatif.

Bur inverted cone


 Preparasi
 Untuk preparasi komposit kelas 1 yang besar, mulai dari pit oklusal di distal gigi.
 Dengan bur diamond inverted cone, posisikan parallel dengan axis dari mahkota
tersebut.
 Dengan mempreparasi bagian distal terlebih dahulu kemudian ke mesial, operator
akan mendapat penglihatan yang lebih baik.
 Buat kedalaman 1,5 mm pada lantai pulpa.
 Saat central groove dihilangkan, ukuran bukal atau lingual akan semakin dalam,
biasanya sekitar 1,75 mm.
 Pengurangan ke arah bukal atau lingual bergantung ada besarnya karies.

Buat kedalaman 1,5 mm bur digerakan ke mesial


 Teknik restorasi
 Basahkan permukaan gigi yang akan dietsa
 Beri etsa menggunakan microbrush, foam sponge, atau applicator tip. Penggunaan
lamanya etsa bergantung cara penggunaan dari pabrik.
 Gunakan komposit dengan ketebalan 1 hingga 2 mm lalu curing selama 20 hingga 40
detik. Lakukan langkah ini hingga cavitas tertutup.
 Lakukan countouring 3 menit setelah material mengeras.
 Contouring menggunakan round carbide bur atau blade finisihing bur.
Insersi composite dan curing Countouring dan polishing

Tahapan Preparasi Restorasi Resin Komposit

-Tahapan Isolasi

Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi salivadan lidah akan
menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalahmasalah yang harus diatasi sebelum
melakukan preparasi. Beberapa metodetepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva
ejector , gulungankapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam

-Pembersihan Gigi

Apabila terdapat kotoran seperti debris, plak, atau karang gigi pada daerahkerja, maka dibersihkan
terlebih dahulu.

-Tahap preparasi

a. Membuat outline form pada oklusal gigi mengikuti bentuk pit


dan fissuredengan memperhatikan bentuk resistensi, retensi,
konvenien, dan extention for prevention.

b. Preparasi menggunakan kontra angle high speed dengan bur


bulat sedalam2-3 mm.

c. Membentuk dinding tegak lurus dengan dasar kavitas


menggunakan burfissure silindris.

d. Pada sudut internal dibulatkan dengan bur bulat.

e. Dinding pulpa dihaluskan dengan bur inverted.

f. Bersihkan kavitas dengan semprotan angin secara perlahan.

g. Irigasi dengan aquadest steril kemudian keringkan dengan cotton palate.

1. RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS I


a. DEFINISI KAVITAS KELAS I RESTORASI KOMPOSIT
Kavitas kelas I merupakan kavitas yang dimulai dengan kerusakan pada pit
dan fissura yang terdapat pada permukaan oklusal gigi molar dan premolar,
permukaan bukal dan lingual/palatal semua gigi di daerah 2/3 ke arah oklusal atau
incisal, dan foramen caecum gigi anterior atas. Pit dan fissura merupakan hasil
perpaduan yang tidak lengkap dari enamel dan sangat rentan terhadap karies.
Dengan menggunakan cairan resin viskositas rendah, daerah ini dapat ditutup
dengan cara melakukan etsa asam pada dinding-dinding pit dan fissura serta
beberapa milimeter permukaan enamel yang berbatasan dengan daerah tersenut.
Penelitian klinis menunjukkan bahwa pit and fissura sealants merupakan
metode yang aman sekaligus efektif dalam mencegah karies. Sealant yang paling
efektif digunakan pada anak-anak, yaitu diaplikasikan pada pit dan fissura gigi
posterior permanen segera setelah mahkota klinis erupsi. Orang dewasa juga dapat
memperoleh manfaat dari penggunaan sealants jika individu rentan terhadap karies
karena perubahan dalam diet mereka atau karena kondisi medis. Indikasi
penggunaan sealant adalah untuk lesi karies pada permukaan email pit dan fissura
yang belum meluas ke dentinoenamel junction (DEJ).
b. INDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I
i. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang
ii. 2. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika
mempertimbangkan segi estetik
iii. 3. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
iv. 4. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat
v. 5. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
vi. 6. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota
vii. 7. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur
gigi yang melemah
viii. 8. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal.
c. KONTRAINDIKASI RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I
i. Ketika letak daerah yang akan ditumpat tidak dapat diisolasi
ii. 2. Ketika terjadi tekanan oklusal yang berat
iii. 3. Ketika seluruh kontak oklusal hanya terjadi pada komposit
iv. 4. Pada restorasi yang meluas ke permukaan akar. Kebanyakan, perluasan ke
permukaan akar dengan restorasi komposit akan terbentuk V-shaped gap
(celah kontraksi) di antara akar dan komposit. Celah ini muncul akibat dari
penyusutan polimerisasi komposit lebih besar daripada initial bond strength
komposit terhadap dentin pada akar. V-shaped gap terdiri atas komposit
pada sisi restorasi dan denti yang terhibridisasi pada sisi akar. Efek jangka
panjang dari timbulnya celah tersebut masih belum diketahui
v. 5. Pasien yang memiliki kebiasaan grinding atau clenching
d. KEUNTUNGAN RESTORASI KOMPOSIT KELAS I DIREK
Dibawah ini merupakan beberapa keuntungan restorasi menggunakan
bahan tumpatan resin komposit, yaitu:
i. 1. estetik
ii. 2. pengurangan struktur gigi secara konservatif (pengurangan struktur gigi
minimal)
iii. 3. mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit
iv. 4. ekonomis (bila dibandingkan dengan mahkota dan restorasi gigi secara
tidak langsung)
v. 5. insulasi
vi. 6. keuntungan bonding - microleakage berkurang - mengurangi terjadinya
karies sekunder - mengurangi sensitifitas post operative - meningkatkan
retensi - meningkatkan kekuatan struktur gigi yang tersisa
vii. 7. mudah dipolish
viii. 8. tidak mengalami diskolorasi
ix. 9. melekat pada permukaan gigi secara mekanis, yaitu melalui mikropit yang
ada pada permukaan email
e. KERUGIAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I DIREK
Beberapa kerugian restorasi dengan resin komposit kelas I direk adalah:
i. 1. Kemungkinan besar penggunaannya terlokalisir
ii. 2. Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)
iii. 3. Tidak diketahuinya biokompatibilitas dari beberapa komponen
iv. 4. Membutuhkan waktu lebih untuk restorasi
v. 5. Elastisitas rendah
vi. 6. Dapat terjadi fraktur pada marginal ridge
vii. 7. Adanya beberapa teknik yang sensitive, seperti: - etching, priming,
penempatan bahan adhesif - penumpatan komposit - curing komposit -
membentuk kontak proksimal - finishing dan polishing
viii. 8. Lebih mahal daripada restorasi amalgam
ix. 9. Dapat terjadi kebocoran tepi pada resin komposit Kegagalan restorasi
resin komposit dapat disebabkan oleh faktor berikut, perbedaan masing-
masing koefisien termal ekspansi diantara resin komposit, dentin dan
enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan yang normal, dan kesulitan
karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, lingkungan mulut bersifat
asam, maka akibat kegagalan ini dapat terjadi kebocoran tepi pada resin
komposit.
x. 10. Sifat iritasinya terhadap jaringan pulpa serta adaptasi yang tidak baik
terhadap dinding kavitas. Sifat iritasi resin komposit erat hubungannya
dengan sifat kimia bahan tersebut. Sayegh menyatakan bahwa resin
komposit merupakan bahan tumpat yang bersifat toksik terhadap jaringan
pulpa. Ini berarti resin komposit dapat mengiritasi serta mengakibatkan
radang pulpa. Namun lebih lanjut Brannstrom mengemukakan bahwa iritasi
pulpa ini terutama di sebabkan oleh kebocoran yang terjadi melalui tepi
tumpatan serta diikuti oleh invasi mikroorganisme dan cairan mulut melalui
tubuli dentin. Kebocoran tersebut terutama disebabkan oleh pengerutan
yang terjadi selama polimerisasi resin komposit. Keadaan demikian dapat
mengakibatkan kegagalan adaptasi bahan tersebut terhadap dinding kavitas.
f. CLINICAL TECHNIQUE FOR DIRECT CLASS I COMPOSITE RESTORATIONS
a. Initial Clinical Procedures
Akhir-akhir ini semen komposit dianggap tidak lagi cocok untuk
digunakan merestorasi kavitas oklusal, tetapi untuk kavitas yang kecil pada
permukaan oklusal gigi yang cukup sehat dapat dilakukan restorasi dengan
komposit etsa asam, asalkan fisura yang masih ada juga direstorasi pada
saat yang bersamaan. Dengan makin membaiknya sifat fisik dari resin
komposit, bahan ini dapat dipertimbangkan kegunaannya untuk kavitas
yang besar. Dewasa ini resin komposit hanya cocok digunakan untuk
restorasi kavitas lingual pada gigi yang sudah dirawat saluran akar.
Sama seperti prosedur preparasi umumnya, preparasi kelas I
restorasi komposit didahului dengan seleksi area yang akan dipreparasi.
Diperlukan juga penilaian terhadap hubungan oklusi dengan gigi
antagonisnya untuk meminimilkan terjadinya trauma oklusi. Isolasi pada
daerah operasi pada umumnya tidak menjadi masalah, tetapi sangat
menentukan keberhasilan dari preparasi.
b. Tooth Preparation
Terdapat tiga tipe dalam preparasi komposit, yaitu konvensional,
beveled conventional, dan modifikasi. Konvensional preparasi dapat
digunakan untuk meningkatkan resistance form yang dapat meminimalkan
terjadinya fraktur pada gigi dan bahan komposit pada saat selesai
preparasi. Preparasi konvensional ini juga digunakan pada gigi dengan
area preparasi yang luas serta memiliki tekanan oklusal yang besar. Desain
bevel konvensional, preparasi konvensional, atau kombinasi keduanya,
dasar 18 19. kavitas yang rata untuk menerima tekanan oklusal, kekuatan
gigi, serta konfigurasi dari permukaan restorasi merupakan unsur-unsur
yang dapat membantu dalam menahan kemungkinan frakturnya gigi dan
restorasi.
Restorasi kavitas kecil hingga sedang preparasinya dapat
menggunakan preparasi modifikasi, yang biasanya tidak memiliki
karakteristik resistance form pada preparasi konvensional. Preparasi jenis
modifikasi ini memiliki pelebaran pada bagian cavosurface tanpa adanya
bagian yang datar pada pulpa atau axial wall. Preparasi ini biasanya lebih
membulat dan lebih kecil, sehingga lebih bersifat konservatif pada gigi.
Pada preparasi jenis ini dapat digunakan cutting instrument.
Berbagai tipe cutting instrument dapat digunakan pada preparasi
kelas I, secara umun ukurannya sesuai dengan lesi yang ada, dan
ketajamannya dapat berguna dalam pembentukan retensi dan resistensi
yang diinginkan. Bila permukaan oklusal yang akan direstorasi lebih luas,
maka dapat kita gunakan disain boxlike preparation, preparasi ini
menghasilkan resistensi dan retensi yang besar terhadap terjadinya
fraktur.
g. TEKNIK PREPARASI
c. CONVENSIONAL
Untuk preparasi kelas I yang besar dengan komposit, masukkan
inverted cone diamond lewat distal area pit pada permukaan oklusal,
posisikan sejajar dengan sumbu akar dan mahkota. Saat diantisipasi
bahwa seluruh panjang mesiodistal dari sentral groove yang akan
dipreparasi, lebih mudah memasukkan bagian distal terlebih dulu dan
kemudian melintasi mesial.
Teknik ini memungkinkan penglihatan yang lebih baik untuk
operator selama melakukan preparasi. Siapkan pulpal floor untuk
kedalaman inisiasi awal 1,5 mm, yang diukur dari sentral groove (Gb. 5) .
Setelah daerah groove sentral dibuang, facial atau lingual diukur
kedalaman, ini akan lebih besar, biasanya sekitar 1,75 mm, tetapi ini
tergantung pada kecuraman dari kecondongan cuspal (Gb. 6). Biasanya
kedalaman awal ini adalah kira-kira 0,2 mm dalam (internal) di Dej.
diamond dipindahkan ke mesial 19 20. (Gb. 7) untuk menyertakan sisa
lain, mengikuti groove sentral, sebaik turun naiknya DEJ(Gb. 8).
Perluasan permukaan bukal dan lingual dan lebar mengikuti karies,
materialrestorasi lama, atau kesalahan. Mempertahankan kekuatan cuspal
dan marginal ridgesebanyak mungkin. Meskipun ikatan akhir restorasi
komposit akan membantumemulihkan beberapa kekuatan melemah,
permukaan yang tidak dipreparasi, lingualmesial, atau distal struktur gigi,
bentuk outline harus sebagai konservatif mungkin didaerah ini. Perluasan
pada cups harus seminimal mungkin. Perluasan sampai marginalridge
harus menghasilkan kira-kira 1,6 mm ketebalan gigi sisa struktur (diukur
dariperluasan internal ke kontur proksimal) untuk premolar dan kira-kira 2
mm untukgeraham (Gb. 9). Perluasan terbatas tergantung oleh dukungan
dentin pada marginal ridgeemail dan cups. Diamond berjalan sepanjang
groove dan menghasikan pulpal floor yangdatar dan mengikuti naik
turunnya DEJ. Jika perluasan mengharuskan pengurangn cups,ini sama
kira-kira 1,5 mm kedalaman dipertahankan, biasanya menghasilkan pulpal
floornaik ke oklusal (Gb. 10).

d. MODIFIED
Preparasi ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan
ketebalan yang cukup bagi bahan restoratif. Semua tepi harus mempunyai
butt-joint cavosurface angle 90º untuk mendapatkan kekuatan tepi bagi
bahan restorasi. Semua tepi dan sudut harus dibuat membulat untuk
menghindari tekanan pada restorasi dan gigi, sekaligus mengurangi
kemungkinan terjadinya fraktur.
Bur carbide atau diamond yang digunakan untuk preparasi gigi harus
yang berbentuk tappered supaya dinding fasial dan lingual divergen ke
arah oklusal. Bentuk divergen ini akan mempermudah insersi pasif untuk
restorasi. Ujung mata bur harus bulat supaya sudut yang dibentuk tidak
tajam, sehingga dapat mengurangi stress internal. Derajat divergensi di
antara 2º-5º pada setiap dinding. Sepanjang preparasi, instrument potong
digunakan untuk membuat dinding vertikal sejajar aksis panjang mahkota
gigi.
Preparasi pada oklusal dengan kedalaman 1,5-2 mm. Kebanyakan
komposit dan keramik memerlukan isthmus dan groove dengan kelebaran
1,5mm untuk mengurangi fraktur pada restorasi. Dinding fasial dan lingual
dipreparasi sehingga cusps datar dan halus. Idealnya, tidak boleh ada
undercut yang menghalangi insersi bahan restorasi. Jika ada undercut
yang kecil, bisa ditutupi dengan menggunakan liner semen ionomer.
Dinding pulpa juga harus rata dan halus. Jika sisa karies atau bahan
restorasi yang sebelumnya akan dibuang, dindingnya direstorasi dengan
liner/base light-cured semen ionomer. Margin gingival dikurangi
seminimal mungkin karena margin pada enamel lebih sering digunakan
untuk bonding.
Apabila bagian dari dinding fasial atau lingual mempunyai karies,
maka preparasi dilebarkan (dengan gingival shoulder) disepanjang
transitional line angle agar kerusakan dapat dihilangkan. Dinding aksial
pada pelebaran ini di preparasi untuk mendapatkan ketebalan restorasi
yang mencukupi. Cusp haruslah di capping jika preparasi melebihi 2/3 atau
lebih dari groove primer ke ujung cusps. Jika cusps di capping, preparasi
dikurangi 1,5-2mm dan mempunyai cavosurface angle 90º. Apabila cusps
dikapping, terutama centric cusps, shoulder haruslah dibuat dengan
cavosurface margin fasial dan lingual menjauhi dari kontak gigi antagonis.
h. TEKNIK RESTORASI
Matrix tidak di perlukan pada preparasi restorasi karena konturnya dapat
dikontrol secara langsung pada saat material komposit dimasukan ke dalam
preparasi seperti pada restorasi klas V. Hal ini benar terutama pada pemakaian
lightcured material dimana 24 25. mempunyai working time yang lebih lama,
sehingga operator dapat membuat kontur pada restorasi apabila material restorasi
masih berada dalam keadaan yang belum terpolimerisasi.
i. ETCHING, PRIMING DAN PENEMPATAN ADHESIVE
i. TEKNIK ETSA
1. • Tujuan:
Pengerutan polimerisasi terjadi ketika resin metakrilat
mengeras, oleh karena itu kebocoran tepi restorasi lebih mungkin
terjadi pada restorasi resin dibandingkan bahan jenis lain. Bahan
komposit yang ada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk
menahan kebocoran tepi, sehingga kebocoran cairan mulut sering
terjadi pada bagian yang berdekatan dengan restorasi. Secara
singkat tujuan etsa asam adalah meningkatkan perlekatan mekanis
dan menutup tepi. Prosedur ini memperluas penggunaan bahan
restorasi berbasis resin karena memberikan ikatan yang kuat antara
resin dan email serta memecahkan masalah yang dihadapi oleh
restorasi berbasis resin yaitu perubahan warna di bagian tepi karena
kebocoran tepi restorasi yang berhadapan.
2. • Penggunaan
Teknik etsa asam membentuk basis bagi kebanyakan
prosedur inovatif kedokteran gigi, seperti retensi logam berikatan
resin, vinir berlapis porselen dan braket ortodontik.1 Secara
sistematis, ada 4 hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan etsa
asam : metode, waktu, konsentrasi asam, dan tipe asam yang
digunakan.
3. • Metode
Asam fosforik dapat diaplikasikan dalam bentuk gel dengan
menggunakan kuas atau injeksi. Kuas lebih dianjurkan karena ujung
yang baik dari kuas akan mengikatkan asam ke enamel pada
preparasi chamfer-shoulder dan bulu kuas yang halus akan
mencegah gosokan kasar yang nantinya akan menghasilkan
penurunan retensi akibat fraktur dari enamel interstitial yang
mengelilingi pori-pori yang sangat kecil (micropore).
4. • Waktu
Waktu yang digunakan untuk etsa asam fosforik tidaklah
lama, normalnya 10-60 detik.3 Waktu yang lebih lama tidak akan
menambah kekuatan ikatan. Namun, lamanya pemberian etsa
bervariasi tergantung riwayat gigi yang dietsa. Aplikasi dapat 25 26.
lebih lama (1 menit atau lebih) pada gigi susu dan gigi yang
mengalami fluorosis karena keduanya bersifat melawan prosedur
etsa.
5. • Konsentrasi asam
Konsentrasi 30%-50% adalah yang paling efektif dan banyak
terdapat di pasaran.1,3 Konsentrasi 37% merupakan konsentrasi
terbanyak di pasaran. Konsentrasi lebih dari 50% dapat
menyebabkan pembentukan monokalsium fosfat monohidrat pada
permukaan teretsa yang menghambat kelarutan lebih lanjut.
6. • Tipe asam yang digunakan
Ada 2 macam tipe asam yang dapat digunakan untuk etsa
yaitu gel dan larutan encer. Tipe larutan encer mudah untuk
digunakan tetapi sangat sulit untuk mengontrol flow cairan.2,3 Gel
fosforik dengan viskositas tinggi seperti Caulk Gel Etchant atau
Ultradent Etching Gel lebih mudah untuk dikontrol secara klinis.2
Dalam pembuatannya, gel tersebut seringkali dibuat dengan
menambah silika koloidal atau butiran polimer ke dalam asam.

Pada umumnya etsa dipasok dalam bentuk gel agar peletakan bahan
dapat lebih dikendalikan. Selama peletakan usahakan agar gelembung
udara antara kedua bahan tidak masuk karena jika ada gelembung udara
daerah tersebut tidak dapat teretsa. Setelah dietsa, asam harus dibilas
dengan air selama 20 detik, kemudian enamel dikeringkan. Tanda
keberhasilan etsa tampak pada permukaan enamel yang berwarna putih
salju. Enamel ini harus dijaga agar tetap kering sampai resin diletakkan,
tujuannya untuk membentuk ikatan yang baik. Kontak dengan saliva
atau darah misalnya, walaupun hanya sebentar dapat menghalangi
pembentukan resin tag yang efektif dan mengurangi kekuatan ikatan.
Jika terjadi kontaminasi, kontaminan harus segera dibersihkan, enamel
dikeringkan serta dietsa kembali selama 10 detik (lebih singkat dari
waktu etsa awal).

ii. TEKNIK PRIMER


Primer harus diaplikasikan pada semua struktur gigi yang dipreparasi
dengan menggunakan microbrush atau applicator. Pabrik akan menentukan
lama aplikasi bahan primer serta lama penyinaran. Apabila sudah dilapisi
dengan primer maka dentin 26 27. seharusnya mengkilap secara rata, dan
jika terdapat bagian yang kering maka harus diberi lapisan primer lagi.
iii. PENEMPATAN ADHESIF
Jika sistem bonding tidak menyatukan primer dan adhesive, maka
bonding adhesive diaplikasikan. Microbrush atau applicator digunakan untuk
mengaplikasikan bahan adhesive semua bagian atau struktur gig yang telah
di etsa dan di primer. Harus diperhatikan agar bahan adhesive tidak
mengalir ke bagian yang lain. Apabila sudah diaplikasikan, bahan adhesive
dipolimerisasi dengan penyinaran cahaya. Setelah polimerisasi material
komposit akan terikat secara langsung dengan bahan adhesive tersebut.
j. INSERSI DAN CURING THE COMPOSITE
Self cured atau light cured komposit dapat diinsersi dengan instrument
tangan atau syringe. Komposit self-curing jarang digunakan untuk restorasi klas V
karena light-curing mempunyai banyak kelebihan dibanding self-curing. Diusapakan
campuran komposit self- cured pada preparasi dengan menggunakan instrument
tangan sambil vibrasi. Ujungnya dapat dilubrikasi dengan bonding adhesive.
Biasanya prosedur ini dilakukan dua kali supaya preparasi terisi penuh atau lebih.
Kemudian eksesnya dibersihkan dimulai dari gingival cavosurface margin dengan
menggunakan eksplorer No. 2 atau dengan menggunakan blade pada instrument
komposit, seterusnya pada bagian struktur gigi yang tidak dipreparasi, gingival dan
terakhir pada bagian yang dipreparasi. Jika komposit mulai mengeras, maka
konturing harus dihentikan.
Material light-cured direkomendasikan umumnya untuk preparasi klas V
disebabkan oleh working time yang lebih lama dan kontur yang dapat dikontrol
sebelum terjadi polimerisasi. Hal ini sangat berguna pada restorasi dengan preparasi
yang besar atau pada preparasi dengan merginnya yang terletal pada cementum,
karena instrument rotasi dapat merusakan struktur gigi.
k. KONTURING DAN POLISHING KOMPOSIT
Konturing dapat dimulai dengan segera setelah penyinaran light-cured
materi komposit selesai polimerisasinya atau 3 menit sesudah pengersan materi
self-cured. Permukaan oklusal dibentuk dengan round, 12-bladed carbide finishing
bur atau bentuk yang serupa untuk finishing diamond. Special carbide-tipped carvers
(carbide carvers;brasseler USA, Savannah,Ga) digunakan untuk menghilangkan
kelebihan komposit yang panjang di daerah tepi oklusal. Finishing dilakukan dengan
piloshing cups atau point atau keduanya setelah oklusi diperoleh. Setelah itu
dilakukan pembentukan anatomi oklusal komposit gigi sehingga juga diperoleh seni
dalam insersinya .

Tujuan melakukan polishing:


1. supaya tahan dari stain
2. 2. supaya tahan dari formasi plak dan kalkulus
3. 3. mudah dibersihkan
4. 4. meminimalkan iritasi dari jaringan lunak
5. 5. dapat meningkatkan ketahanan restorasi

Anda mungkin juga menyukai