Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang mempunyai
prevalensi tertinggi di Indonesia bersama dengan penyakit periodontal.
Perawatan dini pada karies sangat diperlukan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut. Perawatan tersebut salah satunya adalah
dengan dilakukan restorasi. Restorasi terbagi menjadi 2 golongan,
yaitu restorasi plastis dan restorasi tuang.
Pemeriksaan yang seksama, diagnosis dan rencana perawatan
yang tepat sangat diperlukan. Seorang dokter gigi yang baik harus
dapat menegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang benar,
dengan ditunjang oleh pengetahuan tentang bahan tumpatan, dan
teknik pengerjaannya.

I.2

Batasan Topik
I.2.1 Diagnosa
I.2.2 Rencana Restorasi
I.2.2.1 Amalgam
I.2.2.2 GIC
I.2.2.3 Komposit
I.2.3 Teknik Preparasi dan Design Kavitas
I.2.4 Tahapan Perawatan
I.2.4.1 Amalgam
1. preparasi
2. isolasi
3. basis
4. penumpatan
5. pemulasan

I.2.4.2 GIC
1. preparasi
2. penumpatan
3. pemulasan
I.2.4.3 Komposit
1. preparasi
2. pemilihan matrix
3. isolasi
4. pemberian liner
5. pengulasan etsa asam dan bonding
6. penumpatan
7. pemulasan
I.3

Peta Konsep
Pemeriksaan obyektif

Anamnesa

Diagnosa
Gigi sulung

Gigi permanen

(85 dan 62)

(11)

Rencana perawatan
(restorasi)

Aplikasi

Bentuk preparasi

Amalgam

Bahan restorasi

GIC

Komposit

BAB II
PEMBAHASAN
II.1

Diagnosa
Gigi sulung
85 Hyperemia pulpa (HP), karena:
1. tidak terasa sakit, hanya terasa linu saat minum es.
2. karies media di bagian oklusal.
62 Iritasi pulpa (IP), karena:
karies superfisial di bagian proksimal berupa titik hitam dengan
kedalaman < 0,5 mm.
Gigi permanen
11 Pulpitis reversible, karena:
1. tidak terasa sakit, hanya terasa linu saat minum es.
2. karies media di bagian proksimal dan mengenai sebagian
insisal.

II.2

Rencana Restorasi
Gigi sulung
85 karies klas I tumpatan amalgam, karena:
Merupakan gigi sulung. Jika memakai tumpatan komposit
dibutuhkan teknik etsa yang bersifat asam sehingga mudah
mengiritasi pulpa karena enamel pada gigi sulung lebih tipis,
sedangkan ruang pulpa lebih besar/luas.
62 karies klas III tumpatan GIC, karena:
Karies klas III tidak membutuhkan efek dari estetika.
Gigi permanen
11 karies klas IV tumpatan komposit, karena:

Merupakan gigi anterior sehingga dibutuhkan efek estetika,


dimana bahan tumpatan komposit hampir sewarna gigi asli.
II.3

Teknik Preparasi dan Design Kavitas


II.3.1 Teknik Preparasi
Preparasi kavitas adalah pengambilan secara mekanis jaringan
gigi yang mengalami kelainan, kerusakan (defect, injury) dengan
tujuan untuk menerima bahan restorasi serta akan membangun
kembali suatu jaringan gigi yang sehat, dapat berfungsi untuk
pengunyahan maupun memenuhi faktor estetik (HO kuliah Linda
Rochyani, 2009).
Prinsip-prinsip dasar preparasi kavitas (HO kuliah Linda
Rochyani, 2009):
1. outline form: batas terluar dari preparasi kavitas.
2. resistance form: daya trahan terhadap pengunyahan.
3. retention form: kekuatan perlekatan.
4. convenience

form:

preparasi

yang

sedemikian

rupa

untuk

penenpatan alat.
5. removal of caries: mencegah terjadinya karies sekunder.
6. finishing of the enamel wall: penghalusan dinding preparasi.
7. toilet of cavity: pemberian kavitas sebelum dilakukan tumpatan.
Teknik preparasi gigi 85 kelas I (Buku petunjuk
praktikum laboratorium kedokteran gigi anak, 2009)
1.

outline form gunakan bur silindris yang berujung bulat

2.

dinding aksial // dinding bukal atau dinding lingual

3.

dinding pulpa datar dan halus sumbu gigi

4.

cavosurface margin tajam, tanpa bevel

5.

tepi preparasi kavitas tidak boleh < 700

6.

dinding eksternal dibuat divergen sedikit ke arah permukaan gigi,


dibuat groove kecil di bagian dentin pada dasar kavitas.

7.

retensi dari kelas I adalah berbentuk box dengan kedalaman


cukup.

Gambar 1. Outline form

Gambar 2. Retensi berbentuk box

8.

gunakan round bur untuk menembus dan memperdalam kavitas

9.

gunakan fissured bur untuk melebarkan kavitas dan membentuk


dinding tegak inverted bur untuk membuat retensi

Gambar 3. Pelebaran kavitas

Teknik preparasi gigi 62 kelas III (Buku petunjuk


praktikum laboratorium kedokteran gigi anak, 2009)
1. kavitas dibuka dari palatinal/lingual gunakan round bur
2. kavitas dilebarkan gunakan fissured bur
3. retensi berbentuk groove pada dinding bukal gunakan round bur
kecil. Retensi kelas III ini dapat juga berbentuk undercut.
4. dovetail dibentuk pada bagian labial/palatinal ke arah gingival

Gambar 4. Kavitas dibuka dari


palatinal/lingual

Teknik preparasi gigi 11 kelas IV (Buku petunjuk


praktikum 1 laboratorium ilmu konservasi gigi, 2009)
1. menggunakan high speed
2. preparasi dimulai dari arah palatal (kecuali bila kavitas telah
menembus labial). Gunakan diamond bur/inverted bur untuk
menembus kavitas. Setelah terbentuk lubang, gunakan fissured
diamond bur yang berujung bulat untuk membentuk kavitas.

Gambar 5. Preparasi kelas IV

Gambar 6. Bentuk bevel kelas IV

3. cavosurface enamel margin (tepi kavitas) dibevel/dipotong seluas 2


mm dari tepi kavitas dengan kemiringan 50 0 (full bevel) dengan
bantuan fissured bur.
4. haluskan bidang preparasi dengan menggunakan fine finishing
diamond bur / paper disk yang diulasi vaselin, atau gunakan
tungsten carbide bur / sand rubber.
II.3.2 Design Kavitas (Pikard, 2000)
Kriteria design kavitas antara lain:
1. Bahan tumpatan mudah masuk
2. Retensi maksimal
3. Resistensi terbesar pada tempat yang menambah daya kunyah
4. Mencegah keries sekunder

Pembuatan design kavitas merupakan tahap paling penting


dalam prosedur. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan,
antara lain:
1. Pemilihan bahan restorasi tergantung pada klas karies dan jenis
gigi (sulung/permanen ).
2. Membuat retensi sebagai kekuatan perlekatan tumpatan.
Retensi bergantung pada bahan tumpatan. Pada amalgam
berupa

undercut,

alur

(groove),

dan

pin.

Pada

komposit

memerlukan etsa-asam sebagai retensinya yang menghasilkan


pori-pori retentif yang

kemudian

dialiri

oleh resin (retensi

mikromekanik). Sedangkan GIC, berikatan pada dentin dan email


secara kimia dan tidak memerlukan undercut mekanik, kecuali
pada daerah yang menerima tekanan oklusal.
3. Bentuk design harus dapat melindungi sisa jaringan gigi.
Pada restorasi amalgam, email yang tidak terdukung di
permukaan oklusal harus dibuang, termasuk semua ujung-ujung
runcing yang dapat rusak ketika kondensasi amalgam.
Pada resin komposit, membuang email tidak begitu penting.
Jika kavitas luas dan tonjol yang tersisa dinilai lemah, dapat
dilakukan pembuangan tonjol atau melindunginya dari tekanan
oklusal dengan onlay/inlay logam dan menguatkannya dengan
mengaitkannya ke gigi lain.
4. Bentuk design harus dapat mengoptimalkan kekuatan restorasi.
Cavosurface angle amalgam dan porselen harus sebesar
90o sehingga ketebalan tepi tumpatan cukup baik. Pada restorasi
amalgam, antara dinding oklusal dan dinding aksial dibulatkan atau
dibevel untuk menghindari fraktur.
5. Posisi dan bentuk tepi kavitas harus benar.
Bentuk tepi kavitas ditentukan oleh bahan restorasi. Pada
tepi kavitas amalgam dan poselen harus dibuat 90o. Sedangkan

bentuk

tepi

kavitas

resin

komposit

dapat

dibevel

untuk

meningkatkan retensi.
II.4

Tahapan Perawatan (Buku petunjuk praktikum 1 laboratorium ilmu


konservasi gigi, 2009)
II.4.1 Tumpatan Amalgam
1. preparasi kavitas
Preparasi sesuai dengan karies atau mengikuti bentuk pit
dan fissure, bila RA berbentuk H dan RB berbentuk plus (+).
Preparasi menggunakan high speed, dimulai dengan:
a. Pembersihan kavitas dari debris maupun jaringan karies
dengan eskavator, kemudian dengan round bur no 1
sedalam 2,5 mm.
b. Kavitas dilebarkan menggunakan fissure bur, kedalaman
kavitas tepat berada di bawah DEJ (Dentino Enamel
junction).
c. Kedalaman kavitas 3 mm, dengan dinding tegak lurus
(berbentuk box). Kavitas kelas I harus lebar mencakup
semua kerusakan dengan memperhatikan resistence form,
dan cukup dalam namun tidak terlalu sempit dengan
memperhatikan confenience form.
d. Dasar kavitas dibuat tegak lurus sumbu gigi serta dihaluskan
dengan inverted bur. Kavitas berbentuk box dengan dinding
bukal dan lingual/palatinal membentuk sudut 90 0 (tegak
lurus) terhadap permukaan email karena bila sudut dibuat >
900 dapat merusak struktur batang email, dan bila < 90 0
dapat merusak amalgam.
e. Permukaan dinding bukal, lingual, dan proksimal dibuat
sejajar permukaan luar gigi.

8
Gambar 7. Bentuk dinding preparasi kavitas kelas I

2. isolasi
a. Rahang atas menggunakan cotton roll yang diletakan di
bukal fold.
b. Rahang bawah cotton roll diletakkan pada bukal fold dan
daerah mylohyoide serta dilakukan pemasangan tongue
holder untuk menahan lidah.
c. Anterior RA atau RB penempatan cotton roll sebaiknya tidak
mengenai frenulum labialis.
d. Selanjutnya,

kavitas dibersihkan dari sisa-sisa debris

dengan semprotan aquades dan dikeringkan dengan


hembusan udara. Keadaan ini dipertahankan sampai
penumpatan selesai. Untuk menyedot saliva bisa digunakan
saliva ejektor atau suction.
3. basis
Bertujuan untuk melindungi jaringan pulpa gigi terhadap
iritasi bahan restorasi tumpatan dan tekanan saat kondensasi
amalgam. Tahapan sebelum memulai memberi basis:
a. Kavitas harus dibersihkan dan disterilkan dengan cotton
pellet yang dipegang dengan ujung pinset.
b. Setelah itu, kavitas dikeringkan dengan semprotan udara
dari chip blower atau triway syringe. Setelah kering
kemudian dibasis.
c. Pemberian basis harus menutup seluruh dentin yang
terbuka, yaitu dinding aksio pulpa, serta perhatikan basis di
daerah dinding gingival hanya sebatas dentin yang terbuka,
tidak sampai ke tepi enamel.

d. Semen dimasukan ke dalam kavitas menggunakan semen


stopper serta diratakan mendatar pada permukaan dasar
kavitas setinggi dentin menggunakan semen stopper.
Kelebihan semen yang terlanjur mengeras dapat diratakan
dengan inverted bur. Perlu diperhatikan bahwa dinding
tegak kavitas harus bersih dari bahan semen.
e. Bahan yang digunakan sebagai basis semen adalah semen
seng oksida fosfat (ZnPO4) atau semen polycarboxylate.

Bahan ini terdiri dari bubuk dan cairan.

Cara pencampuran: ambil bahan sesuai besar kavitas


dengan W:P ratio = 1:1.

Cara pengadukan:

Ambil 1/3 bubuk dengan spatula semen, masukkan ke


dalam

cairan,

kemudian

diaduk

dengan

gerakan

memutar. Selanjutnya masukkan 2/3nya, aduk sampai


homogen. Waktu pengadukan 60 detik.

Gambar 8. Cara pengadukan basis

f. Agar bahan semen tidak menempel pada hand instrument


(ujung stopper) sebaiknya dibasahi dengan alkohol 70%
atau diurapi dengan bubuk semen.
4. penumpatan
Penumpatan menggunakan bahan amalgam alloy (logam
campur amalgam). Pertama-tama bahan dicampur terlebih dulu
karena:

10

Bahan ini terdiri dari bubuk amalgam alloy dan cairan


merkuri.

Cara pencampuran:

Ambil bahan secukupnya sesuai dengan besar kavitas


dengan perbandingan W/P ratio = 1:1.
Cara pencampuran ada 2 macam:
Menggunakan amalgamator bubuk amalgam alloy
dan merkuri yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam
kapsul, kemudian dicampur dengan menggunakan alat
amalgamator selama 5 detik.

Menggunakan

mortal

dan

Gambar 9. Amalgamator

pestle bubuk amalgam alloy


dan merkuri yang telah ditimbang
dimasukkan

ke

dalam

mortal

kemudian diaduk dengan pestle


dengan gerakan memutar dan
Setelah
amalgam
tercampur
dengan
baik, selanjutnya adalah:
tekanan
pada
dinding
mortal
a. Amalgam
diletakkan
pada60 selembar
kain kecil untuk
kurang lebih
sebanyak
kali
Gambar 10. Mortal dan pestle

mengambil
putaran. kelebihan merkuri dengan cara diperas. Setelah
itu kain dipegang erat dari bawah dengan ibu jari dan
telunjuk kemudian amalgam diambil dengan menggunakan
amalgam pistol dengan gerakan mengungkit (dari bawah ke
atas). Dengan menggunakan amalgam pistol dan amalgam
plugger, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas sedikit demi
sedikit.

Gambar 11. Amalgam diletakkan dalam


kain

11
Gambar 12. Amalgam diperas
memakai pinset

b. Amalgam dimasukkan ke dalam kavitas dengan teknik


kondensasi sampai seluruh kavitas penuh menggunakan
amalgam plugger/amalpack, kemudian di carving untuk
membentuk anatomi oklusal yang baik, serta dilakukan
burnisher untuk membuang kelebihan merkuri.
c. Setelah itu dilakukan pengecekan oklusi menggunakan
articulating paper. Bila ada oklusi traumatik perlu dilakukan
pengurangan sambil tetap mempertahankan bentuk anatomi
oklusal gigi.
d. Instruksikan pasien untuk tidak menggunakan sisi rahang
dengan gigi yang baru ditumpat amalgam untuk mengindari
pecahnya amalgam yang belum mengeras sempurna dan
dianjurkan untuk datang lagi pada hari berikutnya untuk
dilakukan pemulasan tumpatan amalgam.
5. pemulasan
Poles dilakukan minimal 24 jam setelah penumpatan
dilakukan.
a. Permukaan yang kasar diasah dengan finishing stone atau
stone hijau untuk menghaluskan permukaan amalgam. Perlu
diperhatikan jangan sampai mengubah bentuk anatomi gigi
yang sudah baik. Kemudian dihaluskan dengan fine finishing
bur.

12

b. Setelah halus, dikilapkan dengan rubber abrasive point/cup


dan menggunakan bahan poles kriyt/whiting/pumice yang
dibasahi air, sehingga amalgam halus dan mengkilap.
II.4.2 Tumpatan GIC (Glass Ionomer Cement)
1. preparasi kavitas
Membersihkan jaringan karies dan debris dengan
eskavator dan dibersihkan dengan semprotan air dan udara
perlahan-lahan.

Preparasi

sesuai

dengan

karies

gigi

menggunakan high speed. Preparasi sebaiknya dari arah


palatal/lingual untuk kepentingan estetik. Preparasi dimulai dari:
a. Bagian palato proksimal dengan (round bur) no 1. Arah bur
tegak lurus bidang labial gigi, tidak boleh tembus ke bagian
labial gigi.
b. Kavitas dibentuk sesuai outline form.

Gambar 13. Preparasi kavitas dari


palatal

Gambar 14. Pembuatan retensi

c. Dibuat retensi berupa undercut di daerah yang menghadap


insisal atau incisal point angle maupun servikal gigi
menggunakan bur bulat (round bur).
2. penumpatan
Sebelum dilakukan penumpatan, dilakukan:
a. Pencocokan warna gigi dengan shade guide.
b. Menyiapkan celluloid matrix/matriks strip dari plastik, potong
sepanjang 5 cm, bertujuan agar bahan dapat beradaptasi

13

dengan baik pada kavitas gigi dan membentuk anatomi gigi


seperti

aslinya.

Pasang

matriks

pada

gigi

dengan

menggunakan wedge.
c. Dilakukan pemberian vaseline pada celluloid strip yang
menghadap bahan tumpatan GIC.
d. Pembersihan kavitas menggunakan cotton pellet yang
dipegang dengan pinset dan diberi alkohol 70%. Keringkan
dengan chip blower atau triway syringe pada dental unit.
e. Ulasi permukaan kavitas yang sudah bersih dengan bahan
conditioner, tunggu selama 15 detik, dicuci dan dikeringkan
kembali untuk persiapan penumpatan.
f. Penumpatan menggunakan bahan Glass Ionomer Cement:

Bahan ini terdiri dari:

Bubuk dan cairan. Dapat pula berupa pasta apabila


polimerisasi bahan ini menggunakan penyinaran.

Cara pencampuran:

Ambil bahan secukupnya dengan perbandingan (W/P)


1:1 atau sesuai aturan pabrik.

Cara pengadukan:

Taruh bubuk dan cairan di atas paper pad. Ambil 1/3


bagian dari bubuk dengan agate spatel masukkan ke
dalam cairan. Kemudian diaduk dengan gerakan melipat.
Selanjutnya masukkan 2/3-nya aduk sampai homogen.
g. Setelah bahan tercampur, masukkan ke dalam kavitas
menggunakan plastic filling instrument.
h. Sebelum terjadi setting, sisa bahan yang melebihi matriks
dibersihkan dengan ujung sonde. Matriks ditahan selama
3-5 menit sampai terjadi pengerasan.

14

i. Selama proses pengerasan, bahan tidak boleh kontak


dengan jari operator.
j. Sebelum bahan terlalu setting, tumpatan GIC diulasi dengan
varnish.
k. Setelah GIC mengeras lakukan tahap akhir dengan
menggunakan fine finishing diamod bur/tungsten carbide bur
untuk membuang kelebihan bahan yang terlanjur mengeras
serta membentuk anatomi gigi yang baik.
3. pemulasan
Poles untuk tumpatan GIC klas III dilakukan setelah
setting ( 8-10 menit). Selama proses setting, tidak boleh
kontak dengan saliva. Poles menggunakan polishing strip atau
paper disk yang diberi vaselin atau cocoa butter atau dapat juga
dengan arkansas stone (stone putih) yang diberi vaselin atau
cocoa butter.
II.4.3 Tumpatan Komposit
1. preparasi kavitas
Sebelum melakukan preparasi, pilih matriks yang sesuai
dengan diameter dan bentuk anatomi gigi yang bersangkutan.
Preparasi menggunakan high speed, dimulai dengan:
a. Pembuangan jaringan karies dengan eskavator dan debris
maupun karang gigi di sekeliling servikal, kemudian
dilakukan pembersihan lebih lanjut dengan menggunakan
brush dan bahan pembersih misalnya pumice atau pasta
gigi.
b. Preparasi dimulai dari arah palatal kecuali bila kavitas telah
menembus bidang labial menggunakan round diamond bur
untuk menembus kavitas atau dapat pula digunakan
inverted diamond bur. Setelah terjadi lubang digunakan
fissure diamond bur yang berujung bulat (bentuk silindris

15

maupun tapered) untuk membentuk kavitas sekaligus


menembus ke arah labial.
c. Pada permukaan cavosurface enamel margin (tepi kavitas)
dibuat bevel menggunakan fissure bur seluas 2 mm. Dari
tepi kavitas dengan kemiringan 500 (full bevel).

d. Terakhir seluruh permukaan bidang preparasi dihaluskan


dengan
finishing
diamond
bur6. Bentuk
atau paper
dishIV yang
Gambar
bevel kelas
Gambar 5.fine
Preparasi
kelas IV
diulasi vaselin atau dapat pula digunakan tungsten carbide
bur atau sand rubber.
2. pemilihan matriks
a. Dapat digunakan matriks insisal dari bahan celluloide.
b. Bila diperlukan wedge untuk adaptasi di daerah serviko
proksimal.
c. Pada kavitas yang meliputi mesio proksimal dan disto
proksimal gigi anterior, sebaiknya digunakan crown form
matriks,

yang

kemudian

dilakukan

pembentukan

(vestonoren) sesuai diameter dan bentuk anatomi gigi yang


bersangkutan.
3. isolasi
Setelah preparasi selesai, dilakukan pembersihan debris
dengan dilakukan pencucian menggunakan semprotan air
kemudian dikeringkan dengan semprotan udara. Dilakukan
isolasi di daerah kerja seperti yang telah dijelaskan di atas.
4. pemberian liner
a. Bahan dasar yang digunakan sebagai liner adalah Kalsium
Hidroksida/Ca(OH)2 pada permukaan dentin yang terbuka.
b. Pemakaian liner dengan bahan dasar eugenol tidak
diperbolehkan karena akan mempengaruhi polimerisasi
resin komposit.

16

c. Macam liner:
Berupa pasta (base-catalyst), misalnya: Dycal
Liner yang menggunakan penyinaran.
d. Bila menggukan liner bentuk pasta, aduk dulu base dan
catalyst di atas paper pad kemudian diaplikasikan ke dalam
kavitas.
e. Bila menggunakan liner dengan penyinaran, langsung
diaplikasikan

ke

dalam

kavitas

kemudian

dilakukan

penyinaran selama 10 detik.


5. pengulasan etsa asam dan bonding
Teknik yang digunakan ada dua macam, yaitu :
Teknik Total Etching:
Pada teknik ini menggunakan etsa asam berupa asam fosfat
dengan konsentrasi 30-50%. Di dapat di pasaran berupa
cairan atau gel. Cara pengaplikasiannya:
a. Dengan menggunakan spon atau cotton pellet yang telah
diulasi

asam

kemudian

dilakukan

pengulasan

pada

permukaan enamel sebatas 2 mm dari tepi kavitas


kemudian ditunggu selama 15-30 detik.
b. Setelah itu dilakukan pencucian etsa

asam

dengan

semprotan air yang bersih kemudian dikeringkan dengan


hembusan

udara

(perhatikan

jangan

sampai

terjadi

kontaminasi). Pengeringan kavitas tidak boleh terlalu kering


untuk menghindari terjadinya gangguan pada cairan dalam
tubulus dentin, sedangkan untuk bahan bonding disini
digunakan bahan single bond yang telah ada kandungan
primer di dalamnya.
c. Setelah pengulasan etsa asam maka dilakukan tahap
selanjutnya yaitu pengulasan bahan bonding agent.
d. Bonding diulaskan selapis tipis pada permukaan enamel
yang telah di etsa dengan menggunakan kuas atau spon
atau cotton pellet selanjutnya dihembuskan udara perlahanlahan sampai bahan merata pada seluruh permukaan

17

bidang yang akan ditumpat maksudnya supaya bahan


bonding dapat lebih masuk ke dalam tubulus dentin yang
telah terbuka. Kemudian setelah dilakukan penyemprotan
dengan udara dilakukan lagi pengulasan ulang bahan
bonding selapis tipis.
e. Setelah itu dilakukan aplikasi bahan bonding seperti di atas,
dilakukan penyinaran selama 10 detik sesuai petunjuk
pabrik.
f. Setelah itu tahap selanjutnya yaitu penumpatan komposit.
Teknik Self Etching:
Perbedaan teknik total etching dan teknik self etching ini
adalah pada teknik self etching tidak diperlukan pencucian
etsa asam. Cara pengaplikasiannya:
a. Bahan bonding diulas menggunakan kuas/spon atau cotton
pellet

selanjutnya

dihembuskan

udara

perlahan-lahan

sampai bahan merata pada seluruh permukaan yang akan


ditumpat. Setelah itu lakukan pengulasan ulang bahan
bonding selapis tipis supaya terbentuk hybrid layer sehingga
akan menambahkan kekuatan perlekatan resin komposit.
b. Setelah itu dilakukan penyinaran selama 10 detik sesuai
petunjuk pabrik.
6. penumpatan
a. Dilakukan pencocokkan warna dengan menggunakan shade
guide/kunci warna yang tersedia (sebaiknya dengan merk
yang sesuai).
b. Aplikasi resin komposit lapis demi lapis (lapisan sebaiknya
tidak melebihi 2 mm) untuk kemudian disinari selama 40
detik. Aplikasi ini diulangi sampai seluruh kavitas penuh.
c. Bila menggunakan crown form matrix sebaiknya dipasang
setelah lapisan resin komposit terakhir, dan kelebihan bahan
yang mengalir keluar dari matriks dibuang setelah lapisan
resin komposit terakhir, kemudian dilakukan penyinaran
sehingga polimerisasi seluruh bahan di bawahnya merata.

18

d. Setelah matriks dilepas, dilakukan penyelesaian lebih lanjut


untuk membentuk anatomi gigi yang baik maupun untuk
membuang kelebihan resin komposit yang telah terlanjur
mengeras.
7. pemulasan
Pemolesan resin komposit menggunakan fine finishing
diamond burtungsten carbide bur dengan berbagai macam
bentuk sesuai kebutuhan untuk membentuk anatomi gigi.
Kemudian poles menggunakan sand rubber point atau cup
sesuai kebutuhan. Kemudian dilanjutkan dengan silicone rubber
cup atau point maupun soflex disc dan pasta poles untuk resin
komposit (contoh merek dagang: Prisma Glos).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan dari penjabaran di atas adalah:
1. Dalam menetukan diagnosa perlu adanya anamnesa, yaitu pemeriksaan
subjektif mencakup keluhan/keadaan umum pasien dan riwayat penyakit
pasien. Selain itu, diperlukan pemeriksaaan objektif (pemeriksaaan klinis
yang mencakup tes vitalitas).
2. Dari kasus pada pemicu, pasien mengeluhkan gigi 85, 11, dan 62. Hasil
pemeriksaan objektif menunjukkan diagnosa bahwa gigi 85 mengalami
karies kelas I, gigi 11 mengalami karies kelas IV, dan gigi 62 mengalami
karies kelas III.
3. Dari kelas karies yang terdiagnosa, selanjutnya kita sebagai dokter gigi
menentukan rencana perawatan, yaitu untuk gigi 85 atau posterior

19

sebaiknya memakai tumpatan amalgam karena untuk proses mastikasi.


Selanjutnya, untuk gigi 11 atau anterior sebaiknya menggunakan komposit
yang dikarenakan sebagai efek estetika yang lebih baik. Sedangkan untuk
gigi 62 menggunakan GIC karena alasan kandunagn fluor yang bagus
dari GIC.
4. Prinsip perawatan konservasi gigi pada gigi sulung umumnya sama
dengan gigi permanen. Tetapi, perlu diperhatikan pada gigi sulung,
dimana ada perbedaan bentuk anatomi gigi sulung dan gigi permanen,
antara lain enamel dan dentin pada gigi sulung lebih tipis, sedangkan
ruang pulpa lebih luas dan tanduk pulpa yang tinggi. Bidang kontak
proksimal gigi sulung lebih luas dan permukaan oklusal menyempit.

DAFTAR PUSTAKA
Pinkham, 1994. Pediatric Dentistry; Infancy Through Adolescence, 2 nd. WB
Saunders Company.
Pikard, 2000. Manual Konservasi Restorative Menurut Pikard Alih Bahasa
Narlan Sumawinata, Ed ke 6, Widya Medika Jakarta, hal 110-145.
Buku Pedoman Kerja Klinik Laboratorium Ilmu Kedokteran Gigi Anak, FKG
UHT, 2009.
Buku Petunjuk Praktikum Klinik Konser 1 Laboratorium Ilmu Konservasi Gigi,
FKG UHT, 2009.
Hand Out Kuliah Prinsip Dasar Preparasi Kavitas Oleh Linda Rochyani, drg.,
Sp. KG.

20

Anda mungkin juga menyukai