Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS

YARSI
LAPORAN KASUS KONSERVASI

Restorasi Resin Komposit Pada Gigi Klas IV Sebagai Restorasi Estetik

Pembimbing

Drg. Rika Nuraisyah, Sp. KG

MORITA AB

1112015022

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

Estetik memiliki pengertian yang luas. Jika membicarakan estetik maka pembahasan mengarah
pada sesuatu yang cantik, indah dan mengarah pada seni. Setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda mengenai estetik dan setiap orang menginginkan hal keindahan sekaligus kesehatan
dirinya.1 Gigi yang mengalami trauma berupa fraktur akan menggangu penampilan. Fraktur gigi
anterior pada penderita muda dapat menyebabkan gangguan fungsional, estetika, dan psikologis.2
Gigi anterior sangat mementingkan estetik, sehingga pemilihan bahan yang digunakan dan
warnanya menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan. Pilihan bahan restorasi yang dipakai,
yaitu seperti komposit dan glass-ionomer yang masing-masing memiliki keuntungan dan
kerugian.3 Resin komposit merupakan material restorasi yang paling sering dipilih untuk
merestorasi gigi anterior.4
Faktor estetika merupakan alasan utama pemilihan material komposit untuk gigi anterior.
Meningkatnya kebutuhan akan penampilan yang menarik namun ekonomis dalam kehidupan
sosial menempatkan komposit dalam posisi atas restorasi estetik saat ini. Alasan lain adalah
preparasinya yang minimal, adaptasi yang baik dengan struktur gigi, cepat dan mudah diperbaiki.4
Salah satu masalah yang mungkin dijumpai dalam pemakaian resin komposit adalah penyesuaian
warna gigi.1
Kadangkala timbul ketidakpuasan pada pasien maupun dokter gigi karena warna restorasi
berbeda dengan gigi. Warna bahan tumpatan yang sesuai dengan warna gigi merupakan faktor
yang mempengaruhi estetik. Tidak jarang dijumpai suatu restorasi yang sudah tampak baik dimata
dokter gigi, tetapi masih kurang memuaskan bagi pasien. Hal tersebut merupakan kewajiban
dokter gigi untuk memahami maksud pasien, dan para pasien juga harus diarahkan untuk
memahami hal yang ideal bagi dirinya.1
Pada laporan kasus ini, kami akan membahas mengenai restorasi komposit pada gigi klas
IV sebagai restorasi estetik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Gigi


Trauma dapat didefinisikan sebagai kejadian tidak terduga karena kontak yang keras dengan suatu
benda. Trauma gigi disebut Traumatic Dental Injury (TDI). Trauma gigi adalah kejadian tidak
terduga pada gigi dan atau jaringan periodontal di sekitarnya pada rahang maksila, mandibula, atau
keduanya sehingga menyebabkan kerusakan atau kehilangan sebagian atau seluruh struktur
jaringan keras gigi. Gigi anterior yang membutuhkan tampilan estetik sering telibat dalam trauma.
Perawatan trauma gigi lebih kompleks dan mahal dibandingkan dengan perawatan karies.5

Klasifikasi trauma menurut penyebab dibedakan menjadi trauma yang disengaja


(intentional trauma) dan yang tidak disengaja (unintentional trauma). Trauma gigi anterior
diklasifikasikan menjadi trauma secara langsung (direct trauma) dan tidak langsung (indirect
trauma).5
Klasifikasi trauma gigi berdasarkan WHO dikategorikan menurut keterlibatan jaringan.
Trauma gigi yang melibatkan jaringan keras gigi dan pulpa meliputi infraksi email, fraktur email,
fraktur email - dentin, fraktur mahkota complicated, fraktur mahkota - akar uncomplicated, fraktur
mahkota- akar complicated, dan fraktur akar. Trauma gigi yang melibatkan jaringan periodontal
meliputi concussion, subluksasi, ekstrusif luksasi (avulsi parsial), lateral luksasi, intrusif luksasi
(dislokasi sentral), dan avulsi (exarticulation). Trauma gigi yang melibatkan tulang pendukung
gigi meliputi comminution pada soket alveolar terjadi akibat intrusi atau lateral luksasi, fraktur
pada dinding soket alveolar lingual atau bukal, fraktur prosesus alveolar dapat disertai atau tidak
dengan keterlibatan fraktur soket alveolar, dan fraktur maksila atau mandibula. Trauma gigi juga
melibatkan gingiva dan jaringan mukosa mulut yang meliputi laserasi, kontusio, abrasi gingiva
dan jaringan mukosa mulut.5
Klasifikasi Ellis dan Davey, trauma gigi anterior diklasifikasikan menjadi 8 kelas, yaitu:5
Kelas 1 : Fraktur mahkota sederhana dengan atau tanpa keterlibatan dentin
Kelas 2 : Fraktur mahkota meluas dengan keterlibatan dentin tetapi belum mencapai pulpa
Kelas 3 : Fraktur mahkota meluas dengan keterlibatan dentin dan pulpa
Kelas 4 : Trauma gigi menjadi non-vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota
Kelas 5 : Kehilangan gigi atau avulsi akibat trauma
Kelas 6 : Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota
Kelas 7 : Pergeseran gigi dengan atau tanpa fraktur mahkota atau akar
Kelas 8 : Fraktur sebagian besar mahkota yang menyebabkan mahkota hilang
Trauma gigi dapat menyebabkan kehilangan sebagian struktur gigi, kehilangan gigi,
perubahan posisi gigi, nilai estetika menurun, serta mengganggu fungsi fisiologi gigi. Bentuk
trauma gigi yang paling sering terjadi adalah fraktur mahkota. Fraktur tersebut dapat membayakan
pulpa. Status pulpa mengikuti fraktur mahkota yang terjadi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti terdapat luksasi injuri pada tahap perkembangan akar, dentin yang telah terbuka, interval
waktu injuri hingga terbentuk pelapis dentin, dan letak fraktur yang berdekatan pulpa. Hal tersebut
menyebabkan toksin bakteri berpenetrasi dari dentin ke pulpa.5

2.2 Restorasi Resin Komposit


Resin komposit adalah bahan restorasi yang banyak digunakan di kedokteran gigi modern. Bahan
tersebut digunakan untuk merestorasi karies, abrasi enamel dan juga untuk estetika karena
memiliki kesesuaian yang baik dengan gigi.6

Indikasi resin komposit, antara lain:7


‐ Restorasi klas I, II, III, IV, dan V
‐ Pada kavitas kecil sampai sedang untuk gigi posterior dengan tekanan kunyah kecil
‐ Semua restorasi anterior dengan ukuran kecil sampai sedang
‐ Sebagai bahan base lining atau core build up
‐ Sebagai sealant pada restorasi resin preventif
‐ Restorasi estetik seperti veneer, penutupan diastema, modifikasi kontur gigi
‐ Semen untuk restorasi indirect resin
‐ Splinting

Kontraindikasi resin komposit, antara lain:7


- Restorasi gigi posterior dengan tekanan kunyah besar
- Pada pasien yang sulit mengontrol saliva
Kelebihan resin komposit, antara lain:7
- Mempunyai estetik yang baik
- Mempunyai konduktivitas termal yang rendah
- Tidak menimbulkan reaksi galvanism
- Melindungi struktur gigi yang tersisa
- Radiopaque
- Dapat dilakukan dengan sekali kunjungan
- Mudah untuk melakukan reparasi
- Ikatan resin akan memperkuat kekuatan gigi
- Preparasi jaringan gigi minimal terutama hanya pada jaringan karies
- Sebagai bahan alternatif pengganti amalgam

Kekurangan resin komposit, antara lain:7


- Polymerization shrinkage
- Tidak mempunyai kemampuan menutup celah sekitar restorasi seperti amalgam
- Tidak dapat mengeluarkan fluor seperti semen glass ionomer
- Sering terbentuknya microleakage yang akhirnya menjadi karies sekunder
- Keausan permukaan di bawah tekanan kunyah besar
- Sensitivitas pasca penambalan

2.3 Bahan Restorasi Komposit


Bahan komposit saat ini dan sistem adesif lebih baik dari versi sebelumnya. Bahan saat ini tersedia
dengan beberapa jenis bahan pengisi serta sistem adesif yang memberikan kekuatan tekanan serta
penyusutan polimerisasi yang lebih rendah, ketahanan terhadap keausan, dan hasil estetik yang
sangat baik. Setiap jenis bahan restorasi komposit memiliki sifat khusus sesuai dengan struktur
kimia serta memiliki kelebihan masing-masing.8

Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran partikel, yaitu:


a. Komposit resin macrofiller
Komposit tradisional yang sudah digunakan sejak akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-
an. Kemudian sudah mengalami sedikit modifikasi selama bertahun-tahun. Komposit ini
disebut juga komposit kovensional/komposit berbahan pengisi makro/ukuran partikel pengisi
relatif besar. Bahan pengisi yang sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz
giling. Dilihat dari foto micrograph bahan pengisi quartz giling mengalami penyebaran yang
luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit tradisional adalah 8-12 μm dan partikel
sebesar 50 μm mungkin ada. Resin komposit ini memiliki permukaan yang kasar, mudah
fraktur, ketahanan terhadap pemakaian rendah dan stabilitas warna yang rendah sehingga
menyebabkan perubahan warna pada restorasi.8 Digunakan pada restorasi kavitas klas IV yang
besar, kavitas pada gigi posterior dan pembuatan core.9
b. Komposit resin microfill merupakan komposit yang mengandung partikel berukuran 0,04-1 µ.
Jenis resin komposit ini mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil dengan permukaan lebih
mudah dipolis sampai sangat halus dan berkilau sehingga memiliki kualitas estetik sangat baik
dan warnanya lebih stabil, karena itu lebih sering digunakan pada gigi anterior. Walaupun
kekuatan kompresifnya baik tetapi secara keseluruhan sifat fisis dan mekanis bahan ini lebih
rendah dari komposit konvensional. Hal ini dapat diperkirakan karena hampir 50% volume
bahan tambahan terdiri atas resin. Kandungan resin yang lebih besar dibanding filler
mengakibatkan absorbsi air, koefisien panas yang tinggi, serta menurunnya modulus
elastisitas.8 Indikasinya untuk restorasi kavitas klas III dan V, kavitas klas IV yang kecil dan
untuk labial veneers.9
c. Komposit resin microhybrid/hybrid merupakan komposit resin mengandung pengisi silikon
dioksida dengan partikel ukuran sekitar 0,04-0,1 µ, dan partikel glass berkisar dalam ukuran
0,4-0,6 µ (400-600 nµ). Resin mikrohibrida merupakan generasi terbaru komposit mikrofil
sebelumnya, yang diproses dalam laboratorium dengan meningkatkan rasio filler/resin dan
menunjukkan perkembangan signifikan dalam sifat mekanis komposit. Penggunaan partikel
filler berukuran kecil (4 µ) dan teknologi nanofiller dalam bahan ini memungkinkan
permukaan restorasi yang semakin halus, yang hampir menyamai mikrofil. Komposisi filler
yang tinggi (70-75% per berat) dan kekuatan kelenturan (150 MPa) yang sama dengan
kebanyakan komposit laboratorium generasi kedua menghasilkan bahan yang berkekuatan
tinggi, tidak seperti mikrofil yang mudah fraktur. Bahan ini diaktifkan dengan menggunakan
kombinasi teknik curing, termasuk panas, tekanan dan sinar. Resin hibrida memiliki ukuran
filler yang sedikit lebih besar daripada microhybrid resin dan pada dasarnya mempunyai sifat
yang hampir sama.8 Diindikasikan untuk restorasi gigi posterior dan anterior termasuk Klas
IV.9
d. Komposit resin nanofill merupakan komposit nanofill yang memiliki bahan pengisi yang
relatif lebih tinggi untuk memperoleh kekuatan dan ketahanan terhadap keausan yang mirip
dengan komposit microhybrid. Resin komposit nanofill mengandung partikel bahan pengisi
yang lebih kecil dalam kisaran 0,02-0,1 µ. Komposit nanofill (Filtek Supreme Plus) berisi
nanofiller partikel dengan diameter 0,02 µ, yang dimasukkan ke kelompok ukuran nano 0,6-
1,4 µ yang mengandung zirkonia/silika partikel, untuk meningkatkan sifat fisik dari bahan.8

Klasifikasi resin komposit berdasarkan viskositas, yaitu:8


a. Komposit resin flowable memiliki bahan filler yang lebih rendah dan viskositas rendah,
sehingga memungkinkan syringe dari komposit tersebut dapat diaplikasikan secara langsung
ke dalam preparasi kavitas yang dapat mengalir hingga ke daerah tepi preparasi. Komposit
flow digunakan luas sebagai liner di bawah restorasi posterior dan juga digunakan sebagai
lapisan awal untuk teknik sandwich, seperti yang digunakan pada glass ionomer, yang
kemudian ditutupi dengan komposit microfill atau nanofill.8
b. Komposit packable (Universal) merupakan komposit yang lebih padat dan dikondensasi
menggunakan plastik instrumen selama penempatan, sebelum dilakukan light curing.
Sistem resin komposit tersedia dalam beberapa pilihan warna; biasanya menggunakan
shade guide VITA, A, B, C, dan D. Penentuan warna biasa juga dengan menggunakan translusensi
dan opasitas. Shade juga tersedia dan dikategorikan ke dalam translusensi dan opasitas. Tanpa
memperhatikan dari teknik yang digunakan, jika gigi mengalami perubahan warna, perubahan
warna tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum memilih warna restorasi resin komposit.
Penentuan warna restorasi ini pula dilakukan sebelum penempatan rubber dam, karena akan
mempengaruhi persepsi warna. Rubber dam dan struktur gigi yang dalam keadaan kering
cenderung memberikan persepsi lebih putih dari warna gigi yang dalam keadaan lembab atau
basah.8

2.4 Macam-Macam Restorasi Estetik


Beberapa macam restorasi estetik yang menitikberatkan pada penggunaan resin komposit:
a. Penutupan diastema
Pada kasus diastema atau gigi bercelah antara satu gigi dan dua gigi, dengan resolusi estetik
dari single atau multiple diastema merupakan prosedur yang kompleks. Diastema dapat menjadi
masalah dalam estetik senyuman. Tahap perawatan yang diperlukan adalah rehabilitasi estetik
untuk penutupan kasus kompleks diastema yaitu dengan prinsip pencapaian keseimbangan rasio
lebar panjang sentral insisif harus tepat, ditentukan dari:3
- Jumlah dari pengurangan distal proksimal
- Gigi mana yang akan dirawat
- Keputusan untuk veneer sepenuhnya pada incisif atau hanya memperbesar bagian area
proksimal saja
- Penempatan atau lokasi untuk terlihat alami dan berbentuk konkaf untuk menciptakan ilusi
gigi yang kecil.
Pertimbangan dari empat prinsip di atas, dibuat tampak harmoni dengan prinsip dari
golden proportion antara sentral dan lateral insisif serta caninus. Penatalaksanaan pada kasus
diastema ini hampir tidak dibutuhkan preparasi pada gigi. Dokter gigi akan menjaga keutuhan
dari gigi aslinya menggunakan teknik non-invasif. Ikatan bonding pada tumpatan komposit
resin secara langsung akan menutupi diastema sehingga tidak terlihat saat tersenyum.3
Jika ruang diastemanya kecil dengan gigitan yang normal, maka mikrofilled dengan
penyinaran merupakan indikasi terbaik. Dan sebaliknya jika ruang diastemanya besar dengan
gigitan dalam, maka bahan komposit makrofilled atau komposit hybrid yang dipolimerisasi
dengan penyinaran merupakan indikasi yang tepat.1
b. Perbaikan gigi insisif lateral shaped (bentuk gigi yang kecil). Keseluruhan aspek perbaikan gigi
ini mirip dengan teknik yang digunakan untuk penutupan diastema, khususnya dalam hal
pemakaian bahan dan tekniknya. Pemilihan bahan tergantung dari faktor gigitannya, sehingga
dapat digunakan bahan komposit mikrofilled atau makrofilled untuk teknik pèmbentukan
mahkota langsung ini.1
c. Lesi berupa bercak putih dan kerusakan hipoplastik (permukaan gigi agak kasar dan ada
bercak). Jika lesi putih ini dijumpai pada permukaan labial dan terutama pada bagian yang tidak
dipergunakan untuk mengunyah maka bahan mikrofilled yang dipolimerisasi dengan sinar
merupakan indikasi untuk kasus ini. Sebaliknya jika kerusakan hipoplastik dijumpai pada
permukaan insisal yang fungsional pada gigi anterior maka direstorasi dengan bahan komposit
jenis hybrid yang makrofilled heavy filled.1
d. Posisi dan pergeseran gigi. Gigi yang malposisi akan merusak pandangan mata. Bentuk dari
keadaan tersebut dapat dimodifikasi dengan memperbaiki kontur gigi dengan mempergunakan
komposit.1

2.5 Restorasi Resin Komposit Klas IV


Tahap penilaian praoperatif sebelum memulai restorasi sangat penting karena mempengaruhi
panjangnya preparasi gigi (penempatan margin yang tidak terletak pada area kontak), retensi dan
resistensi (karena oklusi yang berat membutuhkan retensi dan resistensi). Faktor oklusi dapat
membentuk preparasi gigi lebih konvensional, dengan lebih resistensi (membentuk box, dasar dan
dinding yang rata) dan retensi (membentuk groove dan bevel). Restorasi kelas IV dengan komposit
dapat mengembalikan struktur gigi anterior yang fraktur.3

Pada preparasi klas IV yang masih dikelilingi oleh enamel, biasanya restorasi yang
digunakan adalah resin komposit. Pada restorasi yang lebih dalam, resin-lining ionomer dapat
digunakan untuk melindungi dentin. Pada restorasi yang lebih dangkal, dentin- resin bonding lebih
sering digunakan untuk mengganti dentin.9
Pada restorasi Klas IV yang lebih besar yang menggunakan restoratif resin direk, lebih
sering digunakan dua macam komposit resin, yaitu: bahan internal yang lebih kaku untuk
mendukung kekuatan (misalnya bahan pengisi hibrid yang padat) untuk meningkatkan kekuatan
dan mengurangi fraktur karena pengunyahan dan bahan berpartikel kecil (misalnya komposit
mikrofil dan submikron) untuk mendukung countour akhir dan finishing.9

Bahan spesifik yang diperlukan pada restorasi klas IV adalah:9


- Resin komposit submikron atau komposit dengan partikel yang kecil. Pada beberapa kondisi
klinis, komposit yang lebih padat digunakan sebagai inti (core). Beberapa operator memilih
menggunakan komposit mikrofil sebagai bahan restorasi pada akhir permukaan untuk restorasi
ini.
- Mata bur diamon berbentuk kerucut (bullet).

Persiapan preparasi
Anastesi sering kali tidak diperlukan pada fraktur yang kecil dimana preparasi hanya sampai
enamel. Pada fraktur yang lebih besar dimana dentin sudah terpapar yang menyebabkan gigi
sensitif saat terkena angin, air dingin dan getaran bur maka dilakukan anastesi. Kemudian gigi
diisolasi dengan rubber dam dan bersihkan gigi dengan pumice dan air.9

Prosedur preparasi
Preparasi disesuaikan dengan bentuk fraktur sepertiga sampai dua pertiga permukaan insisal,
dimana dentin sudah terekspos (terpapar).9

Gambar 1. Pandangan fasial A. tipe fraktur Klas IV, B. Bentuk outline chamfer yang digunakan
pada preparasi Klas IV, C. Bentuk outline pada bevel preparasi Klas IV.

Pada umumnya gigi anterior memiliki grooves horizontal dan vertikal untuk
menyembunyikan batas dan meningkatkan kesesuaian warna gigi yang akan meningkatkan
estetik.9

Gambar 2. Pandangan fasial dari groove horizontal dan vertikal yang dapat digunakan untuk menyembunyikan
preparasi margin klas IV dan meningkatkan kesesuian warna untuk hasil estetik yang lebih baik.

Gambar 3. Desain preparasi klas IV (A&B), dan desain preparasi yang lebar untuk klas IV (C&D)
Preparasi klas IV konvensional
Preparasi jenis ini ditujukan untuk menggantikan mahkota yang mengalami fraktur atau karies
sekunder. Desain kavitas dengan margin cavosurface 900.10
1. Dengan menggunakan round carbide bur atau diamoind bur pada kecepatan tinggi dengan air-
water coolant, preparasi bentuk outline.
2. Buang semua defek sampai menghasilkan kedalaman dinding aksial 0.5 mm kedalam dentin.
3. Preparasi dinding-dinding kavitas secara paralel dan perpendikular terhadap panjang aksis
gigi.
4. Ekskavasi seluruh dentin terinfeksi.

Preparasi klas IV konvensional dengan bevel


Preparasi jenis ini ditujukan untuk menggantikan area proksimal luas yang melibatkan permukaan
insisal dari gigi anterior.10
1. Dengan menggunakan round carbide bur atau diamond bur pada kecepatan tinggi dengan air-
water coolant, preparasi bentuk outline.
2. Buang semua defek sampai menghasilkan kedalaman dinding aksial 0.5 mm kedalam dentin.
3. Preparasi dinding-dinding kavitas secara paralel dan perpendikular terhadap panjang aksis
gigi. 4. Ekskavasi seluruh dentin terinfeksi.
4. Buat bevel dengan sudut 45o terhadap permukaan luar gigi dan lebar 0.25-2 mm menggunakan
flame-shaped atau round diamond.
5. Bila dibutuhkan, buat undercut retensi berupa groove pada facioaxial dan linguoaxial line
angle menggunakan No.1/4 round bur sampai 0.2 mm kedalam DEJ.

Preparasi klas IV modifikasi


Preparasi jenis ini ditujukan untuk lesi atau defek trauma kelas IV kecil sampai sedang.10
1. Buang seluruh defek atau restorasi lama menggunakan round carbide bur atau diamoind bur.
2. Buang semua defek sampai menghasilkan kedalaman dinding aksial 0.5 mm kedalam dentin.
3. Cavosurface margin dibuat bevel dengan sudut 450 terhadap permukaan luar gigi dan lebar
0.25-2 mm menggunakan flame-shaped atau round diamond.10

Teknik restorasi resin komposit klas IV, yaitu:10


A. Aplikasi etsa, primer dan adhesive
1. Gel etsa diaplikasikan ke seluruh struktur gigi yang telah dipreparasi, kira-kira hanya
sampai 0.5 mm dari margin preparasi.
2. Diamkan 15-30 detik (30 detik untuk preparasi enamel saja dan 15 detik bila dentin
terlibat). 3. Bilas untuk menghilangkan etsa.
3. Keringkan dengan damp cotton pellet, disposable brush atau paper tissue. Permukaan
dentin harus tetap lembab.
4. Aplikasikan primer pada seluruh permukaan preparasi menggunakan microbrush atau
aplikator yang sesuai, dan curing dengan visible light cure sesuai dengan ketentuan pabrik.
5. Bila bonding system tidak menyatukan primer dan adhesive, aplikasikan adhesive
menggunakan microbrush atau applicator tip.

B. Aplikasi matriks
Pasang dead-soft metal matrix pada proksimal gigi kemudian pasang metal matrix strip pada
lingual margin.
C. Insersi dan curing
1. Campurkan komposit sesuai dengan ketentuan pabrik, menggunakan disposable plastic
spatula.
2. Insersi dengan hand instrument atau syringe dari lingual.
3. Tutupkan strip mengikuti kontur gigi, kemudian curing dengan sinar selama 20 detik tanpa
menyentuh strip.
Contouring dan Polishing
1. Contouring dilakukan langsung setelah material light-cured composite dipolimerisasi atau 3
menit setelah pengerasan awal material self-cured.
2. Ekses lingual dihilangkan menggunakan round atau oval 12-bladed carbide finishing bur atau
diamond bur pada kecepatan sedang dengan air coolant dan tekanan intermiten.
3. Kontur dan margin permukaan proksimal dicek secara visual dan taktil dengan dental floss.
Bila terdapat hambatan, finishing tambahan dilakukan dengan sharp gold finishing knife,
amalgam knife (Scaler 34/35) atau No.12 surgical blade mounted in Bard-Parker handle.
Special carbide finishing dan carbide hand instruments dapat digunakan untuk menghilangkan
ekses dan membuka area embrasure.
4. Haluskan daerah proksimal dengan abrasive finishing strip.
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasien


Nama : Nn. C
No. Telepon : 085691978063
Alamat : Perumahan Bumi Pancoran Mas Blok J
Agama : Islam
Tanggal Kunjungan : 22 Januari 2020

1.2 Temuan Masalah Umum


a) Data subjektif
Pasien wanita datang ke RSGM YARSI ingin dilakukan penambalan pada gigi depan atas
bagian kiri yang patah. Sebelumnya gigi pernah patah karena jatuh dari motor beberapa
tahun yang lalu, dan tidak dilakukan perawatan. Pasien sekarang ingin memperbaiki bentuk
giginya. Pasien tidak memiliki penyakit sistemik.

b) Data objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Status Gizi : Normal
Tanda Vital : 114/76 mmHg
Nadi : 81 x/m
Pernafasan : 20 x/m
Suhu : 36,5 oC
Kebiasaan buruk : Tidak Ada

c) Status lokalis
1. Ekstraoral
Pembesaran kelenjar : TAK
Wajah : Simetri
Bibir : TAK
TMJ : TAK
2. Intraoral
Sisa makanan : Tidak ada
Plak : Tidak ada
Kalkulus : Tidak ada
Gingiva : TAK
Crowding : Gigi 31, 33, 41, 43
Mukosa : TAK
OHIS : Baik

Foto Klinis

Foto 1. Sebelum Restorasi

Foto 2. Sesudah Restorasi


3.3 Odontogram
Odontogram

GIGI T DIAGNOSIS RENCANA GIGI T DIAGNOSIS RENCANA


V PERAWATAN V PERAWATAN
18 + Sou 21 + Pulpa Normal RK Klas 4
(Cfr/D4, Site 1,
Size 3 )
17 + Sou 22 + Pulpa Normal RK Klas 4
(Cfr/D4, Site 1,
Size 3 )
16 + Sou 23 + Sou
15 + Sou 24 + Sou
14 + Sou 25 + Sou
13 + Sou 26 + Sou
12 + Pulpa Normal RK Klas 4 27 + Sou
(Cfr/D4, Site 1,
Size 3 )
11 + Sou 28 + Sou
41 + Sou 38 + Sou
42 + Sou 37 + Sou
43 + Sou 36 + Sou
44 + Sou 35 + Sou
45 + Sou 34 + Sou
46 + Sou 33 + Sou
47 + Sou 32 + Sou
48 + Sou 31 + Sou

3.4 Faktor Resiko Karies


1. Sikap : Mau mengubah sikap
2. Status : Perlu diperbaiki
3. Saliva (Tanpa Stimulasi)
- Hidrasi : 30-60 detik (Kuning)
- Viskositas : Jernih, cair (Hijau)
4. Fluor : Pasta gigi
5. Diet
- Gula : >1x/hr
- Asam : <2x/hr
6. Obat peningkat aliran saliva : Tidak
7. Penyakit penyebab mulut kering : Tidak
8. Protesa/Alat orthodonti : Tidak
9. Karies aktif : Tidak
10. Sikap : Ya

3.5 Perawatan non invasif


1. Pembersihan gigi dan mulut : Sikat gigi 2x sehari
2. Diet mengurangi : Minuman berkafein
3. Saliva : Meningkatkan asupan air
4. Fluor : Pasta gigi

3.6 Pemeriksaan, Diagnosis, dan Rencana Perawatan gigi 21


a. Pemeriksaan
• Pemeriksaan Subjektif
Ada fraktur pada gigi depan atas bagian kiri
• Pemeriksaan objektif
Secara klinis terlihat ada fraktur dibagian mesial meluas ke labial
Tes vitalitas (+), perkusi (-), palpasi (-), gingiva normal
b. Diagnosis
Diagnosis kerja gigi 21 : Pulpa normal (D4,Site 1, Size 3)
c. Rencana Perawatan
Restorasi Resin Komposit Klas 4
Tahap perawatan:

No Tanggal Diagnosis Tindakan


gigi
1. 22-01-2020 Pemeriksaan dan pengisian status
2. 24-01-2020 Pulpa normal Restorasi RK Klas 4
gigi 21 - Preparasi
- Aplikasi etsa
- Aplikasi bonding
- Penumpatan RK
- Cek oklusi
- Finishing dan polishing
3. 12-03-2020 Pulpa normal Kontrol Restorasi RK Klas 4
gigi 21 - Tidak ada keluhan
- Tidak ada perubahan warna
- Perkusi –
- Palpasi –
BAB 4
PEMBAHASAN

Estetika adalah sebuah konsep individual dan subyektif. Masing-masing individu memiliki cara
tertentu untuk menilai penampilannya sendiri dan penampilan orang lain. Estetika sering menjadi
keluhan utama di praktek dokter gigi dan pasien biasanya mengevaluasi hasil pengobatan
berdasarkan perubahan positif pada senyum mereka. Salah satu alasan pasien mencari perawatan
yang lebih baik karena penampilan dapat mempengaruhi konsep kepribadian. Penilaian terhadap
estetika gigi adalah prosedur yang kompleks karena banyak faktor dapat berkontribusi terhadap
persepsi estetik. Faktor-faktor ini meliputi karakteristik jaringan keras seperti warna gigi, bentuk,
dan keselarasan, serta pertimbangan jaringan lunak, seperti ekspresi wajah dan penampilan
gingiva.11
Ada beberapa macam restorasi yang menitikberatkan pada estetik sebagai faktor utamanya
dan memerlukan bahan tumpatan resin komposit, seperti penutupan diastema, perbaikan bentuk
pada gigi yang peg shaped, lesi berupa bercak putih dan kerusakan hipoplastik, beberapa macam
perubahan warna, perbaikan bentuk dan posisi gigi, restorasi klas 3, 4, dan perbaikan pada gigi-
gigi yang mengalami erosi, abrasi dan atrisi. Restorasi resin komposit juga memiliki sifat fisik
serta karakteristik estetik yang berbeda, dan teknik penempatan yang berbeda pula yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis komposit yang akan digunakan
sebagai bahan restorasi.1,8
Restorasi komposit gigi anterior diindikasikan untuk gigi yang mengalami masalah estetik,
meliputi diastema yang disebabkan ketidakseimbangan antara ukuran gigi dengan lengkung
rahang maksila dan mandibula, gigi berotasi dan angulasi gigi. Restorasi yang digunakan yaitu
komposit mikrofil atau kombinasi hibrid dan mikrofil. Kasus karies kelas 3 yang terletak pada
permukaan proksimal gigi anterior, begitu juga pada kelas 4 dan kelas 5, untuk kepentingan estetik
selalu mempergunakan komposit dengan pilihan tipe preparasi konvensional dan konvensional
bevel. Restorasi menggunakan komposit hibrid digunakan untuk stabilitas dan penempatan dentin,
sedangkan komposit mikrofil digunakan untuk permukaan fasial sehingga memperbaiki keadaan
estetik pada gigi anterior.3
Anatomi serta kontur dari gigi mempengaruhi warna dan estetik restorasi. Warna gigi alami
bervariasi sesuai dengan perkembangan usia, serta struktur gigi yang meliputi email dan/atau
dentin yang terbuka. Perubahan warna terjadi pada email, dentin serta pulpa seiring dengan
pertambahan usia. Pada pasien yang lebih muda, email lebih tebal, dan lebih buram dan kurang
transparan pada daerah insisal. Pada gigi insisivus yang erupsi terdapat mamelon dengan warna
yang sedikit lebih gelap, kekuningan daerah di tepi insisal pada beberapa pasien. Dentin gigi
memberikan warna yang lebih buram (padat) dari pada email.8
Pada saat pasien di usia pertengahan atau lebih, warna keabu-abuan (lebih opak) tampak
pada daerah insisal yang merupakan warna dentin yang dilapisi oleh email yang tipis. Pasien yang
lebih tua biasanya menunjukkan pada daerah sepertiga insisal lebih opak serta lebih gelap dan
lebih buram pada daerah sepertiga servikal. Daerah yang berwarna lebih gelap biasanya ditemukan
pada daerah servikal gigi kaninus. Faktor umur, anatomi gigi, serta pemilihan teknik pada
penempatan komposit adalah faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan warna dan bahan dari
resin komposit. Pemilihan warna berdasarkan opasitas dan translusensi dari resin komposit
merupakan hal yang penting untuk menghasilkan estetik yang lebih baik pada setiap kasus.8
BAB 5
KESIMPULAN

Restorasi resin komposit adalah restorasi estetik di bidang konservasi gigi dan memiliki sifat fisik
serta karakteristik estetik yang berbeda, dan teknik penempatan yang berbeda pula yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih jenis komposit yang akan digunakan
sebagai bahan restorasi. Dokter gigi dianjurkan untuk bisa memilih bahan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan estetik pasien dan memahami bentuk, proporsi, warna, bahan dan efek
samping dalam bekerja serta menentukan diagnosis dan tahapan perawatan. Pemakaian masing-
masing material restorasi tersebut harus dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaian antara sifat
bahan yang akan digunakan dengan kondisi gigi yang akan direstorasi, untuk memperoleh hasil
restorasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ariningrum R. Pertimbangan-pertimbangan yang mendasari segi estetik pada tumpatan


komposit gigi anterior. JKGUI. 2001; 8(3): 24-34.
2. Puspita S. Perawatan Estetik Pada Pasien Yang Mengalami Fraktur Gigi Insisif Sentral
Rahang Atas. 2017; 11(2): 97-89.
3. Dewiyani S. Restorasi gigi anterior menggunakan Teknik direct komposit (kajian pustaka).
JITEKGI. 2017;13(2): 5-9.
4. Sartika N. Konsep layering (berlapis) pada restorasi Komposit anterior. JKGUI. 2003; 10.
63-68.
5. Ikaputri A. Distribusi frekuensi trauma gigi [ermanen anterior pada anak usia 8-12 tahun.
FKG. 2014: 1-15.
6. Irawan B. Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan restorasi.
Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia (Cited 8 Oktober 20:00).
7. Kafalia RF. Pengaruh jus jeruk dan minuman berkabornasi terhadap kekerasan permukaan
resin komposit. ODONTO Dental Jurnal. 2017; 4(1): 38-43.
8. Ardana E. Pemilihan bahan restorasi estetis berdasarkan translusensi dan opasitas dari resin
komposit. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. p. 1-5 (Cited 10 Oktober
19:00)
9. Batubara FY. Teknik Restorasi Resin Komposit Klas IV. FKG Universitas Sumatera Utara.
2011 (Cited 4 Februari 2021).
10. Setyaningrum LN. Preparasi Kavitas Resin Komposit. FKG Universitas Gadjah Mada.
2015: 21-25 (Cited 4 Februari 2021).
11. Usman H. Persepsi diri terhadap estetika gigi dan senyum pada mahasiswa fakultas
kedokteran gigi Universitas Hasanuddin. FKG UNHAS. 2014. p. 12 (Cited 9 Oktober
19:00).

Anda mungkin juga menyukai