Mahasiswa
1. Raudatul Adawiyah 110600002
2. Dinauli Fatwa 110600029
3. Maria Lisna Rawaty S. 110600035
4. Thinagan A/L Rajendran 110600156
5. Yogambigai 110600194
Pembimbing
Zulfi Amalia Bachtiar, drg
1
II devisi 1 dan penutupan bibir yang tidak sempurna.6 Soriano dan Traebert
menyatakan bahwa persentase tertinggi trauma pada gigi terjadi pada insisivus
sentral maksila gigi sulung dan permanen (78.5% dan 76.2%).5
Perawatan terhadap gigi yang rusak karena karies maupun trauma yang
terjadi pada gigi depan yang melibatkan bagian proksimal sampai insisal dapat
dilakukan dengan restorasi klas IV. Menurut Kramer, estetis merupakan hal yang
paling penting dalam mendukung penampilan seseorang. Oleh karena itu resin
komposit adalah pilihan perawatan untuk restorasi klas IV, karena memberi hasil
restorasi yang baik, memiliki kriteria estetis yang memadai dan kekuatan serta
ketahanannya juga baik.5,7,8
Walaupun resin komposit mempunyai kelebihan dalam sifat estetis,
kekuatan serta ketahanan, namun kegagalan penambalan menggunakan resin
komposit terutama pada kasus klas IV masih cukup tinggi. Penelitian F.R.R.
Moura dkk mendapati restorasi klas IV memiliki nilai prevalensi kegagalan
tertinggi kedua setelah restorasi klas II. Meskipun tidak ada restorasi klas IV yang
diklasifikasikan sebagai tidak memuaskan, terdapat 16,7% kerusakan restorasi,
restorasi retak (2.8%) dan kehilangan gigi (2.8%).7
Kegagalan yang sering terjadi pada restorasi klas IV yaitu kebocoran tepi
(marginal microleakage) yang dapat menyebabkan karies sekunder, perubahan
warna, fraktur pada gigi atau restorasi, sensitifitas gigi dan garis hitam. 8,9
Kebocoran tepi (marginal microleakage) disebabkan oleh kegagalan adaptasi
restorasi terhadap dinding kavitas, perbedaan koefisien termal ekspansi resin
komposit pada dentin dan enamel, kelembaban, mikroflora, kondisi lingkungan
mulut yang bersifat asam dan kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya
monomer sisa dan shrinkage (proses pengerutan) selama polimerisasi.
Penanggulangan kegagalan restorasi klas IV ini seperti menggunakan pelapis
kavitas sebelum restorasi contohnya kalsium hydoksida, menggunakan teknik
restorasi lapis demi lapis atau teknik sandwich dan mengunakan flowable resin
komposit.7,10
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan terhadap gigi yang rusak karena karies maupun trauma yang
terjadi pada gigi depan yang melibatkan bagian proksimal sampai insisal dapat
dilakukan dengan restorasi klas IV. Salah satu bahan restorasi yang digunakan
adalah resin komposit.11 Komposit diindikasikan untuk gigi anterior untuk tujuan
estetis selain itu bahan restorasi ini juga berfungsi untuk memperbaiki dan
merestorasi struktur gigi yang rusak, mencegah timbulnya karies dan
mengembalikan fungsi gigi.11 Resin komposit telah digunakan selama 50 tahun
dan sudah banyak dikembangkan berdasarkan komposisi dan sifatnya.11
3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit
Kelebihan resin komposit12:
Bahannya tidak berbahaya/tidak mengandung merkuri
Dapat dipergunakan pada gigi posterior
Warna resin komposit yang sewarna dengan gigi sehingga mempunyai
nilai estetis yang baik.
Sifat mekanis dan fisik cukup baik
Preparasi dapat dilakukan dalam 1 kali kunjungan.
Preparasi tidak membuang jaringan gigi terlalu banyak, oleh karena
perlekatannya secara adesif
4
Ada empat tipe resin komposit berdasarkan ukuran yaitu :
a. Macrofilled Composite Resins
Macrofill composite resins/konvensional resin komposit mempunyai
ukuran rata-rata partikel sebesar 5 – 25 mikrometer dan kandungan filler sebesar
75 – 80 persen dari berat. Kelebihan dari jenis resin ini adalah sifat fisik dan
mekanis yang lebih baik dari resin akrilik. Sedangkan kekurangannya adalah
permukaan akhir yang kasar, mudah berubah warna, sulit dipolish.14 Resin jenis
ini biasa digunakan sebagai bahan core build-up dibawah restorasi indirek.
b. Microfilled Resins
Microfilled mempunyai ukuran rata-rata partikel sebesar 0,04 – 0,1
mikrometer dan kandungan filler sebesar 35 – 50 persen dari berat. Keuntungan
resin ini adalah mudah dipolish dan estetiknya baik. Sedangkan kekurangannya
adalah kekuatan mekanisnya lemah, stabilitas warna lemah, ketahanan kekuatan
penggunaan lemah, modulus elastisitas rendah, tensile strength rendah, mudah
menyerap air dan ekspansi suhu yang tinggi. 14 Resin jenis ini biasa digunakan
pada restorasi klas V yang kecil pada gigi anterior.
c. Hybrid Composite Resins
Resin komposit hybrid merupakan gabungan keunggulan dari komposit
macrofill/konvensional dan komposit microfill serta gabungan dari grup polymer
organic phase yang diperkuat dengan inorganic phase. Ukuran partikel bervariasi,
berkisar antara 0,6 - 1 mikrometer dan mengandung 0,04 mikrometer silica serta
kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari berat.
Keuntungan resin ini adalah memiliki warna yang bervariasi, mudah
dipolish dan memiliki tekstur yang baik, ketahanan penggunaan dan abrasif yang
baik, ekspansi suhu yang sama koofesiennya dengan struktur gigi, tidak mudah
menyerap air, penyusutan yang rendah setelah polimerisasi serta adaptasi ke
struktur gigi yang baik. Kekurangannya adalah tidak cocok untuk daerah yang
menerima tekanan kunyah besar, kecerahan warna dapat berkurang jika menyikat
gigi dengan pasta gigi yang abrasif serta terkadang sulit dipolish disebabkan
adanya filler yang berukuran besar di antara partikel yang kecil.15-16
5
d. Nanofilled Composite
Merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh visible-light
yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior.
Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik.
Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya digunakan untuk
membentuk suatu produk yang dimensi komponen kritisnya adalah sekitar 0.1
hingga 100 nanomer. Secara teori, nanotechnology digunakan untuk membuat
suatu produk baru yang lebih ringan, lebih kuat, lebih murah, dan lebih tepat.
Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat dapat
mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA dan sejumlah kecil
TEGDMA. Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara filler nanosilica 20 nm
yang tidak berkelompok, dan nanocluster zirconia/silica yang mudah berikatan
membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari partikel
zirconia/silica dengan ukuran 5-20 nm. Ukuran partikel satu cluster adalah
berkisar antara 0.6 - 1.4 mikron. Muatan filler komposit ini adalah 78.5% berat.14
6
Tujuan dilakukan preparasi kavitas adalah:17
7
Aplikasi resin komposit ke dalam kavitas layer by layer dan dilakukan
penyinaran selama 20 detik secara bertahap.
Melakukan polishing menggunakan bur stone
Lepaskan isolasi dan periksa titik kontak dengan gigi tetangga
menggunakan dental flosh dan periksa oklusi dengan gigi antagonis menggunakan
articulating paper.
Dari sudut pandang estetik, resin komposit masih menjadi bahan restorasi
pilihan yang bisa digunakan untuk merestorasi gigi pasien dan dibentuk langsung
dalam mulut pasien oleh dokter gigi. Namun, sebaik apapun restorasi yang telah
dilakukan oleh dokter gigi tetaplah harus dilakukan kontrol untuk melihat adanya
perubahan yang terjadi pada restorasi komposit. Kebocoran tumpatan merupakan hal
yang dapat ditemukan baik pada restorasi yang telah lama maupun restorasi yang
masih tergolong baru.18
Kebocoran tepi didefinisikan sebagai celah mikroskopik antara dinding
kavitas dan tumpatan yang dapat dilalui mikro organisme, cairan, molekul dan ion.
Kebocoran tersebut dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti karies sekunder
,diskolorasi gigi, reaksi hipersensitif, bahkan dapat mempercepat kerusakan tumpatan
itu sendiri. Terjadinya kebocoran tepi merupakan akibat kegagalan adaptasi tumpatan
terhadap dinding kavitas. Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan
oleh, perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin
komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan, dan kesulitan
karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, dan lingkungan mulut bersifat
asam. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi resin
komposit seperti kebiasaan buruk bruxism, proses bonding yang tidak akurat serta
proses finishing dan polishing yang tidak benar. Proses finishing dan polishing
yang tidak benar dapat menyebabkan restosasi yang kasar dan tidak rata dapat
menjadi tempat penumpukan plak dan bakteri. Ini dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan karies pada daerah tersebut.11,18
8
Penanggulangan terhadap kebocoran tepi (marginal microleakage) adalah
dengan menghindari terjadinya pengerutan polimer, kontraksi termal dan stress
mekanikal. Pengunaan pelapis kavitas sebelum restorasi contohnya kalsium
hidroksida dan menggunakan teknik restorasi lapis demi lapis dapat menghindari
hal ini. Selain itu, teknik restorasi sandwich menggunakan flowable resin
komposit juga dapat membantu menghindari terjadinya kebocoran tepi.11,19-20
Terbentuknya karies sekunder dapat dihindari dengan melakukan proses
pembersihan kavitas yang benar dan sempurna. Kavitas harus dipastikan benar
benar bersih dari karies sebelum melakukan restorasi.19
Pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism harus dilakukan konseling
atau terapi psikologis untuk mengurangkan kebiasaan buruk tersebut. Kebiasaan
buruk ini mungkin terjadi karena anak cenderung menjadi stress atau takut.
Pengunaan mouthguard waktu tidur juga dapat membantu mengurangi kebiasaan
buruk ini.19
Proses bonding yang tidak akurat dapat terjadi karena isolasi daerah kerja
yang kurang sempurna dan tidak hati-hati. Daerah kerja yang tidak kering dan
bersih dapat menyebabkan bahan restorasi tidak menempel ke permukaan kavitas
dengan sempurna. Daerah kerja harus benar-benar kering dan bersih agar proses
bonding dan chemicomechanical dapat terjadi dengan sempurna.11,20
9
3. PEMBAHASAN
10
atau kemurniaan rona (intensitas atau konsentrasi warna). Value adalah intensitas
terang atau gelapnya sebuah warna. Opasitas adalah sifat yang penting pada
restorasi komposit, mulai dari translusen yang biasanya digunakan untuk tepi
insisal hingga warna yang sangat opak untuk restorasi menggantikan dentin. Pada
penggunaaan klinis dengan hanya satu macam warna mempunyai keuntungan dari
segi waktu relatif lebih cepat. Pada beberapa keaadaan klinis yang menuntut
perbaikan estetis sebaiknya dipertimbangkan penggunaan teknik dual shade. Pada
teknik dual shade yang pertama kali digunakan adalah warna dentin kemudian
diikuti oleh warna enamel.27
Setelah pemilihan warna dilakukan pengetsaan yang berguna untuk
meningkatkan topografi enamel, mengubahnya dari permukaan yang kurang
reaktif ke permukaan yang lebih mudah untuk adhesi. 28 Etsa asam kemudian
dibersihkan yang menciptakan lapisan microporous dengan resin tags didalamnya
dan setelah polimerisasi yang adekuat menciptakan perlekatan yang tahan lama
dengan ikatan mikromekanikal.28 Hampir setiap situsi klinis restorasi dikaitkan
dengan enamel dan dentin, untuk berinteraksi dengan jaringan intrinsik yang
lembab dibutuhkan sistem adhesif yang dapat berdifusi pada kondisi ini. Bahan
bonding memiliki 2 fungsi yaitu bagian hydrophilic yang memiliki kemampuan
untuk berinteraksi dengan kondisi lembab di permukaan gigi dan bagian
hyrophobic yang memiliki daya tarik kimia dengan resin komposit.28
Setelah pengaplikasian resin komposit dengan teknik layer by layer dan
dilakukan polimerisasi. Polimerisasi penuh pada material resin komposit
ditentukan oleh derajat konversi monomer menjadi polimer. 15 Beberapa faktor
yang mempengaruhi polimerisasi resin komposit14,15:
Faktor Reaksi Klinis
Curing time Tergantung pada: shade dari resin, intensitas cahaya,
kedalaman box, ketebalan resin, curing melalui permukaan
gigi dan kandungan komposit.
Shade komposit Curing time komposit dengan shade yang lebih gelap lebih
lama dan dengan kedalaman yang kurang jika dibandingkan
resin dengan shade yang lebih terang (60 detik dengan
kedalaman maksimum 0,5 mm)
Suhu Curing time komposit dengan suhu ruangan akan lebih
11
cepat dan komplit.
Ketebalan Resin Ketebalan maksimum 1-2 mm
Tipe filler Curing pada microfiller komposit akan lebih sulit jika
dibandingkan komposit dengan muatan berat
Jarak antara Jarak optimum 1 mm dan tegak lurus membentuk sudut 90
cahaya dan resin derajat dengan permukaan komposit
Kualitas sumber Panjang gelombang adalah 400-500 nm. Diperlukan densitas
cahaya energi 600mW/cm2 untuk memastikan tercapainya
400mW/cm2 pada increment pertama komposit pada box
posterior.
Pengerutan Tergantung jumlah matriks organik
polimerisasi
12
DAFTAR PUSTAKA
13
19. Demarco FFD, Correa MB, et al. Longevity of Posterior Composite
Restorations: Not Only a Matter of Materials. Dental J 2012; 87-101.
20. Kumar JS, Jayalakshmi. Bond Failure and Its Prevention in Composite
Restoration – A Review. Pham. Sci & Res J 2016;8(7); 627-631.
21. Rajesh SS, Venkatesh P. Prevalence of Dental Caries among School-going
Children in South India. International Journal of Medical Science and
Publick Health 2016;5(4);700-4.
22. Sudha P, Bhasin S, Anegundi RT. Prevalence of Dental Caries among 5-
13 years old Children of Mangalore City. J Indian Soc Pedod Prev Dent
2005;74-9.
23. Barrantes JCR, Araujo E, Baratieri LN. Clinical Evaluation of Direct
Composite Resin Restoration in Fractured Anterior Teeth. Int J Dental SC
2014;16; 47-61.
24. Muhamad AH, Azzaldeen A, Mai A. Esthetic o Class IV Restoration with
Resin Composite. JDMS 2016;15(1); 62-6.
25. Donley KJ, Browning R. Class IV Preparation Design for Microfilled and
Macrofilled Composite Resin. Pediatric Dentistry 1992;14(1); 34-6.
26. Chan KHS, et all. Review: Resin Composite Filing. Journal Material 2010;
3: 1228-1243
27. Ardana E, Trilaksana AC. Pemilihan bahan restorasi estetis berdasarkan
translusensi dan opasitas dari resin komposit. Fakultas Kedokteran Gigi
UNHAS. Hal :1-5.
28. Lopes GC et all. Enamel Acid Atching :A Review. Compendium 2007;
28(1): 662-9.
14