Anda di halaman 1dari 15

Restorasi Resin Komposit Klas IV Pada Gigi Permanen

Anak-Anak dan Kegagalan serta Penanggulangannya

Mahasiswa
1. Raudatul Adawiyah 110600002
2. Dinauli Fatwa 110600029
3. Maria Lisna Rawaty S. 110600035
4. Thinagan A/L Rajendran 110600156
5. Yogambigai 110600194

Pembimbing
Zulfi Amalia Bachtiar, drg

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
1. PENDAHULUAN

Kesehatan rongga mulut merupakan bagian yang krusial dari keseluruhan


kesehatan anak yang memberikan efek penting terhadap kualitas hidup anak.
Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan di rongga mulut
dan menjadi masalah utama kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi adalah penyakit
infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan
keras permukaan gigi oleh asam organik yang berasal dari makanan yang
mengandung gula. WHO menyatakan karies berada di peringkat 3 penyakit tidak
menular yang membutuhkan perhatian dunia untuk pencegahan dan
perawatannya.1 Menurut Riskesdas 2013, prevalensi terjadinya karies gigi pada
penduduk Indonesia yaitu 53.2 % dan pada anak <12 tahun sebesar 34.7 %. 2
Berdasarkan penelitan Vargas terhadap 4116 sampel anak yang berusia 6-14
tahun, 40 % dinyatakan memiliki paling tidak satu gigi permanen yang karies atau
ditambal.3 Menurut penelitian dilakukan oleh Sherit terhadap 64 siswa didapati
bahwa 49 siswa (79.56%) mengalami karies rampan dan 15 siswa (23.44%) tidak
mengalami karies rampan. Pada pemeriksaan didapati kerusakan yang paling
parah yaitu pada keempat gigi insisivus maksila. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perilaku diet, pola pemberian makanan tertentu,
pengunaan botol susu waktu tidur, menyusui dan seringnya member minuman
yang mengandung gula.4
Trauma pada gigi juga merupakan salah satu masalah utama kesehatan
gigi dan mulut. Trauma gigi menjadi masalah kesehatan umum karena tingginya
prevalensi khususnya pada anak-anak. Berdasarkan studi epidemiologi yang
dilakukan di beberapa kota di Brazil, Traebert menyatakan bahwa prevalensi
trauma gigi berkisar dari 9.4% - 41.6% dan pada gigi permanen adalah 10.5%.5
Prevalensi paling tinggi terjadinya fraktur mahkota terjadi pada rahang atas dan
terjadi pada gigi insisivus sentralis dan lateralis yang kemungkinan dikarenakan
posisinya paling depan di dalam rongga mulut.5 Trauma dapat terjadi karena
aktivitas olahraga, kecelakaan kendaraan dan yang paling sering adalah terjatuh,
secara umum dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa.5-6 Faktor predisposisi
lainnya adalah gigi protrusif, overjet yang besar, maloklusi klas I tipe 2 atau klas

1
II devisi 1 dan penutupan bibir yang tidak sempurna.6 Soriano dan Traebert
menyatakan bahwa persentase tertinggi trauma pada gigi terjadi pada insisivus
sentral maksila gigi sulung dan permanen (78.5% dan 76.2%).5
Perawatan terhadap gigi yang rusak karena karies maupun trauma yang
terjadi pada gigi depan yang melibatkan bagian proksimal sampai insisal dapat
dilakukan dengan restorasi klas IV. Menurut Kramer, estetis merupakan hal yang
paling penting dalam mendukung penampilan seseorang. Oleh karena itu resin
komposit adalah pilihan perawatan untuk restorasi klas IV, karena memberi hasil
restorasi yang baik, memiliki kriteria estetis yang memadai dan kekuatan serta
ketahanannya juga baik.5,7,8
Walaupun resin komposit mempunyai kelebihan dalam sifat estetis,
kekuatan serta ketahanan, namun kegagalan penambalan menggunakan resin
komposit terutama pada kasus klas IV masih cukup tinggi. Penelitian F.R.R.
Moura dkk mendapati restorasi klas IV memiliki nilai prevalensi kegagalan
tertinggi kedua setelah restorasi klas II. Meskipun tidak ada restorasi klas IV yang
diklasifikasikan sebagai tidak memuaskan, terdapat 16,7% kerusakan restorasi,
restorasi retak (2.8%) dan kehilangan gigi (2.8%).7
Kegagalan yang sering terjadi pada restorasi klas IV yaitu kebocoran tepi
(marginal microleakage) yang dapat menyebabkan karies sekunder, perubahan
warna, fraktur pada gigi atau restorasi, sensitifitas gigi dan garis hitam. 8,9
Kebocoran tepi (marginal microleakage) disebabkan oleh kegagalan adaptasi
restorasi terhadap dinding kavitas, perbedaan koefisien termal ekspansi resin
komposit pada dentin dan enamel, kelembaban, mikroflora, kondisi lingkungan
mulut yang bersifat asam dan kegagalan adaptasi dinding kavitas akibat adanya
monomer sisa dan shrinkage (proses pengerutan) selama polimerisasi.
Penanggulangan kegagalan restorasi klas IV ini seperti menggunakan pelapis
kavitas sebelum restorasi contohnya kalsium hydoksida, menggunakan teknik
restorasi lapis demi lapis atau teknik sandwich dan mengunakan flowable resin
komposit.7,10

2
2. TINJAUAN PUSTAKA

Perawatan terhadap gigi yang rusak karena karies maupun trauma yang
terjadi pada gigi depan yang melibatkan bagian proksimal sampai insisal dapat
dilakukan dengan restorasi klas IV. Salah satu bahan restorasi yang digunakan
adalah resin komposit.11 Komposit diindikasikan untuk gigi anterior untuk tujuan
estetis selain itu bahan restorasi ini juga berfungsi untuk memperbaiki dan
merestorasi struktur gigi yang rusak, mencegah timbulnya karies dan
mengembalikan fungsi gigi.11 Resin komposit telah digunakan selama 50 tahun
dan sudah banyak dikembangkan berdasarkan komposisi dan sifatnya.11

2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit


Indikasi resin komposit11-13:
 Untuk restorasi pada Klas III, IV dan V pada gigi anterior dan untuk
klas I dan II dengan kavitas yang kecil sampai sedang
 Sebagai sealant pada restorasi resin preventif untuk mencegah
terjadinya karies pada daerah cekungan yang dalam dan sempit.
 Jika dapat mengontrol kelembaban pada daerah kerja
 Strip crown pada gigi sulung dan permanen
 Pada pasien dengan indeks karies rendah
 Untuk pembuatan core (inti) pada restorasi mahkota

Kontraindikasi resin komposit12-13:


 Pasien dengan insidensi karies tinggi
 Pasien yang sensitivitas terhadap material komposit
 Sulit mengontrol kelembaban pada daerah kerja
 Lesi karies yang luas hingga mencapai permukaan akar gigi
 Gigi yang menerima tekanan kunyah besar
 Kontak yang berat pada gigi yang akan direstorasi
 Pada pasien dengan parafungsional seperti bruxism dan clenching

3
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit
Kelebihan resin komposit12:
 Bahannya tidak berbahaya/tidak mengandung merkuri
 Dapat dipergunakan pada gigi posterior
 Warna resin komposit yang sewarna dengan gigi sehingga mempunyai
nilai estetis yang baik.
 Sifat mekanis dan fisik cukup baik
 Preparasi dapat dilakukan dalam 1 kali kunjungan.
 Preparasi tidak membuang jaringan gigi terlalu banyak, oleh karena
perlekatannya secara adesif

Kekurangan resin komposit12:


 Bahan ini dapat berubah warna saat pemakaian jangka panjang
 Terjadi pengerutan saat polimeralisasi
 Biayanya relatif mahal
 Keausan permukaan oklusal yang signifikan
 Tidak selalu dapat diaplikasikan pada semua kondisi klinis kerusakan
jaringan keras gigi. Salah satunya adalah daerah operasi yang sulit
dikontrol kelembabannya, seperti pada kavitas dengan dinding gingiva terletak di
bawah cemento-enamel junction (CEJ).

2.3 Klasifikasi Resin Komposit

Resin komposit adalah modifikasi dari methacrylates atau acrylates


dengan kandungan yang berbeda untuk menyesuaikan dengan kebutuhan estetik.
Resin komposit yang digunakan untuk restorasi gigi umumnya memiliki
kandungan material; organik matrik/organic phase, inorganik matrik, filler/
dispersed phase, organosilane/coupling agent, activator-initiator system,
inhibitors dan coloring agent. 14-15

4
Ada empat tipe resin komposit berdasarkan ukuran yaitu :
a. Macrofilled Composite Resins
Macrofill composite resins/konvensional resin komposit mempunyai
ukuran rata-rata partikel sebesar 5 – 25 mikrometer dan kandungan filler sebesar
75 – 80 persen dari berat. Kelebihan dari jenis resin ini adalah sifat fisik dan
mekanis yang lebih baik dari resin akrilik. Sedangkan kekurangannya adalah
permukaan akhir yang kasar, mudah berubah warna, sulit dipolish.14 Resin jenis
ini biasa digunakan sebagai bahan core build-up dibawah restorasi indirek.
b. Microfilled Resins
Microfilled mempunyai ukuran rata-rata partikel sebesar 0,04 – 0,1
mikrometer dan kandungan filler sebesar 35 – 50 persen dari berat. Keuntungan
resin ini adalah mudah dipolish dan estetiknya baik. Sedangkan kekurangannya
adalah kekuatan mekanisnya lemah, stabilitas warna lemah, ketahanan kekuatan
penggunaan lemah, modulus elastisitas rendah, tensile strength rendah, mudah
menyerap air dan ekspansi suhu yang tinggi. 14 Resin jenis ini biasa digunakan
pada restorasi klas V yang kecil pada gigi anterior.
c. Hybrid Composite Resins
Resin komposit hybrid merupakan gabungan keunggulan dari komposit
macrofill/konvensional dan komposit microfill serta gabungan dari grup polymer
organic phase yang diperkuat dengan inorganic phase. Ukuran partikel bervariasi,
berkisar antara 0,6 - 1 mikrometer dan mengandung 0,04 mikrometer silica serta
kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari berat.
Keuntungan resin ini adalah memiliki warna yang bervariasi, mudah
dipolish dan memiliki tekstur yang baik, ketahanan penggunaan dan abrasif yang
baik, ekspansi suhu yang sama koofesiennya dengan struktur gigi, tidak mudah
menyerap air, penyusutan yang rendah setelah polimerisasi serta adaptasi ke
struktur gigi yang baik. Kekurangannya adalah tidak cocok untuk daerah yang
menerima tekanan kunyah besar, kecerahan warna dapat berkurang jika menyikat
gigi dengan pasta gigi yang abrasif serta terkadang sulit dipolish disebabkan
adanya filler yang berukuran besar di antara partikel yang kecil.15-16

5
d. Nanofilled Composite
Merupakan bahan restorasi universal yang diaktifasi oleh visible-light
yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior maupun posterior.
Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik.
Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya digunakan untuk
membentuk suatu produk yang dimensi komponen kritisnya adalah sekitar 0.1
hingga 100 nanomer. Secara teori, nanotechnology digunakan untuk membuat
suatu produk baru yang lebih ringan, lebih kuat, lebih murah, dan lebih tepat.
Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat dapat
mengurangi penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA dan sejumlah kecil
TEGDMA. Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara filler nanosilica 20 nm
yang tidak berkelompok, dan nanocluster zirconia/silica yang mudah berikatan
membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari partikel
zirconia/silica dengan ukuran 5-20 nm. Ukuran partikel satu cluster adalah
berkisar antara 0.6 - 1.4 mikron. Muatan filler komposit ini adalah 78.5% berat.14

Gambar-1: Tipe komposit resin

2.4 Restorasi Resin Komposit Klas IV

Preparasi klas IV G.V Black adalah preparasi yang melibatkan permukaan


proksimal sampai ke bagian insisal dari gigi anterior. Preparasi dilakukan untuk
menghilangkan lesi karies atau struktur gigi yang rusak tanpa terlalu banyak
mengambil jaringan sehat gigi dan dilakukan bevel pada cavosurface margin.14,17

6
Tujuan dilakukan preparasi kavitas adalah:17

a. Menghasilkan bevel pada mesio-distal enamel gigi sehingga bagian


enamel yang dilakukan pengetsaan sama dengan daerah enamel
sebelum di bevel.
b. Untuk menghasilkan bevel yang dalam pada bagian labial dan
lingual yang berlawanan sehingga dihasilkan ketebalan resin
komposit yang dapat menahan gaya labial lingual.
c. Untuk mengurangi incisal edge secara bersamaan dengan
ketebalan resin komposit pada bagian insisal-gingival yang dapat
menahan gaya insisal dan mencegah kehilangan tambalan pada
incisal edge saat digunakan.
d. Menghasilkan sambungan pada incisal edge cavosurface margin
dan insisal step untuk mencegah resin komposit pecah pada incisal
edge cavosurface margin.
e. Untuk menghasikan permukaan yang datar pada incisal edge dan
ginggiva sehingga memberikan ketahanan restorsi terhadap gaya
yang mengarah ke apikal.

Teknik restorasi dengan resin komposit adalah sebagai berikut14,17:


 Isolasi daerah kerja
 Pembuangan jaringan karies dengan round bur
 Pembuatan bevel (450) pada labial dan lingual dengan lebar 1 mm dan
kedalaman 1 mm dengan bur fisur
 Bersihkan kavitas dengan semprotan air dan keringkan dengan kapas
atau semprotan udara.
 Pemilihan warna resin komposit dengan shade guide
 Mengetsa seluruh tepi kavitas selama 15-20 detik, kemudian cuci
dengan air mengalir selama 30 detik dan keringkan dengan semprotan udara.
 Aplikasi bonding menggunakan microbrush pada permukaan yang
dietsa dan lakukan penyinaran dengan light cure selama 20 detik.
 Pemasangan seluloid strip dan wedges di interdental

7
 Aplikasi resin komposit ke dalam kavitas layer by layer dan dilakukan
penyinaran selama 20 detik secara bertahap.
 Melakukan polishing menggunakan bur stone
 Lepaskan isolasi dan periksa titik kontak dengan gigi tetangga
menggunakan dental flosh dan periksa oklusi dengan gigi antagonis menggunakan
articulating paper.

2.5 Kegagalan Restorasi Resin Komposit Klas IV dan


Penanggulangannya

Dari sudut pandang estetik, resin komposit masih menjadi bahan restorasi
pilihan yang bisa digunakan untuk merestorasi gigi pasien dan dibentuk langsung
dalam mulut pasien oleh dokter gigi. Namun, sebaik apapun restorasi yang telah
dilakukan oleh dokter gigi tetaplah harus dilakukan kontrol untuk melihat adanya
perubahan yang terjadi pada restorasi komposit. Kebocoran tumpatan merupakan hal
yang dapat ditemukan baik pada restorasi yang telah lama maupun restorasi yang
masih tergolong baru.18
Kebocoran tepi didefinisikan sebagai celah mikroskopik antara dinding
kavitas dan tumpatan yang dapat dilalui mikro organisme, cairan, molekul dan ion.
Kebocoran tersebut dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti karies sekunder
,diskolorasi gigi, reaksi hipersensitif, bahkan dapat mempercepat kerusakan tumpatan
itu sendiri. Terjadinya kebocoran tepi merupakan akibat kegagalan adaptasi tumpatan
terhadap dinding kavitas. Kegagalan restorasi resin komposit dapat disebabkan
oleh, perbedaan masing-masing koefisien thermal ekspansi diantara resin
komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan, dan kesulitan
karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, dan lingkungan mulut bersifat
asam. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi resin
komposit seperti kebiasaan buruk bruxism, proses bonding yang tidak akurat serta
proses finishing dan polishing yang tidak benar. Proses finishing dan polishing
yang tidak benar dapat menyebabkan restosasi yang kasar dan tidak rata dapat
menjadi tempat penumpukan plak dan bakteri. Ini dapat menyebabkan terjadinya
pembentukan karies pada daerah tersebut.11,18

8
Penanggulangan terhadap kebocoran tepi (marginal microleakage) adalah
dengan menghindari terjadinya pengerutan polimer, kontraksi termal dan stress
mekanikal. Pengunaan pelapis kavitas sebelum restorasi contohnya kalsium
hidroksida dan menggunakan teknik restorasi lapis demi lapis dapat menghindari
hal ini. Selain itu, teknik restorasi sandwich menggunakan flowable resin
komposit juga dapat membantu menghindari terjadinya kebocoran tepi.11,19-20
Terbentuknya karies sekunder dapat dihindari dengan melakukan proses
pembersihan kavitas yang benar dan sempurna. Kavitas harus dipastikan benar
benar bersih dari karies sebelum melakukan restorasi.19
Pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism harus dilakukan konseling
atau terapi psikologis untuk mengurangkan kebiasaan buruk tersebut. Kebiasaan
buruk ini mungkin terjadi karena anak cenderung menjadi stress atau takut.
Pengunaan mouthguard waktu tidur juga dapat membantu mengurangi kebiasaan
buruk ini.19
Proses bonding yang tidak akurat dapat terjadi karena isolasi daerah kerja
yang kurang sempurna dan tidak hati-hati. Daerah kerja yang tidak kering dan
bersih dapat menyebabkan bahan restorasi tidak menempel ke permukaan kavitas
dengan sempurna. Daerah kerja harus benar-benar kering dan bersih agar proses
bonding dan chemicomechanical dapat terjadi dengan sempurna.11,20

9
3. PEMBAHASAN

Kesehatan mulut merupakan suatu bagian yang berintegrasi dengan


kesehatan umum. Karies merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh
anak-anak secara global dengan pola penyebaran karies yang berkurang pada
negara maju, meningkat pada negara berkembang dan menjadi epidemi di negara
dengan krisis ekonomi.21-22 Selain karies, trauma pada gigi anak juga merupakan
salah satu masalah dalam kesehatan mulut anak. Berdasarkan laporan The
International Association of Dental Traumatology satu dari tiap dua anak
mengalami trauma pada gigi paling sering pada usia 8-12 tahun. 3 Andreasen
menyatakan bahwa fraktur mahkota umumnya terjadi pada anak dan remaja.
Mereka menyarankan agar kasus trauma pada gigi ini dapat dirawat dengan cepat
dan tepat untuk mengurangi masalah oral dan estetik.3,23
Kesuksesan perawatan pada gigi di zona estetis memberikan efek yang
positif pada kepercayaan diri dan kualitas hidup.24 Resin komposit merupakan
material pilihan untuk restorasi klas IV.15,25 Pada awalnya resin komposit
digunakan untuk perawatan gigi yang membutuhkan nilai estetis dibandingkan
nilai fungsional seperti perawatan diskolorisasi, menutup diastema atau klamufase
gigi yang malposisi yang kemudian ditambahkan fungsi mekanis didalamnya
seperti merawat lesi karies/ trauma dental yang luas pada permukaan anterior gigi
depan.15 Saat ini kemampuan resin komposit untuk mengikatkan struktur gigi
dengan bahan adhesif dan shade yang mendekati gigi normal menjadikannya
sebagai material yang memiliki banyak kegunaan oleh para klinisi.26 Dengan
prosedur klinis yang tepat dan teknik yang dilakukan oleh para klinisi, material ini
dapat mencapai hasil yang memuaskan.26
Pada restorasi klas IV resin komposit, preparasi dilakukan untuk
menghilangkan lesi karies atau struktur gigi yang rusak tanpa terlalu banyak
mengambil jaringan sehat gigi dan dilakukan bevel pada cavosurface margin.14,17
Setelah gigi dipreparasi dilakukan pemilihan warna yang tepat. Ada tiga
hal yang dapat dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan warna yaitu hue,
chroma dan value. Hue adalah apa yang biasa dianggap sebagai warna dan
ditentukan oleh panjang gelombang cahaya. Chroma adalah derajat kejenuhan

10
atau kemurniaan rona (intensitas atau konsentrasi warna). Value adalah intensitas
terang atau gelapnya sebuah warna. Opasitas adalah sifat yang penting pada
restorasi komposit, mulai dari translusen yang biasanya digunakan untuk tepi
insisal hingga warna yang sangat opak untuk restorasi menggantikan dentin. Pada
penggunaaan klinis dengan hanya satu macam warna mempunyai keuntungan dari
segi waktu relatif lebih cepat. Pada beberapa keaadaan klinis yang menuntut
perbaikan estetis sebaiknya dipertimbangkan penggunaan teknik dual shade. Pada
teknik dual shade yang pertama kali digunakan adalah warna dentin kemudian
diikuti oleh warna enamel.27
Setelah pemilihan warna dilakukan pengetsaan yang berguna untuk
meningkatkan topografi enamel, mengubahnya dari permukaan yang kurang
reaktif ke permukaan yang lebih mudah untuk adhesi. 28 Etsa asam kemudian
dibersihkan yang menciptakan lapisan microporous dengan resin tags didalamnya
dan setelah polimerisasi yang adekuat menciptakan perlekatan yang tahan lama
dengan ikatan mikromekanikal.28 Hampir setiap situsi klinis restorasi dikaitkan
dengan enamel dan dentin, untuk berinteraksi dengan jaringan intrinsik yang
lembab dibutuhkan sistem adhesif yang dapat berdifusi pada kondisi ini. Bahan
bonding memiliki 2 fungsi yaitu bagian hydrophilic yang memiliki kemampuan
untuk berinteraksi dengan kondisi lembab di permukaan gigi dan bagian
hyrophobic yang memiliki daya tarik kimia dengan resin komposit.28
Setelah pengaplikasian resin komposit dengan teknik layer by layer dan
dilakukan polimerisasi. Polimerisasi penuh pada material resin komposit
ditentukan oleh derajat konversi monomer menjadi polimer. 15 Beberapa faktor
yang mempengaruhi polimerisasi resin komposit14,15:
Faktor Reaksi Klinis
Curing time Tergantung pada: shade dari resin, intensitas cahaya,
kedalaman box, ketebalan resin, curing melalui permukaan
gigi dan kandungan komposit.
Shade komposit Curing time komposit dengan shade yang lebih gelap lebih
lama dan dengan kedalaman yang kurang jika dibandingkan
resin dengan shade yang lebih terang (60 detik dengan
kedalaman maksimum 0,5 mm)
Suhu Curing time komposit dengan suhu ruangan akan lebih

11
cepat dan komplit.
Ketebalan Resin Ketebalan maksimum 1-2 mm
Tipe filler Curing pada microfiller komposit akan lebih sulit jika
dibandingkan komposit dengan muatan berat
Jarak antara Jarak optimum 1 mm dan tegak lurus membentuk sudut 90
cahaya dan resin derajat dengan permukaan komposit
Kualitas sumber Panjang gelombang adalah 400-500 nm. Diperlukan densitas
cahaya energi 600mW/cm2 untuk memastikan tercapainya
400mW/cm2 pada increment pertama komposit pada box
posterior.
Pengerutan Tergantung jumlah matriks organik
polimerisasi

Tahap finishing dilakukan untuk membersihkan material yang berlebih dan


menyesuaikan oklusi sementara tahap polishing dilakukan agar mendapatkan
permukaan yang halus untuk mencegah terjadinya perlekatan plak yang memicu
terjadinya karies.11,26
Adapun kegagalan yang dilaporkan seperti kebocoran tepi, kebocoran
tersebut dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti karies sekunder,
diskolorasi gigi, reaksi hipersensitif, bahkan dapat mempercepat kerusakan
tumpatan itu sendiri. Terjadinya kebocoran tepi merupakan akibat kegagalan
adaptasi tumpatan terhadap dinding kavitas. Kegagalan restorasi resin komposit
dapat disebabkan oleh, perbedaan masing-masing koefisien termal ekspansi
diantara resin komposit, dentin dan enamel, penggunaan oklusi dan pengunyahan,
dan kesulitan karena adanya kelembaban, mikroflora yang ada, dan lingkungan
mulut bersifat asam. Penanggulangan untuk kegagalan ini tentu diperlukan untuk
menciptakan restorasi yang lebih baik lagi. Untuk menghindari terjadinya
kebocoran tepi dapat ditangulangi dengan menggunakan bahan pelapis kavitas
ataupun menggunakan teknik lapis demi lapis dalam pengaplikasian bahan resin
komposit sehingga dapat mencegah terjadinya karies sekunder, diskolorasi gigi,
reaksi hipersensitif dan kerusakan tumpatan itu sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Nabiel ALGhazali., et al. The Prevalence of Dental Caries in


Kindergartens’ and its Associated Factors among Children in Sana’a City.
EC Dental Science 2017;7(5): 206-21.
2. Depkes. Laporan Hasil Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013 : 114-19.
3. Dean JA, Jones JE, Vinson LAW. Dentistry for the Child and Adolescent.
10 th ed. Saint Louis: Elsevier. 2016: 158.
4. Winda SU, Gunawan P, Vicaksono DA. Gambaran karies rampan pada
siswa pendidikan anak usia dini di desa Pineleng II Indah. J eGIGI 2015;
3(1):175-81.
5. Gravina DBL, Peruchi CMS, Rivera G, Santos ALC, Cruvinel VRN.
Traumatic Dental Injury: A Case Report. J Trauma Treat 2015 S2: 2-4.
6. Oivia B, Heriandi S. Restorasi Fraktur Ellis Klas IV Pada Gigi Insisif
Sentral Atas Permanen Menggunakan Pasak Fiber Reinforced Composite
dan Mahkota Resin Komposit. MIKGI 2009; 11(1): 77-82.
7. F.R.R. Moura., et al. Three-Year Clinical Performance of Composite
Restorations Placed by Undergraduate Dental Students. Braz Dent J 2011;
22(2): 111-16.
8. Tambahani A.M., dkk. Gambaran Kerusakan Gigi Pasca Restorasi
Komposit Pada Siswa Sma Negeri 1 Manado. Jurnal e-Gigi (eG) 2013; 1
(2): 121-28.
9. Raharjo P, Rukmu M, Rulianto M. Evaluasi Klinis Satu Tahun Pada
Tumpatan resin Komposit Klas VI. Maj. Ked. Gigi 2002; 35(1): 11-3.
10. Belcheva A. Reconstruction of Fractured Permanent Incisors in
Schoolchildren using Composite Resin Build-Up. Jornal of IMAB.
Brazil:Vol 14(2).2008.
11. Mahajan V, Bhondwe S, Doot R, Balpande R, Bhandari S, Dahiwale SS.
Failure In Composite Restoration. International Journal of Dental
Research 2015; 3(2): 10-14
12. Tulenan Devistha M. P, Wicaksono Dinar A, Soewantoro Joenda S.
Gambaran Tumpatan Resin Komposit Pada Gigi Permanen Di Poliklinik
Gigi Rumkital Dr. Wahyu Slamet. Jurnal e-GiGi (eG) 2014; 2(2):1-7.
13. Donly KJ, Godoy FG.The Use of Resin Based Composite in Children.
Dentistry Pediatric 2002;24(5): 480-8.
14. Trilaksana AC. Prinsip Restorasi Komposit. PT. Gakken: Dept. Ilmu
Konservasi Gigi FKG Unhas Makasar. 1-4.
15. Garcia Adela Hervas, et all. Composite resins. A review of the materials
and clinical indications. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006; 11:E215-20.
16. Munyati URP. Penutupan diastema dengan menggunakan komposit
nanofiller. Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15(3): 239-46.
17. Dervaniza M. Cavity Design for Class IV Composite Resin Restorations -
A Systematic Approach.Australian Dental Journal 1987;32(4);270-5.
18. Mukuan T, Abidjulu J, Wicaksono D.A. Gambaran Kebocoran Tepi
Tumpatan Pasca Restorasi Resin Komposit Pada Mahasiswa Program
Studi Kedokteran Gigi Angkatan 2005-2007. J eGIGI 2013; 2 (1): 115-20.

13
19. Demarco FFD, Correa MB, et al. Longevity of Posterior Composite
Restorations: Not Only a Matter of Materials. Dental J 2012; 87-101.
20. Kumar JS, Jayalakshmi. Bond Failure and Its Prevention in Composite
Restoration – A Review. Pham. Sci & Res J 2016;8(7); 627-631.
21. Rajesh SS, Venkatesh P. Prevalence of Dental Caries among School-going
Children in South India. International Journal of Medical Science and
Publick Health 2016;5(4);700-4.
22. Sudha P, Bhasin S, Anegundi RT. Prevalence of Dental Caries among 5-
13 years old Children of Mangalore City. J Indian Soc Pedod Prev Dent
2005;74-9.
23. Barrantes JCR, Araujo E, Baratieri LN. Clinical Evaluation of Direct
Composite Resin Restoration in Fractured Anterior Teeth. Int J Dental SC
2014;16; 47-61.
24. Muhamad AH, Azzaldeen A, Mai A. Esthetic o Class IV Restoration with
Resin Composite. JDMS 2016;15(1); 62-6.
25. Donley KJ, Browning R. Class IV Preparation Design for Microfilled and
Macrofilled Composite Resin. Pediatric Dentistry 1992;14(1); 34-6.
26. Chan KHS, et all. Review: Resin Composite Filing. Journal Material 2010;
3: 1228-1243
27. Ardana E, Trilaksana AC. Pemilihan bahan restorasi estetis berdasarkan
translusensi dan opasitas dari resin komposit. Fakultas Kedokteran Gigi
UNHAS. Hal :1-5.
28. Lopes GC et all. Enamel Acid Atching :A Review. Compendium 2007;
28(1): 662-9.

14

Anda mungkin juga menyukai