Oleh :
Anisa Raudhatul Husna
2141412060
Pembimbing :
drg. Nova Elvira, Sp. KG
TINJAUAN PUSTAKA
Traumatic Dental Injuries (TDI) merupakan cedera serius dan kompleks dari
sistem dento-alveolar. Cedera ini dapat terjadi pada jaringan keras maupun
jaringan lunak pada rongga dan sekitaran mulut. TDI sebagian besar terjadi pada
usia muda serta melibatkan gigi anterior. TDI dapat menyebabkan masalah
mengakibatkan fraktur dan perpindahan gigi, remuk, dan/atau patah tulang, dan
cedera jaringan lunak termasuk memar, abrasi, dan laserasi. World Health
gigi dan pulpa, cedera jaringan periodontal, cedera tulang pendukung, serta cedera
Fraktur gigi terdiri dari fraktur mahkota dan fraktur akargigi. Fraktur Mahkota
terkadang tanpa rasa sakit dan tidak berdarah, namun terkadang dapat
serta perdarahan. Fraktur yang terjadi pada akar akibat trauma diklasifikasikan
lokasi fraktur, jenis, perkembangan akar dan jarak antar fragmen fraktur.
1.1.1 Etiologi Fraktur Gigi
Sets on Injuries fraktur gigi disebabkan oleh jatuh, tabrakan, aktivitas fisik
rekreasi, kecelakaan lalu lintas, bermain kasar dengan orang lain, kekerasan,
penggunaan gigi yang tidak tepat dan menggigit benda keras. Keterlibatan
manusia dalam terjadinya peristiwa fraktur gigi disebut intent yang terdiri
dari; tidak disengaja, disengaja (peristiwa melukai diri sendiri dan peristiwa
bersepeda dan skateboard adalah penyebab fraktur gigi kedua yang paling
sering di kalangan remaja dan dewasa muda mewakili 20% dari semua
Olahraga dan bermain juga menyabakan fraktur pada gigi permanen, terhitung
13% dari semua cedera. Serkitar 5% hingga 10% dari semua fraktur gigi di
WHO mengklasifikasikan cedera jaringan keras gigi dan pulpa terdiri dari
fraktur email, fraktur email (fraktur mahkota tanpa komplikasi), fraktur email-
Gambar 1.1 Cedera Jaringan Keras Gigi dan Pulpa (a. Faktur Email, b.
Fraktur email-dentin, c. Fraktur Mahkota dengan komplikasi, d. Fraktur akar-
mahkota tanpa komplikasi, e. Fraktur akar-mahkota dengan komplikasi, f. Fraktur
akar)
pulpa terbuka
- Kelas 4: Trauma pada gigi menyebabkan gigi nonvital dengan atau tanpa
- Kelas 6: Fraktur akar gigi dengan atau tanpa fraktur mahkota gigi
permanen. Lesi kelas I terjadi di pit dan fisur pada permukaan fasial, lingual, dan
oklusal gigi molar dan premolar dan jarang terjadi pada gigi anterior maksila.
Gigi anterior maksila yang paling sering terdapat lesi kelas I adalah insisivus
lateral. Lesi kelas II terjadi di permukaan proksimal gigi posterior. Lesi kelas III
terjadi di permukaan proksimal gigi anterior dan tidak melibatkan insisal edge.
Lesi kelas IV terjadi di permukaan proksimal gigi anterior dan melibatkan insisal
edge. Lesi kelas IV juga dapat terjadi pada permukaan proksimal gigi anterior
dengan insisal edge yang masih ada, namun insisal edge harus dihilangkan karena
rapuh, telah terjadi fraktur akibat trauma, atau agar bahan restorasi dapat ditumpat
dengan baik. Lesi kelas V terjadi pada permukaan halus di sisi fasial dan lingual
di sepertiga gigi dari arah gingiva. Lesi kelas V dekat dengan gingiva dan
1.3.1 Preparasi
Preparasi gigi untuk restorasi komposit terdiri dari tiga disain yaitu kovensional,
A. Konvensional
margin pada permukaan akar dan di mana restorasi akan ditempatkan pada high
stress bearing area. Preparasi berbentuk kotak dengan dinding fasial dan lingual
sejajar dengan sumbu panjang gigi. Retensi diperoleh dengan cara dovetail atau alur
yang ditempatkan secara gingival dan insisal pada dinding aksial menggunakan bur
B. Bevel
Kedalaman dinding aksial awal harus dijaga 0,5 mm ke dalam dentin. Bevel
disiapkan pada sudut 45 derajat ke permukaan gigi dengan lebar 0,25 hingga 2 mm,
tergantung pada jumlah retensi yang diperlukan. Semua sudut internal harus
Preparasi kelas IV yang konservatif dilakukan pada lesi kelas IV kecil atau
untuk pengobatan defek traumatis kecil. Preparasi untuk preparasi kelas IV harus
normal.
1.3.2 Resin komposit dan bonding agent
A. Komposit
Komposit merupakan senyawa yang terdiri dari dua bahan yang berbeda dengan
sifat yang baik. Komposit pada dasarnya adalah metakrilat atau akrilat yang
dimodifikasi dengan bahan lain untuk menghasilkan struktur dan sifat yang berbeda
coupling agent, initiator, inhibitor, coloring agents, dan ultraviolet absorber. Resin
Ukuran partikel
Jenis resin ini dikembangkan pada awal tahun 1970-an. Raya-rata ukuran partikel
komposit macrofilled berkisar antara 8-12 m. mengandung 60-65% filler dari
beratnya, hal ini menunjukkan bahwa komposit ini memiliki tekstur permukaan yang
kasar sehingga mempercepat perubahan warna, keausan kontak oklusal, dan tingkat
akumulasi plak yang tinggi rentan pada penggunaan komposit ini. Keuntungan dari
menggunakan komposit ini adalah kinerja fisik dan mekaniknya lebih baik dari pada
Jenis komposit ini memiliki tekstur permukaan yang lebih halus dari pada
komposit macrofilled. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-5 m. ukuran partikel ini
debris, dan stain. Resin ini mengandung filler sebanyak 80% dari berat dan 65% dari
volume. Filler yang digunakan berbahan logam berat seperti litium, barium, dan
zirconium, resinnya ini biasanya digunakan untuk restorsi pada stress bearing area
seperti kelas I dan kelas II. Kekurangan dari komposit ini yaitu ketahanan jangka
panjang yang masih diragukan karena resin komposit jenis ini rentan terhadap
hidrolisis.
Resin komposit ini diperkenalkan pada awal 1980 an, ukuran partikelnya berkisar
antara 0,04-0,4 m. mengandung 30-40% filler dari berat. Ukuran partikel yang kecil
menghasilkan tekstur permukaan yang halus dan tahan terhadap plak, namun karena
kandungan filler yang lebih sedikit resin komposit ini memiliki sifat fisik yang rendah
Resin komposit hybrid terdiri dari dua generasi yaitu komposit nanofill
ukuran partikel lebih kecil dari komposit microfill. Penggunaan filler yang kecil dan
pemakaiannya terhadap matriks yang tepat menghasilkan sifat fisik yang setara
Resin komposit ini mengandung 56-66% filler dari jumlah volumenya. Resin ini
memiliki ukuran partikel sebesar 0,4-0,8 m. karena kandungan fillernya lebih besar
maka komposit ini memiliki sifat fisik dan ketahanan aus yang lebih baik dari pada
komposit microfilled.
Polimerisasinya
Self cure
Resin komposit yang memiliki two-paste system dengan bantuan benzol peroxide
Light cure
Viskositasnya
Resin komposit ini diperkenalkan pada akhir tahun 1996. Mengandung 60% filler
dari berat dan ukuran partikel sebesar 0,02-0,05 m. jumlah filler yang rendah
Resin komposit ini adalah jenis komposit yang sudah dipadatkan/dikemas hingga
komposit ini adalah Polymer Rigid Inorganic Matrix Material (PRIMM) dimana
komponenya adalah resin dan filler anorganik ceramic yang tergabung dengan
ceramic fibers. Fibers ini terdiri dari aluminium dan silicon dioksida yang menyatu
filler nya berkisar 48-65% dari volume dengan ukuran partikel 0,7-20 m.
Gambar 1.8 Resin Komposit Packable
B. Bonding agent
Bonding agent disebut juga sebagai adhesive merupakan bahan yang digunakan
untuk menggabungkan dua zat yang berbeda. Adhesi atau bonding adalah gaya atau
energi antara atom/molekul yang menahan dua zat untuk bergabung. Mekanisme dari
Micromechanical : ikatan yang terjadi karena penetresi satu bahan ke bahan lain
pada tingkat mikroskopis, misalnya penetresi resin dan pembentukan resin tag
Adsorbsi : Ikatan kimia pada komponen organik atau anorganik dari struktur gigi
Difusi : Pengendapan zat pada permukaan gigi yang dapat mengikat monomer
Kombinasi : Suatu zat dapat berikatan dengan kombinasi salah satu cara diatas.
Faktor- Faktor yang mempengaruhi adhesi
Wetting : Gaya Tarik menarik antara molekul perekat dan perekat yang
tergantung pada dua faktor yaitu kebersihan permukaan dan energi permukaan
yang baik.
Contact angle : Sudut yang terbentuk antara permukaan tetesan cairan dengan
permukaan yang menempel. Semakin kuat daya tarik menarik antar adhesive dan
Klasifikasi adhesive
Adhesive generasi 1
- Terdapat dua tahap pengerjaan yaitu etsa enamel dan aplikasi adhesive
Adhesive generasi 2
Adhesive generasi 3
agent
adhesive
Adhesive generasi 4
pengikat
Adhesive generasi 5
- Menggunakan teknik dua langkah, yaitu Total etsa + Aplikasi primer dan
agen pengikat.
- Mudah digunakan.
Adhesive generasi 6
- Kekuatan ikatan lebih rendah dari ikatan generasi keempat dan kelima
Adhesive generasi 7
tunggal
SKENARIO
Seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun datang ke RSGMP UNAND
mengeluhkan gigi depan atas patah dan mengenai hampir 1/3 mahkota karena terjatuh
saat bermain basket 3 minggu yang lalu. Gigi tidak terasa sakit dan tidak terdapat
pembengkakan di sekitar gusi. Gigi terasa ngilu saat makan makanan manis dan
dingin. Pasien terakhir kali ke dokter gigi 3 tahun yang lalu untuk penambalan gigi
geraham bawah karena berlubang. Pasien menyikat gigi satu kali sehari saat mandi di
pagi hari. Pasien tidak menggunakan benang gigi dan obat kumur. Pasien tidak
memiliki alergi obat dan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Pasien tidak sedang
mengonsumsi obat-obatan. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Pasien mengakui keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit sistemik.
pasien merupakan seorang atlet basket, perokok aktif satu bungkus sehari, suka
begadang, meminum kopi setiap pagi, meminum air 8 gelas sehari, pada malam hari
mengonsumsi buah, pasien tidak suka makan sayur, dan pasien tidak meminum
alkohol.
Pemeriksaan ekstra oral menunjukan wajah pasien simetris, tidak ada
pembengkakan pada leher. Pemeriksaan intra oral menunjukan gigi 11 fraktur elis
kelas 2, vitalitas +, perkusi -, palpasi -, mobilitas normal, OHI sedang. Pada
pemeriksaan penunjang radiografi ditemukan fraktur mengenai email hingga dentin.
Tidak percaya diri saat senyum karena gigi depan atas patah
Present Illnes
Gigi depan atas patah mengenai hampir 1/3 mahkota karena terjatuh saat
bermain basket 3 minggu yang lalu. Gigi tidak terasa sakit dan tidak terdapat
pembengkakan di sekitar gusi. Gigi terasa ngilu saat makan-makanan manis dan
dingin.
Terakhir kali ke dokter gigi 3 tahun yang lalu untuk penambalan gigi geraham
bawah karena berlubang. Menyikat gigi satu kali sehari saat mandi di pagi hari. Tidak
Tidak memiliki alergi obat dan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Tidak
Family History
Social History
Pasien merupakan seorang atlet basket, perokok aktif satu bungkus sehari,
suka begadang, meminum kopi setiap pagi, meminum air 8 gelas sehari, pada malam
hari mengonsumsi buah, tidak suka makan sayur, dan tidak meminum alkohol.
2.3 Pemeriksaan Objektif
d. TMJ : TAK
e. Mobilitas : Negatif
TAHAPAN PEKERJAAN
ALAT BAHAN
Diagnostic Set Etsa
High speed handpiece Bonding
Low speed handpiece Resin Komposit Packable
Diamond bur (Bur bulat, silindris, Cotton roll
fisur)
Bur metal bulat Cotton pellet
Diamond bur polish Celulloid strip
Plastic filling Instrument Finishing strip
Light cure Kertas Artikulator
White stone bur Wooden Wedge
Rubber silicone bur Aquades
Enhance bur Air
Matrix sectional anterior chlorhexidine glukonat 2%
Microbrush
3.2 Prosedur Kerja
A. Tahap Intial
pada pasien.
menghilangkan plak, kalkulus dan noda superfisial sebelum prosedur. Hal ini
B. Preparasi Gigi
iii. Membuang email yang tidak didukung dentin menggunakan bur intan fisur.
iv. Membuat bevel pada enamel untuk perluasan etsa dan bonding dengan bur
diamond fisur dengan kemiringan 45°. Pada kavitas yang besar, dapat
menggunakan hollow round bevel menggunakan bur intan fisur ujung bulat pada
i. Outline form pada kavitas ini hanya meratakan garis fraktur atau meliputi seluruh
perluasan karies
ii. Sesuai dengan tahapan kerja preparasi pada gigi karies urutan iii-viii.
C. Restorasi Gigi
1) Pemilihan jenis komposit dan warna komposit, jenis komposit yang dapat
dipilih untuk estetika gigi anterior adalah komposit nanofiller. Sedangkan untuk
warna dapat disesuaikan dengan shade guide sesuai atau sedekat mungkin
vestibulum.
3) Pasang seluloid strip
4) Pasang wooden wedge pada embrassure interproksimal gigi bagian distal dari
arah lingual
6) Bilas menggunakan water syringe dan keringkan kavitas dengan cotton pellet
lembab.
7) Aplikasikan bonding agent dengan micro brush pada dinding kavitas, tunggu
10) Aplikasikan resin komposit layer- by layer dengan plastic filling instrument,
kemudian light cure selama 20 detik. Lakukan hingga kavitas terisi sempurna.
11) Cek permukaan tambalan dengan menggunakan sonde dan cek oklusi pasien
dengan articulating paper, jika ada bagian yang berlebih kurangi dengan
finishing strip pada bagian interproksimal serta menggunakan white stone bur
12) Lakukan pemolesan dengan rubber silicone bur dan enhance bur.
manis.
a. Keluhan pasien.
b. Pemeriksaan objektif (tes palpasi, tes tekan, dan tes perkusi)
c. Adaptasi tepi tambalan.
d. Oklusi (dengan articulating paper).
e. Keadaan jaringan lunak di sekitar gigi.
f. Dental Health Education (DHE).
DAFTAR PUSTAKA
Andreasen JO, Andreasen FM, Andersson L, eds. Textbook and Color Atlas of
Traumatic Injuries to the Teeth. 4, illustr. Wiley; 2007:217-254.
Black GV. Extracts from the last century. Susceptibility and immunity by dental
caries by G.V. Black. Br Dent J.1981;151:10.
Braly BV, dkk. Potential for tooth fracture in restorative dentistry. University of
California, School of Dentistry, San Francisco, Calif : THE JOURNAL OF
PROSTHETIC DENTISTRY
Garg, Nisha and Garg, Amit. (2015). “Textbook Operative Dentistry 3 rd Edition”:
Jaypee Brothers Medical Publishers
Schuurs AH. Patologi Gigi Geligi: Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. (S S, ed.).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1992: 21-24.