Anda di halaman 1dari 19

FRAKTUR

DENTOALVEOLAR

KELOMPOK

1. I S N A I N I R O S Y D AT U L A M A L I A 19710087

2. MUHAMMAD RIZQY HAJ 19710140

DM RSUD M. SALEH PROBOLINGGO (E2)


BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur dentoalveolar secara umum didefinisikan sebagai patah
tulang pada tulang sekitar gigi tanpa perluasan ke tulang
basal dari maksila atau mandibula yang dapat menyebabkan
perpindahan, subluksasi, avulsi gigi atau fraktur pada
struktur gigi yang melibatkan tulang alveolar (Arbi, 2016).
Prevalensi kejadian fraktur dentoalveolar
1. Dilansir dari International Journal of Contemporary Dentistry oleh
Kamala dkk, pada tahun 2011 dari 458 anak (81,7% anak laki-laki;
18,3% perempuan), sebanyak 491 gigi mengalami trauma
diantaranya lengkung rahang atas (98,4%). Insisivus sentral (88,7%)
,gigi seri lateral (11,3%).
2. Di Pakistan berdasarkan penelitian tahun 2010 oleh Mushtaq dkk,
frekuensi tertinggi terjadinya fraktur dentoalveolar saat dekade
pertama kehidupan yaitu usia 1- 10 tahun (36%), disusul dekade
kedua 11-20 tahun (35%) dan mulai menurun saat 21- 30 tahun
(13%), 31-40 tahun (7%), 41-50 tahun (6%) dan 51-60 tahun (3%).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Fraktur Dentoalveolar
dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras
pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan trauma (Hupp, et
al. 2014)
2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Fraktur Dentoalveolar
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fabio Roccia dkk. di Italia tahun
2011, kecelakaan kendaraan bermotor merupakan etiologi terbesar
penyebab fraktur dentoalveolar (46,1%) diikuti oleh jatuh (26,6%),
tindakan kekerasan (13,5%), kecelakaan dalam berolahraga (8,2%),
dan kecelakaan saat bekerja (5,6%) (Rocia, et al. 2013).
penelitian yang dilakukan Heppy di RSUD Jember dari tahun 2007-2011
etiologi terjadinya fraktur dentoalveolar dikarenakan jatuh (29,33%),
kecelakaan lalu lintas (18,67%), kecelakaan olahraga (6,67%),
kekerasan (2,67%), kecelakaan kerja (4%) dan lain-lain (38,67%)
(Livia, 2011).
Klas I Fraktur yang sederhana dari mahkota gigi dengan terbuka kanya sedikit
2. 3Klasifikasi Fraktur atau tidak sama sekali bagian dentin dari mahkota (hanya mengenai bagian
enamel)
 Menurut ELLIES Klas II Fraktur yang terjadi pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang luas,
tetapi belum mengenai pulpa (hanya mengenai bagian dentin)
Klas III Fraktur pada mahkota gigi dengan terbukanya dentin yang luas, sudah mengenai
pulpa (dentin dan pulpa terkena)
Klas IV Trauma pada gigi yang mengakibatkan gigi menjadi non vital disertai dengan
ataupun tanpa disertai hilangnya struktur mahkota gigi
Klas V Trauma pada gigi yang menyebabkan hilangnya gigi, yang disebut dengan avulsi

Klas VI Trauma pada gigi yang menyebabkan hilangnya gigi, yang disebut dengan avulsi

Klas VII Trauma yang menyebabkan berpindahnya gigi (intrusi, ekstrusi, labial, palatal,
bukal, distal, mesial, rotasi) tanpa disertai oleh adanya fraktur mahkota atau akar
gigi
Klas VIII Trauma yang menyebabkan fraktur mahkota yang besar pada gigi (total
distruction) tetapi gigi tetap pada tempatnya dan akar gigi tidak mengalami
perubahan
Klas IX Semua kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan, definisi untuk
gigi sulung sama dengan untuk gigi tetap
 Menurut WHO
2.4 Tanda – Tanda Klinis Fraktur Dentoalveolar
 adanya kegoyangan dan pergeseran beberapa gigi dalam satu
segmen,
 laserasi pada gingiva dan vermilion bibir,
 luka pada gingiva dan hematom diatasnya,
 nyeri tekan pada daerah garis fraktur.
2.5 Perawatan/ Penanggulangan Trauma Secara Umum dan
Segera
 Kondisi Saluran Pernapasan
Dasar dari usaha mempertahankan jalan napas adalah dengan
mengontrol perdarahan dari mulut/hidung dan membersihkan
orofaring. Tindakan pertama adalah aspirasi darah, pengambilan
serpihan gigi atau protesa.
 Sumbatan Jalan Napas yang Tertunda
Sumbatan tertunda dari jalan napas bisa disebabkan karena
pembengkakan atau edema lidah atau faring yang diakibatkan
oleh hematom sublingual, luka-luka lingual. Hematom bisa
menyebabkan elevasi dan penempatan lidah ke arah posterior.
 Perdarahan
Penekanan, baik langsung dengan jari atau secara tidak langsung
dengan menggunakan kasa, bisa menghentikan sebagian besar
kasus perdarahan rongga mulut.
 Antibiotik
Terapi antibiotic profilaksis diberikan berdasarkan pada kondisi
individu. Terapi ini diperuntukkan pada individu resiko tinggi,
terutama untuk pasien dimana daerah yang mengalami fraktur
terbuka (berhubungan dengan permukaan kulit atau mukosa) dan
kemungkinan besar terkontaminasi, atau apabila perawatan
definitif harus ditunda (Riyanti & Eriesca. 2011).
 Perawatan Pendukung
Karena pasien biasanya tidak bisa makan secara normal, terapi
pendukung untuk pasien orofasial terdiri atas pemberian cairan
yang cukup. Di rumah sakit hal ini dilakukan dengan pemberian
cairan intravena. Untuk perawatan di rumah, maka pemberian
cairan bisa dilakukan lewat mulut. Pasien diberi diet cairan,
kadang ditambah dengan protein atau vitamin.
 Kontrol ke RS
BAB III
PEMBAHASAN
MANAJEMEN FRAKTUR DENTOALVEOLAR DENGAN PEMASANGAN
RIGID WIRE DAN SPLINT KOMPOSIT

Kasus :
Seorang perempuan berusia 67 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan
perdarahan di mulut akibat terjatuh dan bibirnya terbentur lantai kamar
mandi. Keadaan pasien saat itu sadar, muntah (+). Perdarahan hidung dan
telinga (+). Pada pemeriksaan EO terdapat wajah asimetris, hematom pada
mata kanan, nasolabial, dan dagu. Edema dan hematom diatas bibir. Pada
pemeriksaan IO terdapat kemerahan pada seluruh gingiva. Pasien tersebut di
diagnose fraktur dentoalveolar 12, 22 dengan fraktur pada mahkota gigi 11, 12,
22 disertai dengan kegoyangan derajat 2 pada gigi 12, 11. Setelah mendapat
pertolongan pertama dia dirujuk ke Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit
Universitas Padjajaran untuk penangan lebih lanjut.
Perawatan Dan Tindakan Restorasi Pada Kasus Trauma Dentoalveolar
Pada Orang Dewasa

Kasus :
Seorang perempuan sehat 25 tahun datang ke klinik gigi yang buka 24 jam
setelah terjatuh. Dalam pemeriksaan fisik terdapat memar pada bibir
bawah, fraktur pada bagian koronal dari keempat gigi incisal atas
tanpa disertai komplikasi, dan adanya luksasi ekstrusif dari gigi incisal
kedua kanan atas yang sudah dipastikan melalui foto x-ray. Fraktur
pada tulang alveolar pada sisi anterior buccal yang terlihat dengan
Cone Beam Computed Tomography (CBCT).
Penggunaan Kawat Circum-mandibular Untuk Perawatan pada Fraktur
Dentoalveolar Yang Berdekatan Dengan Daerah Edentulous
Kasus 1 :
Seorang laki-laki 62 Th terjatuh dari truk dan wajahnya terbentur pipa.
Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan mengeluhkan nyeri
pada rahang. Dia mengatakan tidak pernah ada riwayat trauma
sebelumnya dan tidak juga mengonsumsi alcohol, rokok, dan obat-
obatan terlarang. Pada pemeriksaan menunjukkan fraktur pada
dentoalveolar pada gigi 25 – 29 (gigi incisal ke 2 kanan bawah ke gigi
premolar 2. Gigi 22-24 (gigi caninus kiri bawah ke gigi incisal 2 kiri
bawah) adalah satu-satunya gigi yang tersisa di mandibula dengan
keadaan stabil.
Kasus 2 :
Fraktur Dentoalveolar: Komplikasi Ekstraksi pada Geraham Petama Kiri Atas

Kasus :
Seorang pria berusia 25 tahun dirujuk dari fasilitas perawatan primer
untuk manajemen fraktur dentoalveolar yang melibatkan tuberositas
maksila kiri selama percobaan ekstraksi molar pertama kiri rahang
atas. Dia tidak memiliki masalah medis yang diketahui dan tidak ada
alergi yang diketahui. Setelah diperiksa, dia mengalami asimetri wajah
dengan pembengkakan di wajah kirinya. Pembengkakan itu difus dan
sedikit lunak untuk palpasi, melibatkan seluruh daerah bukal kiri dari
lengkung zygomatik ke perbatasan mandibula. Tidak ada batasan
pembukaan mulut dan tidak ada penyimpangan mandibula pada
pembukaan dan penutupan mulut.
Managemen Fraktur Dentoalveolar pada Remaja yang Tidak Patuh dan
Sadar Estetika

Kasus :
Seorang pasien perempuan yang sehat usia 14 tahun dirujuk ke klinik gigi
kami 10 hari setelah trauma untuk pengelolaan fraktur dentoalveolar
dari daerah anterior atas. Pemeriksaan klinis menunjukkan avulsi gigi
seri tengah maksila/rahang atas pusat atas dan fraktur mahkota yang
rumit dari gigi-gigi yang berdekatan di kedua sisi serta laserasi mukosa
maksila labial dan gingiva bukal. Pasien memiliki riwayat RTA di
Nawabshah (bus sekolah vs truk) dan dia awalnya dibawa oleh orang
tuanya ke Unit gawat darurat Rumah Sakit Universitas Aga Khan
sekitar 10 jam setelah kecelakaan dimana penanganan gejala diberikan,
pasien di sana diperiksa oleh tim maxilofacial.
Manajemen Fraktur Alveolar Dento Maxillary dengan Metode Modifikasi Belat

Kasus :
Seorang anak perempuan berusia 7 tahun dibawa ke Departemen Kedokteran Gigi
Pedodontik dan Pencegahan, Perguruan Tinggi Gigi Kozhikode dengan riwayat
trauma pada wajah karena kecelakaan lalu lintas jalan. Dia memiliki keluhan
pembengkakan pada wajah dan rasa sakit saat menutup mulut. Didapatkan
edema wajah dan bibir atas . Pemeriksaan intraoral menunjukkan pelepasan
palatal yang jelas dari fraktur yang melibatkan gigi seri sentral kanan dan kiri
permanen. Segmen yang retak adalah seluler dan lunak pada palpasi. Gigi seri
tengah kiri permanen menunjukkan mobilitas tingkat tiga. Pemeriksaan klinis
dan radiografi menyeluruh mengesampingkan adanya fraktur bersamaan
lainnya dalam kerangka wajah.
DAFTAR PUSTAKA
Booth, Peter Ward, dkk. 2012. Maxillofacial Trauma & Esthetic Facial
Reconstruction. Missouri: Elsevier.
Eduardo M, Habecost AP, Gomes F, Weber BB, Gerhardt M. 2009. Parent and
caretaker knowledge about avulsion of permanent teeth . Dental traumatology
Fonseca RJ., 2005. Oral and Maxillofacial Trauma. rd ed. St.Louis :
ElsevierSaunders.
Grossman, Louis I, Seymour Oliet. 1988. Endodontic Practice 11th
edition.Philadelphia: Lea & Febiger
Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. 2014. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery.
6th ed., St.Louis: Mosby Elsevier;:473.
Mushtaq M, Bazkhan D. 2010 Age, gender distribution and etiology of
dentoalveolar fracture. Pakistan oral & dental journal
Poedjiastuti W, Firmansyah D. 2009. The management of alveolar process fracture
on 4 years old boy with cosed technique (case report) . In : 15th scientific
meeting & Universitas Sumatera Utara 35 refresher course in dentistry Faculty
of Dentistry Universitas Indonesia. Jakarta.
Riyanti, Eriesca. 2011. Penatalaksanaan Trauma Gigi Pada Anak –
pustakaunpad.ac.id
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai