Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ocha Tri Hani

NIM : B04170194

Ilmu Bedah Khusus Veteriner II


Tugas Resume Kuliah pertemuan 4-7

Kasus Hewan Besar Daerah Kepala Sampai Leher( Pertemuan 4)

Poll Evil
Poll evil, atau bisa disebut juga sebagai Fistulous Withers atau Bursitis
Supraspinous (pada bagian wither) merupakan suatu radang yang disebabkan oleh
perlukaan disertai infeksi mengakibatkan necrosis jaringan bagian dalam. Peradangan ini
bisa bersifat akut atau kronis tergantung dengan keadaan hewan. Bursa atlantis bisa
disebabkan oleh trauma akibat pemasangan halter yang tidak benar, dan Fistulous Wither
akibat pemasangan saddle yang salah. Peradangan ini jika tidak segera ditangani akan
menimbulkan abses, dan adanya perkembangan infeksi dari dalam akibat Brucellosis
Symptom atau gejala pada kasus ini dilihat dengan adanya pembengkakan dan
kesakitan pada daerah tengkuk (os vertebrae C I dan II), kelemahan ligamentum nuchae,
discharge, dan osteomyelitis. Prognosa kasus ini berupa dubius dan infausta. Terapi
penyakit bisa dilakukan dengan irigasi dan kuretasi, apabila luka sudah membesar. .
Penyuntikan berupa pemberian antibiotic, yaitu streptomycin. Apabila jaringan sudah
mengalami nekrosa, dilakukan operasi radikal, misalkan di daerah flank atau umbilical.

Paralysis Nervus Facialis


Paralysis Nervus Facialis gangguan ini sering ditemukan pada kuda merupakan
gangguan saraf di daerah muka yang disebabkan oleh trauma akibat kesalahan pemasangan
bridle yang menekan bagian pipi. Penyakit ini bisa terjadi secara unilateral atau bilateral
Penyebab lain dari gangguan ini, bisa karena toxic/penyakit infeksius seperti Equine
influenza atau strangle, lalu tumor pada kelenjar parotis, dan inflamasi. Selain itu, penyakit
ini bisa juga terjadi secara fisik pada hewan yang berada di daerah dingin. Paralisis
unilateral ditandakan dengan bibir tertarik ke arah yang sehat, sedangkan paralisis bilateral
ditandakan dengan bibir bawah menggantung. Akibat dari gejala ini menyebabkan hewan
susah minum, mulut tampak dimasukkan sampai batas commisura (alae nasi), nostril
(nares) berkonstriksi, sistem respirasi terlihat tenang pada saat istirahat, namun waktu kerja
(exercise) gelisah.
Papilomatosis (Warts)
Papilomatosis merupakan semacam gejala cacar disebabkan karena infeksi virus
(Equine papillomaviruses). Bentuk penyakit ini menyerupai bunga kol, dan umumnya
menyerang hewan muda (9 – 36 bulan), dikarenakan daya tahan tubuh yang masih kurang,
sehingga mudah terkena penyakit ini. Prognosa penyakit ini, yaitu fausta-dubius, artinya
sulit ditangani akibat imunitas tubuh yang menurun, sehingga tubuh tidak bisa
menanggulangi pengaruh dari penyakit ini.
Hewan penderita papilomatosis dapat sembuh secara spontan, disebabkan imunitas
yang meningkat. Apabila cacar/kutil ini ditemukan dengan jumlah yang sedikit dapat
dilakukan terapi secara lokal, yaitu dengan mengikat dan menggunting papilloma, lalu
dioleskan tinctura yodii 10%. Untuk mengurangi rasa sakit, hewan bisa diberikan procain
adrenalin 2%. Selain itu terapi bisa dilakukan autovaksin, dan bedah kosmetik.

Carries Dentum
Karang gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi akibat pemecahan karbohidrat
oleh bakteri yang di karakterisasi oleh demineralisasi jaringan anorganik dan perusakan
jaringan organik gigi. Kerusakan dimulai dari enamel, kemudian semen gigi sampai
pulpa gigi terasa sakit. Adanya karang disebabkan karena pengasaman oleh bakteri,
menyebabkan rusaknya enamel gigi. Selain itu, juga bisa disebabkan karena malnutrisi,
rachitis, alveolitis, dan makanan terlalu lembut (pada hewan kecil). Gejala karang ini
dapat dilihat dari rasa sakit, bengkak, rasa panas, gingiva yang merah, hipersalivasi, dan
pulpa gigi yang rusak.Terapi yang bisa dilakukan adalah ekstraksi gigi, dilihat dari rasa
sakit atau gigi yang sudah goyang (harus dicabut). Tempat pencabutan diberi anestesi
lokal terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi. Pada kuda, untuk mencegah adanya
infeksi, diberi penyuntikkan ATS (Anti Tetanus Serum).

Sharp Teeth (Gigi Menajam)


Sharp teeth merupakan proses menajamnya gigi, menyebabkan gangguan
pengunyahan. Apabila pengunyahan tidak normal, gigi atas (maxilaris) akan melukai
pipi, dan gigi bawah (mandibular) akan melukai palatum. Gangguan mastikasi dapat
menyebabkan proses memamah biak yang tidak sempurna, gesekan gigi yang tidak
berjalan normal, mengunyah tidak sempurna (sebagian makanan jatuh ke tanah), dan
adanya tepi/pinggir luar dan dalam gigi geraham yang tajam. Terapi dapat dilakukan
dengan pengikiran gigi, dan pakan yang normal.
Sinusitis (Peradangan Sinus)
Sinusitis terdiri dari 2 macam, yaitu sinusitis akut (sinusitis serosa acuta) dan
kronis (sinusitis chronica purulenta). Bagian yang sering terkena oleh sinusitis adalah
sinus maxillaris mayor/minor, sinus frontalis, sinus choncho-frontalis, dan sinus
sphenoidalis. Penyebab sinusitis dibagi menjadi 2 yaitu primer dan sekunder. Sinusitis
primer yaitu URT, metastase, trauma, dan radang sinus lainnya (Cold, strangles, maleus).
Sinusitis sekunder yaitu periapical abscess, dan dehorning yang menyebabkan
encephalitis. Gejala yang terlihat pada sinusitis adalah, lesu, kurang makan, discharge
pada lubang hidung, sinus sangat peka/bengkak, fistula, dan alveolitis. Terapi dapat
dilakukan dengan trepanasi sinus maxillaries mayor et minor, facial flap, irigasi, dan
pemberian antibiotik sistemik.

Degenerasi/Atresia/ Stenosis Choane


Degenerasi choane merupakan lanjutan dari sinusitis, dimana batas antar sinus
(kiri-kanan) bersatu akibat kerusakan yang parah. Degenerasi ini terjadi karena kegagalan
perforasi membrane bucconasal pada lubang hidung. Gejala yang ditemukan berupa
discharge dari hidung, dan pembengkakan tulang maxilla (Crista facialis). Terapi yang
dapat dilakukan yaitu operasi cito dan trakheostomi (bilateral neonatal), frontonasal bone
flap (unilateral), pembersihan discharge, trepanasi sinus maxillaris, dan pemberian
antibiotik.

Glossitis (Perbarahan Lidah)


Glossitis diakibatkan karena trauma pada lidah atau penarikan lidah yang terlalu
kencang saat pemeriksaan gigi, sehingga menyebabkan luka. Glossitis dapat terjadi
secara acuta/chronica atau superfisial/profundal. Glossitis acuta disebabkan karena
perlukaan, penyakit spesifik seperti foot and mouth disease (FMD), horse pox, dll. Gejala
yang terlihat berupa pembengkakan lidah, salivasi, palatum molle terdorong ke atas,
respirasi terganggu, terjadi dalam keadaan enzootis, dan gangrene. Terapi yang dapat
dilakukan berupa scarifikasi lidah, irigasi, dan pengobatan bila ada penyakit spesifik.
Glossitis chronica merupakan lanjutan dari glossitis acuta, akibat kontaminasi
benda-benda asing, dan bakteri (Tuberkulosis). Gejala yang ditemukan berupa lidah yang
makin membesar dan mengeras, hewan sulit makan dan bernafas. Penyakit ini sulit untuk
disembuhkan, dan pengobatan dilakukan pada penyakit menular.

Paralysis lidah (Glosoplegia)


Paralisis lidah dapat terjadi secara perifer dan central, dimana pada bagian central
dapat terjadi meningitis/hydrocephalus/beberapa lesio otak. Kejadian pertama dari
penyakit ini adalah Glossopharyngeal paralysis. Glosoplegia disebabkan karena infeksi
Equine influenza, dan contagious pleuro-pneumonia.. Gejala yang terlihat berupa
unilateral paralysis (monoplegia) lidah, dan bilateral paralysis (diplegia) lidah. Terapi
yang dapat dilakukan berupa pengobatan menurut paralysis, pemberian antiseptik Kalium
iodida, clorhexidine. Jika penyakit ini tidak sembuh, disarankan untuk dipotong.
Fraktura Tulang Hyoid (Tulang lidah)
Fraktur pada tulang hyoid disebabkan karena terkena tanduk, atau juga bisa
karena akibat penarikan helter yang terlalu kencang (handling kasar). Gejala fraktur dapat
dilihat berupa pembengkakan jaringan sekitar, salivasi berlebihan, sulit makan, akumulasi
makanan dalam mulut, pembengkakan kerongkongan, perdarahan akibat lacerasi arteri
hypoglossal, dan adanya krepitasi lidah saat digerakkan. Terapi yang dilakukan berupa
pemberian menu yang semi cair, pembuangan patahan tulang pada fraktura komplit, dan
penggunaan stomach tube untuk mencerna makanan. Kasus ini agak sulit disembuhkan
(infausta), sehingga jika tidak ada cara lain, diharuskan dipotong.

Kasus Hewan Besar Daerah Kepala Sampai Leher (Pertemuan 5)

Kasus Aksidentil
Kurang perawatan
Perkembangan tak sempurna
Trauma

1. Dehorning
Dehorning (pada sapi/kerbau) dilakukan untuk mencegah perlukaan akibat
terkena tanduk pada saat berkelahi, dan mencegah tanduk menusuk ke bagian kepala
(melipat ke dalam). Ada beberapa tipe dehorning/disbudding, yaitu pemotongan tanduk
(Cornuectomy) pada anak sapi/domba dilakukan Disbudding, dan pada sapi dewasa
dilakukan Dehorning. Komplikasi yang dapat terjadi berupa, hemoragi, infeksi, trauma
perkelahian, miasis, dan pertumbuhan tanduk.

2. Enukleasi
Enukleasi disebabkan karena perlukaan pada bola mata, panophthalmitis, tumor
pada bola mata, dan glaucomatous eye. Terapi pada penyakit ini dapat diberikan
antibiotik, NSAID.

3. Hemiplegia laryngitis
Hemiplegia laryngitis merupakan penyakit ngorok pada kuda, terutama kuda
pacu, ditandakan dengan adanya bunyi pada saat bernafas (ngorok). Kasus ini biasa
terjadi pada sebelah kiri pada otot laring yang melemah (left-sided laryngeal hemiplegia).
Terapi yang dapat dilakukan berupa operasi, yaitu pembesaran lumen pada laring
(ventriculectomy, laryngoplasty).
4. Fraktura Mandibula/Maxilla
Fraktura ini sering terjadi pada kuda, dikarenakan ciri khas mulutnya yang
panjang, dan bisa juga akibat perkelahian, musim kawin (betina menendang kepala), dan
kebiasaan menggigit kayu. Diferential diagnosa dari kasus ini dapat terjadinya obstruksi
esophagus, massa pada retropharyng, penyakit gigi, penyakit saraf, dll. Terapi yang bisa
dilakukan berupa pemasangan intraoral wires, U-bar brace, intramedullary pins, dll.

5. Gigi Geligi Kuda


umum terjadi karena ketidakpedulian, pembiakan yang buruk, ataupun kurangnya
perawatan. Tanda klasik penyakit gigi meliputi kesulitan atau lambatnya makan, enggan
meminum air dingin, terkadang kepala dimiringkan, ketidakinginan memakan biji-bijian
keras, hipersalivasi, bau mulut, dan adanya pembengkakan wajah.

Cattle Hoof Problems (Pertemuan 6)

Kuku kaki depan sapi yang normal memiliki struktur kuku bagian dalam yang lebih besar
dibanding kuku bagian luar, sedangkan kuku kaki belakang berkebalikannya. Hal ini dikarenakan
kuku kaki depan digunakan sebagai respon flight dan pergerakan ke samping serta. Sedangkan pada
kaki kaki belakang sapi, kuku luar biasanya lebih besar dari kuku bagian dalam karena kuku
tersebut menahan berat badan dan mengontrol posisi ambing saat berjalan.

Masalah kuku kaki depan maupun belakang yang umum dijumpai:

Digital Dermatitis
Digital dermatitis merupakan penyebab pertama laminitis pada sapi perah. Penyakit ini
disebabkan infeksi bakteri menular seperti Spirochaetes/Treponema. Gejala klinis yang terjadi adalah
kepincangan ringan hingga sedang (tak selalu), area kemerahan meluas ke atas heel, tidak berbau,
dan tidak ada kebengkakan. Treatment yang dilakukan berupa isolasi/karantina, pembersihan
peralatan, dan pemberian antiseptik/antibiotik secara topikal.

White Line Disease

White line lession adalah penyakit kuku paling umum kedua yang menyerang sapi perah.
Penyakit ini disebabkan karena kualitas tanduk yang buruk, trauma fisik, dan kondisi lingkungan
yang lembab. Tanda klinis yang teramati adalah kepincangan sedang hingga berat, kebanyakan
terjadi di bagian heel dan bagian luar kuku, sebanyak 80% terjadi di bagian luar kuku kaki belakang,
dan dapat menimbulkan abses Treatment yang dilakukan berupa, identifikasi luka dengan cermat,
pengeringan/pengangkatan nanah yang baik, dan trimming dengan hygiene yang bersih.
Sole Ulcers

Sole ulcer merupakan perlukaan non-infeksius pada kuku sapi, biasanya terjadi di
pertemuan antara telapak kaki, dan tumit. Gangguan ini disebabkan karena trauma (concussive)
akibat penjepitan (pinching) antar jari. Tanda klinis penyakit ini adalah inisiasi inflamasi
sekitar/segera setelah melahirkan, mencegah pertandukan hingga inflamasi hilang Treatment yang
dilakukan berupa claw trimming, pemberian anti-inflamatory drugs, dan gel antibacterial.

Foot root/infectious pododermatitis

Foot root merupakan infeksi kuku yang menyebabkan panas, bengkak, dan peradangan di
antara jari kaki hewan yang menyebabkan kepincangan parah. Kasus ini disebabkan karena
infeksi Fusobacterium necrophorum (types A or B), dimana bakteri ini memproduksi toksin
yang menyebabkan nekrosis jaringan. Treatment yang dilakukan berupa, pemberian antibiotik,
iodine, dibiarkan kering, dan amputasi kuku.

Laminitis
Laminitis merupakan salah satu penyebab terbesar kepincangan (80-90%) pada sapi
perah. Penyakit ini terdapat 2 jenis yaitu Subclinical laminitis (claw horn disruption), dan
Chronic laminitis (Slipper foot). Gejala klinis yang terlihat adalah kaki tampak kaku ketika berjalan.

Horse Hoof Problems (Pertemuan 7)


Kuku kaki depan sapi yang normal memiliki struktur kuku bagian dalam yang lebih besar
dibanding kuku bagian luar, sedangkan kuku kaki belakang berkebalikannya. Hal ini dikarenakan
kuku kaki depan digunakan sebagai respon flight dan pergerakan ke samping serta kuku kaki
belakang digunakan sebagai tenaga penggerak. Abnormalitas kuku: Flared foot/ceper: keturunan,
treatment tanpa obat, Fever rings, Founder rings, Clubfoot, Flat foot, Dropped dole, False quarter,
Coon foot, Contracted foot, Sloping heels, Stumpy of straight heels, Bristle foot.

Flat foot memiliki predisposisi pada kaki depan dan draft horse serta penyebabnya herediter. Gejala
yang terjadi adalah menapak pada bagian heel terlebih dahulu dan predisposisi terjadinya
penekanan/memar pada bagian sole. Terapi yang diberikan tidak obat-obatan, hanya koreksi sepatu.

Sole bruishing/sole pressure merupakan penyebab umum terjadinya kepincangan pada kuda. Gejala
klinis yang terjadi adalah variasi derajat kepincangan, saat hoof tester terasa sakit di bagian sole, dan
terlihat memar ataupun tidak. Penyebab sole bruishing adalah benturan, permukaan pijakan yang tak
rata, kesalahan penapalan, dan kesalahan konformasi. Diagnosa penyakit menggunakan hoof tester,
X-ray, dan infrared thermograph.

Hoof abcess adalah penyebab paling umum terjadinya kepincangan. Kausanya bakteri (Sole
puncture wound) atau bursa navicularis (Frog pucture wound). Tanda klinis yang bersifat akut dapat
pincang atau pun tidak, sensitif saat hoof tester, bagian toe berpijak terlebih dahulu (puncture on the
heel), gambar X-ray menunjukkan adanya kerusakan struktur tulang. Penanganan dengan
membersihkan, drainase, dan melindungi lesio (antiseptik, perban), pemberian antibiotik,
vaksin/tetanus booster, dan protective boots.

Corn adalah gangguan pada kuku bagian heel (umumnya) berupa hematoma antara lapisan sensitive
dan tidak sensitive dari sole. Kausanya karena pemasangan sepatu yang kurang tepat/ sepatu
dibiarkan terlalu lama. Terapi yang dapat dilakukan adalah memasang ulang sepatu kuda dengan
benar, trimming bagian yang terkena corn untuk mengurangi tekanan, atau pemberian obat
antiinflamasi.

Gravel merupakan suatu gangguan yang disebabkan migrasi benda-benda (kecil) asing dari white
line menuju coronary band, akibat adanya luka atau laminitis. Tanda klinisnya adalah kepincangan
dan adanya area hitam. Penanganan yang diberikan adalah drainase pada white line/coronary band,
pemakaian perban/penghangat, dan bila sudah dibawah kendali dilakukan vaksinasi.

Navicular Syndrome disebabkan oleh adanya benturan fisik pada bursa, remodeling akibat flexor
tendon menahan beban di bursa navicularis, atau occlusi arteri kuku menyebabkan thrombosis.
Faktor lainnya adalah sudut kuku dan pastern, konformasi, beban kerja saat muda, atau nutrisi.
Penyakit ini dapat bersifat akut ataupun kronis. Terapi dengan melakukan koreksi sepatu,
pemotongan kuku, serta pemberian obat untuk vaskularisasi atau analgesik.

Contracted foot merupakan gangguan yang khususnya dialami kaki depan dan ditandai dengan
bagian heel yang menyempit, atrofi bagian frog, serta dapat terjadi unilateral/bilateral. Faktor
predisposisi pada kuku sempit. Penyebabnya bisa kongenital (unilateral), navicular disease
(bilateral), kesalahan penapalan, trush, dan kuku yang terlalu kering. Penanganan yang diberikan
adalah dengan menghilangkan kausanya, koreksi sudut kuku, serta kemungkinan proses
persembuhannya lebih dari satu tahun.

Club footed/raised heel ditandai dengan foot axis yang lebih dari 60° dan disebabkan oleh
pengerasan DDFT (Deep Digital Flexor Tendon) atau kelainan pada sendi interphalangeal bagian
distal (flexure deformity). Penyebab gangguan ini berupa perlukaan (unilateral) dan defisiensi
nutrisi/kongenital (bilateral). Tanda klinis tahap 1, foot axis kurang dari 90° dan pada tahap 2 foot
axis lebih dari 90°. Terapi yang dapat dilakukan adalah pemangkasan bagian heel, perbaikan

Laminitis disebabkan oleh kelebihan karbohidrat, minum air dingin setelah olahraga, septicaemia,
dan hormonal, viral, atau obat induksi kortekosteroid. Diagnosa dengan gejala klinis, infrared
thermograph, hoof tester, nerve block, dan X ray. Pencegahan dilakukan agar tahap developmental
tidak berubah menjadi akut, begitu pula jika sudah akut agar tidak menjadi kronis. Terapi yang
dilakukan adalah mengeliminasi kausa dan manajemen efek.

Hoof rings dapat disebabkan oleh pergantian pakan, laminitis, pneumonia, blistering coronary band
dengan iodine, atau chronic foot disease. Tidak ada terapi yang dapat diberikan. Collapsed
sole/dropped sole merupakan gangguan yang menyebabkan sole berbentuk datar atau cembung
akibat laminitis kronis dengan prognosa yang buruk. Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan kaki dan kandang. Penanganan dilakukan dengan membersihkan lingkungan, merawat
kaki, serta memberi desinfeksi dan antiseptik.
Hoof canker disebabkan oleh hipertrofi kronis dari jaringan penghasil zat tanduk, kaki dalam
kondisi lembab, serta higiene yang buruk. Gejala klinis yang terjadi adalah adanya bau busuk,
nekrotik, dan adanya eksudat berwarna krim. Terapi dilakukan dengan menghilangkan jaringan
nekrotik, memberi desinfektan, dan memberi antibiotik sistemik bila jaringan vascular terlibat.

Hoof crack & brittle hoof merupakan penyebab umum kepincangan. Kausanya adalah
ketidakseimbangan kaki/pemangkasan, lingkungan yang terlalu basah/kering, rotasi os phalanx
distalis, perlukaan pada bagian coronary, pemasangan sepatu yang frekuen, atau infeksi bagian
coronary corium. Terapi yang dilakukan tergantung pada tingkat keparahan retakkan. Jika keretakkan
sedikit, dilakukan trimming di daerah retak. Jika sangat parah, maka dilakukan pengecekkan pada
infeksi, pemasangan dremel triangular shape, penjahitan dengan vertical matras suture, pemberian
equilox, dan pemasangan bar shoe.

White line disebabkan kebersihan kaki yang buruk, kondisi yang basah, atau organisme anaerobik
keratinolitik. Gejala klinis yang terjadi adalah tidak adanya kepincangan, adanya garis hitam
sepanjang perbatasan dinding dan bagian sole, adanya bau busuk, dan pengelupasan dinding kuku.
Terapi yang dilakukan dapat dengan menyediakan kondisi yang kering, pembersihan dengan
antiseptik, memasang perban/protective boots, serta pemberian biotin dan methionine.

Sheared heel merupakan distorsi kuku kaki akibat perpindahan (displacement) bola tumit ke arah
proksimal terhadap bola tumit yang berdekatan. Penyebabnya dapat karena overtrimming bagian heel
lateral/medial atau trauma pada bagian heel. Penanganan dilakukan dengan koreksi sepatu dan
koreksi trimming.

Pedal osteitis merupakan inflamasi pada bagian margin solar dari os phalanx distalis yang
disebabkan oleh trauma, laminitis, navicular syndrome, infeksi, dan sole abcess. Penyakit ini
menebabkan demeneralisasi/osteophyte. Terapi yang dilakukan adalah trimming yang tepat, koreksi
sepatu, pemberian capsaicin topikal, pemberian NSAID sistemik, atau neurotomy palmar digital
nerve.

Anda mungkin juga menyukai