Anda di halaman 1dari 8

1.

Tuli

Definisi

Ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua
telinga. Dibagi berdasarkan tingkatan beratnya gangguan pendengaran, yaitu gangguan pendengaran
ringan ( 20-39 dB ) , gangguan pendengaran sedang (40 – 69 dB), dan gangguan pendengaran berat (70
– 89 dB). Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Tuli Konduktif
Disebabkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksterna, membran timpani atau telinga
tengah. Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60 dB karena dihantarkan menuju
koklea melalui tulang bila intensitasnya tinggi. Penyebab tersering gangguan pendengaran jenis
ini pada anak adalah otitis media dan disfungsi saluran eustachius yang disebabkan oleh otitis
media sekretori.
b. Tuli sensorineural
Disebabkan oleh kerusakan atau malfungsi pada koklea, saraf pendengaran dan batang otak
sehingga bunyi tidak dapat diproses sebagaimana mestinya. Bila kerusakan terbatas pada sel
rambut di koklea, maka sel ganglion dapat bertahan atau mengalami degenerasi transneural.
Bila sel ganglion rusak, maka nervus VIII akanmengalami degenarasi Wallerian. Penyebabnya
antara lain adalah kelainan bawaan, genetik, infeksi virus, pemakaian obat yang merusak koklea
( kina,antibiotik golongan makrolid), radang selaput otak. Penyebab utama gangguan
pendegaran ini disebabkan oleh genetik dan infeksi.
c. Tuli Kongenital
Gangguan pendengaran yang timbul pada saat lahir. Tuli kongenital terjadi pada seorang bayi
disebabkan faktor – faktor yang mempengaruhi kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian
yang terjadi biasanya merupakan tuli sensorineural derajat sedang sampai berat. Orang tua biasa
menyadari adanya gangguan pendengaran bila tidak ada respon terhadap suara keras atau
belum/ terlambat berbicara.

Etiologi

Secara garis besar, penyebab terjadinya gangguan pendengaran dapat berasal dari genetik maupun
didapat.
a. Genetik
Umumnya berupa gangguan pendengaran bilateral tetapi dapat pula asimetrik dan mungkin
bersifat statis atau progresif. Kelainan dapat bersifat dominan, resesif, berhubungan dengan
kromosom X, kelainan mitokondria atau malformasi pada satu atau beberapa organ telinga.
b. Didapat
Bisa terjadi karena infeksi (rubela kongenital, Cytomegalovirus, Toksoplasmosis, Virus Herpes
simpleks, meningitis bakterial, otitis media kronik purulenta, mastoiditis, endolabirintitis,
kongenital sifilis), neonatal hiperbilirubinemia, masalah pada perinatal (prematur, anoksia berat,
hiperbilirubinemia, obat ototoksik), trauma (fraktur tulang temporal, perdarahan pada telinga
tengah, dislokasi osikular dan trauma suara) dan neoplasma.

Patofisiologi

Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit di
telinga luar atau telinga tengah. Kelainan pada telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif yakni
berupa atresia liang telinga, otitis eksterna tipe sikumskripta, serumen prop, dan osteoma. Kelainan
telinga bagian tengah yang menyebabkan tuli konduktif yakni berupa terjadinya sumbatan pada tuba
eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanium dan dislokasi tulang
pendengaran.

Pada tuli sensorineural, terdapat gangguan atau kelainan pada telinga dalam,nervus VII atau pada pusat
pendengaran. Gangguan yang terjadi dapat dibedakan berdasarkan lokasi menjadi tuli koklear dan tuli
retrokoklear.

Faktor risiko

Faktor risiko terjadinya gangguan pendengaran antara lain ; Mendengar suara yang keras, Adanya
kotoran pada telinga yang menyebabkan infeksi, Riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran,
Kelainan bentuk pada kepala dan wajah

Referensi :

Sutirto I, dkk. 2001. Gangguan Pendengaran. Dalam buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi ke-5. FKUI. Jakarta.
2. Inflamasi Aurikula

Definisi

Merupakan suatu reaksi tubuh terhadap invasi bahan infeksi, antigen atau karena cedera fisik yang
terdapat pada kulit, kartilago serta lapisan jaringan ikat sekitarnya atau perikondrium aurikula.

Etiologi

Penyebab terjadinya inflamasi aurikula yaitu :

a. Impetigo
Merupakan infeksi kontagiosa yang mengenai lapisan epidermis superfisial. Sering disebabkan
oleh infeksi Staphylococcus atau lebih jarang Streptococcus. Impetigo canalis aurikularis
umumnya ditemukan pada anak – anak.
b. Erisipelas
Merupakan selulitis akut yang terlokalisasi namun meluas secara superfisial pada aurikula.
Erisipelas disebabkan oleh Streptococcus β hemoliticus grup A.
c. Herpes zoster otikus
Merupakan infeksi virus pada telinga yang disebabkan oleh virus varicella zoster yang
bereaktivasi menjadi virus herpes zoster.
d. Eczema
Merupakan suatu peradangan kulit yang melibatkan liang telinga, meatus dan concha di
dekatnya. Disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur), kontak dengan bahan kimia,
kontak fisik (sinar, suhu) dan faktor endogen (dermatitis atopik).

Patofisiologi

Inflamasi terjadi karena adanya invasi bahan infeksius atau adanya cedera fisik. Adanya invasi bahan
infeksi atau karena cedera fisik menyebabkan rusaknya jaringan yang bersangkutan sehingga memicu
terjadinya proses inflamasi. Terdapat 3 proses utama selama reaksi inflamasi yaitu peningkatan aliran
darah ke daerah tersebut, peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan leukosit, neutrofil dan
makrofag. Respon imun non spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila berhasil, maka
inflamasi akut akan berhenti. Namun, apabila respon imun nonspesifik tidak berhasil, maka respon
imun spesifik akan teraktivasi untuk mengeliminasi antigen. Bila respon imun spesifik tidak berhasil,
maka inflamasi tersebut akan menjadi kronik dan seringkali menyebabkan destruksi jaringan yang
bersifat irreversibel.

Faktor Risiko

Faktor risiko seseorang agar terjadi inflamasi aurikula yaitu sistem kekebalan tubuh yang lemah,
kontak fisik dengan penderita lain, riwayat alergi, eksim atau dermatitis kontak.

Anamnesis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, dimana penderita akan mengeluhkan adanya gejala
konstitusi seperti demam dan nyeri. Perlu ditanyakan apakah pasien juga mengalami gatal, telinga
terasa bengkak dan panas serta adanya gangguan pendengaran. Perlu ditanyakan juga keluhan –
keluhan khusus yang mengarah ke impetigo, erisipelas, herpes zoster otikus dan eczema.

Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi dapat ditemukan adanya effloresensi yang spesifik seperti eritem, edema, krusta, nodula,
vesikel,bula dan sebagainya yang mengarah pada inflamasi aurikula.

Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam membantu diagnosis inflamasi aurikula yaitu
pengambilan sekret untuk dilakukan kultur dan sensitivitas bakteri/virus pada kecurigaan infeksi.

Tatalaksana awal

a. Impetigo
Dilakukan debridement pada daerah yang terkena. Daerah yang terinfeksi dapat diberikan salep
antibiotik (neomycin). Antibiotik sistemik umumnya tidak diperlukan.
b. Erisipelas
Terapi erisipelas umumnya meliputi antibiotik topikal dan sistemik. Anti-streptokokal dosis
tinggi dapat dicoba, namun bila pasien gagal menunjukkan respon yang signifikan dalam waktu
48 jam, harus dilakukan pemberian antibiotik intravena yang efektif dalam melawan
streptokokus.
c. Herpes zoster otikus
Oral steroid secara umum diberikan dan di tappering off bila diberikan diatas 10 – 14 hari.
Pengobatan dengan acyclovir, fanacyclovir dan valacyclovir telah menunjukkan keefektifannya
dalam mengobati herpes zoster dan memperpendek fase penyebaran virus dan mengurangi
otalgia.
d. Eczema
Pengobatan yang tepat yaitu menyingkirkan penyebabnya, tetapi karena eczema disebabkan
oleh multifaktorial, jadi pengobatan bersifat simptomatik dengan mengurangi / menghilangkan
gejala dan keluhan serta menekan peradangan.
Referensi :
Meyers Arlen D. External Ear Inflammatory Disease.2018 (Cited 2020 May 28th);Available on URL :
http://emedicine.medscape.com/article/845990-overview.

3. Herpes Zoster Otikus

Definisi

Merupakan suatu infeksi pada nervus VII perifer yang diakibatkan oleh virus herpes zoster. Virus ini
menyerang satu atau lebih dermatom saraf cranial. Dapat mengenai saraf trigeminus, ganglion
genikulatum, dan radiks servikalis bagian atas. Keadaan ini disebut juga dengan sindrom ramsay hunt.
Pada keadaan yang berat dapat ditemukan gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural.

Etiologi

Herpes zoster otikus disebabkan oleh varicella zoster yang bereaktivasi menjadi herpes zoster virus.

Patofisiologi

Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis, kelainan kulit yang
timbul memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut. Kadang virus ini
juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala gangguan
motorik. Selama terjadi infeksi varisela, VSV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke
ujung serabut saraf sensorik. Kemudian secara sentripetal, virus ini menuju ke ganglion saraf sensorik
namun di ganglion saraf sensorik, virus tidak mengadakan multiplikasi lagi. Bila daya tahan tubuh
penderita menurun, akan terjadi reaktivasi virus. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut saraf sensorik
di kulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes zoster.

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat menjadikan seseorang terinfeksi herpes zoster yaitu usia tua, sistem
imun yang rendah, riwayat terkena cacar air (varicella zoster).

Anamnesis

Pada anamnesis, pasien akan mengeluhkan nyeri seperti terbakar di daerah telinga, wajah, mulut dan
lidah. Selain itu, pasien juga bisa mengeluhkan pusing, mual dan muntah, kehilangan pendengaran,
terdengar suara berdenging,nyeri sekitar mata dan hiperlakrimasi.

Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi terlihat exantema vaskular yang biasanya terdapat pada canal,concha atau pinna. Ruam
berwarna kemerahan juga bisa muncul di daerah postaurikular, hidung, palatum molle, dan lidah daerah
anterolateral. Vertigo dan tuli sensorineural juga bisa muncul. Pemeriksaan saraf cranial nervus VII
bisa ditemukan paralisis nervus VII perifer.

Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk membantu penegakan diagnosis, bisa dilakukan pemeriksaan darah rutin,
BUN, kreatinin, elektrolit dan screening antibodi anti-VZV.

Doagnosis banding

Diagnosis banding pada penyakit ini yaitu Bell palsy, Herpes simpleks, Otitis eksterna, Otitis media,
Stroke

Tatalaksana awal

Oral steroid secara umum diberikan dan di tappering off bila diberikan diatas 10 – 14 hari. Pengobatan
dengan acyclovir, fanacyclovir dan valacyclovir telah menunjukkan keefektifannya dalam mengobati
herpes zoster dan memperpendek fase penyebaran virus dan mengurangi otalgia.

Referensi :

Bloem Christina. Herpes Zoster Oticus. 2018 (Cited 2020 May 28th); Avaible from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/1952189-overview.
Fistula Preaurikular

Definisi

Merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat
atau lonjong dengan ukuran seujung pensil. Dari muara fistula keluar sekret yang berasal dari kelenjar
sebasea.

Etiologi

Terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus brakialis pertama dan kedua dari hillocks
of His. Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus
sp. , streptococcus sp. dan Peptococcus sp. .

Patofisiologi

Selama embriogenesis, aurikula muncul dari arkus brakial 1 dan 2 pada minggu ke-6 masa kehamilan.
Arkus brakial 1 dan 2 membentuk 3 tonjolan yang disebut Hillocks of His. Normalnya, ketiga tonjolan
tersebut bergabung selama beberapa minggu setelah terbentuk. Namun, pada fistula preaurikular,
Hillocks of His gagal menyatu. Fistula aurikular biasanya sempit dengan panjang bervariasi dan saluran
yang kecil. Fistula ini biasanya ditemukan pada daerah lateral, superior dan posterior dari nervus
fascialis dan kelenjar parotis.

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya fistula preurikular yaitu genetik.

Anamnesis

Gejala yang ditimbulkan biasanya simptomatik. Penderita umumnya datang jika terjadi obstruksi dan
infeksi fistel dengan keluhan nyeri dan bengkak di depan telinga serta demam. Adanya infeksi pada
fistel bisa timbul rasa gatal atau keluarnya cairan dari fistel. Sekret yang tidak dapat keluar
menyebabkan obstruksi dan dapat dijadikan tempat berkembangbiak bakteri sehingga menjadi abses.

Pemeriksaan fisik

Fistula preaurikular biasa muncul sebagai celah kecil dekat tepi anterior heliks bagian ascending. Jika
fistulaini mengalami infeksi yang aktif dapat ditemukan adanya tanda – tanda radang yang disertai
keluarnya sekret dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa scar. Pada pemeriksaan fisik dapat
dijumpai juga fistula branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.

Diagnosis banding

Diagnosa banding dari fistula preaurikular adalah karsinoma sel basal dan kista inklusi epidermal.

Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ini yaitu pemeriksaan
laboratorium dengan kultur sekret yang keluar dari fistula, pemeriksaan radiologi untuk mengetahui
bentuk dari fistula dengan fistulografi.

Tatalaksana awal

Fistula preaurikular tidak diperlukan penatalaksanaan kecuali bila terjadi infeksi. Untuk menghindari
infeksi dilakukan dengan membersihkan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik
secara rutin. Pada kasus infeksi biasanya dapat diberikan antibiotik dan kompres hangat.

Referensi :

1. ScheinfeldNS. Preauricular Sinuses.2016 (Cited 2020 May 28th); available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/1118768-overview.
2. Ostrower Samuel T. Preauricular Cysts, Pits and Fissures. 2018 (Cited 2020 May 28th);
available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/845288-overview.

Anda mungkin juga menyukai