Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A


DENGAN KASUS OTITIS MEDIA PURULENTA
DI RUAG ANGGREK
DI RSUD BANGIL

OLEH :

FITRIA DWI AGUSTINA

NIM 0117045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2019/2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus kejang demam di ruang IGD

Nama Mahasiswa : Fitria Dwi Agustina

Telah disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan

Anik Supriani, S.Kep.,Ns.,m. Kes

2
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS OTITIS MEDIA PURULENTA


1. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah,tuba Eustachius(TE),antrum mastoid,dan sel-sel mastoid.(dr sri
herawati JPB,sp THT,EGC,2015)
Otitis media juga didefinisikan bila proses peradangan pada telinga
tengah yang terjadi secara cepat dan singkat (dalam waktu kurang dari 3
minggu) yang disertai dengan gejala local dan sistemik.
Otitis Media Purulenta (OMP) merupakan suatu peradangan atau infeksi
yang mengenai mukosa kavum timpani .keradangan atau infeksi ini sifatnya
akut yang diikuti dengan pembentukan mukopus di dalam kavum timpani.
2. ETIOLOGI
Penyebab terbesar otits media purulenta akut yang berkembang menjadi
mastioditis adalah infeksi campuran bakteri dari meatus auditotis
eksternal,kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi
saluran nafas atas.Bakteri yang paling sering ditemukan adalah
streptocococus.
Terjadinya OMPA menjadi awal penyebab mastoditis yang merupakan
hasil invasi mukoperiusteum organisma yang virulen, terutama berasal dari
nasofaring terbesar pada masa kanak-kanak,atau karena rendahnya daya
tahan tubuh penderita.
3. PATOFISIOLOGI
Penyakit ini sering kali diawali dengan infeksi saluran nafas bagian
atas(ISPA). Perluasan radang atau infeksi dari hidung atau nasofaring ke
dalam kavum timpani dimungkinkan akibat adanya hubungan langsung
atanra hidung dan kavum timpani melalui tuba eustachius serta persamaan
jenis mukosa antara kedua tempat tersebut.

3
Pada bayi tuba Eustachius relative lebih lebar,lurus,pendek dan posisinya
lebih horizontal sehingga mempermudah cairan yang diminum (susu) masuk
ke dalam kavum timpani. Hal ini terjadi jika bayi tersebut menyusu dengan
posisi terbaring atau jika bayi muntah.keadaan ini digolongkan sebai
penyebab rinogen.
Meskipun jarang,penyakit ini dapat terjadi melalui robekan membrane
timpani yang terjadi fraktur basis krani ,trauma akibat ledakan ,pukulan,atau
membrane timapani tertusuk lidi.
Mastoiditis terajadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati
secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam system sel
udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik,nekrosis
karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan
empyema.Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang
mengalami pemecahan membrane timpani secara spontan selama otitis
media da yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut
dengan bertambahnya volume cairan purulent yang keluar dari telingan
.Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapatkan
antibiotic.
Makin sering anak-anakn terserang ISPA,makin besar kemungkinan
terjadinya OMA /OMPA. Pada bayi dan anak terjadi OMA dipermudah
karena :
a. Morfologi tuba Eustachius yang pendek,lebar,dan letaknya agak
horizontal
b. System kekebalan tubuh masih dalam perkembangan
c. Adenpid pada anak relative lebih besar disbanding orang deawasa
dan sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga
tengah.

Beberapa factor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya


penyakit telinga tengah ,seperti alergi,disfungsi siliar,penyakit hidung atau
sinus,dan kelainan system imun.

4
4. PATHWAY

Infeksi sekunder(ISPA) Trauma,benda asing

Bakteri steptococus Ruptur gendang telinga

Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah

(kavum timpani,tuba eustachius)

Proses peradangan peningkatan produksi Tekanan udara pda pengobatan

Nyeri cairan serosa telinga tengah(-) tidak tuntas

Episode

Proses inflamasi Akumulasi cairan Retrasi membrane berulang

proses demam Mucus dan serosa timpani kurang


infeksi

hipertemi Ruptur membrane timpani Hantaran suara/ informasi berkelan

Desakan udara yang diterima kurangnya jutan

Sekret keluar dan Menurun: pengetahuan dapat

Dan tidak enak - Penurunanan disfungsi sampai

Gangguan citra - Tuli konduktif ke telinga

diri Gg.Persepsi sensori dalam

pendengaran merusak
tulang krna

adanya epitel di

5
rongga telinga tengah

tindakan operasi dengan

mastoidektomi

Resiko infeksi

5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dapat bervariasi menurut beratnya infeksi, bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat.
a. Adanya eksudat di telinga tengah yang mengakibatkan kehilangan
pendengaran konduktif.
b. Nyeri telinga
c. Demam
d. Kehilangan pendengaran
e. Tinitus
f. Membran timpani sering tampak merah dan menggelembung
g. Keluar cairan
6. KLASIFIKASI STADIUM
 Stadium Katalaris
Keradangan yang mengenai mukosa hidung dan nasofaring akibat
adanya infeksi saluran nafas atas berlanjut ke mukosa tuba
Eustachius dan mukosa kavum timpani.
 Stadium supurasi
Membran timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang
hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial
serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani. Pasien
tampaksangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
bertambahberat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi
iskemia,thrombophlebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa.
Nekrosis initerlihat sebagai daerah yang lebih lembek dan

6
kekuningan padamembran timpani. Di tempat ini akan terjadi
rupture.
 Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulen kuman
yangtinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalirdari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula
gelisah menjaditenang, suhu badan turun, dan dapat tidur tenang.
 Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan
normalkembali. Bila terjadi perforasi maka sekret akan berkurang
danmengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman
rendahmaka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Adam boies higlier,EGC,2015 menyebutkan pemeriksaan diagnostik
untukgangguan telinga adalah sebagai berikut:
 Otoskop pneumatic
untuk melihat membran timpani yang penuh,bengkak dan tidak
tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
 Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk
mengetahuiorganisme penyebab.
 Laboratorium
1) Pemeriksaan kultur dan sensitivitas terhadap eksudat
menunjukkan organisme penyebab
2) Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Arsyad,ES,Iskandar,2016,penatalaksanaan otitis media purulenta
meliputi:
o Terapi antibiotik, seperti amoxcilin.
o Analgetik seperti aspirin atau asetaminofen.
o Sedatif (pada anak kecil).
o Terapi dekongestan nasofaring

7
o Terapi bedah
o Terapi vaksin mencegah OMPA

Penatalaksanaan bergantung pada efektivitas terapi (misalnya


dosisantibiotika oral dan durasi terapi), virulensi bakteri, dan status fisik
pasien. Dapat diberikan antibiotik spektrum luas yang tepat dan awal. Bila
terjadipengeluaran cairan bisa diresepkan preparat otik antibiotika. (Brunner
&Suddarth 2002)

9. KOMPLIKASI
menurut Williams & Wilkins (2011), komplikasi otitis media purulenta
antara lain:.
 Ruptur membran timpani yang terjadi secara spontan
 Perforasi yang terjadi secara terus-menerus.
 Otitis media kronik
 Mastoiditis
 Meningitis
Meningitis adalah penyakit radang selaput otak (meningen).
Penyebab meningitis antara lain adalah adanya rhinorhea, otorhea
pda basiskranial yang memungkinkan kontaknya cairan cerebrospinal
dengan lingkungan luar. Angka kejadian meningitis di dunia adalah
1-3 orangper 100.000 orang. Terdapat 11 pasien penderita meningitis
dari 4160 kasus otitis media supuratif kronik.
 Kolesteatoma
 Abses, septicemia
 Limfadenopati, leukositosis
 Kehilangan pendengaran permanen dan timpanosklerosis
 Vertigo
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa

8
Nama klien,No.Rek,Usia,Tinggi dan berat badan ,Tanggal dan waktu
kedatangan, orang yang dapat dihubungi.
b. Keluhan utama
Menanyakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa
saja keluhan yang dirasakan.
c. Riwayat kesehatan dulu
Menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit ini sebelumnya.
e. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan pada klien gejal-gejala apa saja yang dirasakan saat ini.
f. Pengkajian pola fungsional Gordon
1) Pola Persepsi –Manajemen Kesehatan
a. Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan
penyakit .Apakah pasien langsung mencarai pengobatan atau
menunggu samapai penyakit sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
b. Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu.
c. Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk
mengetahui gaya hidup klien.
2) Pola Nutrisi-Metabolik
a. Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
(pagi, siang,dan malam).
b. Tanyakan bagaimana nafsu makan klien,apakah ada mual
muntah,pantangan atau alergi.
c. Tanyakan apakah klien sering mengonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant.
3) Pola Eliminasi
a. Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB ,warna dan
karakteristik.

9
b. Berapa kali miksi dalam sehari,karakteristik urin dan
defekasi.
c. Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi ,adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
4) Pola Aktivitas-Latihan
a. Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pendengaran.
b. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri
c. Kaji tingkat ketergantungan:
0 = mandiri
1 = membutuhkan alat bantu
2 = membutuhkan pengawasan
4 = membutuhkan bantuan dari orang lain
4 = ketergantungan
5) Pola istirahat- tidur
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Apakah klien mengalami gangguan tidur
b. Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang
c. Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur

6) Pola Kognitif-Persepsi
Pada pola ini kita mengkaji :
a. Kaji tingkat kesadaran klien
b. Bagaimana fungsi penglihatan dan pendengaran klien,apakah
mengalami perubahan
c. Bagaimana kondisi kenyamanan klien
d. Bagaimana fungsi kognitif dan komunikasi klien
7) Pola persepsi diri- konsep diri
a. Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit
yang dialaminya
b. Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien

10
c. Apakah klien measa rendah diri?
8) Pola peran –hubungan
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya
b. Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien
c. Bagaiamanakah hubungan social klien terhadap masyarakat
sekitar
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pola ini kita mengkaji:
a. Bagaimanakah status reproduksi klien
b. Apakah klien masuh mengalami siklus menstruasi(jika
wanita).
10) Pola Koping dan toleransi stress
Pada pola ini mengkaji:
a. Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini
b. Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang
mengalaminya
c. Apkah klien mengkonsumsi obat penenang
d. Pola nilai dan kepercayaan
11) Pada pola ini mengkaji:
a. Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien
b. Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien
g. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum biasanya anak rewel
b. TTV
o Suhu : >38,0⁰C
o Respirasi: 24x/menit
o Nadi : >100 x/menit c.
c. BB
Pada klien yang mengalami otitis purulents tidak terjadi penurunan
berat badan.

11
d. Kepala
Tampak simetris dan mengalami pusing.
e. Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis.
f. Mulut dan lidah
Mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah tampak kotor.
g. Telinga
Bentuk simetris kiri-kanan, keluar cairan, terjadi gangguan
pendengaran, terdapat nyeri
h. Hidung
Adanya tanda-tanda infeksi saluran nafas.
i. Leher
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening
j. Dada
o Thoraks
- Inspeksi: gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
- Palpasi: vremitus kiri kanan sama.
- Auskultasi: ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.
o Jantung
Jantung Terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang
intercostals III-IV kanan, dilinea parasternalis kanan, batas
atasnya di ruang intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I k.
o Abdomen

12
Abdomen Lemas dan datar, kembung.
o Anus
Anus Tidak terjadi kelainan pada genetalia.
o Ekstermitas
- Atas : Kekuatan sendi -,CRT <2 detik,akral hangat
- Bawah : Kekuatan sendi -,CRT <2 detik,akral hangat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu
tubuh pasien meningkat.
2. Nyeri berhubungan dengan penarikan membrane timpani karena tekanan
dalam telingan ditandai dengan pasien terlihat meringis
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penumpukan eksudat transudate
dalam telinga
4. Gangguan persepsi sensori (pendengaran ) berhubungan dengan
penumpukan pus
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. INTERVENSI

N Diagnos Tujuan dan Intervensi Rasioanal


O. a Kriteria hasil
Kepera
watan
1. Hiperter Setelah 1. Kaji suhu 1. Mengeta
mi dilakukan tubuh hui
berhubu asuhan pasien peningks
ngan keperawatan 2. Beri tsn suhu
dengan selama 2x24 kompres air tubuh,
proses jam diharapakan hangat memuda
inflamas suhu tubuh 3. Berika/anju hkan
i pasien kembali rkan pasien intervens

13
ditandai normal dengan untuk i
dengan Kriteria Hasil : banyak 2. Mengura
suhu Suhu tubuh : minum ngi
tubuh 36,5-37,50C 1500- panas
pasien 2000cc/hari pemidah
meningk 4. Anjurkan an panas
at. pasien secara
untuk konduksi
menggunak .Air
an pakaian hangat
yang tipis mengont
dan mudah rol
menyerap peminda
keringat. han
panas
secara
perlahan
tanpa
menyeba
bkan
hipoterm
i atau
menggig
il.
3. Mengga
nti
cairan
tubuh
yang
hilang
akibat

14
evaporas
i
4. Memberi
kan rasa
nyaman
dan
pakaian
yang
tipis
mudah
menyera
p
keringat
dan
tidak
merangs
ang
peningka
tan suhu
tubuh.
2. Nyeri Setelah 1. Tentukan 1. Memberi
berhubu dilakukan riwayat kan
ngan asuhan nyeri,lokasi informas
dengan keperawatan ,durasi dan i yang
penarika selama 2x24 intesitas diperluk
n jam diharapakan 2. Ajarkan an untuk
membra rasa nyeri teknik merenca
ne pasien ROM nakan
timpani berkurang. 3. Berikan asuhan
karena Kriteria hasil posisi yang 2. Untuk
tekanan :pasien tampak nyaman melancar

15
dalam rileks, skala pada kan
telingan nyeri 1-3 pasien. peredara
ditandai 4. Kolaborasi n darah
dengan dengan tim sehingga
pasien medis lain nyeri
terlihat dan beri berkuran
meringis terapi g
3. Untuk
meningk
atkan
relaksasi
3. Resiko Setelah 1. Kaji tanda 1. Untuk
infeksi dilakukan –tanda mengant
berhubu asuhan perluasan isipasi
ngan keperawatan infeksi,mas perluasa
dengan selama 2x24 tioditis,vert n lebih
penump jam diharapakan igo lanjut
ukan pasien dapat 2. Jaga 2. Untuk
eksudat mencegah kebersihan mengura
transuda /menurunkan pada daerah ngi
te dalam resiko infeksi . liang pertumb
telinga Kriteria Hasil : telinga uhan
Tidak ada tanda 3. Hindari mikroor
– tanda infeksi mengeluark ganisme
an ingus 3. Untuk
dengan menghin
paksa/terlal dari
u keras transfer
4. Kolaborasi organis
dengan tim me dari
medis tuba

16
lainnya dan Eustachi
pemberian us ke
antibiotic. telinga
tengah
4. Ganggua Setelah 1. Kaji 1. Untuk
n dilakukan ketajaman mengeta
persepsi asuhan pendengara hui
sensori keperawatan n,catat tingkat
(penden selama 2x24 apakah ketajama
garan ) jam diharapakan kedua n
berhubu gangguan telinga pendeng
ngan sensori persepsi terlibat. aran
dengan berkurang 2. Berbicara pasien
penump /hilang. jelas dan dan
ukan pus Kriteria hasil : tegas pada untuk
klien dapat klien tanpa menentu
meerima pesan perlu kan
melalui metode berteriak. intervens
pilihan(missal,k 3. Memberika i
omunikasi n kode 2. Memper
tulisan,bahasa bibir yang mudah
lambang)berbic memadai klien
ara dengan jelas bila klien untuk
pada telinga bergantung menerim
yang baik pada gerak a
bibir stimulus
4. Berikan 3. Memper
posisi yang mudah
nyamandan untuk
tidak bising melihat
gerak

17
bibir
4. Agar
telinga
klien
tidak
tambah
sakit
karena
kebising
an dapat
menjadi
factor
pencetus
nyeri
telinga
dan
penurun
an
pendeng
aran.
5. Ganggua Setelah 1. Beritahu 1. Mengura
n citra dilakukan pasien ngi
diri asuhan bahwa kecemas
berhubu keperawatan penyakitny an klien
ngan selama 2x24 a masih 2. Burukny
dengan jam diharapakan bisa a status
penurun pasien tidak disembuhk kesehata
an malu terhadap an n akan
fungsi penampilannya 2. Ber tahu mengaki
pendeng dengan kriteria klien untuk batkan
aran hasil : meningkatk bertamb

18
Pasien an kesehatn ahnya
menunjukkan 3. Anjurkan pengelua
rasa percaya klien untuk ran
dirinya,tidak melaksanak secret
malu terhadap an anjuran dan
penampilannya. yang telah berbau
diberikan tidak
(penggunaa enak
n antibiotic 3. Penggun
seacra aan
teratur) antibioti
c secara
terus
dapat
mencega
h
perkemb
angan
bakteri
6. Kurangn Setelah 1.tentukan persepsi 1. Membua
ya dilakukan pasien tantang t
pengetah asuhan proses penyakit. pengetah
uan keperawatan 2. kaji ulang proses uan
berhubu selama 2x24 penyakit ,penyebab dasar
ngan jam diharapakan hubungan factor dan
dengan kebutuhan yang menimbulkan memberi
kurangn informasi gejala dan kan
ya terpenuhi mengidentifikasi kesadara
informas dengan kriteria cara menurunkan n
i. hasil: factor pendukung kebutuha
-Melakukan 3. kaji ulang n beljar

19
prosedur yang obat,tujuan,frekuen individu.
diperlukan dan si,dosis,dan 2. Memban
menjelaskan kemungkinan efek tu
alasan dari samping. individu
suatu tindakan untuk
-memulai mengeta
perubahan gaya hui
hidup yang factor
diperlukan dan pencetus
ikut serta dalam individu
regimen sehingga
perawatan. dapat
menghin
dari
3. Steroid
dapat
digunaka
n
mengont
rol
inflamsi
dan
mempen
garui
remisi
penyakit

4. IMPLEMENTASI
Implementasi Keperwatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan ,
implementasi merupakan komponen dan proses keperawatan yaitu kategori dari
perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan

20
dan kriteria hasil yang diperlukan dari auhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan
kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi yang dibuat.
5. EVALUASI
Hal-hal yang perlu dievaluasi dalam pemberian asuhan keperawatan berfokus
pada kriteria hasil dari tiap-tiap masalah keperawatan dengan pemberian
SOAP,atau SOAPIER pada masalah yang tidak terselesaikan atau teratasi
sebagian.

DAFTAR PUSTAKA

21
Arsyad,ES & Iskandar,2016,Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,
Jakarta:FKUI

Adem Boies Higler,BOIES Buku Ajar Penyakit THT edisi 10 .Penerbit,Jakarta 2015

Dr. Sri Herawati JPB,SpTHT Buku Ajar Ilmu Penaykit THT untuk mahasiswa fakultas
kedokteran Telinga,EGC.2015

22

Anda mungkin juga menyukai