Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TENTANG ADHD

Disusun oleh :
1. Dinda daristtya ( 0117041 )
2. Mohammad syaihu abdi ( 0117054 )
3. Reni dwi damayanti ( 0117060 )
4. Rachmad noer saputra ( 0117058 )
5. Roni hendrawan ( 0117062 )
6. Sellamevia pratama R ( 0117063 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2019 /2020

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 07 September 2019

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN DALAM ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
1.3 Manfaat penulisan .................................................................................... 2
1.4 Implikasi dalam Keperawatan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi..................................................................................................... 4
2.2 Epidemiologi ............................................................................................ 5
2.3 Etiologi..................................................................................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis .................................................................................... 7
2.5 Patofisiologi dan Clinical pathway .......................................................... 8
2.5 Patofisiologi dan Clinical pathway .......................................................... 10
2.6 Komplikasi dan Prognosis ....................................................................... 11
2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 11
2.8 Pencegahan .............................................................................................. 12
BAB III PENUTUP
2.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
2.2 Saran ...................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan psikologi sering kali terjadi pada seseorang tanpa mengenal usia, baik itu
anak-anak maupun dewasa. Semua orang berkemungkinan mengalami gangguan
psikologis tidak terkecuali gangguan psikologi yang dialami oleh anak-anak. gangguan
psikologis yang anak-anak alami merupakan suatu gangguan psikologis yang muncul
sangat awal pada masa kanak-kanak. Gangguan psikologi yang anak-anak alami
menjadi suatu bentuk kekhawatiran terbesar bagi semua orang tua. Gangguan psikologis
pada anak akan menjadi beban emosional bagi orang tua yang kemungkinan akan
ditanggung sepanjang hidup apabila gangguan tersebut terus berlangsung pada anak
(Halgni & Susan;2010). Masalah gangguan psikologi yang terjadi pada anak seringkali
terjadi pada usia sekolah, dimana kondisi ini dicetuskan oleh masalah ketidakmampuan
dalam melakukan adaptasi dengan lingkuang sekolahnya yang baru. Dalam hal ini, anak
tidak mampu bersosialisasi dengan baik dilingkungannya, sehingga anak menunjukkan
suatu bentuk perilaku menyimpang yang tidak sesuai dan tidak diharapkan oleh
lingkungannya, Salah satu gangguan psikologi yang banyak dialami oleh anak-anak
yaitu ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) (Hurlock, 2010).
ADHD merupakan gangguan psikologi yang menganggu proses pemusatan dan
perhatian dalam penyesuaian dirinya dengan lingkungannya yang disertai dengan
hiperaktif dari setiap perilaku anak (Ridwan, 2013). Selekta MC, 2013 menyatakan
bahwa ADHD juga merupakan gangguan perilaku yang sering terdiagnosis pada anak
dan juga remaja yang ditandai dengan perilaku hiperaktivitas dan impulsivitas yang
tidak sesuai dengan prkembangan dan kemampuan dalam mengumpulkan perhatiannya.
Saat ini kita telah banyak menemukan kasus ADHD dalam masyarakat, terutama dalam
dunia pendidikan anak dan remaja. Menurut Pliszka, 2007 dalam Selekta MC
mengemukanan bahwa prevalensi ADHD pada anak sekolah mencapai 8-10%
jumlahnya, sehingga kondisi inilah yang menunjukkna bahwa gangguan perilaku
ADHD paling umum terjadi pada masa kanak-kanak didunia sekolah. Bahkan terdapat
hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40-50% kasus ADHD yang dialami anak
apabila tidak segera mendapatkan suatu intervensi atau penanganan maka akan menetap

1
hingga mereka berusia remaja bahkan dewasa. Kondisi ADHD yang menetap ini akan
memberikan dampak yang lebih besar pada individu apabila terjadi hingga dewasa,
yaitu dapat berupa penyimpangan kenakalan remaja, gangguan antisosial, bahkan
keterlibatan dengan penggunaan narkoba dan psikotropika.
Dampak yang signifikan terhadap suatu individu khususnya anak yang mengalami
ADHD mendorong adanya penanganan yang tepat yang harus segera dilakukan untuk
menyembuhkan kondisi tersebut. Penganagan yang tepat dapat diberikan apabila kita
memahami secara komprehensif terkait dengan gangguan psikologis ADHD ini. oleh
karena itulah, kami melakukan kajian studi literatur terkait dengan definisi, tanda dan
gejala ADHD, psikopatologi, dan penanganan yang kemungkinan dapat dilakukan
terhadap klien dengan gangguan psikologi ADHD.

1.2 Tujuan Penulisan


A. Tujuan Umum
Untuk memahami secara konprehensif terkait dengan konsep dasar sekaligus
penangan yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan ADHD guna mencegah
terjadinya perburukan kondisi gangguan psikologi sekaligus meningkatkan kesehatan
klien terutama pada segi psikologisnya.
B. Tujuan Khusus
Untuk memberikan gambaran dan pengetahuan tentang ADHD pada perawat
untuk menjadi bekal dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien dengan
gangguan ADHD khususnya yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, sehingga
dengan bekal inilah diharapkan mampu memberikan intervensi yang tepat dan efektif
kepada klien dalam proses penyembuhan dan peningkatan kesehatan psikologi yang
klien alami.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.2 Pengertian
A. Definisi
ADHD adalah singkatan dari Attention deficit hyperactivity disorder,
suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention deficit disorder (sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak).
Minimal Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu
banyak bergerak/aktif) dan hyperactive (hiperaktif). Attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat di definisikan sebagai kelainan
neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak, yang juga
merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-
anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada
anak-anak.

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit
memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak),
Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu
banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5%
anak usia sekolah menderita ADHD.

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan


neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak
ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan

3
akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar,
2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas
motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah,
tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan
keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria
yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan
suka membuat keributan.

B. Penyebab
Menurut Ridwan, 2013 menyatakan bahwa banyak penelitian yang masih
belum dapat menjelaskan secara tepat penyebab dari terjadinya ADHD secara
pasti. Namun, ada dua hal yang pasti yang dapat dikategorikan sebagai penyebab
dari timbulnya masalah gangguan psikologi ADHD yaitu diturunkan
(hereditary) dan gangguan dari perbedaan irama otak. Berikut penjabaran terkait
dengan penyebab dari gengguan ADHD pada anak:
1. Kondisi Diturunkan (hereditary)
Pada umumnya orang tua yang mengalami gengguan psikologi ADHD
cenderung akan menurunkan sifat genetiknya kepada anaknya, dimana anak
dengan orang tua ADHD akan lebih berisiko mengalami gangguan ADHD.
2. Kesulitan menemukan irama yang tepat pada otak
Pada penyebab kesulitan menemukan irama pada otak dengan tepat dapat
dbagi atau disebabkan oleh 3 faktor yaitu:
a. Neuropsikologi
Impulsifitas yang dialami sebagai tanda dan gejala anak dengan
gangguan ADHD menunjukkan adanya disfungsi pada otak area lobus
frontal. Anak-anak dengan ADHD ini akan mengalami kesulitan dalam
memberikan atensi atau perhatan terhadap sesuatu kondisi atau keadaan
sehinggan impulsivitas akan terjadi dan dilakukan oleh anak tersebut.
b. Pengukuran aktivitas

4
Seperti yang diketahui bersama, bahwa anak deng ADHD dari segi
aktivitasnya dia sangat over aktif. Dimana kondisi yang seharusnya diam
mereka justru sangat aktif dan tidak bisa diam. Kondisi ini terjadi bukan
karena mereka over aktivitas dalam kesehariannya, tetapi mereka tidak
mampu melakukan self monitoring atau mengendalikan diri mereka
untuk bergerak dan beraktivitas.
c. Ketidakseimbangan kimia otak
Penyebab ini lebih pada masalah gangguan pada sistem anatomis dan
kimiawi dari sistem saraf pusat yaitu otak. Dimana keseimbangan
hormon dan zat kimia lainnya seperti contoh hormon adrenalin dan
dopamin yang tidak seimbang membuat mereka selalu terstimulus untuk
melakukan suatu bentuk aktivitas.
3. Faktor perinatal dan pranatal
Anak lahir dengan riwayat BBLR kemungkinan terjadi perlambatan
pertumbuhan dan kematangan fungsi otak juga sangat besar sehingga
kemungkinan untuk terjadi ADHD sangat besar.
4. Lingkungan
Keracunan zat-zat kimia yang berasal dari lingkungan yang
mengkontaminasi anak juga berpotensi besar merusak sel sistem saraf pusat
sehingga organ saraf mengalami gangguan yang berdampak pada
ketidakseimbangan fungsi secara normal.
5. Dinamika Keluarga
Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak
sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.kemungkinan
iritabilitas impulsive ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari
saat lahir reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya
mempertahankan atau meningkatkan intensitas gangguan. Ansietas berasal
dari disfungsi system keluarga masalah perkawinan dan lain sebagainya,
dapat juga member kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi
terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu.orang tua mungkin menjadi
terlalu sensitif atau menjadi putus asa dan tidak member struktur eksternal.

5
C. Tanda dan Gejala
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit
Hyperactivity Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
1. Inatensi
Inatensi merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu
bertahan untuk berkonsentrasi terhadap sesuatu. Kondisi ini akan terus
membuat seseorang mengalami kemudahan dalam beralih konsentrasi dan
perhatian. Berikut contoh perilaku yang termasuk dalam atensi:
a. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil
b. Mudah sekali beralih perhatian
c. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas
2. Hiperaktivitas
d. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
e. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau
diam
f. Terus gelisah atau menggeliat
3. Impulsif
g. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat
h. Sulit menunggu giliran
i. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya
j. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
k. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan
l. Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara langsung

2.3 PsikoPatologi
Sebagian besar hingga sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga masalah
pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan
impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan
masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi, adanya
vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah.

6
Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan
keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu
menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak
bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber
biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan.
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD.
Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor
yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak
saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi
disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi,
dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang
sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan
epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada
keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu
orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki
resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan adanya
gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai
gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi
dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan
alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature,
postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan).Faktor resiko
tersebut nantinya menyebabkan suatu bentuk perubahan psikologi maupun fisiologi
tubuh anak sehingga menyebabakan anak menjadi overaktif dan impulsif.

7
Genetik Gangguan irama otak Faktor perinatal dan pranatal lingkungan Dinamika Keluarga

Kerusakan sistem Gangguan penghantaran BBLR dan disfungsi sistem Keracunan zat-zat kimia Mencari perhatian
saraf pusat impul saraf saraf pusat pencemaran lingkungan keluarga dan orang sekitar

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Gangguan proses Impulsif, overaktif/hiperaktivitas, dan inatensi


berpikir
Tidak bisa diam dan tenang
Ketidakmampuan
atensi terhadap Ketidakmampuan
lingkungan sekitar keluarga Aktivitas tak terkontrol
mengendalikan
Hambatan interaksi perilaku hiperaktif Tidak mampu mendeteksi
sosial bahaya

Mengendalikan Resiko cedera


secara paksa

Penganiayaan dan Menghindarkan anak dari


penelantaran anak lingkungan sosial

Ketidakefektifan malu dan penolakan


koping keluarga Harga diri rendah
kondisi anak

8
2.5 Diagnosa
1. Diagnosa medis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan perubahan proses berpikir
b. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas dan ketidakmampuan
mendeteksi bahaya
c. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penganiayaan dan
penelantaran anak
d. Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga dalam
menghadapi masalah anak

2.5 Penalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku,
pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang
kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan
serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan
setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan,
pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek
supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
c. Pemolin (Cylert)

9
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.

2. Penalaksanaan Keperawatan
Terdapat beberapa terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan pada anak
dengan kondisi ADHD. Yaitu sebagai berikut:
a. Psikoedukasi
Karena semakin banyak penderita ADHD saat ini, membuat kondisi ini perlu
adanya penanggulangan berdasarkan faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan kondisi ini. oleh karena itulah terapi psikoedukasi inilah
dikembangkan untuk mencegah dan memahami dengan tepat bagaimana
pencegahan dan penanggulangan terhadap kondisi ADHD tersebut.
b. Terapi Psikologi
Terapi psikologi ini lebih menekankan pada penanganan dengan strategi
kognitif-perilaku. Terapi ini secara teknis akan dapat membantu klien dalam
mengubah perilaku dan pola pikir yang maladaptif yang mempengaruhi
kehidupan perilaku sehari-hari. Terapi ini membutuhkan bantuan atau
keterlibatan dari berbagai pihak yang memiliki hubungan dengan klien atau
individu seperti guru, orang tua, keluarga, teman sebaya dan lainnya.
c. Perilaku pengganti dan pelatihan manajemen diri
Terapi ini dilakukan untuk memberikan kesempatan membangun
keterampilan individu dalam mengatur dan menyatukan lebih banyak
struktur dan rutinitas dalam kehidupannya. Mengatur dan mendaftar semua
kegiatan yang akan dilakukan hari ini dengan sederhana dapat membuat
individu ADHD lebih terlatih untuk bertanggung jawab dan perhatian
terhadap aktivitas yang telah terdaftar untuk dilakukan.
d. Coaching
Intervensi ini merupakan suatu program yang baru digunakan dan
dikembangkan. Teknik ini membutuhkan seorang tenaga konsultan
profesional yang membantu individu menemukan cara untuk menyelesaikan

10
masalah melalui suatu strategi yang pragmatis, pendekatan perilaku yang
berorientasi pada hasil.
e. Teknologi
Program personal digital assistant (PDA) merupakan suatu alat yang
digunakan untuk membantu individu ADHD dalam berkomunikasi lebih
efektif, menulis, mengeja, tetap teratur menjalankan jadwal hariannya, dan
mengingat suatu informasi.
f. Akomodasi
Akomodasi sekolah dapat dicari yang memfasilitiasi anak untuk lebih
produktivitasnya meningkatkan dengan meminimalisasi gangguan,
menyediakan suatu suasana atau kondisi yang tenang, sehingga hasil
aktivitas anak lebih terstruktur dan hasil yang lebih baik.
g. Advokasi
Tidak semua orang memahami kondisi ADHD yang dialamioleh anak atau
sesorang, oleh karena itu, advokasi dari beberapa pihak atau bahkan semua
pihak untuk memahami dan mengerti kondisi yang dialami anak dan lebih
bersikap untuk melindungi dan mendukung anak menemukan cara
menyelesaikan masalahnya didalam lingkungan sekitar.
Disamping teknik dan cara untuk penatalaksanaan kondisi ADHD tersebut
diatas yang telah dijelaskan, akan menjadi referensi dan panduan dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk intervensinya. Berikut intervensi yang
juga dapat dilakukan untuk melakukan penanganan terhadap masalah
keperawatan yang muncul pada klien dengan kelainan dengan gangguan
ADH.

11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK DENGAN ADHD

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
ADHD terjadi pada anak usia 3 tahun, anak laki – laki cenderung memiliki
kemungkinan4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan utama
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus
3. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
4. Riwayat penyakit sebelumnya
Tanyakan kepada keluarga apakah anak sebelumnya pernah mengalami
cedera otak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetik yang diduga
sebagai penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan
membinahubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas
7. Riwayat tumbuh kembang
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau obat-
obatan selama kehamilan
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama persalinan.
lahir premature, berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan imunisasi
apatidak.8.Riwayat imunisasiTanyakan pada keluarga apakah anak

12
mendapat imunisasi lengkap.Usia <7 hari anak mendapat imunisasi
hepatitis B Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio IUsia
2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2 Usia 3 bulan
anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3 Usia 4 bulan anak
mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4 Usia 9 bulan anak mendapat
imunisasi campak
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan
hiperaktif mencakup :
a. Rambut yang halus
b. Telinga yang salah bentuk
c. Lipatan-lipatan epikantus
d. Langit-langit mulut yang melengkung tinggi
e. Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja
f. Terdapat gangguan keseimbangan, astereognosis, disdiadokhokinesis
serta permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang
halus.
9. Activity daily living ( ADL )
a. Nutrisi
Anak nafsu makan nya berkurang (anarexia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan
c. Eliminasi
Anak tidak mengelamai ganguan dalam eliminasi
d. Istirahat tidur
Anak mengalami gangguan tidur
e. Personal Higiane
Anak kurang memperhatikan kebersihan diri nya sendiri dan sulit di atur

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan perubahan proses berpikir
2) Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas dan ketidakmampuan
mendeteksi bahaya
3) Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penganiayaan dan
penelantaran anak
4) Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga dalam
menghadapi masalah anak

C. INTERVENSI
a. Hambatan Interaksi Sosial berhubungan dengan perubahan proses
berpikir
1) Tujuan :
- Keterampilan - Pergerakan
Interaksi sosial - Kontrol diri terhadap distorsi
- Keterlibatan sosial pemikiran
- Tingkat hiperaktivitas - Dukungan keluarga selama
- Penampilan peran perawatan
2) Intervensi :
- Dukung harapan yang realistis
- Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga
- Beritahukan rencana keperawatan dan medis yang akan dilakukan
- Gunakan pendekatan yang tenang dan sesuai fakta
- Kurangi petunjuk secara fisik dan verbal
- Ajarkan keterampilan sosial yang tepat
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan
mampu mengontrol diri
- Ajarkan teknik manajemen perilaku kepada orang terdekat klien
- Bantu klien untuk mengedentifikasikan masalah dari kurangnya
keterampilan sosial
- Bantu klien untuk mengidentifikasi langkah dalam berperilaku dalam
rangka mencapai kemampuan untuk keterampilan sosial

14
- Bantu klien menjalankan peran dalam lingkungan sosial

b. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas dan ketidakmampuan


mendeteksi bahaya
1) Tujuan :
- Kejadian jatuh - Pengetahuan: keamanan pribadi
- Koordinasi pergerakan - Kontrol resiko
- Pergerakan - Deteksi resiko
- Pengetahuan:
pencegahan jatuh
2) Intervensi :
- Sediakan lingkungan yang tidak mengancam
- Berikan lingkungan yang aman secara fisik dan terstruktur jika
diperlukan
- Sediakan bantuan yang diperlukan dalam meningkatkan struktur
lingkungan dan konsentrasi dan perhatian
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan
mampu mengontrol diri
- Monitor dan atur level aktivitas serta stimulus terhadap lingkungan

c. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penganiayaan


dan penelantaran anak
1) Tujuan :
- Koping keluarga - Menghentikanterhadap
- Normalisasi keluarga pengabaian/penelantaran
- Dukungan keluarga - Pemulihan terhadap pengabaian
selama perawatan - Ketahanan keluarga
- Penghentian terhadap kekerasan
2) Intervensi :
- Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang keluarga gunakan
- Dengarkan kekhawatiran perasaan keluarga
- Dentifikasi mekanisme koping keluarga

15
- Bantu keluarga untuk mengatasi konflik
- Sediakan informasi untuk keluarga terkait dengan kondisi klien
- Sediakan perawatan bagi klien yang dapat dilakukan oleh keluarga
- Fasilitasi kunjungan keluarga
- Fasilitasi koping keluarga melalui dukungan kelompok
- Identifikasi anak yang memiliki kebutuhan perawatan khusus yang
tinggi (misal ketidakmampuan perkembangan, hiperaktivitas, dan
gangguan kurang perhatian)
- Monitor adanya kondisi memburuk yang progresif dalam status fisik
dan emosi anak
- Rujuk keluarga pada pelayanan kemanusian dan konseling yang
profesional sesuai dengan kebutuhan.

d. Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga dalam


menghadapi masalah anak
1) Tujuan :
- Harga diri - Keterampilan interaksi
- Keterlibatan sosial sosial
- Normalisasi keluarga - Motivasi
- Ketahanan keluarga - Kontrol diri terhadap
distorsi pemikiran

2) Intervensi :
- Bantu klien untuk mengatasi bullying atau ejekan
- Dukung klien untuk mengevaluasi perilakunya
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas-aktivitas yang akan meningkatakan
harga diri
- Instruksikan orang tua dan keluarga untuk mengetahui pencapaian anak
- Monitor tingkat harga diri keluarga darai waktu ke waktu
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan mampu
mengontrol diri

16
- Pertimbangkan perilaku dan konsekuensi yang diharapkan akan mampu
mengontrol diri
- Ajarkan teknik manajemen perilaku kepada orang terdekat klien

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada
implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan /
kolaborasi, dan tindakan rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pelaksanaan /
tindakan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.

E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
hiperaktif antara lain:
1. Anak dapat mengembangkan hubungan dengan orang lain atau anak lain
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain.
3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang
sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial.
4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam
setiap malam.
5. Anak tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
ADHD adalah singkatan dari Attention deficit hyperactivity disorder, suatu kondisi
yang pernah dikenal sebagai Attention deficit disorder (sulit memusatkan perhatian),
Minimal Brain Disorder (ketidak beresan kecil di otak). Minimal Brain Damage
(kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak/aktif) dan
hyperactive (hiperaktif). Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) juga dapat di
definisikan sebagai kelainan neurobehavioral yang paling sering terjadi pada anak-anak,
yang juga merupakan suatu keadaan kronis yang paling sering berpengaruh pada anak-
anak usia sekolah, dan merupakan gangguan mental yang sering ditemukan pada anak-
anak. Kondisi ADHD ditandai dengan tiga gejala khas yaitu inatensi,
hiperaktivitas/overaktif, dan impulsif.
Kondisi gangguan psikologis ADHD dapat diatasi dan ditangani melalui terapi
medis maupun keperawatan. Terapi lain yang juga dapat dilakukan yaitu melalui
beberapa terapi, yaitu psikoedukasi, manajemen dan pelatihan diri dan perilaku kognitif,
teknologi, choaching, advokasi dan terapi psikologis lainnya. Selain terapi suportif,
terapi farmakologi juga digunakan apabila level atau tingkat gangguan ADHD sangat
parah.

3.2 Saran
Pembaca diharapkan banyak membaca referensi lain terkait masalah psikologi
Attention deficit hyperactivity disorder. Hal ini dimaksudkan agar pembaca lebih
memahami terkait masalah klien dengan gangguan psikologi. Selain itu pembaca juga
dapat mencari informasi terkait jurnal penatalaksanaan terbaru pada klien dengan
masalah psikologi Attention deficit hyperactivity disorder. Selain itu diharapkan juga
perawat maupun calon perawat tidak memandang sebelah mata orang dengan gangguan
psikologi, karena setiap orang membutuhkan pelayanan keperawatan secara efektif dan
tepat terhadap masalah kesehatan psikologi yang klien alami dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

1) Halgin, Richard P., dan Susan K.W. 2010. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis
pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika
2) Hurlock, Elizabeth. 2010. Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta :
Erlangga
3) Selekta MC. 2013. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Pada Anak
Usia 2 Tahun. Medula, 1 (3) : 20-21
4) Anjani, Ayu Tri dkk. 2012. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada Anak
Adhd (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Di Sdit At-Taqwa Surabaya
Dan Sdn V Babatan Surabaya. Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar Pada
Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). 1 (2) : 125-135
5) Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. 2007.Rencana
asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
6) Bulechek, M Gloria et al. 2016. NANDA NIC-NOC Edisi Keenam. Singapore:
Elsevier
7) Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention
Deficit/Hiperactivity Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional Teropa
Tempurung (Single Subject Research Kelas Iii Di Slb Negeri Lima Kaum).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. 1 (2) : 287-288
8) Ridwan. 2013. Peran Sekolah Bagi Anak ADHD. At-Ta’lim, 4 (1) : 54
9) Hikmawati, I.D & Erny Hidayati. 2014. Efektivitas Terapi Menulis Untuk
Menurunkan Hiperaktivita Dan Impulsivitas Pada Anak Dengan Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd). Empathy, Jurnal Fakultas Psikologi. 2
(1) : 9-10
10) Kusuma, Prima Daniyati dkk. 2015. Pengalaman Orang Tua dengan Anak
Kemungkinan Atention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada Usia Pra
Sekolah. Jurnal Keperawatan Notokusumo. 3 (1) : 4-6
11) Videbeck, & Sheila I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
12) Davidson, G.C., John M. Neale & Ann M. Kring. 2006. Psikologi Abnormal
Edisi 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

19
20

Anda mungkin juga menyukai