Disusun Oleh :
Dindah Daristya ( 0117041)
1
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
2
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidanyah-Nya sehingga kami mampu menyusun sebuah makalah dengan judul
“asuhan keperawatan kegawatdaruratan maternal dengan kehamilan etropik
terganggu ”.
makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan dalam mata
kuliah kesehatan keselamatan kerja Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Mojokerto.
Kami mohon maaf dalam penulisan ini kami merasa banyak kekurangan dan
baik pada teknis penulisan maupun materinya,mengingat akan kemampuan yang
kami miliki.Untuk itu,kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
3
DAFTAR ISI
COVER .................................... 1
KATA PENGANTAR .................................... 2
LEMBAR PERNYATAAN .................................... 3
DAFTAR ISI .................................... 4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................... 5
B. Rumusan Masalah .................................... 6
C. Tujuan .................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep KET 7
BAB III PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan kegawatdaruratan .................................... 16
Kehamilan Ektopik Terganggu
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan .................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan
dekat cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu
awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler,
4
kehamilan ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir
kehamilan dan mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio
plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah
seksio sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan
pasca persalinan, hematoma, dan koagulopati obstetri.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba
(90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di
ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang
memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit
radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya,
infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan
aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu
tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat
meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial
menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas,
dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka
mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan
secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada
semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30
tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita
untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut
menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada
tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan
19,7 dalam 100 persalinan. Dari penelitian yang dilakukan
Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM)
Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik
terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu
5
yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada
kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar
antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu
di RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994)
ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana penjelasan dari konsep KET ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
pasien KET ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan penjelasan konsep KET.
2. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada
pasien KET.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
6
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar
kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik
dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.
2. Etiologi
beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik
terganggu:
a) Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang
dibuahi ke dalam kavum uteri, antara lain:
7
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca
nifas, apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan
tertekuknya tuba atau penyempitan lumen
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada
sterilisasi
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan
adanya benjolan pada adneksia
Penggunaan IUD
b) Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan
duktus mulleri yang abnormal
Refluks menstruasi
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesterone
c) Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang
dibuahi.
d) Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya
8
c. Tempat terjadinya konsepsi
d. Tumbuh kembang zigot menjadi blastokis untuk siap melakukan
nidasi pada endometrium,
e. Menjadi tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus untuk
nidasi.
Lokasi kehamilan ektopik meliputi :
a. Kehamilan tuba (interstisial, ampula tuba, istmus tuba, osteum tuba
eksternum)
b. Kehamilan servikal
c. Kehamilan ovarium
d. Kehamilan abdomen (primer implantasi, sekunder implantasi)
e. Kehamilan intralegamenter di ligamentum rotundum.
4. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri,
ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat
berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar.
Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot
endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot
mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot
menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian
tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut
pseudokapsul.
Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan
miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan
tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami
hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga
tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan.
9
Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas.
Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya
menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Karena
tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan
terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada
kehamilan ektopik adalah:
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi,
2. Abortus ke dalam lumen tuba,
3. Ruptur dinding tuba.
Abortus ke dalam lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars
ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan pars
isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna
atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila perdarahan
terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba akan
membesar dan kebiruan (hematosalping), dan darah akan mengalir melalui
ostium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di kavum
Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih awal,
karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada
kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu)
karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih akomodatif,
sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka sebagai
kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat berakibat
fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika. Oleh sebab
itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik dengan angka
mortalitas tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum uteri cukup besar
sehingga histerektomi pun diindikasikan.Ruptur, baik pada kehamilan
fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis, dapat terjadi secara
spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus dan pemeriksaan
10
vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar lumen tuba, masih
terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang masih utuh, maka
kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk memenuhi
kebutuhan janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke
jaringan sekitarnya, seperti uterus, usus dan ligamen .
6. Pemeriksaan Penunjang
11
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
b. USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, Adanya
kantung kehamilan di luar kavum cuteri, Adanya massa komplek di
rongga panggul.
c. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah.
d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
e. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus.
7. Komplikasi
a) Pada pengobatan konservatif, yaitu jika rupture telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan berulang. Ini
merupakan indikasi operasi
b) Infeksi
c) Strerilitas atau gagal reproduksi lainya (30-50 pasien yang
menjalani operasi pengangkatan tuba karena kehamilan ektopik)
8. Penatalaksanaan
KET merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan tindakan bedah.
Karena itu penderita yang tersangka KET harus segera dirujuk ke rumah
sakit agar segera mendapat pertolongan. Tindakan dilakukan di tingkat
pelayanan dasar adalah sebagai berikut :
12
o Bila ada pasang oksigen dengan kecepatan 1-2 liter/menit
o Bila tekanan darah sistolik sulit mencapai 90 mmHg, pasien tetap
dirujuk disertai petugas yang mampu melakukan pertolongan dan
mempertahankan keadaaan umum, menjaga cairan infus agar tetap.
Lancar aliran dan memperhatikan tanda-tanda vital.
o Siapkan keluarga pasien yang dapat mendampingi dan sekaligus
menajdi calon donor darah, pasienj diminta puasa untuk
mempersiapkan operasi.
b. Bila pasien tidak dalam keadaan syok
Pertahankankan keadaan umum pasien dengan pemberian cairan
yang cukup
Siapkan surat rujukan dan segera rujuk ke rumah sakit yang
mampu melakukan tindakan bedah
Selama dalam perjalanan didampingi oleh calon donor darah dari
keluarga pasien di samping petugas yang dapat memantau
pekembangan pasien dengan ketat ( TTV dan jumlah cairan yang
masuk dan keluar ) pasien diminta puasa untuk persiapan operasi.
13
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah
tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada
obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
9. Patway
14
15
BAB III
PEMBAHASAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK
A. Pengkajian
1. Pengkajian Gadar
Airway : Kaji kepatenan jalan nafas dengan melihat, mendengarkan,
merasakan serta kaji suara nafas apakah mendengkur, berdeguk, stridor,
mengi atau ronchi.
Breating: Kaji pola nafas apakah bernafas spontan / tidak, nafas cepat /
cepat. Kaji apakah ada sesak nafas / tidak, gerakan dinding simetris /
asimetris, pola nafas teratur / tidak, auskultasi bunyi nafas normal / tidak,
kaji frekuensi nafas serta penggunaan alat bantu pernafasan.
Circulation : pada pasien KET tampak pucat, akral dingin, tekanan darah
mungkin meningkat, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis
atau kesakitan karena perawatan.
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid
Gejala dan tanda kehamilan muda
Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
Terdapat aminore
Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
16
Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
3. Pemeriksaan fisik umum:
Pasien tampak anemis dan sakit
Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
Daerah ujung (ekstremitas) dingin
Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas dinding abdomen.
Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah,
nyeri saat perabaan.
4. Pemeriksaan khusus:
Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
Kavum douglas menonjol dan nyeri
Mungkin tersa tumor di samping uterus
Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri
17
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat
melakukan:
a. Laboratorium
Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang
terjadi.
Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3. Laju endap darah meningkat.
Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-
hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG
meningkat 2 kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik
menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan
1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal.
Kadar hormon yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti
kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan Penunjang/Khusus
Setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat
melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,
indung telur, maupun di tempat lain.
USG :
o Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
o Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
o Adanya massa komplek di rongga panggul
Laparoskopi
18
peranan untuk menegakkan diagnosa kehamilan ektopik sudah diganti
oleh USG
Laparotomi
B. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
3. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitonial.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak mengenal sumber-sumber informasi.
19
C. Intervensi keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan
yang di buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler
cepat, sensorium tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
No Rencana Inervensi Rasional
1 Lakukan pendekatan kepada Pasien dan keluarga lebih kooperatif
pasien dan keluarga.
2 Memberikan penjelasan mengenai pasien mengerti tentang keadaan dirinya
kondisi pasien saat ini dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasi parameter deteksi dini adanya
tanda akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan tim melaksanakan fungsi independent.
medis untuk penanganan lebih
lanjut.
20
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang di perlukan untuk pengiriman nutrient ke sel.
Kriteria hasil: menunjukan perfusi jaringan yang adekuat, misalnya:
Tanda-tanda vital stabil, membrane mukosa warna merah muda, pengisian
kapilerbaik, haluaran urine adekuat, wajah tidak pucat dan mental seperti
biasa.
21
Kriteria hasil: ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda
vital dalam batas normal, dan ibu tidak meringis atau menunjukan raut muka
yang kesakitan.
22
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman
atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan: ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah
sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
23
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
24
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun
uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik
adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai
progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari
implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya
angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara
tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita
terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP
25
Dewindra yuniarsih. Diakses 22 Februari 2020 JAM 16.05 WIB. Website :
https://www.academia.edu/32198831/_Askep_pada_Pasien_dengan_KET_
Safwati, Yulia. 2005. Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sari pujianti. Diakses 22 Februari 2020 JAM 17.00 WIB. Website :
https://www.academia.edu/30871484/BAB_I_LP_KET.doc
Safwati, Yulia. 2005. Kehamilan Ektopik.
Mordon,Patricia G...et al. 2012. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan
Holistik Edisi 8 Vol.2. Jakarta : ECG
Purwadianto,Agus dan Budi Sampurna. 2013. Kedaruratan Medik : Pedoman
Penatalaksanaan Praktis Edisi Revisi. Tangerang : Binarupa Aksara.
Dr H Ashar kiman,SpOG,DFM,PIA Diakses 22 Februari 2020 JAM 17.10
WIB. Website :
https://www.slideshare.net/mobile/birosmsFAunbrah/kehamilan-ektopik-
61800494
https://www.academia.edu/11560904/ASUHAN_KEPERAWATAN_pada_ke
hamilan_ektopik
26