Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut DEPKES RI angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi 13-50%
dari angka kematian bayi baru lahir. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi
sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,
gangguan nafas, dan minum.(Depkes, 2007). Infeksi pada neonatus lebih sering di
temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah
sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak
termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Segala bentuk
infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal yang lebih berbahaya dibandingkan
dengan infeksi yang terjadi pada anak atau dewasa. Ini merupakan alasan mengapa
bayi harus dirawat dengan ketat bila dicurigai mengalami infeksi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pencegahan Infeksi Lingkungan pada BBL?
2. Bagaimana pemeriksaan menggunakan phototherapy?
3. Bagagaimana Exchange Transfusion?

C. Tujuan
Agar Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui bagaimana pencegahan
Infeksi Lingkungan pada BBL.pemeriksaan menggunakan phototherapy dan
Exchange Transfusion.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pencegahan Infeksi lingkungan pada BBL


1. Definisi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan
pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada
saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan
pencegahan infeksi.
Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada
bayi baru lahir. Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena system imun
mereka imatur, oleh karena itu akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan
infeksi terutama sangat membahayakan. Infeksi dalam kehamilan, persalinan
dan masa nifas merupakan penyebab utama kedua dari kematian ibu dan
perinatal. (Prawirohardjo,Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina
Pustaka).
Di Negara berkembang, seperti Indonesia, masih sekitar 80% perempuan
hamil melahirkan di rumah dengan asuhan antenatal yang sangat terbatas.
Mereka kekurangan gizi dan anemic. Kalau diperlukan tindakan di rumah sakit,
masalah jarak, transportasi, dan keadaan sosial ekonomi menjadi penghambat,
sehingga sering perempuan hamil tiba di rumah sakit sudah terlambat atau dekat
dengan kematian. Tingkat infeksi pasca pembedahan tinggi (15-60%), dengan
infeksi luka dan komplikasi serius sering terjadi. Ditambah pula dengan
kemungkinan infeksi HIV/AIDS, timbulnya kembali tuberculosis dan infeksi
nosokomial lainnya. (Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Bina Pustaka).
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit atau
pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial yang berkaitan dengan neonatus
adalah infeksi yang didapat pada waktu intrapartum, selama perawatan atau

2
kurang dari 48 jam setelah keluar dari rumah sakit dan tidak termasuk infeksi
transplasenta(seperti: TORCH, HIV, sifilis) . (Maryunani, Anik (2011). .
Pencegahan Infeki Dalam Kebidanan. Jakarta : Tans Info media).
Sepsis adalah istilah bagi infeksi berat. Anak-anak tertentu berisiko besar
mengalaminya. Sepsis disebebkan oleh mikroorganisme yang masuk kedalam
tubuh. Infeksi ini biasanya menyerang daerah yang terkena infeksi. Sepsis
berarti bakteri penyebab infeksi ditemukan dalam peredaran darah. Ini
mengakibatkan infeksi bisa terjadi di seluruh organ tubuh.
2. Gejala-Gejala Bayi Terkena Infeksi
Diantaranya :
1. Pada infeksi tali pusat, tali pusat berwarna kemerahan dan berbau busuk,
suhu tubuh bayi meningkat diatas 37,5˚C.
2. Malas minum (menyusui).
3. Frekuensi pernapasan meningkat.
4. Mengantuk (latergis) atau tidak sadar.
5. Berat badan turun.
6. Pergerakan kurang.
7. Perdarahan, ikterus, dan kejang.
8. Suhu tubuh dapat normal, hipotermi, atau hipetermi.

(Dewi,Vivian Nanny Lia Dewi.2003.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.


Jakarta : Salemba Medika).

3. Tindakan pencegahan infeksi


Tindakan pencegahan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
2. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan.

3
3. Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet
penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola
karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
5. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop, dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan
bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan).
6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya dengan
mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
7. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih,
hangat dan sabun setiap hari.
8. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan
orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

Pencegahan infeksi adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada


bayi baru lahir. Bayi baru lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun
mereka imatur, oleh karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan
infeksi terutama sangat membahayakan.

4. Prinsip Umum Pencegahan Infeksi


Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi
bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan
membantu mencegah penyebaran infeksi :
1. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.
2. Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi menularkan
infeksi.
3. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.
4. Pakai – pakaian pelindung dan sarung tangan.

4
5. Gunakan teknik aseptik.
6. Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
7. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
8. Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi nosokomial.

Tujuan Pencegahan Infeksi :

1. Mencegah terjadinya komplikasi infeksi pasca tindakan.


2. Menghindari terjadinya penularan penyakit infeksi berbahaya.
(Jurnal.prinsip.PI.2013)
Langkah pengendalian infeksi pada perlengkapan pemberian minum dan nutrisi
pada neonatus, anatara lain :
1. Gunakan ASI sebisa mungkin.
2. Sterilisai botol minuman harus dilakukan dengan benar setiap saat.
3. Penggunaan air steril merupakan keharusan.
4. Sonde lambung harus diganti setiap 2-3 hari.

Pengendalian infeksi bagi petugas kesehatan yang merawat neonatus, harus


memperhatikan antara lain, sebagai berikut:

1. Jumlah petugas yang memadai diperlukan untuk memberikan asuhan kepada


bayi dengan waktu cuci tangan yang adekuat dan kontak bayi ke bayi.
2. The American Academy Pediatrics (AAP) memberikan beberapa
rekomendasi jumlah staf yang merawat neonatus berdasarkan level
pelayanan sebegai berikut.
3. Unit perawatan bayi normal (levell I), jumlah perawat : 1 perawat per 6-8
neonatus.
4. Unit perawatan transisi (leve lII), jumlah perawat : 1 perawat per 3-4
neonatus.

5
5. Unit perawatan intensif (level III), jumlah perawat : 1 perawat per 1-2
neonatus.
6. Petugas yang merawat neonatus harus menyadari kemungkinanan penularan
penyakit kepada neonatus ada harus didorong untuk melaporkan penyakit
menular kepada pengendaliannya misalnya cutaneous staphylococcal atau
lesi herpetic, penyakit pernapasan, kunjungtivitis dan gastroenteritis.
(Maryunani,Anik(2011).Pencegahan Infeksi Dalam Kebidanan.Jakarta :
Trans Info Media).
5. Kewaspadaan terhadap pencegahan infeksi
Sebaiknya ibu atau siapa pun yang kontak dengan bayi harus memiliki
kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi.. kewaspadaan tersebut dapat
dibangun melalui hal-hal berikut:
1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan
infeksi.
2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan alkohol sebelum dan
sesudah merawat bayi.
3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.
4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila
diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang
digunakan sebelum daur ulang.
6. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya
bayi dengan diare yang terinfeksi didalam ruangan khusus.
(Dewi,Vivian Nanny Lia Dewi.2003.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Salemba Medika).

6
6. Asuhan Neonatus Pencegahan Infeksi
Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :
1. Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi stabil,
gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan
darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian
keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat
lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua
kehidupan.
2. Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi,
atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang direndam
dalam air hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
3. Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar
untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan putting.
7. Upaya Lain Pencegahan Infeksi
Berikut ini adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi,
diantaranya:
1. Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan
berbasis alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah
melepas sarung tangan, dan setelah memegang instrument atau barang yang
kotor.
2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan
sebelum dan sesudah memegang bayi.
3. Basahai kedua tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2 ml gliserin
dan 100 ml alkohol 60%. Caranya basahi seluruh permukaan tangan dan jari
dengan cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan
sampai kering.
4. Basahai kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan
sabun dan air mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau
keringkan dengan kertas bersih / handuk pribadi.

7
5. Gunakan alat-alat perlindungan pribadi.
6. Bila kemungkinan pakailah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki.
7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut:
8. Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah kulit,
atau darah (gunakan sarung tangan steril atau sarung DTT).
9. Memegang atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh
(gunakan sarung tangan bersih).
10. Memegang atau kotak dengan barang yang terkontaminasi serta akan
membersihkan atau membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal dari
baha karet atau lateks).
11. Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai
ulang. Langkah-langkah adalah sebagai berikut:
12. Dekontaminasi dengan merendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
13. Cuci dan bilas.
14. Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu di rebus atau dikukus.
15. Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali.
16. Jangan gunakan sarung tangan yang robek, terkelupas atau berlubang,
(Dewi,Vivian Nanny Lia Dewi.2003.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Salemba Medika)
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi
baru lahir adalah :
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat talipusat yang berarti menjaga
agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau
tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di sebelah bawah talipusat. Apabila
talipusat kotor, cuci luka talipusat dengan air bersih yang mengalirdan
sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan
kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoles

8
ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka talipusat, sebabakan
menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian
neonatal. Tanda-tanda infeksi talipusat yang harus diwaspadai, antara lain
kulit sekitar talipusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbaubusuk.
Mengawasi dan segera melaporkan kedokter jika pada tali pusat ditemukan
perdarahan, pembengkakan, keluarcairan, tampak merah atau berbau busuk.
Cara merawatnya adalah sebagai berikut :
1. Saat memandikan bayi, usahakan tidak menarik tali pusat.
Membersihkan tali pusat saat bayi tidak berada di dalam bak air. Hindari
waktu yang lama bayi di air karena bisa menyebabkan hipotermi.
2. Setelah mandi, utamakan mengerjakan perawatan tali pusat terlebih
dahulu.
3. Perawatan sehari-hari cukup dibungkus dengan kasa steril kering tanpa
diolesi dengan alkohol. Jangan pakai betadine karena yodium yang
terkandung di dalamnya dapat masuk ke dalam peredaran darah bayi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar gondok.
4. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak karena
dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman.
5. Tetaplah rawat tali pusat dengan menutupnya menggunakan kasa steril
hingga tali pusat lepas secara sempurna.
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit
bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu
agar terjadi kontak kulit langsung ibu danbayi, sehingga menyebabkan
terjadinya kolonisasi mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat
nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan
terkandung dalam air susu ibu.
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir

9
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua
mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan
bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir, berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia
neonatorum (Tetrasiklin 1%, Eritromisin 0.5% AtauNitrasn, Argensi 1%),
biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan
dibersihkan. Setelah selesai merawat mata bayi, cuci tangan kembali.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep
mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab tersering kegagalan
upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir.Pemberian dosis pertama tetesan
polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu.
Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan
perlindungan awal.Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan program
nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah
risiko tinggi, pemberian imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera
setelah lahir.
B. Phototherapy
1. Definisi
Fototerapi merupakan terapi pilihan pertama yang dilakukan terhapa
bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia (Kumar et al, 2010 dalam Shinta,
2015). Fototerapi merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang
bertujuan untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau
mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Fototerapi merupakan terapi dengan menggunakan sinar yang dapat dilihat
untuk pengobatan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Keefektifan suatu

10
fototerapi ditentukan oleh intensitas sinar. Adapun faktor yang mempengaruhi
intensitas sinar ini adalah jenis sinar, panjang gelombang sinar, jarak sinar ke
pasien yang disinari, luas permukaan tubuh yang terpapar dengan sinar serta
penggunaan media pemantulan sinar.
Bayi dengan ikterus perlu diamati apakah fisiologis atau akan berkembang
menjadi ikterus patologis. Anamnesis kehamilan dan kelahiran sangat
membantu pengamatan klinik dan dapat menjadi petunjuk untuk melakukan
pemeriksaan yang tepat. Early feeding yaitu pemberian makanan dini pada bayi
dapat mengurangi terjadinya ikterus fisiologik pada bayi.
Sistem fototerapi mampu menghantarkan sinar melalui bolam lampu
fluorcent, lampu quartz, halogen, emisi dioda lampu dan matres optik fiber.
Keberhasilan pelaksanaan fototerapi tergantung dari efektifitas dan minimnya
komplikasi yang terjadi (Stokowski, 2006 dalam Shinta, 2015).
2. Indikasi Fototerapi Fototerapi
Direkomendasikan apabila:
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500 gram.
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
3. Kadar 11-14mg/dl pada bayi dengan berat badan 2000-2499 gram.
(wong et al., 2009).
3. Dampak
Fototerapi akan meningkat jika kadar bilirubin di kulit makin tinggi.
Fototerapi mengubah bilirubin di kapiler superfisial dan jaringan interstitial
dengan reaksi fotokimia dan fotooksidasi menjadi isomer (isomerisasi struktural
dan konfigurasi) secara cepat, yang larut dalam air dan dapat diekskresi melalui
hepar tanpa proses konjugasi sehingga mudah diekskresi dan tidak toksik.
Penurunan bilirubin total paling besar terjadi pada 6 jam pertama.
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit tidak
adekuat, sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara terbalik
dengan kuadrat jarak), lamu flouresens yang terlalu panas menyebabkan

11
perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat.
Idealnya, semua ruang perawatan perinatologi memiliki peralatan untuk
melakukan terapi sinar intensif (Giyatmo, 2011).
4. Evektivitas Fototerapi
1. Jenis Cahaya Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm
merupakan cahaya yang paling efektif dalam fototerapi karena dapat
menembus jaringan dan diabsorbsi oleh bilirubin (bilirubin menyerap lebih
kuar pada cahaya biru dengan spektrum 460 nm ini).
2. Saluran energi atau imadiance sumber cahaya
Imadiance diukur dengan radiometer atau spektroradiometer dalam satuan
watt/cm¬¬2 atau µ watt/cm¬¬2nm. Sebagai contoh, sumber cahaya (tipe
konvensional atau standar) yang diletakkan ±20 cm diatas bayi dapat
menghantarkan spektrum imadiance, berkisar 8-10 µ watt/cm¬¬2 nm pada
panjang gelombang cahaya 430-490 nm.
Adapun cahaya flourenens biru dapat menghantarkan spektrum imadiance
berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2nm.
American academy of pediatriks mendefinisikan intensif fototerapi sebagai
fototerapi dengan spektrum imadiance berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2 nm
yang dapat menjangkau permukaan tubuh bayi dengan lebih luas. (Maisels
& McDonagh, 2008).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang
terpajang. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari
45 cm. Penelitian terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit
yang terpajan, semakin besar reduksi kadar bilirubin total. (Wong et al.,
2009).

Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan


lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iridasi), luas permukaan tubuh,

12
ketebalan kulit dan pigmentasi, lama paparan cahaya, kadar bilirubuin total saat
awal fototerapi (Sakundarno,2008).

5. Perawatan Bayi Dengan Fototerapi


1. Pasang penutup mata dan pastikan terpasang dengan baik.
2. Baringkan bayi tanpa pakaian, kecuali popok/ bilibottom
3. Ubah posisi bayi setiap 3 jam
4. Ketika fototerapi dimulai, periksa kadar bilirubin setiap 24 jam
5. Pantau subuh tubuh bayi
6. Observasi status hidrasi bayi, pantau intake dan output cairan
7. Edukasi dan motivasi orangtua / keluarga bayi
8. Dokumentasikan nama bayi, no RM, tanggal dan jam dimulai dan selesainya
fototerapi, jumlah jam pemakaian alat fototerapi dalam lembar dkomentasi
pemakaian alat.
9. Dokumentasikan pula tanggal dan jam penggunaan fototerapi, tampilan
klinis bayi, dan tindakan lainnya yang dilakukanterkait fototerapi dalam
lembar dokumentasi perawatan bayi.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan
1. Toksisitas cahaya terhadap retina bayi yang imatur sehingga selama
pemberian fototerapi, penutup mata harus terpasang (Maisels & McDonagh,
2008).
2. Gunakan diapers selama fototerapi untuk melindungi genetalia bayi (Wong
et al., 2009).
7. Durasi Fototerapi
Lamanya durasi fototerapi selah satunya ditentukan oleh nilai total serum
bilirubin saat mulai fototerapi dan fototerapi dihentikan jika nilai total serum
bilirubin mencapai nilai kurang dari 12 mg/dl (Moeslihchan et al, 2004 dalam
Rahmah et al, 2013).

13
C. Exchange Transfusion
1. Pengertian
Transfusi Tukar adalah Suatu rangkaian mengeluarkan darah pasien dan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar
hematocrit yang tinggi atau mengurangi konsetrasi toksin-toksin dalam aliran darah
pasien.
2. Indikasi
 Hiperbilirubinemia(indirect bilirubin) karena sebab apapun,jika kadar bilirubin
beresiko untuk menimbulkan gangguan disusunan saraf pusat.Transfusi tukar yang
dilakukan adalah double volume exchange selama50-70 menit.Penurunan bilirubin
semakin efisien jika transfusi tukar dilakukan perlahan ,sehingga ada kesempatan
untukbilirubin extra dan intravaskuler mencapai keseimbangan.
 Hemolityc Disease of The Newborn(HDN) .
Pada kelainan ini terjadi pemecahan eritrosit bayi karena antibody
maternal,sehingga bayi akan mengalami anemia dan hiperbilirubinemia sebagai
hasil metabolism.Transfusi tukar akan membuang sel eritrosit bayi yang telah
tersensitisasi dengan antibody maternal,menurunkan kadar bilirubin sekaligus
melakukan koreksi terhadap anemia yang ditimbulkan oleh HDN.Dilakukan trasfusi
tukar double volume,kalau perlu diulang,jika terjadi pemecahan eritrosit yang cepat.
 Sepsis Neonatal.
Transfusi tukar akan membantu membuang bakteri,toksin,produk pemecahan
fibrinserta akumulasi asam laktat dari bayi dan disaat bersamaan memberikan
komplemen,factor-faktor koagulasi dan imunoglubindari darah yang baru.
 Pembekuan Intravaskuler Meyeluruh(PIM).
Transfusi tukar membantu peningkatkan factor-faktor koagulasi dan mengurangi
penyebab KID,walaupun ini masih merupakan kontroversi.
 Asidosis serta gangguan cairan dan elektrolit berat,seperti hiperkaemia
,hypernatremia atau kelebihan cairan.

14
 Pengaturan Kadar hemoglobin .pada polisitemia dilakukan transfusi tukar persial
dengan garam fisiologis atau plasma untuk menurunkan kadar hemoglobin
,sedangkan pada anemia berat yang potensial menimbulkan gagal jantung.
3. Kontra indikasi
Transfusi tukar merupakan kontra indikasi jika pemasangan lineintravena lebih
berbahaya dari pada manfaat transfusi tukar.kontra indikasi tersebut adalah;
 kontra infdikasi melalui arteriatau vena umbilikalis;
a. Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat.
b. Omfalitis.
c. Omfalokel/Gastroskisis.
d. Necrotizing Enterocoliti
 kontra indikasimelalui arteriatau vena perifer:
1) Gangguan pendarahan (Bleeding Diathesis).
2) Infeksi pada tempat tusukan.
3) Aliran pembuliuh darah kolateral dari arteri ulnaris/ arteri Dorsalis Pedis kurang
baik.
4) Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer.

4. Persiapan Alat

Adapun persiapan alat-alatyang akan di gunakan dalam transfusi tukar yaitu:

1. Radiant warmer.
2. Peralatan dan obat-obatan resusitasi.
3. Alat monitor lengkap (perngukur denyut jantung, frekuensi nafas, suhu, pulse
oxymetri,dan tekanan darah)
4. Peralatan untuk memasang arteri dan vena umbilikal.
5. Orogastric tube, dipasang ke bayi.
6. Spluid 10 atau 20 cc.
7. Kalsium glukonas.
8. NaCI : Herpain 1 UI/cc
9. Tempat pembuangan darah (bisa di buat dari botol infus) yang telah
dihubungkan dengan set infus makro.

5. Persiapan Lingkungan

1. Lingkungan sekitar bayiharus bersih, nyaman dan kering.

15
2. Suhu ruangan 36oC-37oC.

3. Monitor lengkap dengan pengukuran tekanan darah,nadi ,respirasi, dan suhu.

4. Pencahayaan yang cukup.

6. Persiapan Pasien

1. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum
transfusi tukar.

2. bila mungkin 4 jam sebelum transfusi tukar bayi di beri infus albumin 1g/kgBB.

3. Awasi tanda vital ,jika perlu berikan oksigen.

4. Tubuh anak jangan sampai kedinginan

5. Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut. Bila
telah kerig,potong rata setinggi perut. Salah satu ujung kateter polietilen
dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang satu lagi di masukan ke vena
umbilikasis dengan hati-hati sampai terasa tahanan lalu tarik lagi sepanjang 1 cm.
Dengan cara tersebut biasanya darah sudah lkeluar sendiri. Ambilah 20cc untuk
pemeriksaan laboratorium yang di perlukan.

6. Periksa tekana vena umbilikasisdengan mencabut kateter dari semprit dan


mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya psitif ( darah akan naik setinggi 6 cm di
atas dinding perut ), bila ada gangguan pernafasaan biasanya terdapat tekanan
negatif.

7. Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah konor dan
seterusnya. Pada banyi prematuritas cuklup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang di
keluarkan adalah 190 ml/kg BB dan yang di masukkan adalah 170 ml/kgBB.

7. Prosedur Tindakan

a. Teknik Transfusi Tukar

1. Simple double volume ( push pull method).

16
Untuk keluar masuk darah hanya di perlukan satu jalur tranfusi ( biasanya dari vena
besar, seperti vena umbilikal). Teknik ini di gunakan untuk hiperbilirubinemia tanpa
komplikasi ( seperti anemia , sepsis dll). Waktu rata-rata per kali untuk keluar
masuk kira-kira 3-5 menit sehingga total transfusi akan berlangsung selama 90 –
120 menit.

2. Isovolumetric double volume ,


pada teknik ini di Lakukan poemasanga pada dua jalur , bisa arteri dan vena ( pada
umbilikal ataupun perifer) ataupun vena dan vena, di butuhkan dua operator untuk
memasukan dan mengeluarkan darah jika di pakai jalur arteri dan Vena darah
dimasukkan dari vena serta dikeluarkan melalui arteri.keuntungan dari metyode ini
adalah proses masuk dan keluar darah bias dilakukan pada waktu yang bersamaan
sehingga gangguan hemodinamik minimal,disamping itu waktu pelaksanaan
transfuse tukar juga lebih singkat (45-60)menit.waktu pelaksanaan bias
diperpanjang samapai 4 jam untuk memungkinkan ekuilibrasi bilirubin di darah dan
jaringan ,hal ini akan meningkatkan kadar bilirubin yang bias duhilangkan.Pada
kasus hydrops fetalis berat,teknik ini merupakan pilihan karena fluktuasi volume
minimal,sehingga gangguan miokardium juga minimal.
3.Transfusi tukar persial .
Dilakukan transfuse dengan plasma atau PRC,sesuai indikasi (polisitemia atau
anemia berat).

b. Pelaksanaan
1) Jelaskan tentang prosedur dan minta informed consent kepada orangtua.
2) Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum transfuse tukar dimulai .pasang OGT untuk
mengosongkan lambung dan alirkan(buka tutupnya)selama prosedur.Tindakan ini
berguna untuk dekompresi ,mencegah regurgitasi serta aspirasi cairan lambung
3) Tidurkan bayi terlentang dan posisi dengan baik .jangan lupa memasang urine
collector.

17
4) Lakukan prosedur seperti ini untuk tindakan mayor,kemudian pasang cateter vena
umbilical untuk teknik push and pull,serta arteri dan vena umbilical untuk teknik
isovolumetrik.
5) Siapkan unit darah .pastikan bahwa darah tersebut memang benar untuk pasien
,golongan darah cocok,dan temperature cocok,kalau masih dingin ,hangatkan ke
suhu tubuh (tidak lebih dari 37 derjat celcius)jangan terlalu panas karena bias
menyebabkan hemolysis.
6) Selanjutnya pasang darah ke set infus,pastikan threeway stopcock berada pada
posisi yang tepat sebelum memulai proseduer
a. Untuk teknik push-pull, pasang set transfusi di jalur vena (umbilikal atau vena
besar lain) dengan bantuan four way stopcock. Kalau tidak ada bisa di ganti
dengan dua buah threeeway stopcock yang di pasang seri. Di otlet stopcock
tersebut, di pasang dua buah spluit 10 atau 20 cc, darah yang akan di
transfusikan dan set infus untuk tempat darah kotor. Pasang set transfusi
sedemikian rupa sehingga stopcock akan berotasi searah jarum jam dengan
urutan :
1. Tarik darah dari pasien
2. Buang e tempat darah kotor
3. Ambil darah baru vena besar untuk menarik darah
4. Masukkan dengan perlahan

Jika vena umbilical tidak bias digunakan ,tenik push-pull boleh dilakukan di
arteri umbilical dengan syarat ujung kateter berada dibagian bawah
aorta(dibawah umbel 3).

b. Untuk teknik isovumetrik ,dijalur vena dipasang satu buah threeway stopcock
yang dihubungkan dengan satu buah spuit 10 cc atau 20 cc dan darah yang
ditransfusikan,sedangkan dijalur arteri,threeway stopcock dihubungkan dengan
satu buah spuit 10 atau 20 cc dan set infus untuk tempat.

18
c. Darah Kotor .jika jalur arteri tidak bias ditemukan ,alternative dari teknik ini
adalah dengan penggunaan dua vena.memasukkan darah.bilas jalur penarikan
darah dengan NaCl-heparin 1Ui/cc tiap 10-15 menit sekali untuk mencegah
pembekuan.
7) Mulailah prosedur transfuse tukar dengan perlahan ,volume keluar masukdarah
sesuai dengan berat badan bayi ,rata-rata ml/gb.volume per kali ,minimal 5cc dan
max 20 cc.
8. Cara Perhitungan Dosis

Jumlah darah yang dibutuhkan :


1. Double Volume
Darah yang ditransfusi tukar sebanyak dua kali lipat volume darah bayi.
Bayi cukup bulan mempunyai volume 80ml/gbb,sedangkan bayi premature
95ml/gbb,jumlah ini dikali dua menjadi darah yang harus ditransfusi tukar.
2. Transfusi tukar persial.Padapolisitemia,dilakukan transfuse tukar dengan
NaCl 0,9% atau plasma ,sedangkan pada anemia digunakan PRC.Volume
darah yang dibutuhkan pada polisitemia dihitung dengan rumus :
Volume darah transfuse(ml) = perkiraan jumlah darah bayi(ml)
xBB(kg) x (Ht bayi-Ht target):Ht bayi
Sedangkan untuk anemia,dihitung dengan rumus:
Volume darah transfuse(ml) = perkiraan jumlah darah bayi(ml)
xBB(kg) x (Ht bayi-Ht target) : (Hb PRC-Hb bayi)

19
BAB III

20
DAFTAR PUSTAKA
Bunyaniah, Dahru. 2013. Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru
Lahir Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Diunduh11 oktober 2015.

Gumilar, Hairul. 2010. Pemberian Fototerapi Dengan Penurunan Kadar Bilirubin Dalam
Darah Pada Bayi BBLR Dengan Hiperbilirubinemia. Diakses11oktober 2015.

Kosim, M,S., Soetandio, Robert. M Sakundaro. 2008. Dampak Lama Fototerapi Terhadap
Penurunan Kadar Bilirubin Total Pada Hiperbilirubinemia Neontal. Diakses 12 oktober
2015.

Rahmah., Yetti, K., Besral. 2013. Pemberian ASI Efektif Mempersingkat Durasi Pemberian
Fototerapi. Diakses 11 oktober 2015.

Shinta P, Tina. 2015. Pengaruh Perubahan Posisi Tidur Pada Bayi Baru Lahir
Hiperbilirubinemia Dengan Total Fototerapi Terhadap Kadar Bilirubin Total. Diakses 12
oktober 2015.

Suraiyah. 2014. http://www.rspermatacibubur.com/hiperbilirubinemia/. Diakses 10 oktober


2015.

Yuhanidz, H., Saryono., Giyatmo. 2011. Efektivitas Fototerapi 24 Jam Dan 36 Jam
Terhadap Penurunan Bilirubin Indirect Pada Bayi Ikterus Neonatorum.Diakses 10 oktober
2015.

Muslihatun, Wati Nur. 2010.AsuhanNeonatus Bayi Dan Balita. Jogyakarta. Fitramaya

21

Anda mungkin juga menyukai