Pembimbing:
Dr. Febryanti Purnamasari, Sp. THT-KL
Definisi
Dentoalveolar, Semua fraktur yang terbatas pada tooth-bearing area mandibula tanpa gangguan pada
Symphisis, Fraktur pada regio incisivus mandibula yang memanjang dari processus alveolar ke batas
Parasymphysis, Fraktur yang muncul diantara foramen mentale dengan distal incisivus lateral
Ascending Ramus, Fraktur yang dibetntuk dari garis fraktur yang memanjang secara horizontal
melewati anterior-posterior ramus mandibula atau garis fraktur yang memanjang secara vertikal dari
sigmoid notch ke batas inferior mandibula
Body Mandibula, Fraktur yang muncul diantara foramen mentale dengan distal molar kedua dan
Angle, raktur distal ke molar kedua yang memanjang dibentuk dari titik temu body dan ramus
mandibula pada retromolar area dengan titik yang dibentuk dari titik inferior body mandibula dan
posterior border ramus mandibula
Condylar processus, Fraktur yang memanjang dari sigmoid notch ke posterior border ramus mandibula
sepanjang aspect superior ramus; atau fraktur yang melibatkan condylus bisa diklasifikasikan menjadi
extracapsular atau intracapsular, tergantung dari relasi fraktur dan capsular attachment
3. Kajanzian and Converse
Fraktur kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : untuk melihat adanya deformitas pada muka, memar dan
pembengkakan
Palpasi : Merasakan tulang rahang, rasakan gerakan mandibular
Periksa mulut dalam : apakah ada maloklusi atau tidak
C. Pemeriksaan penunjang
Rontgen
CT-Scan
Penatalaksanaan
Text
Here
Prinsip dasar
Primary Airway Breathing Circulation dari
penatalaksanaa
survey
n fraktur
Prinsip dasar penatalaksaan frakatur
1. Reduksi
a. Reduksi tertutup
Penjajaran tanpa visualisasi garis fraktur. Tidak ada intervensi bedah yang
diperlukan untuk reduksi tertutup. Penjajaran fragmen fraktur dapat dilakukan
tanpa pembedahan. Oklusi digunakan sebagai faktor penuntun. Reduksi
tertutup dapat dicapai dengan metode manipulasi atau traksi.
b. Reduksi terbuka
Pada fase ini, fragmen fraktur (setelah reduksi) yang tetap, dalam hubungan
anatomi normal, untuk mencegah displacement dan mencapai pendekatan
yang tepat. Perangkat fiksasi dapat ditempatkan secara internal maupun
eksternal.
A. Fiksasi skeletal direk
a. Fiksasi eksternal skeletal direk