Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam atau
labyrinthus. Telinga luar terdiri dari daun telinga atau auricula dan liang telinga
atau meatus acusticus externus dan mempunyai batas dengan telinga tengah yaitu,
membrane tympani.13 Auricula tersusun dari tulang rawan kecuali pada bagian
lobulus. Meatus acusticus externus atau liang telinga berbentuk huruf S,
pada sepertiga bagian luar tersusun oleh tulang rawan, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya tersusun oleh tulang. Panjangnya berkisar antara 2½ - 3
cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat kelenjar serumen
(kelenjar keringat) dan rambut. Telinga tengah berbentuk rongga seperti kubus
berisi udara dengan batas luarnya yaitu membrane tympani, batas depan yaitu
tuba auditiva eustachius, batas bawahnya adalah vena jugularis (bulbus jugularis),
batas belakangnya 3 tulang pendengaran yaitu malleus, incus, dan stapes.
Dilanjutkan dengan aditus ad antrum, kanalis fasialis parsvertikalis, atap atas
berabatasan dengan tegmen tympani (meningen/otak), dan batas dalamnya
berturut-turut dari atas ke bawah yaitu kanalis semi sirkularis horizontal, canalis
facialis, oval window, round window, dan promontorium. Dan untuk Telinga
dalam terdiri dari cochlea yang sering disebut dengan rumah siput. Cochlea
berupa dua setengah lingkaran dan vestibulum, yang terdiri dari tiga buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak cochlea disebut helicotrema, menghubungkan
perilimfe skala tympani dan skala vestibuli. Pada irisan melintang cochlea,
tampak skala vestibuli dibagian atasnya, skala tympani di bagian bawahnya dan
skala media diantaranya. Skala vestibuli dan skala tympani berisi perilimfa,
sedangkan skala media berisi endolimfa.14
Gambar 2.1 Anatomi Telinga15

2.1.1 Daun Telinga (Auricula)

Daun telinga atau auricula terdiri dari lempeng tulang rawan


elastis tipis yang ditutupi oleh lapisan kulit, terdapat sedikit jaringan
subkutan antara kulit dan perichondrium. Bentuk anatomi dari daun telinga
ini sangat kompleks, tapi mudah terlihat jika cacat kongenital. 16 Dalam
merawat trauma telinga luar, harus diusahakan untuk mempertahankan
bentuk anatominya, karena secara fisiologis daun telinga berperan untuk
mengumpulkan dan menyalurkan gelombang suara dari lingkungan luar ke
dalam liang telinga. Daun telinga juga mempunyai otot instrinsik dan
ekstrinsik, keduanya dipersarafi oleh nervus fasialis.14

Gambar 2.2 Anatomi Daun Telinga15


2.1.2 Liang Telinga (Meatus Acusticus Externus)

Merupakan saluran berkelok yang menghubungkan aurikula


dengan membran timpani. Liang telinga atau Meatus Acusticus Externus
berfungsi menghantarkan gelombang suara dari aurikula ke membrane
timpani. Pada sepertiga rangka bagian luar liang telinga disusun oleh
cartilago elastis, dan dua pertiga bagian dalam adalah tulang, yang
dibentuk oleh membran timpani. Liang telinga dilapisi oleh kulit, dan
sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, glandula sebacea, dan
glandula ceruminosa. Glandula ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar
keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan.
Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah
benda asing masuk.17

Sendi temporomandibularis dan kelenjar terletak di depan liang


telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf
facialis menjauhi foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju
prossesus stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan
dibawah liang telinga memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga
merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari
saraf facialis, patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.13,14 Saraf
sensorik yang mempersarafi kulit dari liang telinga berasal dari nervus
auriculotemporalis dan ramus auricularis nervus vagus. Aliran Limfe
menuju ke nodus parotidei superficiales, mastoideus, dan cervicales
superficiales.14 16

2.2 Definisi Otitis Eksterna

Otitis eksterna (OE) adalah suatu peradangan atau infeksi pada


saluran pendengaran bagian luar (CAE), daun telinga, atau keduanya. Penyakit ini
merupakan penyakit umum yang dapat ditemukan pada semua kelompok umur.
Otitis eksterna (OE) biasanya merupakan infeksi bakteri akut kulit saluran telinga
(paling sering disebabkan Pseudomonas aeruginosa atau Staphylococcus aureus),
tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri lain, virus, atau infeksi jamur.18

2.3 Epidemiologi

Berdasarkan studi di negara Nigeria dari 13.328 kasus penyakit telinga,


ada 133 kasus di diagnosis dengan otitis eksterna yang terjadi pada semua
kelompok umur. Usia minimun adalah satu tahun, sementara usia maksimal
adalah 64 tahun.6 Laporan hasil analisis data National Ambulatory-Care (NAC)
and Emergency Department (ED) pada tahun 2007, menggambarkan epidemiologi
otitis eksterna akut di Amerika Serikat diperkirakan 2,4 juta kunjungan kesehatan
atau sekitar 8,1 kunjungan per-1000 penduduk di Amerika Serikat didiagnosa
menderita otitis eksterna akut. Sedangkan hasil penelitian di Poliklinik THT-KL
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pada periode Januari – Desember 2011
memperlihatkan bahwa dari 5.297 pengunjung terdapat 440 kasus otitis eksterna.7

2.4 Klasifikasi Otitis Eksterna

Klasifikasi otitis eksterna terdiri atas:

2.4.1 Otitis Eksterna Akut

a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul)


Merupakan suatu peradangan sepertiga luar liang telinga
mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar
sebasea, dan kelenjar serumen, maka di tempat itu terjadi infeksi
pada pilosebaseus, sehingga terbentuk furunkel, dan biasanya
disebabkan oleh Staphyllococcus aureus dan Staphylococcus.
albus.17

b. Otitis eksterna difusa


Bentuk lain dari otitis eksterna akut, dimana infeksi yang terjadi
di kulit liang telinga dua pertiga dalam. Infeksi ini dikenal juga
dengan nama swimmer’s ear. Infeksi ini biasa terjadi pada cuaca
yang panas dan lembab, dan biasanya infeksi ini disebabkan oleh
kuman golongan Pseudomonas. Adapun kuman lain yang juga
penyebab otitis eksterna difus ini adalah Staphylococcus albus,
Escherichia coli, dan Enterobacter aerogenes. Penyakit ini juga
bisa terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.3

c. Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur pada
teling luar, dan biasanya jarang mempengaruhi telinga tengah.
Gejala yang biasanya ditimbulkan seperti pruritis, telinga tidak
nyaman dan rasa sakit di telinga, rasa penuh di liang telinga,
tinnitus, dan gangguan pendengaran. Infeksi jamur di liang telinga
ini biasanya terjadi di daerah kelembaban yang tinggi. Jamur
penyebab tersering pada penderita otomikosis adalah
Pityrosporum dan Aspergilus.19

d. Herpes zoster otikus


Infeksi liang telinga yang disebabkan oleh virus varicella zoster.
Virus tersebut dapat menyerang satu atau lebih dermatom saraf
kranial (saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks
servikalis bagian atas) yang dapat disebut sebagai Sindroma
Ramsay Hunt.1

2.4.2. Otitis Eksterna Kronis

a. Eczematous otitis externa.


Meliputi berbagai kondisi dermatologis (dermatitis atopik,
psoriasis, sindrom lupus eritematosa, eczema) yang dapat
menginfeksi liang telinga dan menyebabkan otitis eksterna.1

b. Otitis eksterna maligna.


Disebut juga otitis ksterna nekrotikans atau osteomielitis dasar
tengkorak. Suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang
telinga luar. Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan
meluas ke tulang temporal hingga ke jaringan sekitarnya.
Keadaan ini sering didapati pada pasien usia lanjut dan menderita
penyakit diabetes mellitus. Serta pasien dengan disfungsi imun
selular. Pada penderita diabetes mellitus, pH serumennya lebih
tinggi dibanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini yang
menyebabkan paenderita diabetes mellitus lebih mudah terkena
otitis eksterna. Otitis eksterna maligna juga dapat terjadi pada
pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang
melibatkan populasi yang lebih muda. Otalgia adalah gejala yang
paling sering terjadi. Pada otoskopi ditemukan otitis eksterna
dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang telinga
luar. Pemeriksaan scan tulang dengan technetium Tc 99m dan Ga
67 scan diperlukan untuk menegakkan diagnosa.1

c. Keratosis obsturan
Proses radang kronik, yang menyebabkan gangguan migrasi epitel
dan membentuk gumpalan epidermis di liang telinga.1

2.5 Etiologi dan Faktor Resiko

Otitis eksterna paling banyak disebabkan oleh karena bakteri. Bakteri


penyebab yang paling umum adalah Pseudomonas spesies dan Staphylococcus
spesies. Tidak hanya bakteri, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh jamur dan
virus. Jamur penyebab tersering adalah Aspergillus niger dan Candida albicans.
Otitis eksterna juga dapat disebabkan oleh penyebaran luas dari proses
dermatologis yang bersifat non-infeksi.3

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena otitis eksterna,


antara lain yaitu struktur kanalis auditorius yang unik berkontribusi terhadap
perkembangan otitis eksterna. Selain itu, kanalis auditorius eksternal mempunyai
suhu yang hangat, gelap dan mudah lembab, sehingga merupakan lingkungan
yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan jamur. Aktivitas membersihkan atau
mengorek-ngorek telinga yang terlalu sering dengan cotton bud menyebabkan
terjadinya akumulasi serumen dan pembersihan terganggu. Trauma ringan ketika
mengorek juga dapat melukai kulit sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya
invasi patogen penyakit ke kulit yang rusak. Selain itu, sering berenang dan sering
terpapar air kolam renang menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber
kontaminasi yang sering dari bakteri. Pada penggunaan bahan kimia seperti
hairspray dan pewarna rambut juga bisa membuat iritasi yang memungkinkan
bakteri dan jamur mudah masuk. Serta, keadaan yang terlalu sering menggunakan
alat – alat yang menutupi saluran telinga seperti alat bantu pendengaran maupun
earphone yang dapat meningkatkan risiko otitis eksterna. Pada dasarnya, otitis
eksterna dapat ditemukan pada hampir semua kelompok usia. Otitis eksterna tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin, namun biasanya dipengaruhi oleh kebiasaan
individu tersebut.

Penyakit otitis eksterna terbagi menjadi tiga stadium, diantaranya stadium


preinflamasi, stadium inflamasi akut, yang dapat terjadi secara ringan, sedang atau
berat dan stadium inflamasi kronik. Pada stadium preinflamasi terjadi edema
stratum korneum akibat hilangnya pH asam dari lapisan pelindung kanal,
kemudian terjadi penyumbatan di unit apopilosebasea, selama penyumbatan
berlangsung akan timbul rasa penuh dan rasa gatal di telinga. Kerusakan lapisan
epitel memungkinkann invasi bakteri atau jamur yang berasal dari pinggir kanal
ataupun yang masuk bersama benda asing yang dimasukkan ke kanal, seperti
cotton bud. Hal ini mengakibatkan terjadinya stadium inflamasi akut yang
ditandai dengan nyeri.

Pada tahap awal stadium inflamasi ringan, permukaan kulit meautus acusticus
externus terlihat eritema ringan, sedikit edema, dan dapat juga terlihat adanya
sekret encer atau agak keruh dalam jumlah yang sedikit. Rasa nyeri dan gatal akan
semakin bertambah, menandakan perkembangan inflamasi akut otitis eksterna dari
stadium inflamasi ringan ke stadium inflamasi sedang, dan kanal terlihat lebih
edema dan lebih banyak eksudat kental.

Jika inflamasi tidak segera diobati, perkembangan inflamasi akan berlanjut ke


stadium inflamasi berat. Ditandai dengan rasa nyeri yang semakin bertambah dan
tertutupnya lumen kanal, serta terdapat banyak eksudat purulen, edema, adanya
papul putih di permukaan kulit kanal sehingga membran timpani tidak terlihat
jelas. Pada stadium berat ini, biasanya terjadi perluasan infeksi yang meliputi
perbatasan jaringan lunak dan kelenjar getah bening servikal.

Pada stadium kronik, terjadi penebalan kulit kanal eksternal dan bagian
superfisialnya mulai mengelupas. Pada stadium ini dapat ditemukan perubahan
sekunder pada bagian aurikula dan konka, seperti eksematisasi, likenifikasi, dan
ulserasi superfisial. Kondisi ini hampir sama dengan eksema, dan dapat terjadi
dengan pengeringan dan penebalan kanal, sampai hilangnya kanal eksternal
karena hipertrofi kulit akibat infeksi kronik.

2.6 Manifestasi Klinis

Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Pada
otitis eksterna sirkumskripta memiliki gejala dan tanda seperti nyeri hebat dan
kemerahan kulit di sekitar folikel rambut hingga abses yang akhirnya pecah,
terjadi pelepasan sekret yang sangat busuk. Rasa nyeri yang hebat disebabkan
karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan ikat longgar dibawahnya,
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondium. Rasa nyeri akan terasa
lebih berat akibat pergerakan daun telinga atau tekanan pada tragus, seperti
gerakan spontan pada waktu membuka mulut. Gangguan pendengaran biasanya
terjadi bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga sehingga hantaran
gelombang suara juga tidak optimal.

Pada otitis eksterna difusa, gejala dan tanda umumnya ialah rasa gatal, nyeri
tekan, dan nyeri tarikan di daerah daun telinga, tetapi penyakit ini dapat juga
menimbulkan gangguan pendengaran pada kasus yang parah dan menimbulkan
pembengkakan (oedema) di liang telinga, sehingga mempersempit rongga dari
liang telinga tersebut. Pada pemeriksaan otoskopi, sering terlihat suatu lapisan
tipis dan kemerahan pada kulit liang telinga. Peradangan tersebut dapat menyebar
ke membran timpani dan jaringan lunak sekitar. Gejala nyeri lebih dominan pada
infeksi liang telinga dan terdapat pengeluaran sekret (otorrhea). Sekret tersebut
biasanya encer hingga tampak berminyak dan dapat berbau busuk, hal ini
bergantung pada mikroorganisme penyebab. Jika otorrhea tampak berupa seperti
benang-benang mukus, biasanya menunjukkan fokus sekresi berada di telinga
tengah. Pada kebanyakan penyakit kulit generalisata, kejadian otitis eksterna
dengan otorrhea juga dapat terjadi peda perjalanan penyakitnya, demikian juga
pada psoriasis, dermatitis seboroik atau eczema. Pada otomikosis gejala yang
ditemukan, yaitu berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga. Dan pada
keadaan herpes zoester otikus, ditemukan lesi kulit yang vesikuler pada kulit di
daerah muka dan sekitar daun telinga, kadang juga disertai paralisis pada otot
wajah. Pada keadaan berat biasanya ditemukan gangguan pendengaran. Pada
kasus keratosis obsturan, gejala umumnya adalah nyeri telinga (otalgia) berat, tuli
konduktif akut, dan gangguan pendengaran. Jika terjadi gangguan pendengaran,
biasanya disebabkan oleh adanya gumpalan epitel berkeratin di liang telinga. Pada
otitis eksterna maligna gejalanya ialah rasa gatal di liang telinga, diikuti oleh
nyeri, sekret yang banyak keluar, pembengkakan liang telinga, serta terdapat
jaringan granulasi yang tumbuh cepat ke dalam sehingga liang telinga menjadi
tertutup.

2.7 Penegakan Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis otitis eksterna dapat diperoleh dari


anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis
Pada Anamnesis, keluhan utama yang dilaporkan pasien antara
lain rasa nyeri telinga atau otalgia yang berat, rasa penuh pada telinga,
tinnitus, dan demam. Nyeri bertambah terutama ketika daun telinga
ditarik, nyeri tekan pada tragus, serta gerakan spontan membuka mulut,
yaitu seperti ketika mengunyah makanan dan menguap. Keluhan
tambahan lainnya adalah pendengaran sedikit berkurang, walaupun ada
juga yang normal. Selain iyu, keluarnya sekret yang encer bening sampai
kental. Jenis sekret ini tergantung dari penyebab kuman atau jamur yang
menginfeksi. Infeksi yang disebabkan oleh jamur akan bermanifestasi
sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau. Pendengaran bisa
normal, dan sedikit berkurang.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan telinga luar dapat dengan mudah diperiksa


dengan bantuan head lamp. Saat memeriksa meatus acusticus externa
dan membran tympani, tenaga kesehatan memerlukan alat otoskop untuk
melakukan pemeriksaan otoskopik. Otoskop adalah alat yang dapat
menyinarkan cahaya dan gambaran dapat dibesarkan untuk mengamati
meatus acusticus externa dan membran tympani. Hasil pemeriksaan fisik
otitis eksterna antara lain terdapat nyeri tekan tragus, edema saluran
auditori eksternal, eritematosa, discharge purulen, eczema daun telinga,
adenopati periauricular dan servikal. Pada kasus yang berat, umumnya
infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, termasuk kelenjar parotis.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan kultur dari sekret telinga untuk mengidentifikasi


organisme penyebab dan untuk meresepkan terapi antimikroba yang tepat
dan efektif. Jika diagnosis mengarah ke otitis eksterna maligna, CT scan
atau bone scan isostop dapat membantu menegakkan diagnosis.
2.8 Penatalaksanaan

Dokter meresepkan terapi antimikroba untuk mengatasi indikasi 2


penyebab paling umum yaitu Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus
aureus. Dilanjutkan dengan membersihkan serumen dari saluran telinga sehingga
obat yang bersifat topikal bisa bekerja efektif. Jika ada nyeri, dokter mengobati
rasa nyerinya. Mengedukasi pasien untuk menggunakan obat tetes telinga yang
tepat, karena jika berlebihan dapat menyebabkan tumbuhnya jamur dan selalu
menjaga telinga dalam keadaan tetap kering dan tidak lembab.

Pada otitis eksterna sirkumskripta, terapi yang diberikan bergantung kepada


keadaan furunkel. Jika sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan nanahnya. Selain itu juga diberikan antimikroba lokal dalam bentuk
salep contohnya pylomixin B, bacitracin atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam
alkohol). Jika dinding furunkel tebal, dilakukan insisi dengan anastesi, kemudian
di pasang salir (drain) untuk mengalirkan nanah. Biasanya tidak perlu diberikan
obat antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik
dan obat penenang. Untuk otitis eksterna difusa, penanganan yang dilakukan
dengan membersihkan liang telinga, dan karena adanya oedema dinding kanalis,
dimasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik anatar obat dengan kulit yang meradang. Antibiotika
sistemik kadang diperlukan pada kasus-kasus yang berat, dan selanjutnya
dianjurkan untuk melakukan tes kepekaan bakteri. Antibiotika sistemik khususnya
diperlukan jika dicurigai adanya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan
telinga. Jika otitis eksterna difus yang terjadi secara sekunder akibat dari otitis
media kronik, maka pengobatan otitis media kronik yang diutamakan terlebih
dahulu. Rasa nyeri pada telinga dapat diatasi dengan analgetik. Pada otomikosis,
pengobatannya dengan menggunakan larutan asam asetat 2% dalam alkohol,
larutan Iodium povidon 5% atau tetes telinga yang mengandung campuran
antibiotik dan steroid yang diteteskan ke liang telinga. Kadang juga diperlukan
obat anti jamur dalam bentuk salep yang diberikan secara topikal, seperti nistatin,
klotrimazol. Dalam pengobatan herpes zoester otikus, penatalaksanaannya sesuai
dengan penyebabnya, yaitu virus herpes zoester. Pada otitis eksterna kronik,
dilakukan operasi rekonstruksi liang telinga, dan pada kolesteatoma juga
dilakukan operasi pengangkatan kolesteatoma dan jaringan yang nekrotik dengan
tujuan mencegah berlanjutnya penyakit yang mengerosi tulang. Kolesteatoma dan
jaringan nekrotik daiangkat sampai bersih, diikuti pemberian antibiotik topikal
secara berkala. Jika koklesteatoma masih kecil atau terbatas, dapat dilakuakan
tindakan konservatif. Sedangkan pada otitis eksterna maligna sering, harus segera
dilakukan tes kultur dan resistensi. Sambil menunggu hasil kultur, dapat diberikan
obat golongan fluorquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan
yang lebih berat, diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotika
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu. Selain obat-obatan,
dilakukan juga tindakan untuk memebersihkan luka secara radikal. Tindakan
membersihkan luka yang kurang bersih akan menyebabkan penjalaran penyakit
makin cepat. Otitis eksterna maligna sering didapati pada pasien usia lanjut dan
menderita penyakit diabetes mellitus. Untuk itu, selain mengobati telinga, pasien
dengan diabetes mellitus juga harus dikontrol gula darahnya.

2.9 Komplikasi

Proses infeksi dapat menghasilkan stenosis pada saluran telinga. Infeksi


juga bisa menyebar dan menyebabkan cellulitis atau chondritis di daerah
sekitarnya. Jika infeksi terus berkembang, infeksi dapat menyebar ke kelenjar
parotis. Ketika infeksi menyebar ke struktur disekitarnya telinga luar, itu dikenal
sebagai keganasan atau necrotizing otitis externa. Selain itu, beberapa jenis otitis
eksterna juga menimbulkan peresis dari nervus fasialis.

2.10 Pencegahan

Pencegahan otitis eksterna antara lain, yaitu saat telinga terasa gatal tidak
diperbolehkan menggoreskan, menusuk telinga atau membersihkan telinga
dengan menggunakan cotton bud, kuku, pin, atau benda lainnya yang bisa melukai
telinga. Jika terasa sangat gatal, segera berkonsultasi ke dokter. Gatal dapat
dikontrol dengan antihistamin yang diberikan secara oral, terutama pada waktu
tidur. Lalu usahakan telinga selalu dalam keadaan kering, tidak lembab,
contohnya setelah mencuci rambut, berenang atau mandi, usahakan telinga tidak
lembab dengan menggelengkan kepala untuk membuang air yang tersisa dari
saluran telinga. Pasien otiits eksterna yang masih dalam pengobatan harus
diperhatikan agar telinga jauh dari air selama 7-10 hari. Pada perenang dapat
kembali berenang setelah 2-3 hari menyelesaikan pengobatan, atau dibantu
dengan penggunaan penyumbat telinga karet silikon. Pasien yang memakai alat
bantu dengar atau earphone harus membatasi penggunaannya sampai rasa sakit
hilang.

Pencegahan lainnya dengan menggunakan asam asetat profilkasis yang


diresepkan oleh dokter sebelum atau sesudah berenang dan pemberian sebelum
tidur adalah salah satu cara untuk mencegah otitis eksterna. Jika gejala belum
membaik setelah beberapa hari pengobatan, harus segera memberitahu dokter
untuk melihat apakah diperlukan perubahan dalam pengobatan. Dan jika stenosis
meatus terjadi, tindakan meatoplasty (pembesaran meatus) dianjurkan untuk
menanganinya.

2.11 Prognosis

Sebagian besar pasien otitis eksterna membaik dalam 2-3 hari dari
pemberian antibiotik. Jika tidak membaik dalam 2-3 hari maka perlu dilakukan
evaluasi kembali oleh dokter. Otitis eksterna biasanya sembuh sepenuhnya dalam
7-10 hari. Pada beberapa pasien, dapat menyebabkan nyeri hebat yang
memerlukan penghilang rasa sakit seperti narkotika, dan nyeri biasanya membaik
2-5 hari setelah memulai terapi. Jika tidak diobati, otitis eksterna akut dapat
berkembang menjadi otitis eksterna maligna, suatu kondisi serius yang sering
menyebabkan morbiditas atau mortalitas yang parah. Komplikasi ini hampir
secara khusus terlihat pada pasien immunocompromised, seperti penderita
diabetes, penderita AIDS, orang-orang yang menjalani kemoterapi, dan pasien
yang memakai obat immunosuppressant (misalnya, glukokortikoid). Jika tidak
diobati, nekrosis otitis eksterna maligna memiliki tingkat kematian mencapai
50%.
2.12 Kerangka Teori

Faktor Risiko

Trauma ringan Diabetes Penyumbat


Bahan Penggunaan saat mengorek Melitus Telinga dan alat
Alergi Berenang
Iritan Cotton Bud telinga bantu dengar

Keluhan

Gangguan
Otalgia Pruritus Rasa Penuh Ottorhea Demam
Pendengaran

Memperberat

a. Kemasukan
Agent: Air saat
Otitis Eksterna mandi dan
a. Bakteri berenang
b. Jamur b. Struktur
c. Virus anatomis
telinga

Bagan 2.1 Kerangka Teori


2.13 Kerangka Konsep
Gambaran Kasus
Berdasarkan Jenis
Kelamin

Gambaran Kasus
Berdasarkan Usia

Gambaran Kasus
Berdasarkan
Pendidikan

Gambaran Kasus
Berdasarkan
Gambaran Kasus
Otitis Eksterna Pekerjaan
Otitis Eksterna

Gambaran Kasus
Berdasarkan
Keluhan Utama

Gambaran Kasus
Berdasarkan Lokasi
Telinga

Gambaran Kasus
Berdasarkan
Diagnosa Medik

Gambaran Kasus
Berdasarkan
Keluhan Tambahan

Gambaran Kasus
Berdasarkan
Pengobatan
Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai