PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 ANATOMI
Gambar 1.1 Os Radius (Sobotta edisi 21, 2005) Gambar 1.2 Os Ulna (Sobotta edisi 21, 2005)
Gambar 1.3 Articulatio Cubiti (Sobotta edisi 21, 2005) Gambar 1.4 Sambungan-sambungan tulang
lengan bawah (Sobotta edisi 21, 2005)
Radius
2
Ujung proksimal radius membentuk caput radii, berbentuk roda,
letak melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis
yang serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies
articularis, yang disebut circumferentia articularis dan berhubungan
dengan incisura radialis ulnae. Caput radii terpisah dari corpus radii oleh
collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapat
tuberositas radii.(5)
Corpus radii di bagian tengah membentuk margo/ crista interossea,
margo anterior, dan margo posterior.(5)
Ujung distal radius melebar ke arah lateral membentuk processus
styloideus radii, di bagian medial membentuk incisura ulnaris, dan pada
facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo.
Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi.(5)
Ulna
Ujung proksimal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal
yang sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proksimal ulna terdapat
incisura trochlearis, menghadap ke arah ventral, membentuk persendian
dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di
sebelah kaudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di
sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.
brachialis. Di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura
radialis, yang berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura
radialis terdapat crista musculi supinatoris.(5)
Corpus ulna membentuk facies anterior, facies posterior, facies
medialis, margo interosseus, margo anterior dan margo posterior.(5)
Ujung distal ulna disebut caput ulnae. Caput ulna berbentuk
circumferential articularis, dan di bagian dorsal terdapat processus
styloideus serta sulcus m. extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna
berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius.(5)
3
Articulatio Radio-Ulnaris
Antara radius dan ulna terbentuk tiga buah articulus, yaitu (a)
articulatio radio-ulnaris proximal, (b) articulatio radio-ulnaris distalis dan
(c) syndesmosis, di bagian tengah (membrane interossea antebrachii).(5)
Articulatio radio-ulnaris proximalis dibentuk oleh capitulum radii
dengan incisura radialis ulnae. Capitulum radii berada di dalam
ligamentum anulare radii (dilingkari) sehingga capitulum radii dapat
berputar dengan bebas. Incisura radialis ulna merupakan ¼ bagian dari
sebuah lingkaran den ligamentum tersebut membentuk ¾ bagian
selanjutnnya. Ligamentum anulare radii membentuk corong yang
membesar di bagian proksimal dan mengecil di bagian distal, sehingga
dengan demikian capitulum radii tidak terlepas daripadanya.(5)
Antara corpus radii dan corpus ulna terdapat chorda obliqua dan
membrana interossea antebrachii, membentuk persendian berupa
syndesmosis. Chorda obliqua melekat pada tuberositas ulna, menuju ke
arah inferolateral dan melekat di bagian caudalis tuberositas radii.(5)
Membrana interossea antebrachii melekat pada crista interossea
radii dan pada crista interossea ulna, arahnya dari kraniolateral menuju ke
inferomedial. Pada membrana interossea ini terdapat perlekatan dari otot-
otot fleksor dan ekstensor lapisan profunda antebrachium.(5)
Articulatio radio-ulnaris distalis (inferior) dibentuk oleh capitulum
ulna dengan circumferentia articularisnya di satu pihak dengan incisura
ulnaris radii di pihak lain mempunya articularis yang tipis. Pada articulus
ini terdapat sebuah diskus articularis yang berbentuk segitiga, memisahkan
ujung ulna daripada os carpalia. Apeks dari diskus melekat pada sisi lateral
processus styloideus ulna, dan basisnya melekat pada margo lateralis
incisura ulnaris radii. Fungsi discus articularis adalah menghindari
pemisahan ujung radius daripada ujung ulna. Di bagian ventral dan dorsal
discus articularis mengadakan perlekatan pada capsula articularis dari
wrist joint.(5)
Pergerakan
4
Gerakan radius terhadap ulna menghasilkan gerakan rotasi dari
antebrachium, yang terjadi pada axis longitudinalis. Pada gerakan rotasi
ini radius berputar terhadap ulna dan humerus, gerakan yang dimaksud
adalah pronasi dan supinasi. Kedua gerakan ini berada di antara 135-150
derajat, dan bervariasi secara individual. Axis dari gerakan ini dinamakan
axis pronasi-supinasi, yang letaknya miring (oblik) melalui capitulum radii
dan processus styloideus ulna. Gerakan pronasi dilakukan oleh m. pronator
teres dan m. pronator quadrates. Gerakan supinasi dilakukan oleh m.
biceps brachii dan m. supinator. Manus mengikuti gerakan radius.(5)
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan serta gerakan deviasi radial dan ulnar. Gerakan fleksi dan ekstensi
dapat mencapai 90º oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu
sendi radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus.
Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi.(3)
II.4 PATOFISIOLOGI
Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami
kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma
yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai
struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).
Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan
terutama tekanan membengkok, memutar, atau tarikan.(2)
Trauma dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma
langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. Disebut trauma tidak langsung
apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada
klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.(2)
Tekanan pada tulang dapat berupa tekanan berputar yang
menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik, tekanan membengkok yang
5
menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis tulang yang
dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi,
kompresi vertebra yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau
memecah misalnya badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-
anak, trauma langsung disertai dengan resistensi pada jarak tertentu yang
akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z, fraktur karena remuk,
maupun trauma karena tarikan pada ligament atau tendo yang akan
menarik sebagian tulang.(2)
Mekanisme jejas biasanya bevariasi. Penyebab tersering adalah
tekanan langsung pada lengan bawah, yang menyebabkan suatu fraktur
pada ulna, radius, atau keduanya. Mekanisme tersering selanjutnya ialah
jatuh dengan tangan menumpu berat badan pada keadaan lengan bawah
pronasi. Mekanisme jejas lainnya mencakup kecelakaan lalu lintas dan
cedera atlet. Tekanan yang dihasilkan biasanya jauh lebih besar sehingga
menyebabkan fraktur Colles. Kebanyakan fraktur lengan atas terjadi pada
atlet yang jatuh atau seseorang yang jatuh dari ketinggian.(3)
Fraktur pada kedua tulang biasanya diklasifikasikan sesuai dengan
tingkat fraktur, pola fraktur, derajat perpindahan/ pergeseran tulang, ada
atau tidaknya segmen tulang yang hilang, maupun fraktur terbuka atau
tertutup. Setiap faktor ini dapat mempengaruhi penanganan yang akan
dipilih dan prognosis selanjutnya. Gangguan pada sendi radioulnar distal
atau proksimal juga memiliki pengaruh penting terhadap penanganan dan
prognosis. Menentukan ada tidaknya hubungan fraktur dengan jejas sendi
sangat penting karena efektifitas penanganan diharapkan dapat
memperbaiki kondisi tulang maupun sendi yang terlibat.(3)
II.5 KLASIFIKASI
A. Berdasarkan penyebabnya fraktur dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
o Fraktur yang disebabkan oleh trauma berat
Trauma dapat bersifat :
Eksternal : tertabrak, jatuh, dan sebagainya
6
Internal : kontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti pada
serangan epilepsi, tetanus, renjatan listrik, keracunan striknin
Trauma ringan tetapi terus menerus
Jenis fraktur yang mungkin terjadi sangat bervariasi dan
bergantung pada berbagai faktor, misalnya :
Besar kuatnya trauma
Trauma langsung atau tidak langsung
Umur penderita
Lokasi fraktur.
Bila trauma terjadi pada atau dekat sendi mungkin terdapat
fraktur pada tungkai disertai dislokasi sendi yang disebut
dislokasi.(6)
Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami
proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau multipel
mieloma sekunder, kista tulang, osteomielitis dan sebagainya.
Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur.(6,8,9)
7
misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur tibia pada penari
balet, fraktur fibula pada pelari jarak jauh, dan sebagainya.(6,8,9)
8
Gambar 4. Jenis-jenis fraktur komplit (8)
9
o Fraktur inkomplit yaitu patahnya tulang hanya pada satu sisi saja.
Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi
Fraktur greenstick, yang khas pada anak-anak. Tulang
melengkung disebabkan oleh konsistensinya yang elastis.
Periosteumnya tetap utuh. Fraktur ini biasanya mudah diatasi
dan sembuh dengan baik.(6,8,9)
Fraktur kompresi, yang banyak pada orang dewasa dan khas
mengenai korpus vetebra atau kalkaneus.(6,8,9)
10
C. Klasifikasi fraktur Antebrachii
Ada empat macam fraktur yang khas:
o Fraktur Colles
11
Gambar 7. Fraktur colles sinistra posisi AP/Lateral. Impaksi pada sendi pergelangan
tangan(8, 12)
o Fraktur Smith
12
Gambar 8. Peradangan lateral pergelangan tangan memperlihatkan fraktur smith
(kebalikan dari fraktur colles)(8, 13)
o Fraktur Galeazzi
13
distal. Radius sering kali akan tampak memendek, nilai secara hati-hati
sendi radioulna distal akan adanya pelebaram. Pada proyeksi lateral caput
ulna biasanya akan terdorong ke dorsal. Fraktur prosesus stylodeus ulna
merupakan hal yang umum sebagai pertanda adanya disrupis sendi radio-
ulna distal(8, 10, 11)
Gambar 9. Fraktur Galeazzi pada radius dextra dengan dislokasi sendi radioulnar
distal(8)
o Fraktur Montegia
14
Gambar 10. Fraktur oblik pada proksimal ulna dextra dengan angulasi radiohumeral (14)
15
B. Rules of two terdiri dari :
16
Perubahan densitas tulang : menilai ada tidaknya perubahan
dalam densitas tulang
o C: Cartillage Space
Menilai lebar celah sendi : menyempit atau melebar
Tulang subchondral : menilai permukaannya
Lempeng epifisis : menilai ukuran dan relativitasnya sesuai
umur tulang.
o S: Soft Tissue
Otot : menilai ukuran dari gambaran jaringan lunak
Kapsul sendi : normalnya tidak terlihat
Periosteum : normalnya tidak terlihat, normal jika terlihat
saat penyembuhan fraktur
Temuan lain pada jaringan lunak
II.7 TERAPI
17
o Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)
o Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
o Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna,
mempergunakan gips
o Reduksi tertutup dengan fraksi berlanjut dengan imobilisasi
o Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi(2)
C. Tindakan Pembedahan
o Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus
dengan K-wire, setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur
yang bersifat tidak stabil, maka reduksi dapat dipertahankan
dengan memasukkan K-wire perkutaneus misalnya pada fraktur
suprakondiler humeri pada anak-anak atau pada fraktur Colles.(2, 17)
o Reduksi terbuka dengan fiksasi interna, tindakan ini bertujuan
untuk mereposisi dan mempertahankan fragmen tulang yang patah
melalui prosedur operasi dengan pemasangan implan di dalam
lapisan kulit dan otot berupa plat, skrup, pin, dan paku.(2, 17)
o Reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna, tindakan ini dilakukan
melalui proses operasi. Perbedaannya ialah alat fiksasi/ implan
dipasang dari dalam hingga keluar lapisan otot dan kulit.(2, 17)
II.8 KOMPLIKASI
o Malunion (penyatuan pada posisi yang tidak tepat), disebabkan oleh
reposisi fraktur yang kurang baik, timbul deformitas tulang.
o Non-union (tidak menyatu/gagal menyatu), biasanya karena
imobilisasi yang tidak sempurna.
o Delayed union, umumnya terjadi pada orang tua karena aktivitas
osteoblas menurun, distraksi fragmen-fragmen tulang karena reposisi
kurang baik, misalnya traksi terlalu kuat atau fiksasi internal kurang
baik, bisa disebabkan juga oleh defisiensi vitamin C da D, fraktur
patologis dan infeksi.
18
o Infeksi (osteomielitis), terumata pada fraktur terbuka
o Nekrosis avaskuler, hilangnya/terputusnya supply darah pada suatu
bagian tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut.(6, 7)
II.9 PROGNOSIS
Penanganan lebih dini biasanya menghasilkan hasil yang baik. Ada
fraktur-fraktur tertentu yang kurang stabil, dan klasifikasi yang tepat dapat
membuat klinisi waspada terhadap fraktur yang memiliki risiko
komplikasi saat penyatuannya. Diantara fraktur komplit, fraktur
transversal cenderung tetap berada di tempat, sesudah dilakukan reduksi,
tidak seperti fraktur oblik dan spiral yang mempunyai kecenderungan
untuk bergeser. Pergeseran sesudah reduksi dapat menyebabakn penyatuan
yang lambat (delayed union), penyatuan pada posisi yang salah (malunion)
atau bahkan tidak terjadinya penyatuan (nonunion). Hal yang sama, fraktur
kominutif biasanya bersifat tidak stabil dan kemungkinan untuk sembuh
dalam posisi yang kurang optimal karena reduksi fragmen fraktur sering
sulit dipertahankan. Fraktur transversal membutuhkan waktu
penyembuhan lebih lama dari pada fraktur spiral untuk sembuh. Fraktur
yang terjadi pada anak-anak dan pada ekstremitas atas (dibandingkan
ekstremitas bawah) cenderung sembuh lebih cepat. Pengetahuan mengenai
hal-hal tersebut bermanfaat saat melakukan follow up terhadap suatu
fraktur.(8)
19
DAFTAR PUSTAKA
20
http://radiopaedia.org/cases/smith-fracture-1.
14. Hacking C. Radiology Case:Monteggia Fracture 2015. Available from:
http://radiopaedia.org/cases/monteggia-fracture-2.
15. Ezzedin H.P. Fraktur. Riau: Faculty of Medicine - Universitas Riau; 2009.
p. 1-7.
16. McKinnis LN. Radiologic Evaluation, Search Patterns, and Diagnosis. In:
Fundamentals of Musculoskeletal Imaging. 3rded. Philadelphia: F.A. Davis
Company;2010. p. 40
17. Adult Forearm Fractures: American Academy of Orthopaedic Surgeons;
2011. Available from: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00584.
21