HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
BAB I ILUSTRASI KASUS....................................................................................1
1.1 Identitas pasien......................................................................................... 1
1.2 Anamnesis.................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan fisis.......................................................................................6
1.4 Diagnosis...................................................................................................7
1.5 Tatalaksana................................................................................................8
1.6 Prognosis.................................................................................................11
BAB II ANALISA KASUS....................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................13
2.1 Definisi....................................................................................................13
2.2 Epidemiologi...........................................................................................14
2.3 Etiologi....................................................................................................16
2.4 Patofisiologi.............................................................................................18
2.5 Stadium....................................................................................................22
2.6 Diagnosis.................................................................................................23
2.7 Tatalaksana..............................................................................................24
2.8 Prognosis.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I.1. IDENTITAS
I.2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Demam
b. Keluhan Tambahan : Batuk Berdahak, Berat badan menurun, Nafsu makan turun,
keringatan di malam hari
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien anak perempuan datang ke IGD RSU Negara dibawa oleh Ibu nya dengan
keluhan demam sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam dirasakan terus
menerus, sudah diberikan obat penurun panas namun tidak kunjung normal, hanya
turun sedikit. Demam sudah diukur oleh ibunya di rumah yaitu 38 derajat Celcius,
dan jika turun hanya sampai 37,5 derajat celcius untuk 1-2 jam saja, setelah itu
suhunya naik Kembali. Pasien mengeluhkan batuk berdahak sudah sejak 1 bulan
terakhir, namun dahaknya sulit keluar, saat sesekali keluar berwarna kuning, tidak
ada darah. Pasien sudah minum obat batuk yang beli di apotek namun batuk tidak
kunjung sembuh. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sulit makan, biasanya
pasien dapat menghabiskan 1 porsi namun saat ini hanya mau makan 3-5 sendok
makan saja, berat badannya menurun, bulan Desember sebelumnya sempat 9 kg
namun sekarang 7,8 kg. Ibu pasien mengaku bahwa anaknya sering keringatan di
waktu malam, sehingga perlu ganti baju sampai 3x saat tidur malam hari. Ibu Pasien
mengatakan anaknya sempat BAB cair, namun sesekali saja, dalam satu minggu
terakhir sempat BAB cair, dalam 1 hari sudah 3x BAB namun setelah itu berhenti
tanpa obat apapun. BAB berwarna kuning muda, tidak ada darah maupun lender, bab
sebanyak setengah gelas akua, tidak berbau busuk. Saat BAB cair, anak masih mau
minum serta masih aktif bergerak. Mual dan muntah disangkal, pilek disangkal.
KEHAMILAN Morbiditas -
kehamilan
Penyulit -
Langsung menangis
g. Riwayat Makanan
0-2 + - - -
2-4 + - - -
4-6 + - - -
6-8 + + + -
8-10 + + + -
h. Riwayat Imunisasi
c. Data Antropometri
Berat Badan : 7,8 kg
Panjang Badan : 77 cm
BB/PB : -2 s/d -3 SD (gizi kurang)
d. Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi
merata
Wajah : Dalam batas normal, tidak tampak wajah sindrom
Mata : Konjungtiva Anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+,
RCTL +/+,
Telinga : Normotia, membrane timpani intak, serumen -/-
Hidung : Bentuk normal dan simetris, sekret -,
pernapasan cuping hidung -
Mulut : Faring tidak hiperemis, T1-T1, mukosa lembab
e. Leher : Tidak teraba pembesaran KGB maupun kelenjar
tiroid
f. Thorax :
Inspeksi :pergerakan dinding dada simetris, Retraksi
subcostal (-), Retraksi Intercostal (-)
Palpasi : gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : BND Vesikular, Rhonki +/+, wheezing -/-
Cor BJ I & II regular, murmur -, gallop -
g. Abdomen
Inspeksi : perut datar
Auskultasi : bising usus 4x/menit
Palpasi : supel, nyeri tekan -, hepar tidak membesar, lien
tidak
Membesar, Ascites (-)
Perkusi : timpani, nyeri ketok -
h. Kulit : ikterik -, ptechie - , hangat (+)
i. Ekstremitas : akral hangat, sianosis -, edema (-), pucat -
Rontgen Thorax
I.4. DIAGNOSIS KERJA
TB Milier
I.5. PENATALAKSANAAN
- Pro Rawat Inap
- o2 NC 1-2 lpm
- Nebulizer Ventolin 0,3 cc
- Paracetamol drip 3x80mg (dosis = 10-15mg/kgbb/kali)
- IVFD D5 1/2 NS 26tpm
- Ceftriaxon 1x500 mg
I.6. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia
Ad functionam : dubia ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
Total Score = 6
Interpretasi = dapat di diagnosis TB
Dan anak balita dengan score >5 dapat dirujuk ke RS
III.I.1. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. 1,2
III.I.2. EPIDEMIOLOGI
TB pada anak terjadi pada anak usia 0 – 14 tahun. Di negara berkembang, jumlah
anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi umum
dan terdapat sekitar 500.000 anak di dunia yang menderita TB setiap tahunnya.
Di Indonesia, tahun 2010 terdapat 9,4% kasus TB anak, dan pada tahun 2015 9%
kasus TB anak. 1,2
a. Risiko Infeksi TB 3
Risiko infeksi TB antara lain adalah adanya pajanan anak dengan orang dewasa
dengan TB aktif (Kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan
yang tidak sehat (hygiene dan sanitasi tidak baik, dan tempat penampungan
umum (panti asuhan, penjara, atau panti perawatan lain), yang banyak terdapat
pasien TB dewasa aktif.
Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi
jika pasien dewasa tersebut memiliki BTA sputum positif, infiltrate luas atau
kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan
kuat, serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi udara
yang tidak baik.
Kuman TB sangat jarang menularkan pada anak lain atau orang dewasa
sekitarnya, hal ini dikarenakan kuman TB sangat jarang ditemukan dalam secret
endokbronkial pasien anak. Hal ini terjadi karena kuman TB biasnaya ditemukan
sedikit (paucibacillary), tetapi karena imunitas anak masih lemah, jumlah sedikit
tersebut dapast menyebabkan sakit. Hal lain terjadi karena lokasi infeksi primer
pada anak biasanya terjadi di daerah parenkim yang jauh dari bronkus, sehingga
tidak terjadi produksi sputum, kemudian tidak ada atau sedikitnya produksi
sputum dan tidak terdapatnya reseptor batuk di daerah parenkim menyebabkan
jarangnya terdapat gejala batuk pada TB anak.
b. Risiko Sakit TB 3
Anak yang telah terinfeksi TB tidak selalu mengalami sakit TB. Faktor yang
menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi sakit TB adalah :
1. Usia, pada anak berusia 5 tahun kebawah memiliki risiko lebih besar
terjadinya infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selular belum
berkembang sempurna. Anak usia kurang dari 5 tahun memiliki risiko lebih
tinggi mengalami TB diseminata (seperti TB milier dan Meningitis TB),
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
2. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberculin (dari
negative menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir
3. Malnutrisi, kelainan imunokopromais (seperti HIV, keganasan, transplantasi
oragan dan pengobatan imunosupresi), diabetes melitus dan gagal ginjal
kronis
4. Status Sosioekonomi rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan hunian,
pengangguran, serta pendidikan yang rendah
5. Virulensi M. Tuberculosis dan dosis infeksinya.
III.I.4. PATOGENESIS1,2,3
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukuran yang
sangat kecil, kuman TB dalam percik renik yang terhirup dapat mencapai alveolus.
Pada Sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme
imunologis nonspesifik. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang Sebagian besar dihancurkan.
Sebagian lagi akan berkembang biak did alam makrofag, dan akhirnya menyebabkan
lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk lesi tempat tersebut, yang
dinamakan fokus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon, kuman menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar
limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus
primer. Penyebaran ini mengakibatkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks
primer disebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi TB bervariasi selama 2 – 12
minggu. Biasanya berlangsung 4-8 minggu.
Setelah terjadinya kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TB terbentuk,
ditandi dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu uji tuberculin
positif. Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negative. Kuman TB dapat tetap
hiudp dan menetap bertahun-tahun dalam kelenjar, tetapi tidak menimbulkan gejala
sakit TB.
Jika inflamasi berlanjut, bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial bronkus akibat
tekanan eksternal akan menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui
mekanisme ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan
atelectasis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak
dan menumbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronchial
atau membentuk fistula. Massa Kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada
bronkus, sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelectasis, sering
disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi.
Kuman dapat menyebar secara hematogen, masuk kedalam sirkulasi darah dan
menyebar ke seluruh tubuh menyebabkan TB menjadi penyakit sistemik. Kuman
daoat menyebar sporadic, sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari penyebaran hematogenic. Dengan jumlah
kuman yang besar. Kuman menyebar ke seluruh tubuh dalam perjalanannya akan
nyangkut ke dalam pembuluh kapiler dan membentuk tuberkel. Istilah miler berasal
dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir padi-padian. Secara patologi
anatomi, lesi berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm sedangkan histologiknya
merupakan granuloma.
Pada anak, didapatkan komplikasi TB. Menurut Wallgren, terdapat 3 bentuk dasar TB
paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial dan TB paru
kronik.
III.I.5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum pada TB anak adalah :
1. Demam lama (>2 minggu, dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria maupun infeksi lainnya), yang dapat
disertai dengan keringat malam, dan demam umumnya tidak tinggi
2. Batuk lama > minggu, dan sebab lain telah disingkirkan
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat
4. Nafsu makan yang tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik
dengan adekuat (failure to thrive)
5. Lesu / malaise
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare
Manifestasi klinis lainnya bergantung pada organ yang terkena :
1. Kelenjar Limfe : dapat terjena kelenjar limfe koli anterior maupun posterior,
aksila, ingunal, submandibular dan supraklavikular. Kelenjar bisa multiple,
unilateral, nyeri tekan (-), mudah digerakkan, tidak hangat pada perabaan.
2. SSP : TB tersering pada SSP adalah meningitis TB. Gejala klinis yang ditemukan
berupa nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk, muntah proyektil dan
kejang.
3. Skeletal : Nyeri, bengkak pada sendi yang terkena, dan gangguan keterbatasan
gerak, bengkak pada sendi yang terkena, dan gangguan keterbatasan gerak. TB
yang sering terjadi adalah spondylitis TB, koksitis TB. Gejala tambahan bisa
berupa adanya gibbus, lumpuh, pincang dan sulit membungkuk.
4. Kulit : Manifestasi klinis dapat berupa skrofuloderma pada leher, wajah dan
tempat yang memiliki kelenjar getah bening
ANAMNESIS
- Demam lama (>2 minggu, dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria maupun infeksi lainnya), yang dapat
disertai dengan keringat malam, dan demam umumnya tidak tinggi
- Batuk lama > minggu, dan sebab lain telah disingkirkan
- Berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat
- Nafsu makan yang tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik
dengan adekuat (failure to thrive)
- Lesu / malaise
- Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare
PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda vital : dapat ditemukan takipnu, dan demam subfebris
- Antropometri : ditemukan gizi kurang, BB menurun
- Pemeriksaan fisik : Ditemukan benjolan > 1 (multinodul), berukuran > 1 cm di
daerah leher, aksila, inguinal dan lain lain
- Thorax : ditemukan penurunan suara nafas, dan rhonki
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Uji Tuberkulin 3
Uji tuberculin adalah uji yang dilakukan untuk mendeteksi infeksi M.
tuberculosis. Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai
sifat antigenic yang kuat. Jika disuntikkan intrakutan pada seseorang yang
terinfeksi TB, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.
Indurasi terjadi karena vasodilatasi local, edema, endapan fibrin dan
terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan.
Tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikan 0,1 ml cairan secara
intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah
suntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi
atau eritemanya. Indurasi diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi
indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur
dengan alat transparan, dan hasilnya dinyatakan dalam milimeter. Jika tidak
timbul indurasi hasilnya 0 mm, Jika diameter 0-4 mm dinyatakan uji tuberculin
negative, diameter 5 – 9 mm, dinyatakan positif meragukan, ika indurasi ≥ 10
mm dinyatakan positif.
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan sputum pada anak dapat dilakukan dengan berdahak, bilas lambung,
dan induksi sputum. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan diagnostic.
Beberapa pemeriksaan bakteriologis untuk TB adalah :
1) Pemeriksaan mikroskopis BTA sputum
2) Tes Cepat Molekuler (TCM)
3) Pemeriksaan Biakan
d. Rontgen Thorax
Gambaran yang menunjukkan TB secara radiologis adalah :
9) Pembesaran kelenjar hilus / paratrakeal dengan / tanpa infiltrate
(visualisasinya selain dengan foto thorax AP, harus disertai thorax lateral)
10) Konsolidasi segmental / lobar
11) Efusi pleura
12) Milier
13) Atelectasis
14) Kavitas
15) Kalsifikasi dengan infiltrate
16) tuberkuloma
III.I.7. SKORING DIAGNOSIS TB ANAK 1–3,4
Interpretasi Skoring TB
Kombinasi Dosis
Tetap (KDT)
Untuk mempermudah pemberian OAT pada anak dan meningkatkan keteraturan minum obat,
OAT disediakan dalam bentuk paket KDT. Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu
masa pengobaan. Paket KDT pada anak berisi obat fase intensif, Rifampisin 75 mg, INH 50
mg, dan pirazinamid 150 mg, serta obat fase lanjutan Rifampisin 75 mg, dan INH 50 mg
dalam satu paket.
Keterangan :
R-H-Z
1. Bayi dibawah 5 kg pemberian OAT secara terpisah, tidak dalam bentuk KDT dan
sebaiknya dirujuk ke RS
2. Apabila ada kenaikan BB, maka dosis atau jumlah tablet yang diberikan disesuaikan
dengan BB saat itu
3. Untuk anak dengan obesitas, dosis KDT berdasarkan Berat badan ideal (sesuai umur)
4. OAT KDT harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah, dan tidak boleh digerus)
5. Obat dapat diberikan dengan cara ditelan utuh, dikunyah/dikulum (chewable), atau
dimasukkan air dalam sendok (dispersable)
6. Obat diberikan saat perut kosong, atau paling cepat 1 jam setelah makan
7. Bila INH dikombinasi dengan rifampisin, dosis INH tidak boleh melebihi
10mg/Kgbb/hari
8. Apabila OAT lepas diberikan dalam bentuk puyer, maka semua obat tidak boleh digerus
Bersama dan dicampur dalam satu puyer.
Kortikosteroid
1. Meningitis TB
2. Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar
3. Perikarditis TB
4. TB milier dengan gangguan napas yang berat
5. Efusi pleura TB
6. TB abdomen dengan asites
Obat yang sering digunakan adalah prednisone dengan dosis 2 mg/kg/hari, sampai
4mg/kg/hari pada kasus sakit berat dengan dosis maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.
Tapering off bertahap setelah 2 minggu pemberian, kecuali pada Meningitis TB di
tapperingof setelah 4 minggu
Pasien TB anak harus dipastikan minum obat setiap hari secara teratur, dan sebaiknya
dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali sebulan pada fase lanjutan. Setiap
kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan kemungkinan efek
samping obat.
Respon pengobatan baik jika gejala klinis membaik, nafsu makan meningkat, berat badan
meningkat. Pada pasien anak dengan hasil BTA (+) pada awal pengobatan, pemantauan
pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan dahak ulang pada akhir bulan ke-2, ke-5 dan ke-6.
Pada TB milier setelah pengobatan 1 bulan, dan efusi pleura setelah pengobatan 2-4 minggu
dapat dilakukan pemeriksaan radiologis Kembali.
Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur
1. Jika anak tidak minum obat > 2minggu di fase intensif, atau >2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukkan gejala TB, ulangi pengobatan dari awal.
2. Jika tidak minum obat <2 minggu di fase intensif, atau <2 bulan di fase lanjutan dan
menunjukan gejala TB, lanjutkan sisa pengobatan sampai selesai.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe NN, Nawas A, B Setyanto D, Kaswandani N. Buku TB anak 2016.pdf. 2016. p. 10–1.
2. Rahajoe NN, Setyanto DB, Kaswandani N, Triasih R, Indawati W, Setiawati L, et al. Petunjuk
teknis manajemen TB anak (National guideline on the management of tuberculosis in
children). Ministry of Health of the Republic of Indonesia. 2013.
3. N.Rahajoe N, Supriyanto B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit Ikat
Dr Anak Indones. 2018;(1):10–47.
5. Kitai Ian, Morris K Shaun, Kordy Faisal, Lam Ray. Diagnosis and management of pediatric
tuberculosis in Canada. CMAJ 2017 January 9;189:E11-6.
6. Cruz T. Andrea, Starke R. Jeffrey. Pediatric tuberculosis. Pediatrics in Review, Januari 2010;
31(1): p 13-26