Morbili
BAB I
STATUS PASIEN
I.II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 11
September 2019 di bangsal Bougenvile Atas RSUP Persahabatan.
Keluhan utama : Demam sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit
1
2 Hari Setelah di rawat di bangsal keluhan bentol menyebar ke seluruh
tubuh, disertai dengan keluhan batuk dan pilek. Demam sudah menurun namun
mata masih merah.
Riwayat Operasi
Tidak Ada
Riwayat Antenatal
Anak ke-1 dari 1 bersaudara
Ibu pasien rutin ANC selama mengandung pasien ke bidan
Ibu tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol
Tidak ada masalah kehamilan selama mengandung pasien. Riwayat demam
tinggi (-), riwayat infeksi saluran kemih (-), riwayat keputihan (-), riwayat
tekanan darah tinggi (-), riwayat batuk (-), riwayat trauma saat kehamilan (-
).
Riwayat Persalinan
Pasien dilahirkan secara SC pada saat usia kehamilan 38 minggu
Berat badan lahir 2800 gram
2
Saat lahir pasien langsung menangis dan berwarna kemerahan
Kesan: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
Riwayat makanan
Umur ASI Susu Formula Nasi tim
0 – 6 bulan + - -
Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi I II III IV Reaksi
BCG 1 bulan - - - -
DPT Hib HB 2 bulan 3 bulan 4 bulan - Demam
Polio I Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan -
Campak 9 bulan - - - -
Hepatitis B Lahir -
Kesan : imunisasi dasar lengkap
3
RR : 36 x/menit teratur, kedalaman cukup
Suhu : 36.8 0C frontal
SpO2 : 98 % (Room Air)
Data antropometri
1. BB/U
Berat badan = 8 kg
Usia = 1 tahun 6 bulan
BB/U = 8/1.5 = - 3SD s.d - 2SD
Kesan: Berat badan kurang
2. TB/U
Tinggi badan = 75 cm
Usia = 1 tahun 6 bulan
TB/U = 75/1.5 = -3SD s.d -2SD
Kesan: Pendek
3. BB/TB
Berat badan = 8 kg
Panjang Badan = 75 cm
BB/TB = 8/75 = - 2SD s.d + 2SD
Kesan: Gizi Cukup
Status Generalis
Kepala : Normocephal LK (44 cm), rambut hitam merata, tipis,
tidak mudah dicabut. Ubun-ubun datar dan tertutup.
Mata : Palpebra mata tidak cekung, konjungtiva hiperemis,
sklera tidak ikterik, kornea jernih.
Telinga : Daun telinga simetris kanan dan kiri, lekukan sempurna,
liang telinga lapang, tidak ada serumen, tidak ada sekret,
tidak ada nyeri.
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, mukosa tidak
4
hiperemis, sekret (+).
Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa bibir tidak kering, faring
tidak hiperemis, Koplik Spot(-).
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB.
Toraks : Bentuk dada normal, simetris
Paru
Inspeksi : Ekspansi dada simetris, tidak ada retraksi sela iga
Palpasi : tidak ada krepitasi
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikular simetris, tidak terdengar ronkhi dan
wheezing
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V 3 jari lateral LMCS
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1-S2 Normal , Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus normal (5 kali permenit).
Palpasi : Supel, datar, hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae, tepi
tumpul, permukaan rata, nyeri tekan (-), limpa tidak teraba,
ginjal tidak teraba, turgor kembali cepat.
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen.
Ekstremitas : Akral hangat, edema tidak ada, tidak ada sianosis CRT <2
detik.
Status Dermatologikus : Makulopapular Eritematosa Multiple Diskret
Generalisata
5
Hematologi
Hemoglobin 10.510.4 L g/dL 10.5 – 14.0
Leukosit 5.79 L11.8 U/L 6.00-14.00
Hematokrit 29.5 L30.0 L % 32.0-42.0
Eritrosit 3.983.98 10^6/uL 3.70-5.30
Trombosit 148 L164 /uL 150-400
MCV 74.175.4 fL 72.0-88.0
MCH 26.4 L26.1 Pg/cell 24.0-30.0
MCHC 35.634.7 g/dl 32.0-36.0
Hitung Jenis
Basofil 0.20.0 % 0-1
Eosinofil 1.60.9 L % 1-3
Neutrofil 41.5 L16.9 L % 52-76
Limfosit 50.1 H75.9 H % 20-40
Monosit 6.66.4 2-8
RDW-CW 15.2 15.1 <16.5
Imunoserologi
CRP 16.80 H mg/dl <=5
Urinalisa 10-9-2019
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Sedimen
Leukosit 0-1 0-5
Eritrosit 0-1 0-2
Silinder Negatif Negatif
Sel Sepitel 1+ 1+
Kristal Negatif Negatif
Bakteria Negatif Negatif
Berat Jenis 1.005 1.005 – 1.030
pH 6.0 4.5-8.0
Albumin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
6
Keton Negatif Negatif
Darah / Hb Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen 3.4 3.4 – 17.0
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit Esterase Negatif Negatif
I.V. DIAGNOSIS
- Morbili
I.VI. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa
o IVFD Kaen 1B 30 ml/jam
o Cetrizine 2 x 2,5 mg
o Vitamin A 200.000 IU
o Paracetamol syr 4 x 120 mg (10-15 mg/kgBB)
- Non Medikamentosa
o Diet adekuat
o Tirah Baring
I.VII. PROGNOSIS
Ad. Vitam : ad bonam
Ad. Fungionam : ad bonam
Ad. Sanationam : ad bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Epidemiologi
Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014,
masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan
mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104
kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia
SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).3
II.3 Etiologi
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus
genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama
dengan virus gondongan (mumps), virus parainfluenza, virus human
metapneumovirus, dan RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Virus campak berukuran 100-250 nm dan mengandung inti untai RNA
tunggal yang diselubungi dengan lapisan pelindung lipid. Virus campak memiliki
6 struktur protein utama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam
perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran
virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung
virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat
8
protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein).
Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus, sedangkan
protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena virus campak
dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang
melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat
diinaktivasi dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C), sinar ultraviolet,
serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10).5,7 Virus ini jangka hidupnya pendek
(short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.4
II.4 Patogenesis
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus
ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.5
II. 5 Klinis
- Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari).
- Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi, terdiri dari tiga stadium:
- Stadium prodromal: berlangsung kirakira 3 hari (kisaran 2-4 hari),
ditandai dengan demam yang dapat mencapai 39,50C ± 1,10C. Selain
demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut
membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan
batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis
dapat disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda
9
patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik
spots yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk
tidak teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan
noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang
lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat
pemeriksaan klinis.
- Stadium Eksantem: timbul ruam makulopapular dengan penyebaran
sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian
menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya
ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam
umumnya memuncak (mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah
munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4
umumnya mengindikasikan adanya komplikasi.
10
menghilang dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang
dalam 7-10 hari.7
II. 6 Diagnosis
- Anamnesis berupa demam, batuk, pilek, mata merah, dan ruam yang
mulai timbul dari belakang telinga sampai ke seluruh tubuh.
- Pemeriksaan fisik berupa suhu badan tinggi (>380C), mata merah, dan
ruam makulopapular.
- Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan darah berupa leukopenia dan
limfositopenia. Pemeriksaan imunoglobulin M (IgM) campak juga dapat
membantu diagnosis dan biasanya sudah dapat terdeteksi sejak hari
pertama dan ke-2 setelah timbulnya ruam.5-7 IgM campak ini dapat tetap
terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.8
II. 7 Tatalaksana
11
II. 8 Komplikasi
II. 9 Pencegahan
Meskipun Campak sangat menular dan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini
dapat dicegah melalui program Imunisasi. Pengendalian Campak di Indonesia
diawali pada tahun 1982. Program Imunisasi Nasional diperluas dan mulai
menerapkan jadwal standar untuk imunisasi rutin yang mencakup dosis vaksin
Campak / MR diberikan pada usia 9 bulan. Setelah itu, dilanjutkan pemberian kedua
pada usia 18 bulan, pemberian ketiga pada usia 6-7 tahun.
12
DAFTAR PUSTAKA
2.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Status Campak dan Rubela saat ini
di Indonesia, Diakes dari :
http://www.searo.who.int/indonesia/topics/immunization/mr_measles_status.pdf?
ua=1
4. Guidelines for measles and rubella outbreak investigation and response in the
WHO European Region, diakses dari :
http://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0003/217164/OutbreakGuidelines
-updated.pdf
5. Cherry JD. Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ,
Steinbach WJ, editors. Feigin & Cherry’s textbook of pediatric infectious
diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2014 (Vol 2.). p. 2373-94.
7.Cherry JD. Measles Virus. In: Cherry JD, Harrison GJ, Kaplan SL, Hotez PJ,
Steinbach WJ, editors. Feigin & Cherry’s textbook of pediatric infectious
diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2014 (Vol 2.). p. 2373-94.
8. The American Academy of Pediatrics. Measles. Early release from red book
2015 Report of the Committee on Infectious Diseases [Internet]. 20 Februari
13
2015. Diakses dari:
http://redbook.solutions.aap.org/DocumentLibrary/2015RedBookMeasles.pdf
10. Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi
Campak dan Rubela di Indonesia, diakses dari :
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/imunis
asi%20campak%202018.pdf
14