KASUS PASIEN
I.2 ANAMNESIS
Alloanamnesis ibu pasien dilakukan pada tanggal 16 November 2017 pukul
07.00 WIB di ruang perawatan anak.
Keluhan Utama : Lubang berkemih tidak pada ujung penis
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak lahir, orangtua OS mengakui bahwa anaknya mempunyai lubang
berkemih tidak di ujung penis seperti anak laki-laki pada umumnya. Orangtua OS juga
mengaku sejak lahir batang kemaluan OS kelihatan bengkok kebawah dan menutupi
lubang berkemih OS sehingga BAK OS merembes dan tidak bisa diarahkan. Orangtua
OS mengaku, OS tidak pernah menangis atau tidak merasakan nyeri pada saat BAK.
Orangtua OS juga tidak pernah mengalami anyang-anyangan, tidak pernah ada keluhan
BAK kemerahan atau keruh, pasien juga tidak pernah terasa panas saat BAK.
Sejak saat pasien berusia 4 bulan, pasien sudah dibawa berobat ke dokter bedah
di Bogor lalu dirujuk ke dokter bedah plastik dan rekonstruksi lalu di instruksikan untuk
operasi namun menunggu usia pasien hingga 1 tahun. Pasien sudah menjalankan
operasi 2x .
Riwayat Operasi
Pasien sudah melewati operasi selama 2x , operasi pertama ialah Chordectomy April,
2016 dan operasi yang kedua adalah Urethroplasty, Mei, 2017. Kedua operasi ini
dilakukan di bagian bedah plastik dan rekonstruksi RSPAD Jakarta. Menurut orangtua
pasien, pasien tidak memiliki keluhan demam ataupun nyeri setelah operasi pertama.
Namun, setelah operasi kedua, orangtua pasien masih mengeluhkan BAK pasien masih
tidak diujung penis dan masih ngerembes dari lubang berkermih yang lama.
Riwayat Kehamilan
Saat mengandung pasien, ibu pasien memeriksakan kandungan secara teratur ke bidan
setiap bulan,total kunjungan ibu pasien selama masa kehamilan 5x. Pasien pernah
mengalami riwayat pendarahan saat usia kehamilan 9 minggu. Tidak didapati kelainan
maupun gangguan lainnya selama kehamilan.
6
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di RS dengan bantuan bidan. Pasien lahir normal, cukup bulan dengan berat
lahir 3100 gram serta panjang badan lahir 49 cm. Saat lahir pasien langsung menangis.
Pasien merupakan anak tunggal.
Riwayat Perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 10 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 13 bulan
Bicara : 1,5 tahun
Kesan : Perkembangan sesuai dengan umurnya
Riwayat Makanan
Umur ASI /PASI Buah /Biskuit Bubur susu Nasi Tim
0-2 Bulan Ya ASI Tidak
2-4 Bulan Ya ASI Tidak
Riwayat Imunisasi
BCG Saat lahir
DPT/Td Usia 2 bulan Usia 5 Usia 7 Usia 18
bulan bulan bulan
Polio Saat lahir Usia 2 Usia 5 Usia 7 Usia 18
bulan bulan bulan bulan
Campak Usia 9 bulan
Hepatitis B Saat lahir Usia 1 Usia 5
7
bulan bulan
Lainnya Tidak
dilakukan
Kesan imunisasi dasar : Imunisasi dasar lengkap
5. Kepala
8
Bentuk normocephal, rambut warna hitam, sukar dicabut
6. Mata
Edem periorbita (-/-), Konjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
7. Telinga
Serumen (-/-), Daun telinga dalam batas normal
8. Hidung :
bentuk : normal, deviasi septum (-),
sekret (-/-) napas cuping hidung (-/-)
10. Leher
Posisi : Simetris Trakea : lurus ditengah
kelenjar tiroid : tidak teraba membesar,
kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
11. Thoraks
Bentuk normochest & simetris, retraksi (-)
Pulmo :
Inspeksi Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar
dinamis : pengembangan dada kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi interkostalis (-),
retraksi supraklavikula (-).
Palpasi Statis : Simetris
dinamis : pergerakan kanan = kiri,
9
fremitus raba kiri = kanan
Perkusi : Suara sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ditemukan wheezing
pada saat inspirasi maupun ekspirasi. Tidak ditemukan ronkhi
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis kuat angkat
Perkusi :
Batas jantung kanan di sela iga IV garis parasternal kanan, batas
atas pada sela iga II garis parasternal kiri, batas kiri ics V
miidclavicula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-) , gallop (-)
12. Abdomen
Inspeksi : Datar, jejas (-)
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen
Skrotum :
Inspeksi : tampak menggantung, warna lebih gelap dari warna kulit
sekitarnya, udem -, hematom
Palpasi : teraba 2 buah testis dengan bentuk dan ukuran kesan normal,
nyeri tekan
10
Perineum :
Inspeksi : warna kulit lebih gelap dari sekitarnya, edem -, hematom
Palpasi : nyeri tekan -,
14. Ekstremitas
:
Superior
dan
Inferior
:
Akral
hangat
(+),
edem
(+),
sianosis
(-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratorium 1-11-2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hematokrit 44 36-46 %
MCV 77 78 - 96 Fl
MCH 26 26 32 pg
MCHC 35 32 36 g/dL
KOAGULASI
APTT
Kontrol 36 Detik
11
Pasien 33.7 29.0 47 detik
KIMIA KLINIK
Ureum 24 20 50 mg/dL
- X-foto thorax :
RESUME
Anak,
5
tahun
OUE sejak lahir terletak di bagian ventral posterior (Penoscrotal)
12
Sudah operasi 2x (Chordectomy dan Uretroplasty)
Hemodinamik stabil
Pemeriksaan genitalia externa : OUE terletak di penoscrotal, hooding preputium (+),
belum sirkumsisi , scar (+), testis 2 buah dan tidak ada tanda peradangan.
Laboratorium dbn
ASSESSMENT
- Hypospadia Posterior (Penoskrotal)
PLANNING
- Urethroplasty
Urethroplasty (16 November 2017)
o Laporan pembedahan
Tanggal operasi : 16 November 2017
Nama Operasi : Urethroplasty
Macam Operasi : Khusus
Diagnosa Pre Op : Hypospadia tipe Scrotal
Diagnosa Post Op : Hypospadia tipe Scrotal
Pembiusan : General Anesthesi
Komplikasi : tidak ada
Perdarahan : 500 cc
Uretroplasty :
Pasien di posisikan supine, dilakukan tindakan a dan antiseptic daerah
operasi dan sekitarnya dengan povidon iodine 7,5 dan 10%
Dilakukan pemasangan kateter silicon Hipospadi no 8
Dilakukan tegel dengan plain 4/0
Dilakukan desain insisi pada ventral penis, di sekeliling neourethra
yang lama, lalu diinsisi sesuai desain.
Lapisan pertama jahitan PDS 6/0 subcuticuler, lapisan kedua dengan
PDS 6/0 interupted (dilakukan penjahitan kulit uretra sebagai kulit
penis)
13
Dilakukan patch dengan menggunakan tunika dartos , dijahit secara
kontinous dengan PDS 6/0
Perdarahan dirawat
Operasi selesai
PRE OPERASI
14
OPERASI
15
16
Instruksi post operasi
o Monitor tanda vital dan rembesan darah
o Monitor produksi urin dan pertahankan kateter
o Pertahankan penis pada posisi tegak ke perut
o Terapi :
Antibitoik : Inj Gentamisin 2x40 mg
Analgetik : Injeksi Ketolorac 3 x amp
Pencahar : Laxadine syrp 3x1/2 sdm
IVFD RL 16 tpm
o Terapi Non Medikamentosa
Diet Rendah Serat
o Ganti Verban dengan Cendofenicol Zalf Mata
17
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia et bonam
Ad sanactionam : bonam
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Hipospadia berasal dari bahasa Yunani, hupo yang berarti di bawah dan
spao yang berarti fisura atau retak. Definisi hipospadia yang dipakai saat ini
diberikan oleh Le Petit Larousse (2003); adalah salah satu kelainan bawaan dimana
meatus urethra eksterna terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal
dari tempatnya yang normal (ujung glans penis).(1,2,3) Hipospadia merupakan kelainan
Pada hipospadia, urethra terlalu pendek sehingga tidak mencapai ujung glans
penis. Muaranya terletak ventroproksimal. Kelainan ini terbatas pada urethra anterior,
leher kandung kemih dan urethra posterior tidak mengalami kelainan dan kontinensi
tidak terganggu, pada pada kasus yang berat meatus bermuara pada perineum dan
skrotum tampak terbelah (bifida) dan kadang-kadang meluas ke basis dorsal penis
II. ANATOMI
Penis terdiri atas tiga buah korpora berbentuk silindris, yaitu dua buah korpora
kavernosa yang saling berpasangan dan sebuah korpus spongiosum yang berada di
terpisah menjadi dua sebagai krura penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot ishio-
19
Gambar 1. Dikutip dari Atlas Anatomi Sobotta
dan di sebelah proksimal dilapisi oleh otot bulbo-kavernosus. Korpus spongiosum ini
berakhir pada sebelah distal sebagai glans penis. Ketiga korpora ini dibungkus oleh
fasia Buck dan lebih superficial lagi oleh fasia Colles atau fasia Dartos yang
jaringan erektil yaitu berupa jaringan kavernosus (berongga) seperti spon. Jaringan ini
terdiri atas sinosuid atau rongga lakuna yang dilapisi oleh endotelium dan otot polos
kavernosus. Rongga lakuna ini dapat menampung darah yang cukup banyak sehingga
20
Gambar 2. Dikutip dari Atlas Anatomi Netter.
III. EMBRIOLOGI
Jenis kelamin pada embrio ditentukan pada saat konsepsi oleh kromosom pada
spermatozoa yang membuahi ovum. Pada embrio berumur 2 minggu baru terdapat 2
lapisan yaitu ektoderm dan entoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan ditengah-
21
dan entoderm tersebut. Di bagian kaudal ektoderm dan entoderm tetap bersatu
Pada permulaan minggu ke-6, terbentuk tonjolan antara umbilical cord dan tail
yang disebut Genital Turbecle. Dibawahnya pada garis tengah terbentuk lekukan
dimana di bagian lateralnya ada 2 lipatan memanjang yang disebut Genital Fold.
Sebagai respon terhadap androgen yang disekresi testis janin, maka tuberkel genital
Selama minggu ke-7, genital turbecle akan memanjang dan membentuk glans.
Ini adalah bentuk primordial dari penis bila embrio adalah laki-laki. Bila wanita akan
menjadi cltoris. Bila terjadi agenesis dari mesoderm, maka genital turbecle tidak
tonjolan genital bermigrasi ke inferior, berfusi dan membentuk skrotum. Selain itu
sepasang lipatan yang disebut genital fold akan membentuk sisi-sisi dari sinus
urogenital. Bila genital fold gagal bersatu di atas sinus urogenital maka akan timbul
hipospadia.(7)
pangkal glans penis, bertumbuh meliputi bagian dorsal penis dan mengelilingi glans,
sesuai genetik jenis kelamin. Pada pria, masing-masing duktus Wolfii membentuk
22
Kebanyakan penyakit kelamin bawaan (kongenital) disebabkan oleh gangguan
penyatuan, fusi, atau konfluensi antara saluran embriologi sehingga terjadi duplikasi
ureter, refluks vesiko-ureter, ekstrofia kantung kemih, fistel retro vesikel, hipospadia
IV. PATOFISIOLOGI
Urogenital ridge ini akan tumbuh menjadi duktus mulleri, selain itu juga bertumbuh
sistem duktus Wolfii. Keduanya pada awalnya akan tumbuh kearah distal dan melebar
10, janin masih belum mempunyai jenis kelamin. Dan perkembangannya akan
Setelah minggu 6 atas pengaruh hormonal yang diproduksi gonad maka akan
hormon AMH ( Anti Mullerian Hormon ) sehingga sisa-sisa duktus Mulleri akan
atrofi/regresi, dan akibat pengaruh hormon testosterone duktus Wolfii akan tumbuh
Dari urogenital ridge akan tumbuh menjadi phallus dan glands penis, karena
23
Pada hipospadia muara orifisium urethra eksterna (lubang tempat air seni
keluar) berada di proksimal dari normalnya yaitu pada ujung distal glans penis,
sepanjang ventral batang penis sampai perineum. Jadi meatus urethra eksterna
letaknya bukan pada tempat yang semestinya dan terletak di ventral penis. Tampak
variasi dari letak orifisium urethra (dapat bervariasi mulai dari anterior, middle, dan
posterior).(1)
ditemukan pada bagian ventral, hanya berupa sungkup atau lipatan dorsal. Kegagalan
perkembangan bagian distal urethra biasanya disertai suatu pita fibrosa di ventral,
yang menyebabkan penis sedikit melengkung (chordee) pada bagian ventral. Chordee
menjadi nyata saat ereksi, dan jika berat akan menyulitkan atau tidak memungkinkan
daripada korpus cavernosa. Chordee yang menyebabkan penis melengkung ini sering
V. ETIOLOGI
24
Meskipun ada sebagian ahli yang menyatakan bahwa penyebab kelainan ini
adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi yang premature dari sel
(12)
intersisiel testis , namun kebanyakan kasus dari hipospadia tidak diketahui jelas
berpengaruh.(2,5)
mendapatkan hipospadia bila salah satu anggota keluarga juga menderita hipospadia
adalah 8%, jika salah satu dari saudara kandung juga menderita hipospadia maka
presentase akan meningkat menjadi 12%. Dan presentasi akan terus meningkat
menjadi 26% pada generasi selanjutnya bila dalam satu keluarga terdapat dua anggota
keluarga yang penderita hipospadia. (Bauer, Bull et Ratio 1979). Menurut penelitian
urogenital menurun.(2,5)
Hormon hCG yang dikeluarkan pada awal kehamilan yang berperan dalam
ini tidak cukup kuat untuk mencegah perkembangan urethra secara komplit.
Didapatkan pula 20% insidens hipospadia juga dimiliki oleh salah satu anggota
androgen atau defek pada reseptor androgen mencakup rendahnya kadar androgen
tubuh (dalam hal ini kadar testosteron dan androsterone) dan akhirnya sel-sel tubuh
25
infant tidak mampu efektif menstimulasi perkembangan karakteristik laki-laki secara
perkembangan pembentukan urethra. Paparan ini didapatkan oleh ibu bisa berasal dari
VI. EPIDEMIOLOGI
Hipospadia merupakan anomali penis yang tersering terjadi 1 dari 300 (0,3%)
bahwa angka kejadian hipospadia meningkat, di mana 14% insidens terjadi pada
kelahiran kembar.(13)
atau subcoronal, 30 % terletak pada penil dan 20% terletak antara perineum dan
penoscrotal junction.(14)
26
VII. KLASIFIKASI
klasifikasi digunakan adalah berdasarkan Barcat dan modifikasi oleh Duckett, yang
27
2. Hipospadia medius terdiri atas : penil distal, midshaft, dan penil proksimal
urethra, serta lokasi dan derajat chordee. Penjelasan ini penting dalam merencanakan
penatalaksanaan.(5)
28
Gambar 6.: A. hipospadia glandular; B. hipospadia penile; C. Hipospadia scrotal.
Pada hipospadia gejala klinis yang paling sering ditemukan, antara lain:
- Lubang tempat keluarnya kencing tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di
bawah atau di dasar penis. Bahkan ada yang terletak di kantong kemaluan. Yang
pada saat mendatang dapat menunjukkan gejala dan tanda suatu problem
infertilitas.(15,16)
- Penis melengkung ke arah bawah yang akan tampak lebih jelas pada saat ereksi
(seperti gambar di bawah). Hal ini disebabkan oleh adanya chordee, yaitu suatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus dan membentang ke distal
sampai basis dari glans penis yang letaknya abnormal. Walaupun dengan adanya
29
chordee adalah salah satu ciri khas untuk mencurigai hipospadia, perlu diingat
- Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
(hooding preputium)(4)
dan agak ke bawah, dan dengan arah yang berbeda dengan yang normal, hal
(chordee) dan urethra pada penis lebih pendek secara progresif, tetapi jarak antara
meatus dan glans tidak bertambah secara signifikan sampai chordee dikoreksi.(4)
30
IX. DIAGNOSA
urethra, hypoplastic testikular dan defek pada traktus urinarius bagian atas
(46%).(8,13,16,18) Pada hipospadia sering disertai dengan undesensus testis dan kelainan
(seperti palpasi gonad, MRI dan tes karyotype kromosom) untuk membantu kita
Diamond, Hendren et al.,1999: Lapointe, Wei, Hricak et al.,2001: Mc Aller & Kaplan,
2001)(2)
sebaiknya pemeriksaan karyotype dan tes fungsi adrenal untuk melihat kadar 17-
X. PENATALAKSANAAN
31
Tidak ada satupun terapi konservatif (medical treament) digunakan untuk
rekonstruksi.(8,16)
menjadi lurus dengan meatus urethra di tempat yang normal atau dekat normal
sehingga aliran kencing arahnya ke depan, dapat melakukan coitus dengan normal,
Waktu yang sangat ideal an optimal time window untuk melakukan operasi
elektive pada hipospadia adalah pada anak di usia antara 6-18 bulan (3-15 bulan-
modified from Schulz et al. 1983), banyak literatur juga menuliskan kisaran umur antara
6-12 bulan adalah waktu yang tepat untuk operasi rekonstruksi, meninjau dari aspek
psikologi juga, akan tetapi lebih diprioritaskan pada umur 6 bulan. (4,8,14,15,17)
Fig. 8: Evaluation of risk for hypospadias repair from birth to age 7 years. The optimal
window is from 3 to 15 months of age (modified from Schulz et al. 1983).
32
Kontraindikasi melakukan operasi pada hipospadia/rekonstruksi urethra adalah
pada infant, sangat sulit untuk dilakukan karena struktur yang didapat masih dalam
dimensi yang sangat kecil sehingga kemungkinan trauma menjadi sangat besar.(8,14,17).
Penderita hipospadia yang baru lahir (newborn hipospadia) tidak boleh dilakukan
datang.(1,3,4,15)
Lebih dari 300 jenis operasi dijelaskan sebagai pilihan dalam penatalaksanaan
pada hipospadia. Untuk hipospadia tipe glanular dengan meatus yang mobile,
Tipe
hipospadia
Distal penis : Y-V modifikasi Mathieu atau
Tubularised Incised Plate (TIP)
33
Dikenal banyak teknik operasi hipospadia, yang umumnya terdiri dari
beberapa tahap, yaitu pertama dilakukan koreksi terhadap chordee (chordectomy) dan
Dilakukan pada usia 6-18 bulan. Pada tahap ini dilakukan operasi
eksisi chordee dari muara urethra sampai ke glans penis. Setelah eksisi
chordee maka penis akan menjadi lurus akan tetapi meatus urethra masih
kavernosum. (12,18,19)
pembuatan urethra pada glans penis dan muaranya. Bahan untuk menutup luka
eksisi chordee dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis bagian
sirkumsisi.(12)
dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudinal paralel di
kedua sisi urethra sampai ke glans. Lalu dibuat pipa dari kulit di bagian tengah
ini untuk membentuk urethra. Setelah urethra terbentuk, luka operasi ditutup
dengan flap dari kulit preputium dibagian lateral yang ditarik ke ventral dan
diterapkan operasi yang dilakukan hanya satu tahap akan tetapi hanya dapat
34
dilakukan pada hipospadia tipe distal dengan ukuran penis yang cukup
besar.(12)
adalah tehnik operasi sederhana yang sering dapat digunakan, terutama untuk
hipospadia tipe distal. Tipe distal ini yang meatusnya letak anterior atau yang
middle.(16) Meskipun sering hasilnya kurang baik untuk kelainan yang berat.
kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty nyaris tidak
dapat dilakukan.(16)
masuk sekolah. karena dikhawatirkan akan timbul rasa malu pada anak akibat
Sebelum Sesudah
35
Setelah menjalani operasi, perawatan pasca operasi adalah tindakan yang amat
sangat penting. Biasanya pada lubang kencing yang baru (post urehtroplasty) masih
Langkah-langkah melakukan teknik Y_V modifikasi Mathieu ini : a) buat insisi Y; b).
ketiga posisi guntingan diangkat untuk memudahkan membuat lubang untuk urethra
yang baru; c). Insisi Y dijahit sehingga bentuk menyerupai huruf V, seperti telinga
anjing (dog ear).; d) hasil jahitan tampak seperti gambar di bawah; e) kemudian
uretroplasti; g). Sedikit kulit yang telinga anjing(dog ear) tadi digunting; h).
Sebagian kulit dari tempat urethra yang baru juga digunting; i),j) dilakukan
adalah adanya severe chordee pada bagian distal dari meatus pasien hipospadia
Langkah-langkah: a,b) Dilakukan insisi Y secara dalam pada glans penis. c) dilakukan
chordectomy; daerah tengah daripada incisi tersebut akan digunakan sebagai puncak
dari lokasi meatus yang baru. Kira-kira 2 lipatan bagian atas insisi Y tadi dibuat
panjangnya 0,5cm. Sedangkan bagian yang vertikal ditarik ke bawah sampai sulcus
koroner sepanjang lingkaran glans penis. Setelah itu 3 lipatan tadi ditarik ke atas dan
jaringan lunak dieksisi untuk memberi ruang pada urethra yang baru. Hasil eksisi dari
chordee atau jaringan ikatnya dibuang. d) Incisi kulit bagian luarnya dan dijahit; e)
37
pembentukan untuk lubang urethra yang baru; e) dilakukan glanulomeatoplasti; f)
Teknik Lateral Based (LB) flap, digunakan dalam rekonstruksi seluruh tipe
flap dan teknik preputial pedicle flap, menguntungkan karena memiliki suplai darah
atas asumsi bahwa adanya incisi midline sampai ke dasar urethra dapat mengurangi
resiko striktur pada urethroplasty. Terdapat dua buah kriteria penting untuk
mendapatkan hasil terbaik : adalah diameter urethra sampai pada dasarnya adalah
tidak boleh kurang dari 1 cm dan harus tidak terdapat chordee yang dalam pada
bagian distal.(14) Komplikasi : fistula terjadi pada 2-15% pasien. Stenosis Meatus
terjadi 5-20%.(14)
hipospadia melalui dua tahap. Kelompok kecil pada pasien dengan hipospadia
proksimal berat, chordee dan phallus kecil seperti pada pasien dengan hipospadia
rekurrent dan kulit fibrous yang rusak mungkin menguntungkan bila melakukan
38
Pada tahap pertama ( I ) insisi sirkumferensial dibuat dari proksimal sampai sulcus
coronal, chordee di eksisi dan bagian penis diiris dengan kulit glans dibiarkan..
Pelurusan penis dan pemindahan semua jaringan chordee harus dikonfirmasi dengan
Gambar 12. Dikutip dari kepustakaan 14. Langkah Two Stage Repair : (1). Identifikasi Chordee, (2)
Dilakukan Eksisi chordee ventral & plika bila perlu, (3) tutup permukaan yang terbuka
tadi dengan skin graft, (4) Tubularisasi sebagai langkah akhir.
39
Artificial Erection Test/tes ereksi buatan pada koreksi chordee. Curvatura
ventral (chordee) dapat di evaluasi dengan tes ereksi buatan. Terdapat 2 tipe chordee
1.
Chordee yang berada pada distal hipospadia (skin chordee/chordee kulit). Chordee
superficial ini terletak subkutan, bagian atas dari meatus dan bisa di koreksi
2. Tipe lain dari chordee adalah chordee yang biasanya bersamaan dengan
hipospadia proksimal, biasanya terletak dalam, fibrous dan terletak dibagian distal
ke meatus. Curvatura ini dapat dikoreksi dengan teknik Heineke Mikulicz, dorsal
XI. KOMPLIKASI
1. Masalah psikologis pada anak karena merasa malu akibat bentuk penis yang berbeda
dengan temamya.
2. Masalah reproduksi karena bentuk penis yang bengkok menyebabkan penis susah
masuk ke dalam vagina saat kopulasi; cairan semen yang disemprotkan melalui muara
uretra pada tempat abnormal sehingga menimbulkan masalah seksual dan infertilitas.
3. Kemungkinan adanya kelainan kongenital yang lain. Seperti kelainan pada ginjal
4. Kesulitan penentuan jenis kelamin terutama jika meatus urethra terletak di perineum
40
Komplikasi pasca operasi (segera) yang terjadi:(10,16)
1. Edema lokal dan bercak perdarahan yang dapat terjadi segera setelah proses repair
2. Perdarahan post operatif, jarang terjadi dan biasanya dapat terkontrol dengan balut
tekan. Jika terjadi, dapat dilakukan eksplorasi ulang untuk mengevakuasi hematoma
4. Nekrosis Flap
1) Ketidakpuasan kosmetis : Komplikasi ini biasa terjadi hasil dari penjahitan yang
irregular, gumpalan kulit (skin blobs), atau kulit bagian ventral yang berlebihan. Jika
aspek ventral glans pendek dan tidak ada mucosal collar disekeliling glans, hasilnya
adalah mengecewakan. Namun yang harus diingat sering pasien dan ahli bedah
masing-masing mempunyai tanggapan yang beda tentang kosmetis.
2) Stenosis atau menyempitnya meatus uretra karena edema atau hipertropi scar pada
tempat anastomosis. Adanya aliran air seni yang mengecil dapat menimbulkan
kewaspadaan atas adanya stenosis meatus. Stenosis meatal lazimnya mudah untuk
ditangani dengan melakukan operasi meatal revision. Namun, stenosis di proximal
adalah paling parah dan cuma bisa diperbaiki dengan dilatasi uretra, yang mana tidak
memungkinkan untuk dilakukan pada anak.
3) Fistula uretrokutan : Fistula uretrokutan merupakan masalah utama yang sering
muncul pada operasi hpospadia. Fistula jarang menutup spontan dan dapat diperbaiki
dengan penutupan berlapis dari flap kulit lokal. Fistula yang kecil dan tidak
berhubungan dengan striktur uretra bisa sembuh secara spontan. Lokasi terjadinya
fistula sering di proksimal corona pada sisi lateral. Jika fistula masih bertahan lebih
41
dari 6 bulan setelah prosedur inisial, salurnya harus di eksisi, di jahit, dan ditutup
dengan beberapa lapis jaringan. Kombinasi diantara fistula dan stenosis uretra adalah
biasa, justru itu uretroplasti perlu diperiksa secara berterusan sebelum fistula ditutup.
Fistula yang letaknya di belakang corona tidak mudah untuk di tutup dan sering
mengalami rekurensi jika eksisi dan penutupan dengan teknik sederhana dilakukan.
Jadi, direkomendasikan untuk dilakukan uretroplasti distal sekali lagi dengan teknik
Mathieu flap.
4) Striktur uretra : Komplikasi ini sudah jarang terjadi saat ini, karena ahli bedah telah
mengambil langkah awal dengan tidak melakukan anastomosis sirkular dan memilih
prosedur uretroplasti secara onlay. Gangguan aliran urin yang terus-terusan bisa
menyebabkan kerusakan saluran urin dan vesika urinaria karena harus memberikan
tekanan yang kuat untuk mengeluarkan urin. Keadaan ini dapat diatasi dengan
pembedahan, dan dapat membutuhkan insisi, eksisi atau reanastomosis.
6) Adanya rambut dalam uretra : Kulit yang mengandung folikel rambut dihindari
digunakan dalam rekonstruksi hipospadia. Bila kulit ini berhubungan dngan uretra,
hal ini dapat menimbulkan masalah berupa infeksi saluran kemih dan pembentukan
batu saat pubertas. Biasanya untuk mengatasinya digunakan laser atau kauter, bahkan
bila cukup banyak dilakukan eksisi pada kulit yang mengandung folikel rambut lalu
kemudian diulang perbaikan hipospadia.
7) Ektropion mukosa : Komplikasi ini sudah jarang terjadi dengan penggunaan teknik
uretroplasti onlay. Jika terjadi, sering berbarengan pseudopolips dan memerlukan
untuk di reseksi. Rekurensi sering, yaitu sebagai stenosis meatal sekunder.
42
8) Balanitis xerotica obliterans (BXO) : Komplikasi yang juga jarang terjadi, dikaitkan
dengan inflamasi kronik dan fibrosis dari meatus dan glans. Meatoplasti atau
uretroplasti ulang menggunakan mukosa buccal harus dipertimbangkan jika aplikasi
steroid topical gagal.
XII. PROGNOSA
Sekarang ini; dengan anastesi modern, instrument yang semakin lengkap, teknik
hipospadia banyak berhasil dengan baik. Di saat mendatang prognosis perbaikan pada
43
BAB III
ANALISA KASUS
An. Q, usia 5 tahun dibawa keluarganya datang ke rumah sakit, dan setelah melakukan
anamnesa dan pemeriksaan didapatkan diagnosa Hipospadia Posterior Penoscrotal
1. Anamnesa (Sujektif)
Pasien An. QA, usia 5 tahun dibawa oleh keluarga datang dengan keluhan.
Lubang berkemih tidak berada diujung melainkan di bawah batang penis sehingga
membuat gangguan pancaran urin sehingga pasien apabila BAK harus dipegang agar
pancaran terarah dan tidak membasahi celana. Keluhan yang terjadi pada pasien
merupakan kelainan congenital, dikenal dengan Hipospadia. Hipospadia adalah
penyakit kongenital berupa muara uretra yang terletak disebelah ventral penis.
Gangguan pancaran urin terjadi karena meatus uretra berada di ventral penis. Pada
hipospadia dapat ditemukan trias yaitu adanya chorde (angulasi penis ke ventral).,
dapat disertai juga dengan mikropenis yaitu kelainan ukuran yaitu ukuran penis lebih
kecil dibandingkan dengan anak seusianya dan pada hipospadia dapat ditemukan
adanya preputium yang bergelambir (hooding preputium). Pada pasien ini ditemukan
2 dari trias gejala hipospadia yaitu adanya muara berkemih terletak di ventral dan
adanya hooding preputium.
.
2. Pemeriksaan (Objektif)
Pemeriksaan Fisik
44
Tampak adanya hooding preputium, preputium yang lebih panjang dari
bagian bawah
Testis kanan dan kiri ada, dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
testis sudah turun ke skrotum karena pada hipospadia dapat disertai dengan
kelainan undesesus testis
3. Diagnosa (Assesment)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakan diagnosa Hipospadia
Posterior (Penoscrotal)
4. Program (Planing)
Terapi pilihan untuk kasus hipospadia adalah intervensi bedah. Tujuan prosedur
pembedahan pada pasien hipospadia adalah 1) membuat penis lurus dengan
memperbaiki chordee, 2) membentuk uretra dan meastusnya yang bermuara pada
ujung penis, 3) untuk mengembalikkan aspek normal dari genitalia eksterna
(kosmetik) dengan merekontruksi jaringan yang membentuk radius ventral penis
(glans, corpus spongiosum dan kulit). Pasien direncakan untuk dilakukan tindakan
Uretroplasti. Uretroplasti ialah membuat osteum uretra eksterna diujung glans penis
sehingga pancaran urin dan semen bisa lurus ke depan. Operasi hipospadia dapat
dilakukan satu tahap atau dua tahap, pada pasien ini dilakukan dua tahap yaitu
Chordectomy lalu kemudian Urethroplasty. Tahap Urethroplasty pada pasien ini
dilakukan 2x karena pada Uretroplasty pertama BAK pasien masih merembes dari
lubang berkemih yang sebelumnya.
Setelah operasi yang harus diperhatikan adalah tanda vital untuk mengetahui adakah
komplikasi langsung dari operasi seperti infeksi, perdarahan, edem ataupun necrosis
pada flap. Pasien juga diminta untuk tetap mempertahankan kateter sebagai
mengetahui cairan output juga sebagai fiksasi bekas operasi.
Pasien juga diberikan obat-obatan setelah operasi, untuk mencegah terjadinya infeksi
diberikan antibiotic spectrum luas yaitu injeksi Gentamicin 2x40 mg iv. Gentamicin
merupakan obat antibiotik golongan aminoglikosidayang digunakan untuk mengobati
infeksi karena bakteri gram negatif, gentamicin bekerja dengan cara menghambat
45
sintesa protein bakteri. . Untuk mengurangi rasa nyeri pasca operasi diberikan
ketorolac 3x1/2 amp. Ketorolac merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS), mekanisme kerja ketorolac ialah menghambat enzim siklooksigenase dan
tromboksan A2. Pasien juga diberikan obat pencahar yaitu yal 2x1, yal merupakan
obat pencahar golongan laksatif , pada pasien ini diberikan obat pencahar dengan
tujuan untuk mengurangi tekanan pada bagian bekas operasi sehingga dapat
meminimalisir luka post operasi.
Pasien dirawat selama 4 hari di bangsal perawatan anak RSPAD Jakarta, pasien
pulang dengan kondisi hemodinamik stabil dan keluhan masih nyeri setelah operasi,
pasien juga diminta untuk control di poli bedah plastic untuk mengevaluasi bekas
operasi dan penatalaksanaan selanjutnya.
46
DAFTAR PUSTAKA
47
17. Hadidi AT. Hypospadias Surgery. International Workshop on Hypospadias Surgery.
Germany : Medical University Vienna; 2006.p.1-19
18. Hage JJ. Reconstruction Of The Penis, In Grbb and Smith Plastic Surgery, 6th
Edition, Thorne CH. et al (eds), New York : Lippincott Williams & Wilkins, a
Wolters Kluwer business; 2007.p. 731-3.
19. Kim LH., Arie B. Urology, In Schwartzs Manual Of Surgery, 8th Edition, Brunicardi
FC. et al (eds), New York : McGraw-Hill; 2006.p. 1058.
48