PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah “Gambaran Pengetahuan dan Sikap Perilaku Cuci Tangan pada
Pengunjung UPT Puskesmas Tuminting Kota Manado Sulawesi Utara Januari 2020”.
2. Mengetahui Gambaran Sikap Perilaku Cuci Tangan pada Pengunjung UPT Puskesmas
Tuminting Kota Manado.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian ataupun
pemberian edukasi mengenai pengetahuan cuci tangan di lingkungan Puskesmas
Tuminting Kota Manado.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).
tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian
sebagai segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui
berkenaan dengan hal (mata pelajaran) yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek
kesadaran manusia menjadi terang atau ada, tidak berbeda jauh dengan pengertian
3
menurut Onny S. Prijono yang menyebutkan bahwa pengetahuan adalah nilai yang
membuat orang untuk selalu tau (sadar) tentang apang yang dilakukan dan mandiri.
tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know).
Tahu adalah proses mengingat kembali (recall) akan suatu materi yang telah
dan alat ukur yang dipakai yaitu kata kerja seperti menyebutkan,
2. Memahami (comprehension)
dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
masih ada kaitanya satu sama lainnya yang dapat dinilai dan diukur dengan
4
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
5. Sintesis (Syntesis)
baru atau menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
penilaian terhadap suatu materi atau objek yang didasari pada suatu kriteria
ada.
Menurut Astutik (2013) dan Triyani (2012), adapun beberapa faktor yang
1. Usia
Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian
kehidupan yang baru dan harapan-harapan baru. Pada masa ini merupakan
perubahan nilai, masa penyesuaian dengan cara hidup baru, dan masa
kreatif.
bertambah usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikir
5
seseorang. Setelah melawati usia madya (40-60 tahun), daya tangkap dan
2. Pendidikan
proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
tingkat pengetahuannya.
3. Pengalaman
memecahkan masalah yang dihadapi saat masa lalu dan dapat digunakan
tinggi maka pengalaman akan luas, sedangkan semakin tua usia seseorang
4. Informasi
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain, maka hal tersebut dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
6
5. Sosial budaya dan ekonomi
6. Lingkungan
yang berada dalam suatu lingkungan. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin diukur dan
disesuaikan dengan tingkatannya. Adapun jenis pertanyaan yang dapat digunakan unuk
1. Pertanyaan subjektif
hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
2. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul salah
7
2. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dengan benar
jawaban pertanyaan.
2.2 Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu
sendiri, perilaku juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat
diamati secara langsung atau tidak langsung Dan hal ini berarti bahwa perilaku terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati. Perilaku merupakan
keseimbangan antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan sebagai hasil dari
sikap dan tindakan (Maulana, 2009). Perilaku merupakan faktor terbesar yang
pendidikan kesehatan dan status kesehatan berada pada suatu pola hubungan yang
saling mempengaruhi.
Menurut Rogers pada tahun 1974, perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas
manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
8
2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan
buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti
(2014), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas
dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan
berlangsung lama. Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan
berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik,
psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan
seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya.
dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalaui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skinner disebut
teori “S-O-R atau stimulus organisme respon, yang dibedakan menjadi dua proses,
diantaranya adalah:
9
cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan
baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam
melaksankan tugasnya.
Perilaku manusia sebagaian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat
missal menggosok gigi sebelum tidur, dan bangun pagi sarapan pagi.
misalnya bila naik motor harus menggunakan hem, agar jika terjadi sesuatu
10
Menurut konsep dari Lawrence Green, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007)
fasilitas.
dilakukan. Faktor-faktor ini dapat bersifat negatif atau positif. Hal ini yang
faktor penguat adalah adanya manfaat atau ganjaran yang diterima oleh
seseorang.
mengubah perilaku adalah dengan cara pendekatan edukatif. Salah satu kegiatan
edukatif adalah bernyanyi. Menurut Green (1980) dalam Maulana (2009) pendidikan
meneliti perubahan perilaku memerlukan waktu sekitar satu sampai dua minggu. Dalam
11
mengenal dan memahami cara berhitung sederhana dengan metode penyampaian cara
bernyanyi diperlukan waktu dua minggu (Iswara, 2013). Cara pengukuran perilaku
tergantung dari domain perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Cara
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden. Pengukuran sikap
2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk
dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan
akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam
budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat
3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan
12
Erikson (1968) dalam Mutiah (2010) mendalami teori Psikoanalisis yang
berubah dengan pengalaman dan adanya informasi baru yang didapat dari
dapat muncul, bila anak tidak diberi kepercayaan dan membuat mereka
lebih luas, mereka lebih tertantang dan perlu mengembangkan perilaku yang
bersalah dapat muncul jika anak-anak tidak bertanggung jawab dan merasa
Piaget (1952) dalam Mutiah (2009) merumuskan teori Proses Kognitif pada
antara dua proses yang menunjang yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
13
diri pada informasi baru atau penyesuaian skema pikiran mereka terhadap
pemikiran operasional dan logis. Tahap ini dapat dibagi menjadi dua sub
(Wahyuni, 2013).
Pendidikan bagi anak usia dini sangat penting dilakukan karena merupakan
antar sel. Sambungan antar sel akan semakin kuat apabila diberikan
stimulasi dan apabila sering digunakan (Mutiah, 2010). Jumlah sel otak
tidak pernah bertambah tetapi kualitas otak (dendrit) bisa bertambah. Jika
antar impuls.
bahwa pembelajaran bernyanyi dan latihan gerak tubuh sangat berhubungan erat,
karena irama lagu dapat mempengaruhi dan mengendalikan pusat syaraf. Sehingga cara
belajar yang baik bagi anak adalah melalui lagu dan gerakannya. Untuk itu
14
pembelajaran melalui gerak dan lagu yang dilakukan sambil bermain akan membantu
seni, bahasa dan fisiknya saja tetapi juga pada pengembangan emosional dan kognitif
anak.
Indonesia telah menggelar kembali Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS)
pada 15 Oktober 2008. Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan bagian penting karena
programprogram kesehatan. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun ini menjadi moment
penting untuk meningkatkan budaya cuci tangan pakai sabun di keluarga Indonesia
yang tergolong masih rendah, sebab Cuci Tangan Pakai Sabun adalah salah satu cara
yang paling efektif untuk mencegah penyebaran kuman penyakit masuk ke dalam
Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air mengalir.Tujuan
mencuci tangan adalah merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi.
mencuci tangan hanya dengan menggunakan air. Segala jenis sabun dapat digunakan
untuk mencuci tangan baik itu sabun (mandi) biasa, sabun antiseptic ataupun sabun cair.
Tujuan penggunaan sabun adalah untuk membantu proses pelepasan kotoran dan
kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku. Hingga kini belum
ada penelitian yang dapar membuktikan bahwa sabun antiseptic atau disinfektan
tertentu dapat membuat seseorang rentan pada organisme umum yang berada di alam.
15
2.3.2 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Cuci Tangan Pakai Sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah
diare dan ISPA, yang keduanya merupakan penyebab utama kematian paada anak.
Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak diseluruh dunia meninggal sebelum mencapai
umur 5 tahun karena penyakit ISPA dan diare. Cuci Tangan Pakai Sabun juga dapat
mencegah penyakit kulit, infeksi mata, infeksi cacing, flu burung dan SARS.
1. ISPA
Infeksi Saluran Pernapasasn Akut (ISPA) adalah radang akut yang terjadi
pada saluran pernapasan bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun reketsia tanpa ataupun disertai
dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada usia 1-4 tahun. Menurut jenis
kelamin, tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki – laki dan
merukan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk paling besar
kronik maupun akut. Hal ini juga terjadi pada anak yang kehidupannya
rentan oleh penyakit. Penelitian oleh Maryunani (2010) gejala yang sering
dijumpai adalah batuk, pilek dan kesukaran bernapas. Anak pada usia
sekolah rata-rata mengalami ISPA sebanyak 4-5 kali dalam setahun. Kondisi
sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi
16
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan yang sehat, keadaan ini dapat
mencegah dan menanggulangi ISPA pada anak usia sekolah. Potter dan
Perry (2006) mengatakan salah satu usaha untuk menghindari ISPA adalah
dengan menciptakan perilaku hidup yang sehat. Salah satu usaha dalam
menciptakan perilaku yang sehat yaitu melakukan cuci tangan. Cuci tangan
penyakit ISPA.
2. Diare
Diare hingga saat ini, masih merupakan salah satu penyebab utama
kelompok usia bisa terserang diare, tetapi penyakit berat dengan kematian
yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang,
anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang
(Zubir, 2006). Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih
sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) per hari dengan
Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009 diare
penyebab nomor satu kematian balita dan anak usia pra sekolah di dunia,
dan UNICEF melaporkan setiap detik satu anak meninggal karena diare. Hal
17
ini banyak terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia karena
resiko diare yaitu: sanitasi yang buruk, fasilitas kebersihan yang kurang,
makan, dan setelah buang air). Berdasarkan penelitian Evayanti, dkk (2014),
ditemukan sekitar 15% saja anak-anak usia pra sekolah yang mencuci
tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan. Mencuci tangan dengan
hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun pada waktu
prosentase kurang lebih 40%. Mencuci tangan ini lebih dianjurkan pada saat
sebelum dan sesudah makan, dan setelah buang air kecil maupun buang air
angka kejadian penyakit kulit, infeksi pada mata seperti konjungtivitis dan
18
Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk
mencuci tangan dengan praktik cuci tangan masih berlanjut, sehinnga diperlukan
pentingnya Cuci Tangan Pakai Sabun Pengenalan Cuci Tangan Pakai Sabun sudah
dilakukan sejak lama, namun praktik di masyarakat masih rendah, terutama pada anak-
anak cuci tangan pakai sabun masih sering diabaikan, sehingga kegiatan untuk
mempromosikan Cuci Tangan Pakai Sabun perlu terus dilakukan sebagai upaya
19
WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia telah merekomendasikan tentang
pentingnya mencuci tangan. WHO pada tahun 2005 mengeluarkan pesan kesehatan
untuk mencuci tangan dengan 6 langkah. Prinsip dari 6 langkah cuci tangan antara lain:
1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok
Gambar 2.2: Langkah pertama dari 6 langkah cuci tangan menurut WHO
Gambar 2.3: Langkah ke-2 dari 6 langkah cuci tangan menurut WHO
20
Gambar 2.4: Langkah ke-3 dari 6 langkah cuci tangan menurut WHO
Gambar 2.5: Langkah ke-4 dari 6 langkah cuci tangan menurut WHO
Gambar 2.6: Langkah ke-5 dari 6 langkah cuci tangan menurut WHO
21
Gambar 2.7: Langkah terakhir dari 6 langkah cuci tangan menurut WHO
beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun:
1. Sebelum makan
tubuh.
membunuh kuman yang ada pada tangan agar tidak berpindah ke bahan
Agar menjaga kesterilan kulit bayi sehingga terhindar dari kuman – kuman
Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri akan
22
Refleks menutup mulut dan hidung menggunakan tangan saat batuk atau bersin
Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri dan kuman yang sangat besar,
Sampah sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat
berbahaya bagi tubuh, sehingga sangat disarankan untuk mencuci tangan setelah
menyentuh sampah.
Luka, terutama pada bagian tubuh tertentu akan sangat sensitive terhadap
bakteri dan kuman. Apabila tidak mencuci tangan sebelum menangani luka,
maka kemungkinan terjadinya infeksi karena bakteri dan kuman akan menjadi
semakin tinggi.
Benda – benda umum memiliki kandungan bakteri dan kuman yang sangat
Tujuan utama dari cuci tangan secara higienis adalah untuk menghalangi
transmisi patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara efektif. Kebersihan tangan
23
Mencuci tangan dalam upaya peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sangatlah penting dan mudah dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan
Indonesia Sehat 2010. Mencuci tangan menjadi penting jika ditinjau dari:
2. Kuman dapat terdapat di kulit jari, sela kuku, kulit telapak tangan.
Secara umum, cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu
dengan cara membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan,
maka tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman. Apabila tangan dalam keadaan
bersih akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan, penyakit kulit, Infeksi
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kuesioner
1. Dasar24 untuk
penelitian lebih
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini berupa penelitian deskriptif untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan
dan Sikap Perilaku Cuci Tangan pada Pengunjung UPT Puskesmas Tuminting Kota Manado
Januari 2020.
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian diambil dari seluruh pasien yang sedang berkunjung di UPT Puskesmas
Tuminting dari tanggal 14-17 Januari 2020.
25
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini yaitu pengunjung Puskesmas Serang Kota yang dipilih dengan
memenuhi kriteria inkulusi yang di tentukan.
Kriteria Inklusi
Kriteria Ekslusi
1. Pengunjung Puskesmas Serang Kota yang sedang berobat di IGD Puskesmas.
2. Pengunjung yang tidak menandatangani inform concent yang telah penulis sediakan.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu berdasarkan teknik pengambilan
sampel yaang peneliti gunakan yaitu Quota sampling maka di dapatkan sampel dalam
penelitian ini sebanyak 30 orang dari pengunjung yang telah memenuhi kriteria inklusi.
26
3.6. Managemen Data
BAB V
A. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan serta disesuaikan dengan
tujuan penelitian, maka disusunlah hasil penelitian sebagai berikut :
1. Air yang bersih adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
27
Dari 30 kuesioner yang disebar, 100% responden setuju bahwa air yang bersih adalah
air yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Dengan demikian, seluruh
responden sudah mengetahui air seperti apakah yang layak untuk digunakan pada cuci
tangan yang benar.
Sedangkan sisanya 10% responden menyatakan bahwa cuci tangan tidak cukup hanya
menggunakan sabun, namun harus menggunakan bahan lain untuk membunuh kuman
seperti sabun atau larutan berbasis alkohol.
Dari 30 responden, 60% selalu memakai sabun saat sedang cuci tangan, sedangkan 40
% sisanya hanya kadang-kadang menggunakan sabun.
28
93% responden setuju bahwa mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan
air yang mengalir.
Peneliti mengajukan pertanyaan kapankah cuci tangan yang benar dilakukan? 66%
responden menjawab bahwa responden hanya mencuci tangan sebelum makan.
Kesadaran untuk bisa mencegah penularan infeksi kuman melalui tangan sebelum
makan masih rendah karena 66% saja responden yang mencuci tangan sebelum makan.
Sedangkan cuci tangan seharusnya dilakukan oleh semua orang sebelum makan untuk
menghindari penyakit-penyakit fecaloral yang bisa menular melalui tangan yang tidak
dicuci.
Kegiatan sehari-hari lainnya yang biasanya dilakukan cuci tangan oleh responden, yaitu
:
5. Dari kuesioner yang disebar, 100% responden setuju bahwa mencuci tangan dapat
mencegah penyakit. Namun kesadaran untuk mencuci tangan tidak sesuai dengan
pengetahuan tersebut.
Berikut hasil pengetahuan beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci
tangan, yaitu :
c. Diare 76%
29
Untuk mencoba apakah responden mengetahui penyakit yang sering terjadi namun
tidak dapat dicegah dengan mencuci tangan, penulis menanyakan apakah DBD dapat
dicegah? 20% responden menjawab cuci tangan dapat mencegah DBD padahal DBD
tidak dapat dicegah dengan mencuci tangan melainkan dicegah dengan 3M+1. Hal ini
mendandakan bahwa pengetahuan responden mengenai penyakit menular masih belum
mencukupi sehingga diperlukan penyuluhan lain untuk menjelaskan tentang infeksi
menular kepada pengunjung puskesmas.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Seluruh pengunjung sudah mengetahui tentang pentingnya cuci tangan untuk mencegah
penyakit. Namun tidak semua pengunjung tahu penyakit apa saja yang dapat dicegah
dengan cuci tangan.
2. 90 % pengunjung tidak selalu menggunakan sabun saat cuci tangan
30
3. Tidak semua bagian pada tangan dicuci saat cuci tangan. Telapak tangan merupakan
bagian dari tangan yang sering di cuci, sedangkan bagian lainnya jarang ikut tercuci.
4. 96% (hampir seluruhnya) mencuci tangan setelah makan namun hanya 66%
pengunjung hanya mencuci tangan sebelum makan, sedangkan kegiatan lain belum
banyak yang melakukan cuci tangan.
5.2. Saran
1. Bagi Puskesmas :
1. Menyediakan handrub atau wastafel bagi pengunjung puskesmas
2. Menyediakan poster tentang pentingnya cuci tangan (tidak hanya cara cuci
tangan)
2. Bagi Petugas Kesehatan :
1. Membiasakan cuci tangan sebelum dan setelah tindakan
2. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan baik secara personal
pada pasien dan keluarga ataupun saat penyuluhan/posbindu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Depkes
RI; 2008.
2. Kemenkes RI. Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia; 2010.
31
3. Dit. PL, Ditjen PP-PL. Pedoman Umum Pengelolaan Kegiatan Peningkatan Perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.
4. WHO. WHO guideline on hand hygiene in health care first global patient safety challenge.
Switzerland: WHO Press; 2009.
6. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Buku Saku 2010 Visualisasi Data Kesehatan
Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jateng; 2010.
7. USAID. Formative Research Report Hygiene and Health. Jakarta: USAID Indonesia;
2006.
8. Pratiwi Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene pada anak usia sekolah di
SD Negeri Pleret Lor. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2011.
LAMPIRAN
Lampiran 1
32
Dalam rangka memenuhi tugas akhir pendidikan dokter internsip periode UKM,
saya dr. Dede Ropiah akan melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Pengetahuan
dan Sikap Perilaku Cuci Tangan pada Pengunjung UPT Puskesmas Serang Kota Tahun
2015”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap
perilaku pengunjung Puskesmas Serang Kota. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai sumber informasi dan sarana edukasi kesehatan tentang cuci tangan.
SURAT PERSETUJUAN
Peneliti Peserta
( d r . Dede Ropiah ) ( )
33
Lampiran 2
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU CUCI TANGAN
PADA PENGUNJUNG UPT PUSKESMAS DTP SERANG KOTA TAHUN
2015
No. Kuesioner :
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
No telp :
ISILAH KOLOM DIBAWAH INI YANG MENURUT ANDA BENAR DENGAN TANDA
SILANG “ X “
Setelah makan
Sebelum dan setelah makan
Setelah selesai buang air besar/kecil
Setelah beraktivitas / bekerja
Sebelum dan setelah memasak
Sebelum bermain dengan anak
4. Saat cuci tangan saya biasanya mencuci bagian :
Telapak tangan
Punggung tangan
Sela-sela jari
Ujung kuku
Jempol
34
Pergelangan tangan
Lampiran 3
Dokumentasi Penyuluhan dan Presentasi Mini Project
35
36
37
Lampiran 4
Dokumentasi Leaflet sebagai media promosi kesehatan
38
39