Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

“KEJANG DEMAM SEDERHANA”

Disusun oleh :
dr. Meidianty Tandi

Supervisor Pembimbing :
dr. Agus Senolinggi, SpA

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD SELE BE SOLU SORONG
PAPUA BARAT
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS INTERNSIP
RSUD SELE BE SOLU
KOTA SORONG

Telah dibacakan pada : , Juli 2019


Nama : dr. Meidianty Tandi Tanda tangan
Supervisor pembimbing : dr. Agus Senolinggi, Sp.A
…………………

Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia serta tidak
didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam yang dimaksud adalah
kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC pada pengukuran rektal atau 37ºC pada aksila. Di Amerika
Serikat dan Eropa, prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di Asia, prevalensi kejang
demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan dengan daerah Eropa dan Amerika.
Menurut para ahli, kejang demam tejadi paling banyak pada saat anak berusia 6 bulan sampai
5 tahun.1 Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks. Faktor- faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu
usia, riwayat keluarga, riwayat prenatal (usia ibu saat hamil), riwayat perinatal (asfiksia, usia
kehamilan dan berat badan lahir rendah).1
Prognosis kejang demam pada dasarnya adalah baik. Sebagian besar kejang demam
sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Walaupun
prognosis kejang demam sebagian besar baik, tetapi kejang demam cukup mengkhawatirkan
bagi para orangtua.2 Tindakan pencegahan terhadap bangkitan kejang demam berupa
pemberian antipiretik dan antikonvulsan. Pemberian antipiretik disertai pemberian
antikonvulsan yang di sesuaikan dengan berat badan anak efektif untuk mencegah timbulnya
kejang demam berulang. Jenis obat yang sering digunakan adalah
diazepam,fenobarbital,fenitoin dan asam valproat. Pemberian obat jangka panjang tersebut
dapat mencegah timbulnya kejang demam akan tetapi tidak akan mencegah timbulnya epilepsi
maupun cacat neurologis. Tindakan pencegahan kejang demam dengan pemakaian obat
fenobarbital, asam valproat dan fenitoin dilakukan atas indikasi yang tepat.2

2
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : An. NQZ
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Sorong, 24/07/2016
Berat Badan : 12 kg
Alamat : KPR POLISI
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Masuk Rawat Inap : 03 Juli 2019- 05 Juli 2019
No RM : 132741

Identitas Orang Tua Pasien


Nama Ayah : Tn.S
Umur : 36 tahun
Alamat : KPR POLISI
Pekerjaan : Pegawai Negeri

Nama Ibu : Ny. SH


Umur : 34 tahun
Alamat : KPR POLISI
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. Anamnesis
Alloanamnesis pada tanggal 03 Juli 2019
Tempat : bangsal asoka pukul 08.30 WIT.

3
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan kejang kurang lebih 5 menit di rumah.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dibawa oleh orangtuanya karena mengalami kejang 1 kali yang terjadi
dengan durasi 5 menit menit dirumah. Saat kejang kedua tangan dan kaki kelonjotan, mata
mendelik keatas, lidah tidak menjulur dan tidak keluar busa. Kejang tidak berulang sampai
pasien dibawa ke IGD rumah sakit Selebesolu. Ibu pasien mengatakan sebelum kejang terjadi,
pasien mengalami demam 1 hari SMRS tetapi tidak diukur dengan alat. Ibu pasien kemudian
memberikan obat paracetamol sirup tetapi demam timbul lagi. Pasien juga mengalami batuk
dan nyeri menelan 1 hari SMRS.
BAB tidak terdapat keluhan, konsistensi padat, tidak ada lendir atau darah. BAK
pasien berwarna kuning jernih, tidak ada darah, tidak nyeri ketika berkemih. Pasien kemudian
menjalani rawat inap di ruang Asoka RSUD Selebesolu.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami kejang 2 bulan lalu. Kejang terjadi 1 kali dengan durasi < 15 menit.
Pola kejang sama, yaitu mata mendelik ke atas, kedua tangan dan kaki kelonjotan, tidak keluar
busa. Riwayat alergi makanan, alergi obat-obatan dan riwayat trauma disangkal oleh oleh ibu
pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien pernah mengalami kejang sewaktu masih kecil, kejang disertai dengan demam
tinggi. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan disangkal.

Riwayat Sosial
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua, dua kakaknya dan satu adik. Rumah beratap
seng, dinding beton, lantai keramik. Jumlah kamar 3 buah dihuni oleh 6 orang yang terdiri
atas 2 orang dewasa dan 4 anak. Kamar mandi dan WC di dalam rumah. Sumber air minum
adalah PDAM. Sumber penerangan adalah PLN dan penanganan sampah rumah tangga
dengan dibuang. Ventilasi cukup.

4
Riwayat Kehamilan
Selama hamil ibu pasien rutin kontrol ke dokter kandungan selama 5 kali. Mual dan
muntah berlebihan disangkal oleh ibu pasien. Ibu pasien juga tidak memiliki riwayat
keguguran.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir cukup bulan, lahir spontan ditolong oleh bidan. Setelah lahir pasien
langsung menangis, tidak ada kebiruan dan tidak mengalami sakit kuning. BBL 3000 g, PBL
59 cm.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


 Tengkurap usia 5 bulan
 Duduk usia 8 bulan
 Berdiri usia 11 bulan
 Berjalan usia 11 bulan
 Bicara (mengoceh) usia 13 bulan

Riwayat Nutrisi

Umur (bulan) ASI Sufor Bubur Bayi


0–6 √
> 6 – 1 tahun √
1 tahun √

Riwayat Imunisasi

Imunisasi Waktu Pemberian


Bulan (Booster)
Tahun
0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 5 10 12
BCG I

5
Polio I II III IV

Hepatitis B I II III IV
DPT I II III

Campak I

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital :
 Frekuensi nadi : 110x/menit, reguler, kuat, isi cukup
 Frekuensi napas : 26x/menit, reguler, cepat, dangkal
 Suhu : 39,5° C axilaris dextra

Status generalis :
 Kepala : Normocephali, rambut hitam tersebar merata, ubun-ubun datar, wajah simetris,
deformitas (-), hidrosefalus (-).
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor diameter
3mm/3mm,RCL +/+, RCTL +/+, gerakan mata kesegala arah, edem palpebra -/-
 Hidung : Septum deviasi (-),konka edema (-), mukosa hiperemis ( + ), sekret +/+, warna
kekuningan, Napas cuping hidung -/-
 Mulut : Mukosa bibir basah, atrofi lidah (-), gigi karies (-)
 Tenggorokan : Faring hiperemis (+), tonsil T2-T2, arcus faring simetris, uvula terletak
ditengah
 Leher : Trakea terletak ditengah, KGB tak teraba
 Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi iga (+)
- Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan

6
- Auskultasi : Suara napas vesikular +/+, Rhonki -/- di kedua lapang paru,
wheezing -/-, ekspirasi memanjang (-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus kordia tidak terlihat
- Palpasi : Ictuc kordis teraba ICS V
- Perkusi : Batas jantung kiri ICS V sisi medial MCLS, batas jantung kanan
ICS V PSL dektra
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Palpasi : Lemas,Nyeri tekan (-),Hepar/lien tak teraba,ballotement -/-
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus positif normal
 Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 3 detik
 Genital: orificium uretra eksternum tidak hiperemis
 Kulit: lembab, petekie (-), ikterik (-), sianosis (-)

Status Neurologis
 GCS  E4M6V5
 TRM  Kaku kuduk (-), Laseq > 70/> 70, Kerniq >135/>135, Brudzinski I dan II
(-/-)
 Nervus Kranialis (kesan tidak ada parese)
- Nervus I dan II tidak diperiksa
- Nervus V tidak diperiksa
- Nervus III, IV, VI  Mata dapat bergerak ke segala arah
- Nervus VII  Parese (-)
- Nervus VIII tidak diperiksa
- Nervus IX dan X  Reflek muntah (+)
- Nervus XI tidak diperiksa
- Nervus XII  Atrofi lidah (-), tremor (-), deviasi (-)
 Kekuatan Motorik : kesan baik

7
 Sensorik dan Otonom : kesan baik
 Reflek fisiologis bisep, tricep, achiles, patella ++/++
 Reflek patologis (-/-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium 01/04/2019
Hemoglobin 11,3 g/dl MCV 77,1 fl
Hematokrit 31,9% MCH 27,3 pg
Leukosit 11,5 ribu/ul MCHC 35,4 %
Trombosit 203 ribu/ul DDR (-)
Eritrosit 4,14 juta/ul

V. Resume
Seorang anak perempuan, umur 3 tahun, datang dibawa orangtuanya dengan keluhan
kejang sebelum datang ke RS. Kejang berlangsung selama satu kali selama kurang lebih 5
menit yang didahului dengan demam tinggi.disertai keluhan batuk dan pilek serta anak
rewel, sulit menelan makanan. Terdapat riwayat kejang demam 2 bulan sebelumnya dan
riwayat kejang demam pada keluarga.
Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, aktif, dari
tanda vital terdapat demam (39,5⁰C). Dari status generalis didapatkan nasal sekret +/+
serous, tenggorok faring hiperemis, tonsil T2-T2. Pada status neurologis tidak ditemukan
rangsang meningeal, nervus kranialis dan motorik tidak ada parese, sensorik dan otonom
baik. BB 12 kg.

VI. Diagnosis Kerja


 Kejang demam sederhana ec tonsilofaringitis akut

VII. Diagnosis Banding


 Kejang demam sederhana ec rhinofaringitis akut

8
VIII. Tatalaksana
 IVFD RL 14 gtt/m
 Inj. Cefotaxime 3 x 400 mg
 Inj. Gentamisin 2 x 40 mg
 Inj. Dexametason 2 x 1 ampul
 Pamol supp 125 mg (extra)
 Paracetamol 3 x I Cth
 Ambroxol sirup 3 x I Cth
 Phenobarbital 40 mg pulv (Hari pertama dan hari kedua)
 Phenobarbital 20 mg pulv (Hari ketiga, keempat dan kelima)

IX. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

9
X. Follow Up
Tanggal S O A P
03/07/2019 Demam (+), Keadaan Umum : Kejang demam -IVFD RL 14 gtt/m
kejang (-), Tampak sakit sedang sederhana ec
-Inj. Cefotaxime 3 x 400
batuk pilek Kesadaran : tonsilofaringitis
mg
(+), nyeri Composmentis akut
menelan (+) Nadi : 105 x/menit, -Inj. Gentamisin 2 x 40 mg
reguler, isi cukup; RR
-Inj. Dexametason 2 x 1
24x/menit; suhu 38,0 C
ampul
Status generalis
Tenggorokan: faring -Paracetamol 3 x I Cth
hiperemis (+), tonsil
-Ambroxol sirup 3 x I Cth
T2-T2; Status
neurologis dalam batas -Phenobarbital 40 mg pulv
normal (Hari pertama dan hari
kedua)

-Phenobarbital 20 mg pulv
(Hari ketiga, keempat dan
kelima)

04/07/2019 Batuk (+) Keadaan Umum : Kejang demam - IVFD RL 14 gtt/m


nyeri Tampak sakit sedang sederhana ec
-Inj. Cefotaxime 3 x 400
menelan (+) Kesadaran : tonsilofaringitis
mg
Composmentis akut
Nadi : 100 x/menit, -Inj. Gentamisin 2 x 40 mg
reguler, isi cukup; RR
-Inj. Dexametason 2 x 1
20x/menit; suhu 37,3 C
ampul
Status generalis
Tenggorokan : faring -Paracetamol 3 x I Cth
hiperemis (+), tonsil

10
T2-T2; Status -Ambroxol sirup 3 x I Cth
neurologis dalam batas
-Phenobarbital 40 mg pulv
normal
(Hari pertama dan hari
kedua)

-Phenobarbital 20 mg pulv
(Hari ketiga, keempat dan
kelima)

05/07/2019 Demam (-), Keadaan Umum : Kejang demam - IVFD RL 14 gtt/m


kejang (-), Tampak sakit sedang sederhana ec
-Inj. Cefotaxime 3 x 400
batuk (+) Kesadaran : tonsilofaringitis
mg
berkurang Composmentis akut
Nadi : 105 x/menit, -Inj. Gentamisin 2 x 40 mg
reguler, isi cukup; RR
-Inj. Dexametason 2 x 1
22x/menit; suhu 36,2 C
ampul
Status generalis
Tenggorokan : faring -Paracetamol 3 x I Cth
hiperemis (+), tonsil
-Ambroxol sirup 3 x I Cth
T1-T1; Status
neurologis dalam batas -Phenobarbital 40 mg pulv
normal (Hari pertama dan hari
kedua)

-Phenobarbital 20 mg pulv
(Hari ketiga, keempat dan
kelima)

Pasien diperbolehkan
pulang dengan obat minum
Paracetamol 3 x I Cth,

11
ambroxol 3 x I cth,
stesolid supp.

12
BAB III

PEMBAHASAN

Definisi dan epidemiologi kejang demam sederhana


Pada kepustakaan dikatakan bahwa kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi kerena kenaikan suhu (suhu rektal > 38ºC atau suhu aksila > 37 ºC ) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan – 5
tahun.3
Pada kasus ini diketahui dari anamnesis bahwa pasien mengalami kejang saat suhu
tubuh demam tinggi yaitu 39,5° C. Demam mendadak naik secara tiba-tiba. Tetapi secara
objektif tidak dilakukan pemeriksaan suhu rektal untuk memastikan berapa suhu pasien saat
masuk rumah sakit. Hal ini dapat dilakukan untuk mencocokan apakah pasien mengalami
kejang demam sesuai dengan definisi tersebut. Pada saat mengalami kejang, pasien berumur 3
tahun dan diketahui pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama 2 bulan lalu saat
berusia 2 tahun 10 bulan.

Etiologi
Dari berbagai kepustakaan disebutkan bahwa penyebab kejang demam adalah berasal
dari ekstrakranial dan berhubungan dengan timbulnya demam. Penyebab demam diantaranya
adalah adanya infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah (otitis media),
pneumonia, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. 3 Pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan terhadap pasien ditemukan adanya infeksi pada saluran nafas atas yang tandai oleh
faring yang hiperemis dan tonsil yang kemerahan.

Manifestasi klinis
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang tonik klonik
bilateral. Pada fase tonik bisa terjadi apnea dan kencing atau berak-berak. Bentuk kejang yang
lain juga dapat terjadi yaitu mata mendelik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung lebih

13
dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. 4 Dari anamnesis, orangtua pasien
mengatakan bahwa kejang berlangsung selama 2-5 menit, hanya terjadi satu kali di seluruh
tubuh, dan mata pasien mendelik ke atas. Setelah kejang, pasien kemudian tertidur.

Diagnosis
Berdasarkan kepustakaan, kejang di golongkan dalam kejang demam sederhana
apabila terdapat gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang bersifat umum ( tonik dan atau klonik)
b. Lama kejang < 15 menit
c. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
d. Tidak ada kelainan neurologis yang permanen atau sebelumnya tidak pernah
menunjukkan kejang tanpa panas.5

Pasien ini kemudian di diagnosis sebagai kejang demam sederhana karena memenuhi gejala
klinis seperti yang disebutkan pada kepustakaan, yaitu :
a. Lamanya kejang < 15 menit
b. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
c. Kejang terjadi diseluruh tubuh
d. Tidak ada kelainan neurologis permanen.

Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit. Obat
yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua dirumah adalah diazepam rectal. Dosis
diazepam rectal adalah sesuai berat badan. Apabila berat badan kurang dari 10 kg, maka
diberikan diazepam rectal 5 mg dan apabila berat badan anak lebih dari 10 kg maka diberikan
diazepam rectal 10 mg. Bila kejang belum berhenti dengan diazepam rectal, dapat diulangi
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.5
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kgbb/kali diencerkan dalam 50 ml NS selama 20 menit dengan kecepatan 1

14
mg/kgbb/menit. Bila kejang berhenti, dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgbb/hari yaitu 12 jam
setelah dosis awal.6
Apabila dengan pemberian fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus rawat
inap di ruang rawat intensif.6
Pemberian antipiretik seperti paracetamol dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis yang diberikan
adalah 10-20 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.5
Tatalaksana pada pasien ini adalah diberikan cairan infus Ringer laktat. Pemberian
cairan ini sebagai terapi rumatan yang dihitung sesuai kebutuhan pasien. Pemasangan infus
juga berguna sebagai akses untuk memasukkan obat. Pada pasien ini juga diberikan obat
antibiotik untuk mengobati infeksi yang ada dan ditambah dengan pemberian obat penurun
panas dan obat batuk untuk mengurangi keluhan batuk pasien.

Prognosis
Prognosis kejang demam sederhana adalah baik. Dengan penanggulangan yang tepat
dan cepat, prognosis kejang demam sederhana adalah baik. Frekuensi berulangnya kejang
berkisar antara 25-50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan
epilepsi rendah.6
Pada pasien ini untuk kekambuhannya masih mungkin terjadi jika timbul demam yang
tinggi lagi, oleh karena itu mencegah agar tidak terjadi demam dan infeksi yang mendasarinya
merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah kejang berulang.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Pasaribu AS. Kejang Demam Sederhana Pada Anak yang Disebabkan karena infeksi

Tonsil dan Faring. Medula. 2013;(1):65-71.

2. Aliabad GM, Khajeh A, Fayyazi A, Safdari L. Clinical, Epidemiological and

Laboratory Characteristics of Patients with Febrile Convulsion. Journal of

Comprehensive Pediatrics. 2013;4(3):134-7.

3. Pusponegoro HD. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1. Badan Penerbit

IDAI Jakarta. 2004.

4. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2000

5. Unit Kerja Koordniasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Konsesus

Penanganan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI, Jakarta. 2005

6. Waruiru C, Appleton R. Febrile Seizures : An Update, Archives of Diseases in

Childhood, Royal Liverpool Children’s Hospital, Liverpool. 2004

16

Anda mungkin juga menyukai