Disusun oleh :
dr. Meidianty Tandi
Supervisor Pembimbing :
dr. Agus Senolinggi, SpA
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS INTERNSIP
RSUD SELE BE SOLU
KOTA SORONG
Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam dan usia serta tidak
didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam yang dimaksud adalah
kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC pada pengukuran rektal atau 37ºC pada aksila. Di Amerika
Serikat dan Eropa, prevalensi kejang demam berkisar 2-5%. Di Asia, prevalensi kejang
demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan dengan daerah Eropa dan Amerika.
Menurut para ahli, kejang demam tejadi paling banyak pada saat anak berusia 6 bulan sampai
5 tahun.1 Kejang demam dikelompokkan menjadi dua, yaitu kejang demam sederhana dan
kejang demam kompleks. Faktor- faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam yaitu
usia, riwayat keluarga, riwayat prenatal (usia ibu saat hamil), riwayat perinatal (asfiksia, usia
kehamilan dan berat badan lahir rendah).1
Prognosis kejang demam pada dasarnya adalah baik. Sebagian besar kejang demam
sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Walaupun
prognosis kejang demam sebagian besar baik, tetapi kejang demam cukup mengkhawatirkan
bagi para orangtua.2 Tindakan pencegahan terhadap bangkitan kejang demam berupa
pemberian antipiretik dan antikonvulsan. Pemberian antipiretik disertai pemberian
antikonvulsan yang di sesuaikan dengan berat badan anak efektif untuk mencegah timbulnya
kejang demam berulang. Jenis obat yang sering digunakan adalah
diazepam,fenobarbital,fenitoin dan asam valproat. Pemberian obat jangka panjang tersebut
dapat mencegah timbulnya kejang demam akan tetapi tidak akan mencegah timbulnya epilepsi
maupun cacat neurologis. Tindakan pencegahan kejang demam dengan pemakaian obat
fenobarbital, asam valproat dan fenitoin dilakukan atas indikasi yang tepat.2
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : An. NQZ
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Sorong, 24/07/2016
Berat Badan : 12 kg
Alamat : KPR POLISI
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Masuk Rawat Inap : 03 Juli 2019- 05 Juli 2019
No RM : 132741
II. Anamnesis
Alloanamnesis pada tanggal 03 Juli 2019
Tempat : bangsal asoka pukul 08.30 WIT.
3
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan kejang kurang lebih 5 menit di rumah.
Riwayat Sosial
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua, dua kakaknya dan satu adik. Rumah beratap
seng, dinding beton, lantai keramik. Jumlah kamar 3 buah dihuni oleh 6 orang yang terdiri
atas 2 orang dewasa dan 4 anak. Kamar mandi dan WC di dalam rumah. Sumber air minum
adalah PDAM. Sumber penerangan adalah PLN dan penanganan sampah rumah tangga
dengan dibuang. Ventilasi cukup.
4
Riwayat Kehamilan
Selama hamil ibu pasien rutin kontrol ke dokter kandungan selama 5 kali. Mual dan
muntah berlebihan disangkal oleh ibu pasien. Ibu pasien juga tidak memiliki riwayat
keguguran.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir cukup bulan, lahir spontan ditolong oleh bidan. Setelah lahir pasien
langsung menangis, tidak ada kebiruan dan tidak mengalami sakit kuning. BBL 3000 g, PBL
59 cm.
Riwayat Nutrisi
Riwayat Imunisasi
5
Polio I II III IV
Hepatitis B I II III IV
DPT I II III
Campak I
Status generalis :
Kepala : Normocephali, rambut hitam tersebar merata, ubun-ubun datar, wajah simetris,
deformitas (-), hidrosefalus (-).
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor diameter
3mm/3mm,RCL +/+, RCTL +/+, gerakan mata kesegala arah, edem palpebra -/-
Hidung : Septum deviasi (-),konka edema (-), mukosa hiperemis ( + ), sekret +/+, warna
kekuningan, Napas cuping hidung -/-
Mulut : Mukosa bibir basah, atrofi lidah (-), gigi karies (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (+), tonsil T2-T2, arcus faring simetris, uvula terletak
ditengah
Leher : Trakea terletak ditengah, KGB tak teraba
Paru :
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, retraksi iga (+)
- Palpasi : Vokal fremitus simetris kiri dan kanan
- Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
6
- Auskultasi : Suara napas vesikular +/+, Rhonki -/- di kedua lapang paru,
wheezing -/-, ekspirasi memanjang (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus kordia tidak terlihat
- Palpasi : Ictuc kordis teraba ICS V
- Perkusi : Batas jantung kiri ICS V sisi medial MCLS, batas jantung kanan
ICS V PSL dektra
- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Palpasi : Lemas,Nyeri tekan (-),Hepar/lien tak teraba,ballotement -/-
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus positif normal
Ekstremitas atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 3 detik
Genital: orificium uretra eksternum tidak hiperemis
Kulit: lembab, petekie (-), ikterik (-), sianosis (-)
Status Neurologis
GCS E4M6V5
TRM Kaku kuduk (-), Laseq > 70/> 70, Kerniq >135/>135, Brudzinski I dan II
(-/-)
Nervus Kranialis (kesan tidak ada parese)
- Nervus I dan II tidak diperiksa
- Nervus V tidak diperiksa
- Nervus III, IV, VI Mata dapat bergerak ke segala arah
- Nervus VII Parese (-)
- Nervus VIII tidak diperiksa
- Nervus IX dan X Reflek muntah (+)
- Nervus XI tidak diperiksa
- Nervus XII Atrofi lidah (-), tremor (-), deviasi (-)
Kekuatan Motorik : kesan baik
7
Sensorik dan Otonom : kesan baik
Reflek fisiologis bisep, tricep, achiles, patella ++/++
Reflek patologis (-/-)
IV. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium 01/04/2019
Hemoglobin 11,3 g/dl MCV 77,1 fl
Hematokrit 31,9% MCH 27,3 pg
Leukosit 11,5 ribu/ul MCHC 35,4 %
Trombosit 203 ribu/ul DDR (-)
Eritrosit 4,14 juta/ul
V. Resume
Seorang anak perempuan, umur 3 tahun, datang dibawa orangtuanya dengan keluhan
kejang sebelum datang ke RS. Kejang berlangsung selama satu kali selama kurang lebih 5
menit yang didahului dengan demam tinggi.disertai keluhan batuk dan pilek serta anak
rewel, sulit menelan makanan. Terdapat riwayat kejang demam 2 bulan sebelumnya dan
riwayat kejang demam pada keluarga.
Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, aktif, dari
tanda vital terdapat demam (39,5⁰C). Dari status generalis didapatkan nasal sekret +/+
serous, tenggorok faring hiperemis, tonsil T2-T2. Pada status neurologis tidak ditemukan
rangsang meningeal, nervus kranialis dan motorik tidak ada parese, sensorik dan otonom
baik. BB 12 kg.
8
VIII. Tatalaksana
IVFD RL 14 gtt/m
Inj. Cefotaxime 3 x 400 mg
Inj. Gentamisin 2 x 40 mg
Inj. Dexametason 2 x 1 ampul
Pamol supp 125 mg (extra)
Paracetamol 3 x I Cth
Ambroxol sirup 3 x I Cth
Phenobarbital 40 mg pulv (Hari pertama dan hari kedua)
Phenobarbital 20 mg pulv (Hari ketiga, keempat dan kelima)
IX. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
9
X. Follow Up
Tanggal S O A P
03/07/2019 Demam (+), Keadaan Umum : Kejang demam -IVFD RL 14 gtt/m
kejang (-), Tampak sakit sedang sederhana ec
-Inj. Cefotaxime 3 x 400
batuk pilek Kesadaran : tonsilofaringitis
mg
(+), nyeri Composmentis akut
menelan (+) Nadi : 105 x/menit, -Inj. Gentamisin 2 x 40 mg
reguler, isi cukup; RR
-Inj. Dexametason 2 x 1
24x/menit; suhu 38,0 C
ampul
Status generalis
Tenggorokan: faring -Paracetamol 3 x I Cth
hiperemis (+), tonsil
-Ambroxol sirup 3 x I Cth
T2-T2; Status
neurologis dalam batas -Phenobarbital 40 mg pulv
normal (Hari pertama dan hari
kedua)
-Phenobarbital 20 mg pulv
(Hari ketiga, keempat dan
kelima)
10
T2-T2; Status -Ambroxol sirup 3 x I Cth
neurologis dalam batas
-Phenobarbital 40 mg pulv
normal
(Hari pertama dan hari
kedua)
-Phenobarbital 20 mg pulv
(Hari ketiga, keempat dan
kelima)
-Phenobarbital 20 mg pulv
(Hari ketiga, keempat dan
kelima)
Pasien diperbolehkan
pulang dengan obat minum
Paracetamol 3 x I Cth,
11
ambroxol 3 x I cth,
stesolid supp.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Etiologi
Dari berbagai kepustakaan disebutkan bahwa penyebab kejang demam adalah berasal
dari ekstrakranial dan berhubungan dengan timbulnya demam. Penyebab demam diantaranya
adalah adanya infeksi saluran pernapasan atas, radang telinga tengah (otitis media),
pneumonia, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran kemih. 3 Pada pemeriksaan fisik yang
dilakukan terhadap pasien ditemukan adanya infeksi pada saluran nafas atas yang tandai oleh
faring yang hiperemis dan tonsil yang kemerahan.
Manifestasi klinis
Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang tonik klonik
bilateral. Pada fase tonik bisa terjadi apnea dan kencing atau berak-berak. Bentuk kejang yang
lain juga dapat terjadi yaitu mata mendelik ke atas dengan disertai kekakuan atau kelemahan.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8% berlangsung lebih
13
dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. 4 Dari anamnesis, orangtua pasien
mengatakan bahwa kejang berlangsung selama 2-5 menit, hanya terjadi satu kali di seluruh
tubuh, dan mata pasien mendelik ke atas. Setelah kejang, pasien kemudian tertidur.
Diagnosis
Berdasarkan kepustakaan, kejang di golongkan dalam kejang demam sederhana
apabila terdapat gejala klinis sebagai berikut :
a. Kejang bersifat umum ( tonik dan atau klonik)
b. Lama kejang < 15 menit
c. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
d. Tidak ada kelainan neurologis yang permanen atau sebelumnya tidak pernah
menunjukkan kejang tanpa panas.5
Pasien ini kemudian di diagnosis sebagai kejang demam sederhana karena memenuhi gejala
klinis seperti yang disebutkan pada kepustakaan, yaitu :
a. Lamanya kejang < 15 menit
b. Kejang tidak berulang dalam 24 jam
c. Kejang terjadi diseluruh tubuh
d. Tidak ada kelainan neurologis permanen.
Penatalaksanaan
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan saat pasien datang kejang sudah
berhenti. Apabila pasien datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
intravena adalah 0,3-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit. Obat
yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua dirumah adalah diazepam rectal. Dosis
diazepam rectal adalah sesuai berat badan. Apabila berat badan kurang dari 10 kg, maka
diberikan diazepam rectal 5 mg dan apabila berat badan anak lebih dari 10 kg maka diberikan
diazepam rectal 10 mg. Bila kejang belum berhenti dengan diazepam rectal, dapat diulangi
lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.5
Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kgbb/kali diencerkan dalam 50 ml NS selama 20 menit dengan kecepatan 1
14
mg/kgbb/menit. Bila kejang berhenti, dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kgbb/hari yaitu 12 jam
setelah dosis awal.6
Apabila dengan pemberian fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus rawat
inap di ruang rawat intensif.6
Pemberian antipiretik seperti paracetamol dianjurkan, walaupun tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis yang diberikan
adalah 10-20 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.5
Tatalaksana pada pasien ini adalah diberikan cairan infus Ringer laktat. Pemberian
cairan ini sebagai terapi rumatan yang dihitung sesuai kebutuhan pasien. Pemasangan infus
juga berguna sebagai akses untuk memasukkan obat. Pada pasien ini juga diberikan obat
antibiotik untuk mengobati infeksi yang ada dan ditambah dengan pemberian obat penurun
panas dan obat batuk untuk mengurangi keluhan batuk pasien.
Prognosis
Prognosis kejang demam sederhana adalah baik. Dengan penanggulangan yang tepat
dan cepat, prognosis kejang demam sederhana adalah baik. Frekuensi berulangnya kejang
berkisar antara 25-50%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan
epilepsi rendah.6
Pada pasien ini untuk kekambuhannya masih mungkin terjadi jika timbul demam yang
tinggi lagi, oleh karena itu mencegah agar tidak terjadi demam dan infeksi yang mendasarinya
merupakan hal yang sangat penting untuk mencegah kejang berulang.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Pasaribu AS. Kejang Demam Sederhana Pada Anak yang Disebabkan karena infeksi
3. Pusponegoro HD. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi 1. Badan Penerbit
16