berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak. Tscherne (1984)
menekankan pentingnya menilai dan menetapkan tingkat cedera jaringan lunak:
C0 = kerusakan jaringan lunak sedikit dengan fraktur biasa
C1 = abrasi dangkal atau kontusio dari dalam
C2 = abrasi dalam, kontusio jaringan lunak dan pembengkakan, dengan fraktur berat
C3 = kerusakan jaringan lunak yang luas dengan ancaman sindroma kompartemen.
Anatomi Radius
Ujung proximal radius membentuk caput radii (=capitulum radii), berbentuk roda, letak
melintang. Ujung cranial caput radii membentuk fovea articularis (=fossa articularis) yang
serasi dengan capitulum radii. Caput radii dikelilingi oleh facies articularis, yang disebut
circumferentia articularis dan berhubungan dengan incisura radialis ulnae. caput radii terpisah
dari corpus radii oleh collum radii. Di sebelah caudal collum pada sisi medial terdapt
tuberositas radii. Corpus radii di bagian tengah agak cepat membentuk margo interossea
(=crista interossea), margo anterior (=margo volaris), dan margo posterior. Ujung distal radius
melebar ke arah lateral membentuk processus styloideus radii, di bagian medial membentuk
incisura ulnaris, dan pada facies dorsalis terdapat sulcus-sulcus yang ditempati oleh tendo.
Permukaan ujung distal radius membentuk facies articularis carpi. (8)
Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang sebaliknya terdapat
pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura trochlearis (= incisura semiulnaris),
menghadap ke arah ventral, membentuk persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di
bagian dorsal disebut olecranon. Di sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus
coronoideus, dan di sebelah caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan
m.brachialis. di bagian lateral dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang
berhadapan dengan caput radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi
supinatoris. Corpus ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo
interosseus, margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (=
capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian dorsal terdapt
processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung distal ulna berhadapan
dengan cartilago triangularis dan dengan radius. (8)
Kedua tulang lengan bawah dihubungkan oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang
diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes
interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang
kuat. Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila
patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang
dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator,
m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot
itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang
lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.(1)
DIAGNOSIS
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada sistem
skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. (11)
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan
trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat
rentan.
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :
Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau menimbulkan
keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.(5)
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view. Posisi
ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi lengan
bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar datang dari arah depan
sehingga disebut AP (Antero-Posterior) (12)
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk menilai
sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP bertujuan untuk menilai
kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan untuk menilai permukaan artikulasi
distal radius pada posisi normal volar (posisi anatomis).(13)
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur radius
dan ulna :
Fraktur Kaput Radius
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir tidak pernah
ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan bawah dirotasi,
dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk mendiagnosisnya.
Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan mendorong
kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak atau, patah sedangkan
pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada leher radius. Setelah jatuh, anak
mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius
dan nyeri bila lengan berotasi.
Fraktur Diafisis Radius
Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X
Fraktur Distal Radius
Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
1) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi radio-ulna
distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah dorsal. Dislokasi
mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan
terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau terjadi karena pukulan langsung
pada pergelangan tangan bagian dorsolateral. Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi
daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda
yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering
terjadi.(1,14,15)
2) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus
distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke arah
dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan malam”
(dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur pada prosesus styloideus ulna.
(14)
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi ke
posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat bersifat
kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees dapat terjadi
setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung bawah radius dengan
pergeseran posterior dari fragmen distal (1,6)
3) Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada
punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat
deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke
arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop
kebun” (garden spade). (1,6,14)
Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di dorsal.(20)
- Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-sel
pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini terjadi oleh
karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-
anak yang lebih muda. Pengobatan dengan reduksi tertutup mudah oleh karena masih
ada perlekatan periosteum yang utuh dan intak. Prognosis biasanya baik bila
direposisisdengan cepat.(21)
Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna
- Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis fraktur mulai
permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis lempeng
epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada epifisis
tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat intra-artikuler dan diperlukan reduksi yang
akurat maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka dan fiksasi interna dengan
mempergunakan pin yang halus.
Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture
- Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui permukaan sendi
memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan berlanjut pada sebagian metafisis.
Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan
dengan operasi terbuka dan fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat
tarikan otot. Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.
- Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan pada
lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu sendi
pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa sulit karena secara radiologik tidak dapat
dilihat. Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan sebagian atau seluruh lempeng
pertumbuhan.
5) Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat jatuh atau
pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal dengan angulasi
anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.(14)
PENATALAKSANAAN
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi. Fraktur radius
dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga umumnya
membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi ekstraartikular dari
distal radius dan fraktur tertutup dari ulna dapat diatasi secara efektif dengan primary care
provider. Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah
sembuh pada kebanyakan kasus. (13)
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar
sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya dapat
dipersiapkan lebih sempurna.
2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur semirip
mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.
3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan
fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut
dapat kembali normal.(2)
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan
tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang.
Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan,
mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal
medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi
otot dan sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali
dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya. (2)
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis adalah suatu
istilah yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov dikembangkan pertama kali
oleh seorang dari Siberia Rusia yang bernama Gabriel Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah
suatu alat eksternal fiksasi yang berfungsi untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang
dan untuk membantu dalam proses pemanjangan tulang.
Gambar 19. Callotaxis
(Dikutip dari referensi 17)
Indikasi pemasangan Ilizarov :
1. Menyamakan panjang lengan atau tungkai yang tidak sama,
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah tulang terbuka yang
hilang,
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang yang sehat,
4. Menambah tinggi badan.