Anda di halaman 1dari 40

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 19 tahun
Alamat : RT.08 Desa Tantan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
MRS : 22 Juli 2019
KRS : 24 Juli 2019

ANAMNESA
Keluhan utama : Mual muntah sejak 2 hari yang lalu
Pasien perempuan P0A0 merasa hamil 5-6 minggu, datang ke Rumah Sakit
dengan keluhan merasa mual muntah sejak 2 hari yang lalu. Mual muntah sudah
dirasakan sejak awal kehamilan tapi memberat 2 hari terakhir. Setiap yang dimakan dan
diminum selalu dimuntahkan. Keluhan adanya benjolan diperut dan keluar darah dari
jalan lahir disangkal.

Pasien menyangkal adanya keluhan BAB maupun BAK. Pasien sering


merasa nyeri saat haid sejak 1 tahun terakhir. Pasien merasa tidak mengalami
peningkatan maupun penurunan berat badan.

RIWAYAT OBSTETRI

Kehamilan Tempat Penolong Cara Cara BB Jenis Usia Keadaan


ke kehamilan persalinan Lahir Kelamin
1 - - - - - - - -

1
KETERANGAN TAMBAHAN
Menikah : Pertama
: ♀ 19 tahun, SD, IRT
: ♂ 26 tahun, SD, Wiraswasta
HPHT : 13 Juni 2019 Siklus: Tidak Teratur Lama: 7 hari
Darah: Banyak Nyeri: Ya
Menarche : 12 tahun
Kontrasepsi terakhir :-
Keluhan selama hamil : Mual muntah yang berlebihan
Riwayat penyakit :-

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : CM
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/mnt
Respirasi : 21 x/mnt

Suhu : 36,70C
Kepala : Conjuctiva: Ca -/- Sklera: Si -/-
Leher : Tiroid tidak ada kelainan. KGB tidak ada kelainan
Thorak : Jantung : BJ I & BJ II murni reguler, G(-), M(-)
Pulmo : Vesikuler kanan=kiri, Rh(-), Wh(-)

Abdomen : Datar lembut DM - NT +


Hepar : DBN
Lien : DBN
Ekstremitas : Edema: - Varises: -

2
STATUS GINEKOLOGIK

1. Status Ginekologi
1) Pemeriksaan Luar :
Inspeksi : Datar
Palpasi :
Fundus uteri : Sulit dinilai
Massa tumor : Tidak teraba
Perkusi / auskultasi : Timpani , BU +
2) Inspekulo : Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

LABORATORIUM
 Hb = 12,0 gr/dl
 Leukosit = 14,5 ribu/mm3
 Trombosit = 315
 Ht = 33,8%

DIAGNOSIS
G1P0A0H0 5-6 minggu dengan HEG

RENCANA PENGELOLAAN
- Observasi KU, TTV
- Infus Dextrose 5% 500cc + 1 amp Neurobion +1 amp Ondansentron => 30 gtt/ menit
- Ranitidine 2x1 amp (IV)
- R/ Pro USG

3
FOLLOW UP
Tanggal/
CATATAN INSTRUKSI
Jam
23/07/19 S/ Mual (+) P/
O/ - Pro USG
KU : CM - Obs KU TTV
TD : 110/70 mmHg - Infus Dextrose 5%
N : 82 x/mnt 500cc + 1 amp
R : 20 x/mnt Neurobion +1
S : 36’C amp
Ondansentron =>
30 gtt/ menit
MATA : CA -/- SI -/- - Antasida syr 3x1C
ABDOMEN : Datar lembut NT (+) - Ondansentron 3x1
TFU : Sulit dinilai tab

USG : GS 7-8 minggu


Tampak kista ukuran 5x5 cm
A/ G1P0A0H0 5-6 minggu dengan HEG + Kista
Ovarium

15/06/16 S/ Keluhan (-)


P/
O/
- Acc Pulang
KU : CM
- Antasida syr 3x1C
T : 110/70 mmHg - Ondansentron 3x1
R : 20 x/mnt tab
N : 80 x/mnt
S : 36,2’C

MATA : CA -/- SI -/-


ABDOMEN : Datar lembut NT (+)

A/ G1P0A0H0 5-6 minggu dengan HEG + Kista Ovarium

7. Diagnosis akhir

G1P0A0H0 5-6 minggu dengan HEG + Kista Ovarium

4
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3. Kista Ovarium

3.1. Definisi
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan,
dan penyebab pastinya sendiri belum diketahui.. (1) (2) Kista adalah kantong berisi
cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh dimana saja dan jenisnya bermacam-
macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut
kista ovarium atau tumor ovarium. (3) Kista ovarium adalah massa kistik yang berasal
dari ovarium yang bersifat jinak. (4) Pada wanita organ yang paling sering terjadi
adalah kista ovarium. (3)

Gambar 1. Ilustrasi Kista Ovarium

Gambar 2. Kista Ovarium

5
3.2. Epidemiologi
Kista ovarium adalah penyebab umum dari prosedur bedah dan rawat inap di
kalangan perempuan di seluruh dunia. Telah dilaporkan bahwa 5% sampai 10%
dari wanita akan menjalani operasi untuk kista ovarium. Setiap tahun di Amerika
Serikat, lebih dari 250.000 perempuan dengan diagnosis kista ovarium.
Berdasarkan data penilitian Jurnal Medscape di Amerika Serikat, umumnya
kista ovarium ditemukan saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal
maupun transvaginal dan transrektal. Kista ovarium terdapat disekitar 18% yang
sudah postmenopause. Sebagian besar kista yang ditemukan merupakan kista jinak,
dan 10% sisanya adalah kista yang mengarah ke keganasan. (2)
Kista ovarium fungsional umumnya terjadi pada usia produktif dan relatif
jarang pada wanita postmenopause. Secara umum, tidak ada persebaran umur yang
spesifik mengenai usia terjadinya kista ovarium. (2)

3.3. Sifat dan Klasifikasi Kista


Sifat Kista

1) Kista Fisiologis
Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista
ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya
terbentuk selama siklus menstruasi normal. Sesuai siklus menstruasi, di
ovarium timbul folikel dan folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti
kista. Setiap bulan, ovarium seorang wanita tumbuh kista kecil yang
menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung membuka untuk
mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba falopii untuk
melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah.Salah satu tipe dari kista
fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka
untuk mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya
berukuran dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunaka n
pemeriksaan USG, dan akan menghilang setelah satu sampai tiga bulan. (3)
Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak

6
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati apakah
kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. (5)
Kista yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia
reproduksi karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiolo gis
tidak menimbuklkan nyeri pada saat haid. (5)
2) Kista Patologis (Kanker Ovarium)
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua
kanker ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada
awalnya bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila
sudah terjadi metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium
lanjut, penyakit ini disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian
penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti. (3)
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang
kadang tidak disadari penderita. Karena, kista tersebut sering muncul tanpa
gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit
dilakukan. Gejala gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian
bawah perut yang terasa tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya
sudah cukup besar. Jika sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan
pengangkatan melalui proses laparoskopi (6) (3)
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang
bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan
yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.
Tetapi sampai saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan
sifat tersebut. Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat
dan dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis yang
hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran cairan dan
jaringan solid dan dapat bersifat ganas. (6) (3)

Klasifikasi Kista

7
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas, dan tumor
jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid
A. Tumor Non Neoplastik
a. Tumor akibat radang
i. Abses ovarial
Abses ovarii dan ooforitis primer jarang terjadi. Abses
ditemukan primer pada penderita yang telah menjalani
histerektomi.Gejala klasik dari abses ovarii terdiri dari suhu
badan yang meningkat dan menetap setelah operasi dengan
nyeri pelvis yang tidak spesifik dan drainase purulen yang
lama dari vagina. Diagnosis bandingnya terdiri dari tumor
radang tubo-ovarium, benda asing dan komplikas i
intestinal. Pada penatalaksanaan, yang tepat, ovarii yang
terinfeksi diangkat oleh karena tidak dapat diobati dengan
antibiotik yang memerlukan konsentrasi adekuat supaya
terjadi resolusi.
ii. Abses tubo – ovarial
iii. Kista tubo – ovarial
b. Tumor lain
i. Kista folikel
ii. Kista korpus lutein
iii. Kista teka-lutein
iv. Kista inklusi germinal
v. Kista endometrium
B. Tumor Neoplastik Jinak
a. Kistik
i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kistadenoma ovarii serosum
iv. Kista endometroid

8
v. Kista dermoid
b. Solid
i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma,
limfangioma
ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).

Tumor jinak jaringan Ovarium


A. Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel
Kista fungsional yang paling sering terjadi adalah kista folikuler dan
biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra ovulasi
(2,5 cm). Kista ini berasal dari folikel de graff yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresianya, melainkan membesar
menjadi kista. Kista ini terjadi karena kegagalan proses ovulasi (LH
surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorbsi kembali. Pada
beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artifis ia l
dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk mengind uksi
ovulasi.
Kista ini tidak menimbulkan gejala sepeifik. Jarang sekali terjadi
torsi, ruptur, atau perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel
dengan gangguan menstruasi (perpanjangan interval antarmenstr uasi
atau pemendekan siklus). Kista folikel yang besar dapat dihubungka n
dengan nyeri pelvik, dispareuni,dan kadang – kadang perdarahan
abnormal uterus. Bisa didapati satu kista atau beberapa dan biasanya
bilateral serta tumbuh di permukaan ovarii sebagai gelembung yang
berisi cairan. Folikel berisi dengan cairan yang jernih dan sering kali
mengandung estrogen. Sebaian besar kista folikel lambat laun mengecil
dan regresi pada siklus haid berikutnya dan dapat menghilang spontan.

9
Gambar 3. Kista Folikel

2) Kista korpus Luteum


Dalam keadaan normal, kerpus luteum (granuilosa lutein) lambat laun
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kista korpus luteum terjadi
akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum dan perdarahan mengis i
rongga yang terjadi setelah ovulasi. Kadang-kadang korpus luteum
mempertahankan diri (korpus luteum persistens); pendarahan yang
sering terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan
yang berwarna merah coklat karena darah tua. Dinding kista terdiri atas
lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari
sel teka. Kista lutein lebih besar daripada kista folikel, cenderung lebih
keras dan padat dalam konsistensi, dan lebih mudah menyebabkan nyeri
atau tanda-tanda iritasi peritoneum. Kista korpus luteum dapat
menimbulkan gangguan haid, berupa amenorhea diikuti oleh
pendarahan tak teratur. Adanya kista dapat menyebabkan rasa berat
perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat
menyebabkan ruptur. Kista korpus luteum dapat mengakibatka n
ovarium terpuntir dan menimbulkan nyeri yang hebat.
Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kista teka.
a. Kista Granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium.
Seletah ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Pada

10
tahap terbentuknya vaskularisasi baru, darah terkumpul di tengah
rongga membentuk korpus hemoragikum. Reabsorbsi darah di
ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum
b. Kista Teka
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya
bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan. Kista teka seringkali
dijumpai bersamaan dengan ovarium polikistik, mola hidatidosa,
korio karsinoma, terapi HcG, dan klomifen sitrat.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikist ik
ovarium kedua ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea, dan
infertilitas. Sekitar 50% paien mengalami hirsutisme dan obesitas.
Gannguan ini terjadi pada perempuan berusia 15 – 30 tahun. Banyak
kasus infertilitas terkait dengan sindroma ini. Tampaknya hal ini
berhubungan dengan disfungsi hipotalamus

Tumor Epitel Ovarium


A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15 – 25% dari keseluruha n
tumor jinak ovariumm. Usia penderita berkisar antara 20 – 50 tahun.
Pada 12 – 50 % kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilatera l).
Ukuran kista berkisar antara 5 – 15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari
rata – rata ukuran kistadenoma musinosum. Tumor serosa dapat
membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil
dibanding dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, tetapi dapat juga lobulated karena kista serosum pun
dapat berbentuk multikolur, meskipun lazimnya berongga satu. Warna
kista putih keabuan. Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuha n
papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning dan kadang-kadang coklat karena

11
bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri kecil, tetapi
permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma) .
Proliferasi fokal pada dinding kista menyebabkan proyeksi
papilomatosa ke tengah kista yang dapat bertransformasi menjadi
kistadenofibroma. Proyeksi papilomatosa ini harus diperhatikan secara
seksama dalam upaya untuk membedakannya dengan proliferasi atipik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran
makroskopis kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang
jinak, bahkan pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu mernberika n
kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapis i
epitel kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti
sel yang besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel
permukaan ovarium (germinal epithelum), maka bentuk epitel pada
papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar terdiri atas epitel bulu
getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemuka n
pengendapan kalsium dalam srtomanya yang dinamakan psamoma.
Adanva psamoma menunjukkan hahwa kista adalah kistadenoma
ovarium serosum papiliferum, tetapi bukan ganas. Tidak ada gejala
klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan ditemuka n
pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh
rasa ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemuka n
massa abdomen atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang
ditemukan pada keganasan ovarium kecuali pada stadium terminal.
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikas i
epitel, serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum
secara makroskopik digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-
35% dari kistadenoma serosum mengalami perubahan keganasan. Bila
terdapat implantasi pada peritoneum disertai dengan ascites, prognosis
penyakit adalah kurang baik. Meskipun diagnosis histopatolo gis
pertumbuhan tumor tersebut mungkin jinak (histopathologica l ly

12
benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai neoplasma ovarium
ganas (clinicallyy maignant). Terapi pada umumnya adalah
pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena berhubung dengan besarnya
kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan yang teliti
terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu
diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi,
untuk menentukan tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

Gambar 4. Kista Ovarium Serosum

2) Kistedenoma ovari musinosum


Asal tumor ini belum diketahui pasti namun diperkirakan berasal dari
suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. (3) Tumor mucinous yang berasal
dari teratoid ditemukan pada penderia yang muda. Kistadenoma ovari
spinosum mencakup 16 – 30% dari total tumor jinak ovarium dan 85%
di antaranya adalah jinak. Tumor ini bilateral pada 5 - % kasus. Tumor
ini pada umumnya adalah multilokuler dan lokulus yang berisi cairan
musinosum tamoak berwarna kebiruan di dalam kapsul yang
dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang
tinggi dengan inti sel berwarna gelap terletak di bagian basal. Dinding

13
kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktur
epitel endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon
dimana cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel – sel
goblet. Perlu untuk memilih sampel pemeriksaan PA dari beberapa
tempat karena sebaran area –area dengan gambaran jinal, potensial
ganas atau ganas adalah sangat variatif.
3) Kista dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari tumor ovarium)
yang berasal dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak
sel germinativum dan paling banyak di derita oleh gadis yang berusia di
bawah 20 tahun. Tumor sel germinal ini mencakup 60% kasus
dibandingkan 40% yang berasal dari sel non germinal untuk kelompok
umur yang telah disebutkan terdahulu.
Lazimnya dijumpai pada masa reproduksi walaupun dapat
ditemukan pada anak kecil. Tumor ini dapat mencapai ukuran sangat
besar, sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram. Kista ini tidak
mempunyai ciri yang khas. Dinding kista kelihatan putih keabuan dan
agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain
padat. Dapat ditemukan kulit, rambut kelenjer sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodemal) dan
mukosa traktus gasttrointotinelis, epitel saluran kista terdapat produk
kelenjer sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan
rambut Pada kista dermoid dapat terjadi torsio tangkai dengan gejala
nyeri mendadak di perut bagian bawah. Ada kemungkinan terjadinya
sobekan dinding kista dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga
peritoneum.Perubahan keganasan dari kista sangat jarang, hanya 1,5%
dari semua kista dermoid dan biasanya pada wanita lewat menopause.

14
Gambar 5. Kista Dermoid

B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium


1) Fibroma
Tumor dari jaringan ikat ovarium ini sangat terkenal terkait dengan
kumpulan gejala yang disebut dnegan sindroma Meig’s. Mekanisme
sindroma ini belum diketahui secara pasti, tetapi sistem limfa t ik
diafragma dianggap sebagai benang merag dari kesemua gejala yang
ada, termasuk dengan adanya timbunan cairan di rongga daeda. Tidak
seperti namanya, tumor ini tidak sepenuhnya berasal dari jaringan ikat,
karena juga terdapat unsur germinal, tekoma, dan trnasformasi ke arah
ganas seperti tumor Brenner walaupun tanpa adanya metastase ke
pleura. Hidrotoraks dan asites selalu menyerta i fibroma ovarium dalam
sindroma Meig’s.
Potensi menjadi ganas sangat rendah pada fibroma ovarium, kurang
dari 1%. Fibroma ovarii berasal dari elemen fibroblastik stroma ovarium
atau sel mesenkim yang multipoten. Tumor ini merupakan 5% dari
semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita
menopause. Tumor ini mencapai diameter 2 sampai 30 cm; dan beratnya
20 kg, dengan 90% uniteral. Permukaan tidak rata, konsistensi keras,
warnanya merah jambu keabuan. Apabila konsistensi sangat padat
disebut fibroma durum, dan apabila lunak disebut fibroma molle.
Neoplasma ini terdiri atasjaringan ikat dengan sel-sel di tengah jaringan

15
kolagen. Apabila terdiri atas kelenjar-kelenjar kistik, maka disebut
kistadenofroma ovarii. Fibroma ovarii yang besar biasanya mempunya i
tangkai dan dapat terjadi torsi. Pada tumorini sering ditemuka n
sindroma Meigs (tumor ovarii, ascites, hidrotoraks).
2) Tumor Brenner
Merurupakan suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause.
Frekuensinya 0,5% dari semua tumor ovarium.
Robert Meyer merupakan pionir dalam mengenali tumor ini karena
sebelum ini selalu didiagnosis sebagai fibroma. Ternyata tumor ini
mempunyai karakteristik histopatologi yang berbeda karena tersusun
dari sarang - sarang atau kolom epitel di dalam jaringan fibromatosa.
Distribusi sarang epitel di dalam stroma mengesankan gambaran ganas
tetapi gambaran himogn dan uniformal tanpa aktivitas anaplasia
menunjukkan hal yang sebaliknya.
Karakteristik sarang – sarang epitel tersebut seringkali membent uk
meujukkan tendensi untuk mengalami degenerasi kistik sentralis.
Rongga – rongga yang terbentuk mempunyai massa sitoplasmik yang
menyerupai gambatan ovum di dalam folikel. esar tumor ini beraneka
ragam, dari sangat kecil ke yang beratnya beberapa kilogram. Lazimnva
tumor ini unilateral. Pada pembelahan berwarna kuning muda seperti
fibroma, dengan kista-kista kecil. Kadang- kadang pada tumor ini
temukan sindroma Meigs. Gambar mikroskopis tumor ini sangat khas,
terdiri dari 2 elemen, yakni sarang-sarang yang terdiri atas epitel epitel,
yang dikelilingi jaringan ikat yang luas dan padat. Tumor Brenner tidak
menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih kecil,
biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatolo gik
ovarium. Meskipun biasanya jinak, dalam beberapa kasus tumor ini
menunjukkan keganasan pada histopatologi dan klinisnya.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa

16
Tumor ini dikaitkan dengan adanya produksi hormon estrogen dan
dapat menyebabkan pubertas prekok pada gadis – gadis muda dan
menyebabkan hiperplasia adenomatosa dan perdarahan
pervaginam pada perempuan pasca menopouse. Karakteristik
histopatologinya berupa sel dengan inti berlekuk seperti biji kopi,
disertai pertumbuhan stroma yang mikrofolikuler, makrofolikuler,
trabekuler, insuler, atau padat. Badan Call-Exner dikaitkan dengan
corak pertumbukan mikrofolikural dan rongga – rongga kecil yang
berisi cairan eusinofilik. Terdapat sejumlah sel teka dalam jumlah
tertentu.
b. Tumor sel teka
Seperti halnya tumor granulosa, tekoma ovari juga memproduks i
estrogen. Tumor jinak ini terdiri dari stroma yang mengand ung
sebaran sel lemak yang memberikan warna kekuningan pada badan
tumor saat dilakukan diseksi.
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
Tumor ini memberikan gjala virilasi pada penderita dan umumnya
terjadi pada perempuan berusia 20 – 27 tahun. Sebagian besar
tumor tumbuh secara unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik
akan dijumpai sel Sertoli dan sel leydig secara bersamaan. Didalam
jarngan tumor, tekstur kedua sel ini sangat variatif.
4) Tumor endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Yang paling menarik dan banyak menjadi bahan diskusi
adalah keberadaan jaringan yang mirip dengan endometrium di dalam
rongga pelvik, termasuk yang bermanifestasi pada ovarium. Tumor
endometroid paling sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro
uterina dan rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uteri, tuba,
rektum, sigmoid dan kandung kemih), umbilikus, parut laparotomim
sakus hernialis, apendiks, vagina, vulva, serviks, tuba dan kelenjar

17
limfe. Tumor endometroid ini pertama kali dibahas oleh Sampson pada
tahun 1921 dan semenjak itu banyak ahli mencoba membahas tentang
histogenesis lesi ini. Sekitar 30 – 50% endometroid ovarii terjadi
bilateral dan hanya 10% tumor endometroid timbul pada tempat yang
sama dengan endometriosis. Sekitar 30% penderita karsinoma
endometroid terjadi bersamaan dengan karsinoma endometrium.
Terdapat 4 teori terkait yang dianut hingga saat ini, yaitu regurgitasu
darah haid (Teori Sampson), metaplasia selomik, diseminasi limfa t ik
(teori Halban) dan hematogenik. Teori implantasi dan metaplasia
dianggap paling masuk akal walaupun tindak dapat menjelaska n
endometroid di tempat yang jauh (umbilikus, pleura, dan sebagainya).
Walaupun teori limfatik dan hematogenik dapat menjelasaka n
pertumbuhan endometroid di tempat jauh dari cavum uteri, tetapi sangat
sedikit kasus atau studi yang dapat mendukung teori ini.

3.4. Faktor Risiko


Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentuka n
hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri. Kista ovarium timbul
dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi. (3)Faktor resiko
terjadinya kista ovarium. (5)
1) Riwayat kista ovarium sebelumnya
2) Siklus menstruasi yang tidak teratur
3) Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
4) Menstruasi dini
5) Tingkat kesuburan
Pengobatan infertilitas - Pasien dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya, seperti
clomiphene citrate atau letrozole, dapat berkembang kista sebagai
bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium
6) Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang

18
Karena kesamaan antara subunit alpha dari thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hCG, hipotiroidisme dapat merangsang ovarium dan kista
pertumbuhan.
7) Terapi tamosifen pada kanker mamma
Tamoxifen dapat menyebabkan jinak kista ovarium fungsional yang
biasanya menyelesaikan berikut penghentian pengobatan
8) Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk di trimester kedua,
ketika kadar hCG puncak
9) Gonadotropin ibu
Efek transplasental gonadotropin ibu dapat menyebabkan
perkembangan kista ovarium neonatal dan janin
10) Merokok
Risiko kista ovarium fungsional meningkat dengan merokok; risiko dari
merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan indeks massa tubuh
menurun (BMI)
11) Ligasi tuba
Kista fungsional telah dikaitkan dengan ligasi tuba sterilisasi.
Sedangkan pada tumor padat, etiologi pasti belum diketahui, diduga akibat
abnormalitas pertumbuhan sel embrional, atau sifat genetis kanker yang
tercetus oleh radikal bebas atau bahan bahan karsinogenik.

3.5. Etiologi
Kista ovarium dapat timbul akibat stimulasi yang berlebihan terhadap
gonadotropin (7).

1) Gestational tropoblastic neoplasma (molahidatidosa dan khoriokarsinoma)


2) Fungsi ovarium, ovulasi yang terus menerus akan menyebabkan epitel
permukaan ovarium mengalami perubahan neoplastik.
3) Zat karsinogen, zat radioaktif, asbes, virus eksogen dan hidrokarbon
polikistik

19
4) Pada pasien yang sedang diobati akibat kasus infertilitas dimana terjadi
induksiovulasi melalui manipulasi hormonal.

Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti. Namun, secara umum
dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab terjadinya
kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada hipotala mus,
hipofisis, atau indung telur itu sendiri. Kista indung telur timbul dari folikel yang
tidak berfungsi selama siklus menstruasi.

Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya
akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler
merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh
karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan yang mengis i
kista disebagian besar berupa darah yang keluar akibat perlukaan yang terjadi pada
pembuluh darah ovarium. Pada beberapa kasus dapat juga diisi oleh jaringan
abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista dermoid.

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium. Pada
keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus menstruas i
untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka
sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan menjadi kista.

Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak sampai saat
menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen sebagai respon
terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan luteinizing hormon
(LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10 cm (folikel normal
berukuran maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium yang gagal mengala mi
involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan bilateral. Biasanya
asimtomatik atau tanpa gejala.

Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah
yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

20
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor indung telur, serta
terapi hormon.

3.6. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang
berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-
lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan
HCG. (6) (3)

Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin


atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia
tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-
kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, hcg menyebabkan kondisi
yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi
dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphe ne
citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG. (6) (3)

Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan

21
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordia l.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometr ioma
adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel- folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram. (6) (3)

3.7. Manifestasi klinik


Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala dalam
waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.Pada
stadium awal gejalanya dapat berupa; (8)

a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi
atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut.;
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga
perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.

3.8. Diagnosis dan Diagnosis Banding


A. Anamnesis
Kebanyakan wanita dengan kista ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak

22
spesifik (2) (5) (8) Tetapi adapun kista yang berkembang menjadi besar
dan menimbulkan nyeri yang tajam. Rasa sakit tersebut akan bertambah
jika kista tersebut terpuntir atau terjadi rupture. Pemastian penyakit tidak
biasa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip
dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan
ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting
untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh anda untuk
mengetahui gejala mana yang serius. (3) Gejala-gejala berikut yang
muncul bila anda mempunyai kista ovarium:
1) Rasa sakit atau tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit
tersebut akan bertambah jika kista tersebut terpuntir atau terjadi
ruptur
2) Perut terasa penuh, berat, kembung.
3) Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa
tidak nyaman, gangguan miksi dan defekasi. Dapat terjadi
penekanan terhadapat kandung kemih sehingga menyebabkan
frekuensi berkemih menjadi sering. Kista ovarium juga dapat
menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus terganggu atau dapat
juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang sering.
4) Haid tak teratur.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali
jika tumor tersebut mengeluarkan hormon. Ireguleritas siklus
menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal dapat terjadi.
Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
5) Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
kepanggul bawah dan paha.
6) Nyeri senggama.
7) Mual, ingin muntah, atau pergeseran payudara mirip seperti pada
saat hamil.
8) Pada keganasan, dapat ditemukan penurunan berat badan yang
drastis.

23
B. Pemeriksaan Fisik
Sebuah kista yang besar dapat teraba pada pemeriksaan perut, namun
adanya asites yang banyak dapat mengganggu palpasi abdomen. Walau
pada wanita premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi
hal ini adalah abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.
Perabaan menjadi sulit pada pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik,
mobile, permukaan massa umumnya rata. Cervix dan uterus dapat
terdorong pada satu sisi. Dapat juga teraba, massa lain, termasuk fibroid
dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini merupakan keganasan atau
endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan ascites yang masif. (2)
(3).
C. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan fisik.
Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui pemeriksaan
fisik. Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis kista ovarium. Pemastian diagnosis untuk kista ovarium
dapat dilakukan dengan pemeriksaan. (3) (2):
a) Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnos is
apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas. Berikut pemeriksaan
yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.
a. Pemeriksaan Beta-HCG  Pemeriksaan ini digunakan untuk
screening awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak.
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik.
b. Pemeriksaan Darah Lengkap  Untuk sebuah penyakit
keganasan, dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain
seperti leukosit, HB, HT juga dapat membantu pemeriks a
menilai keadaan pasien.

24
c. Urinalisis  Urinalisis penting untuk mencari apakah ada
kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan
untuk menyingkirkan diagnosis banding.
d. Pemeriksaan Tumor Marker  Tumor marker spesifik pada
keganasan ovarium adalah CA125. Tes darah dilakukan dengan
mendeteksi zat yang dinamakan CA-125, CA-125 diasosiasika n
dengan kanker ovarium. Cancer antigen 125 (CA 125) adalah
protein yang dihasilkan oleh membran sel ovarium normal dan
karsinoma ovarium. Dengan ini diketahui apakah massa ini
jinak atau ganas. Level serum kurang dari 35 U/ml adalah kadar
CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien dengan
karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemuka n
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat. CEA
juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik karena
marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.
b) USG
Pemeriksaan USG masih menjadi pilihan utama untuk mendeteksi
adanya kista. Selain itu, MRI dan CT Scan bisa dipertimbangkan tetapi
tidak sering dilakukan karena pertimbangan biaya. (2)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. (2) (8) Dari
gambaran USG dapat terlihat (2):
a. Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang
oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan
echo yang lebih putih dari dinding depannya.
b. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa).

25
c. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus
(internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-ele men
darah di dalam kista.

Gambar 6. Gambar Kista pada USG

c) Foto Roentgen
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Pemeriksaan pielogram inravena dan pemasukan bubur barium pada
kolon dapat untuk menentukan apakah tumor berasal dari ovarium atau
tidak, misalnya tumor bukan dari ovarium yang terletak di daerah
pelvis seperti tumor kolon sigmoid.
d) Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan untuk biopsi.
e) Pemeriksaan Patologi Anatomi
Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan
proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah
mikroskop. (8)
Tumor jinak jaringan Ovarium
B. Tumor kistik ovarium
1) Kista Folikel

26
Penemuan kista folikel umumnya dilakukan melalui pemeriksaan USG
transvaginal atau pencitraan MRI. Diagnosis banding kista folikel
adalah salfingitis, endometriosis, kista lutein, dan kista neoplastik
lainnya. Sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 50 hari tanpa
pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur siklus dan
atresi kista folikel.
2) Kista korpus Luteum
a. Kista Granulosa
Kista lutein yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan
tegang dinding perut yang juga disertai amenorea atau menstruas i
terlambat yang menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista
lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga
menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan intraperitoneal yang
membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk menyelama tkan
penderita.
b. Kista Teka ini. Pada
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Walaupun mengalami pembesaran ovarium, juga mengalami proses
sklerotika yang menyebabkan permukaannya berarna putih tanpa
identasi seperti mutiara sehingga disebut sebagai ovarium kerang,
ditemukan banyak folikel berisi cairan di bawah dinding fibrosa korteks
yang mengalami penebalan, teka interna terlihat kekuningan karena
mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang sama.
Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah
pada beberapa gejala di atas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat
menarke dan haid yang normal kemudian berubah menjadi episode
amenorea yang smeakin lama. Oembesaran ovarium di palpasi pada
sekitar 50%. Terjadi peningkatan 17-kortikosteroid dan LH tetapi tidak
ditemukan fase lonjakan FH (LH Surge) yang akan menjelaska n
mengapa tidak terjadi eksresi estrogen, FSH, dan ACTH masih dalam

27
batas normal. Pemeriksaan yang dapat diandalkan adalah USG dan
laparoskopi. FSH biasanya normal LH tinggi dengan rasio LH>FSH>2.
E tinggi / normal prolaktin normal atau tinggi.

Tumor Epitel Ovarium


A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum
Kistadenoma serosum ditemukan pada usia 20 – 30 tahun digolongka n
sebagai neoplasma potensi rendah untuk trnasformasi ganas dan hal ini
bertolak belakang dengan penderita pada usia peri atau pasca
menopouse yang memiliki potensi anaplastik yang tinggi. Seperti
dengan sebagian besar tumor epitelial ovarium, tidak dijumpai gejala
klinik khusus yang dapat menjadi petanda kistadenoma serosum. Pada
sebagian besar kasus, tumor ini ditemukan secara kebetulan saat
dilakukan pemeriksaan rutin, pada kondisi tertentu, penderita akan
mengeluhkan rasa tindak nyaman di dalam pelvis, pembesaran perut,
dan gejala seperti asites.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Tumor musin ini merupakan tumor dengan ukuran terbesar dari tumor
dalam tubuh manusi. Terdapat 15 laporan yang menyebutkan berat
tumor di atas 70 kg. Sebagai konsekuensi, semakin besar ukuran tumor
ovarium, semakin besar pula kemungkinan diagnosisnya adalah
kistadenoma ovari musinosum. Tumor ini juga asimptomatik dan
sebagian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan atau
rasa penuh di perut. Pada kondisi tertentu, perempuan pasca menopouse
dengan tumor ini dapat mengalami hiperplasia atau perdarahan
pervagina, karena steoma sel tumor mengalami proses luteinisa s i
sehingga dapt menghasilkan hormon (terutama estrogen). Bila hal ini
terjadi apda perempuan hamil, maka dapat terjadi pertumbuhan rambut
yang berlebihan (virilisasi) pada penderita.

28
Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik, atau
abdomen melalui stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan
musin intraperitoneal dan hal ini dikenal sebagai pseudomikso ma
peritonii. Hal yang serupa, dapat pula disebabkan oleh kistadenoma
pada apendiks (appendiceal mucinous cystadenoma)
3) Kista dermoid
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi
ektodermal merupakan komponen utama, yang kemudian diikut i
dengan mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap unsur penyusun,
akan semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid jarang
mencapai ukuran yang besar, tetapi kadang – kadang bercampur dengan
kistadenoma ovarii musinosum sehingga diameternya akan semakin
besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari sel – sel yang telah matur
sehingga kista ini juga disebut sebgai teratoma matur. Kista dermoid
mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan kental
dan berminyak karena dinding tumor mengandung banyak kelenjar
sebasea dan derivat ektodermal (sebagian besar adalah rambut). Dalam
ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulakan keluhan apapun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan gineko logi
rutin. Rasa penuh dan berat di dalam perut hanya dirasakan apabila
ukuran tumor cukup besar. Komplikasi kista dermoid dapat berupa torsi,
ruptura, perdarahan, dan transformasi ganas.
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Fibroma timbul secara bilateral pada 2 – 10% kasus dengan ukuran rata
– arta tumor ini adalah 6 cm. konsistensi tumor adalah kenyal, padar
dengan oermukaan yang halus dan rata. Asites dan hidrotoraks
merupakan paket dari sindroma meig’s dan tanpa kedua ini maka tumor
yang berasal dari jaringan ikat ovarium murni disebut fibroma ovarii.
2) Tumor Brenner

29
Tumor brenner termasuk jarang ditemukan dan pada umumnya
ditemukan pada perempuan usia lanjut (50 tahun). Tidaka ada gejala
klinik khusus dari tumor ini dan seringkali ditemui secara tidak sengaja
pada saat operasi. Pernah ditemukan tumor Brenner seberat 10 kilogram
(Averbach) dan semula diduga sebagai fibroma. Tumor ini tumbuh
bilateral pada 10% dari total kasus. Novak mengajukan teori Walt-
Hard cell islet terkait dengan histogenesis tumor ini tetapi Greene et al
berpendapat baha jaringan asal tumor ini adalah epitel permukaan, rete
dan stroma ovarium. Arey meragukan epitel ovarium dan mengajuka n
uroepitel sebagai jaringan asal. Woodruff, Acosta, dan Mc Kinlay
percaya bahwa teori metaplasi dan degenerasi berada di balik
histogenesis tumor Brenner.
Hingga akhir millenium ini, tumor Brenner dianggap sebagai tumor
jinak (98%). Tumor ini mencakup 1%-2% dari total tumor ovarium dan
sekitar 95% terjadi unilateral. Idelson melaporkan transformasi ganas
pada sekitar 50% kasus dan melihat adanya hubungan
kistadenokarsinoma musinosum dengan tumor ini. Roth
mendeskripsikan transformasi tersebut secagai proliferasi tanpa invasi
nyata pada stoma. Farrar melaporkan ada ,5% kasus yang menunjukka n
efek estrogenik (hiperplasia endometrium) dari tumor Brenner. Ulery
melaporkan sejumlah kasus tumor Brenner dengan evek virilasi pada
penderita.
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
c. Tumor sel Sertoli dan Leydig
5) Tumor endometroid
Bentuk manifestasi endometroid di berbagai tempat di kavum pelvik
sangat bervariatif. Bentuk yang paling sering ditemukan adalah
penonjolan berwarna merah kehitaman, terutama pada ovarium dan
bagian belakang dinding uterus. Kebocoran akibat upaya untuk

30
melepaskan ovarium dari perlekatannya dari jaringan sekitar, akan
disertai oleh keluarnya cairan kecoklatan (seperti karat). Apabila
endometroid membentuk kista pada ovarium maka permukaan dalam
dinding akan memiliki gambaran sperti lapisan endometrium di kavum
uteri disertai dengan area – area yang berdarah.
Walaupun terjadi perlekatan dengan fimbria tuba yang disertai lapisan
atau serat- serat fibrin, tetapi pada banyak kasus hal tersebut tidak
menimbulkan penyatuan juluran fimbria. Perdarahan atau bekuan darah
dari tumor endometroid menjadi penyebab utama obstruksi dari bagian
paling ujung tuba. Penonjolan, perlekatan dan perdarahan adalah
penampakan umum di semua lokasi lesi endometroid di dalam kavum
pelvik. Cavanagh menemukan hubungan usia (kurang dari 30 tahun)
dengan progresivitas pertumbuhan endometroid (termasuk
penyebarannya) di ovarium dan kavum pelvik. Diagnosis dengan
laparoskopik diagnostik.

Diagnosis banding :

1) Kehamilan
2) Mioma uteri
3) Tumor kolon sigmoid
4) Ginjal ektopik
5) Limpa bertangkai
6) Ascites
7) Tuberkulosis peritonei
8) Infeksi pelvis
9) Apendicitis akut

3.9. Tatalaksana
3.9.1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Apabila terdapat nyeri, maka

31
dapat diberikan obat-obatan simptomatik seperti penghilang nyeri NSAID.
Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas. (3) (6) (5). Pemberian obat
kontrasepsi juga dapat diberikan untuk mengecilkan ukuran atau
perkembangan kista dan mengurangi peluang pertumbuhan kista ovarium.
Dilakukan pada kista dengan ukuran kurang dari 7 cm. Perawatan diruma h
sakit dilakukan bila : kista direncanakan untuk diangkat melalui operasi atau
kista yang mengalami puntiran, rutpur, atau terinfeksi. (4)
3.9.2. Operasi
Jika kista membesar, maka dilakukan tindakan pembedahan, yakni
dilakukan pengambilan kista dengan tindakan laparoskopi atau
laparotomi. Bila ukuran kista lebih dari 7 cm, atau kista mengala mi
puntiran, atau kista ruptur, atau kista mengalami infeksi.dilakukan :
a. Kistektomi
b. Ovarektomi
c. Salpingo ovarektomi

Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita post menopause, kista


yang berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal,
aman untuk tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan
pemeriksaan USG serial. Sedangkan untuk wanita premenopause, kista
berukuran kurang dari 8 cm dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks. Laparoskopi digunakan pada
pasien dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang
memberikan keluhan. Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan
resiko keganasan dan pada pasien dengan kista benigna yang tidak dapat
diangkat dengan laparaskopi. Eksisi kista dengan konservasi ovarium
dikerjakan pada pasien yang menginginkan ovarium tidak diangkat untuk
fertilitas di masa mendatang.Pengangkatan ovarium sebelahnya harus
dipertimbangkan pada wanita post menopause, perimenopause, dan wanita

32
premenopasue yang lebih tua dari 35 tahun yang tidak menginginkan anak
lagi serta yang beresiko menyebabkan karsinoma ovarium.

Biasanya kista yang ganas tumbuh dengan cepat dan pasien mengala mi
penurunan berat badan yang signifikan. Akan tetapi kepastian suatu kista itu
bersifat jinak atau ganas jika telah dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi
setelah dilakukan pengangkatan kista itu sendiri melalui operasi. Biasanya
untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke-3 atau ke-4,
sedangkan untuk laparotomi diperbolehkan pulang pada hari ke-8 atau ke-
9. (3) (6)

Diperlukan konsultasi dengan ahli endokrin reproduksi dan infertilitas


untuk endometrioma dan sindrom ovarium polikistik. Konsultasi dengan
onkologi ginekologi diperlukan untuk kista ovarium kompleks dengan
serum CA125 lebih dari 35 U/ml dan pada pasien dengan riwayat karsinoma
ovarium pada keluarga. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh
seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian tumor ganas atau
tidak.

Untuk tumor ganas ovarium, pembedahan merupakan pilihan utama.


Prosedurnya adalah total abdominal histerektomi, bilateral salfingo -
ooforektomi,dan appendiktomi (optional). Tindakan hanya mengangka t
tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi) masih dapat dibenarkan
jika stadiumnya masih muda, belum mempunyai anak, derajat keganasan
tumor rendah seperti pada fow potential malignancy (borderline ).
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa. Kemoterapi menggunakan obat
sitostatika seperti agens alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan
antimetabolit (adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah
penanganan setiap 2 bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan
sampai 5 tahun dan seterusnya setiap tahun sekali.

33
Pentalaksanann spesifik

A) Tumor kistik ovarium


1) Kista Folikel
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi
lansung pada dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi.
Pastikan dulu bawhwa kista yang akan dilakukan pungsi adalah kista
folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan kemudian kista
tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan
menyebar di dalam rongga peritoneum.
2) Kista korpus Luteum
a. Kista Granulosa
b. Kista Teka
Pada umumnya tidak diperlukan tindakan bedah untuk menangani
kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah
evakuasi mola, terapi korio karsinoma dan penghentian stimulas i
obulasi dengan klomifen. Walaupun demikian, apabila terjadi
ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum,
maka diperlukan tindakan laparotomi segera untuk menyelama tkan
penderita.
3) Ovarium Polikistik (Stein Leventhal Syndrome)
Klomifen sitrat 50 – 100 mg per hari untuk 5 - hari per siklus. Ebberapa
praktisi juga menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan.
Walaupun reseksi baji (wedge) cukup menjanjikan. Hal tersebut jarang
dilakukan karena dapat terjadi perlengketan periovarial. Karena
endometrium lebih banyak terpapar oleh estrogen, maka dianjurkan
juga untuk memberikan progesteron.

Tumor Epitel Ovarium


A. Tumor Kistikovarium
1) Kistedenoma ovari serosum

34
Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan
pembedahan (eksisi) dengan eksplorasi menyeluruh pada organ
intrapelvik dan abdomen. Untuk itu, jenis insisi yang dipilah adalah
mediana karena dapat memberikan cukpu akses untuk tindakan
eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA selama operasi
sebagai antisipasi terhadap kemungkinan adanya keganasan.
2) Kistedenoma ovari musinosum
Apabila ternyata stroma kistadenoma ovarii musinosum mendisemi nasi
cairan musin ke rongga peritoneum (pseudomyxoma) dan hal ini
ditemukan pada saat melakukan tindakan laparotomi, maka sebaiknya
dilakukan salpingoooforektomi unilateral. Untuk mengosongkan cairan
musin dari kavum peritoneum, encerkan terlebih dahulu musin dengan
larutan dextrose 5%-10% sebelum dilakukan pengisapan (suction)
3) Kista dermoid
Laparotomi dan kistektomi
B. Tumor jaringan Ikat Ovarium / Tumor padat ovarium
1) Fibroma
Hampir semua tumor padat ovarium diindikasikan untuk diangkat,
termasuk fibroma. Pengangkatan tumor biasanya diikuti dengan
menghilangnya hidrotoraks dan asites.
2) Tumor Brenner
Eksisi
3) Tumor sel Stroma
a. Tumor sel Granulosa
b. Tumor sel teka
4) Tumor endometroid
Sangat tergantung dari usia dan fertilitas pasien karena tindakan
ooforektomi adalah pilihan yangcukup radikal untuk menyelesa ikan
kasus ini. Untuk penanganan infertilitas dapat dicobakan eksisi
endometroid tumor dan dikombinasikan dengan hormonal atau
menopouse buatan secara temporer. (9)

35
3.10. Komplikasi
Kista ovarium memiliki berbagai dampak yang luas. Dalam kebanyakan
kasus, kista ovarium bersifat jinak, tanpa gejala, tidak memerluka n
manajemen lebih lanjut dan akah hilang dengan sendirinya. Namun, dalam
beberapa kasus dapat terjadi ruptur ovarium, perdarahan maupun torsi
ovarium.

1) Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit, sehingga


berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika
perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang
cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak. (10)
2) Torsio.
Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 4
cm atau lebih pada sekitar 15% kasus.. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan
melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum
parietale. Torsi ovarium melibatkan rotasi pedikel vaskuler ovarium,
menyebabkan obstruksi aliran arteri vena dan, akhirnya, yang dapat
menyebabkan infark. Robekan dinding kista terjadi pada torsi tangkai,
tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh, pukulan pada perut dan
coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa nyeri akbat
robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi perdarahan yang
timbul secara akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus
dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus
disertai tanda-tanda akut abdomen.
Sebagian besar kasus torsi terjadi pada wanita premenopause usia
subur, tetapi sampai 17% dari kasus dapat mempengaruhi prapubertas
dan wanita pascamenopause. Hal ini juga sangat terkait dengan
stimulasi ovarium dan sindrom ovarium polikistik. torsi ovarium lebih

36
umum di sisi kanan karena kolon sigmoid membatasi mobilitas ovarium
kiri. (10)
Keganasan dapat dilihat pada sampai dengan 2% dari kasus torsi
ovarium. Massa ovarium yang paling umum yang terkait dengan torsi
adalah kista dermoid. CT scan dan ultrasonografi dapat membantu
diagnosis. Tidak adanya aliran darah dalam ovarium dapat mendukung
diagnosis torsi. Pilihan pengobatan termasuk laparoskopi "detorsion"
dan pelestarian adneksa pada wanita premenopause dan salpingo-
ooforektomi pada wanita pascamenopause. fungsi ovarium dapat
dipertahankan dengan detorsion laparoskopi (10)
3) Ruptur
Hasil dari ruptur kista ovarium dievaluasi berdasarkan gejala terkait
dan akan menentukan apakah pasien dipulangkan atau dirawat untuk
laparoskopi. Ruptur Kista ovarium biasanya terjadi dengan kista luteal
corpus. Kasus ini melibatkan ovarium kanan dalam dua pertiga kasus
dan biasanya terjadi pada hari 20-26 dari siklus menstruasi wanita.
Mittelschmerz adalah bentuk pecah kista fisiologis. Pada wanita hamil,
perdarahan kista corpus luteal biasanya terlihat pada trimester pertama,
dengan sebagian besar menyelesaikan dengan usia kehamilan 12
minggu. Perdarahan dan syok dapat terjadi dan dapat hadir di akhir
simtomatologi tersebut.
Pada ruptur kista ovarium, ultrasonografi dapat menunjukkan cairan
bebas dalam kavum Douglas di 40% kasus. Ruptur kista dan perdarahan
dapat diobati secara konservatif dengan observasi jika pasien stabil,
dengan tindak lanjut scanning dalam 6 minggu untuk mengkonfir masi
resolusi perdarahan. Laparoskopi ditunjukkan dalam kompromi
hemodinamik, kemungkinan torsi, tidak ada bantuan dari gejala dalam
waktu 48 jam, atau meningkatkan hemoperitoneum atau konsentrasi
hemoglobin jatuh.
4) Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada
perut dan dapat menekan vesica urinaria sehingga terjadi

37
ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara
sempurna.
5) Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse sehingga
besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor
inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvic menjadi penting.
6) Sindroma Meigs ditemukan pada 40% dari kasus febroma ovarii yaitu
tumor ovarium disertai asites dan hidrotoraks.

3.11. Pencegahan
Kista ovarium tidak dapat di cegah jika masih dalam masa ovulasi. Namun,
pemberian kontrasepsi hormonal dapat diberikan untuk menghentikan ovulasi. Hal
ini dapat membantu menurunkan risiko terkena kista baru. (10)

Pemakaian kontrasepsi oral mencegah pertumbuhan kista ovarium


fungsional. Penggunaan selama 15 tahun mengurangi resiko kistadenokarsino ma
epitel ovarium. Setiap wanita harus melakukan pemeriksaan ginekologis tahunan.
Pada wanita dengan resiko tinggi dengan riwayat keluarga atau riwayat kanker
payudara terdahulu harus melakukan pemeriksaan USG dan CA 125 tahunan. Pada
wanita dengan resiko tinggi -kistadenokrasinoma ovarium, dapat dilakukan
ooforektomi profilaktik untuk mencegah pertumbuhan karsinoma ovarium.

3.12. Prognosis
Prognosis untuk kista jinak sangat baik. Semua kista tersebut dapat terjadi
pada jaringan ovarium residual atau di ovarium kontralateral. Walaupun
penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang
benar namun hasil pengobatannya sampai sekarang ini belum sangat
menggembirakan termasuk pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka
di dunia sekalipun. Secara keseluruhan, 70% -80% dari kista folikel sembuh secara
spontan. (10)

Keganasan merupakan keprihatinan umum di antara pasien dengan kista


ovarium. Pasien hamil dengan kista sederhana berukuran lebih kecil dari 6 cm
memiliki risiko keganasan kurang dari 1%. Sebagian besar kista ini menyebabkan

38
pengakhiran kehamilan pada usia 16-20 minggu, dimana 96% dari kasus ini berakhir
secara spontan. Pada pasien pascamenopause dengan kista unilocular, keganasan
dapat berkembang di 0,3% kasus.

Pada kasus kompleks, kista multiloculated, risiko keganasan naik ke 36%.


Jika kanker didiagnosis, penyebaran regional atau jauh dapat hadir pada sampai
dengan 70% kasus, dan hanya 25% dari kasus baru akan dibatasi untuk tahap I
penyakit.

Kematian terkait karsinoma ovarium ganas berhubungan dengan waktu


pada saat mendiagnosis, dan pasien dengan karsinoma ini cenderung datang
terlambat dalam perjalanan penyakit. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara
keseluruhan adalah 41,6%, bervariasi antara 86,9% untuk Federasi Internasio nal
Ginekologi dan Obstetri (FIGO) stadium Ia dan 11,1% untuk stadium IV.

Sekelompok pasien dengan tumor yang kurang agresif dan berpotensi ganas
lebih rendah masih berhubungan dengan angka kematian. Tingkat kelangsunga n
hidup selama 5 tahun secara keseluruhan adalah 86,2%.

Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas telah didalilkan namun,


sampai saat ini, masih belum terbukti. Perubahan ganas dapat terjadi pada sebagian
kecil dari kista dermoid dan endometrioma.

Tumor sel granulosa berhubungan dengan tingkat kelangsungan hidup 82%,


sedangkan karsinoma sel skuamosa yang timbul dalam kista dermoid yang
berhubungan dengan hasil yang sangat buruk.

Potensi kistadenoma ovarium jinak menjadi ganas telah didalilkan namun,


sampai saat ini, masih belum terbukti. Perubahan ganas dapat terjadi pada sebagian
kecil dari kista dermoid dan endometrioma.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia. Ovarian Cyst. Wikipedia. [Online] Wikimedia Foundation, Inc.


[Dikutip: 03 Maret 2016.]

2. Ovarian Cysts. Medscape. [Online] WebMD LLC, 12 Februari 2015. [Dikut ip :


07 Maret 2015.] http://emedicine.medscape.com/article/255865-overview.

3. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohadjo, 2007. hal. 346 - 362. Vol. 5.

4. Padjajaran, Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas.


Kista Ovarium. Panduan Praktik Klinis Obstetri & Ginekologi. Bandung :
Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran,
2015, hal. 137.

5. Miranda, Aurora M. Ovary Anatomy. Medscape. [Online] WebMD LLC, 03


Oktober 2013. [Dikutip: 07 Februari 2016.]
http://emedicine.medscape.com/article/1949171-overview#aw2aab6b3.

6. Sjamsuhidayat. Buku ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 1998. hal. 1027.

7. Sastrawinata dan Sulaiman, dkk. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri patologi.


Jakarta : EGC, 2004. hal. 104.

8. Schorge, et al. Ovarian Tumor and Cancer. [pengar. buku] William. William
Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic Oncology Section. s.l. : McGraw-Hills,
2008.

9. Anwwar, Mochamad. Ilmu Kebidanan. 3. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, 2014. hal. 279 - 291.

10. Iglesia, Cheryl B. Ovarian Cysts. Office on omen's Health. [Online] [Dikut ip :
10 Maret 2016.] http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/fac t-
sheet/ovarian-cysts.html?from=AtoZ#.

40

Anda mungkin juga menyukai