Disusun oleh :
Ocha Tri Hani, S.KH B9404211014
Kelompok C PPDH Periode I 2021/2021
Dibimbing oleh :
Prof. Dr. Dra. Apt. Ietje Wientarsih, M,Sc.
Tujuan
Makalah ini bertujuan mengetahui dan mengenal jenis obat-obatan apa saja
yang dapat digunakan untuk mengatasi demam pada hewan kecil.
Manfaat
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Saluran Pencernaan
Aliran darah ke saluran gastrointestinal berkurang apabila suhu di
atas 40 °C. Hipertermia menyebabkan terjadinya kerusakan membran sel,
mendenaturasi protein, dan dapat meningkatkan stres oksidatif. Hal ini
menyebabkan hilangnya kontraktilitas GI dan meningkatkan potensi
endotoksemia, yang memulai pelepasan sitokin pro-inflamasi yang
mengarah ke kaskade inflamasi sistemik (Walter dan Jumma 2016).
2. Ginjal
Laju filtrasi glomerulus berkurang setelah peningkatan 2 °C dari
kondisi normal dan akan terus memburuk bila suhu terus meningkat.
Konsentrasi plasma kreatinin dan urea akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan studi morfologi menunjukkan adanya dilatasi kapiler
glomerulus, perdarahan ke dalam interstitium, dan stasis vaskular pada
pembuluh darah kecil dan besar akibat adanya peningkatan suhu (Nishoika
et al. 2002).
3. Sistem kardiovaskular
Pada fase akut hipertermia pasien cenderung mengalami hipotensi,
dengan sirkulasi hiperdinamik dan curah jantung yang tinggi. Hipotensi
mungkin merupakan kombinasi dari redistribusi darah, dan vasodilatasi
yang diinduksi oksida nitrat. Elektrokardiogram pada heatstroke dan MH
dapat menunjukkan berbagai kelainan, termasuk cacat konduksi, perubahan
QT dan ST, kelainan gelombang T, dan aritmia ganas (Atar et al. 2003).
4. Otak
Disfungsi neurologis dan kognitif dapat terjadi secara akut setelah
episode hipertermia dan dapat menyebabkan kerusakan kronis, Mekanisme
patofisiologi dianggap serupa dengan yang dijelaskan di atas, tetapi, selain
itu, integritas BBB terganggu sehingga memungkinkan translokasi racun
sistemik memasuki sirkulasi serebral. Jika gejala neurologis gagal membaik
setelah episode akut, disfungsi serebelar mendominasi (Walter dan Jumma
2016).
5. Disfungsi hati
Disfungsi hati sering terjadi. Pada suhu di atas 40 °C, peningkatan
plasma aspartate transaminase (AST) dan alanine transaminase (ALT)
diamati dan kerusakan hepatoseluler. Mekanisme Mirip dengan perubahan
histologis pada organ lain, dilatasi pembuluh darah kecil dan besar terlihat,
dengan stasis dan perdarahan. Penurunan aliran darah hati juga terlibat.
Disfungsi hati dapat terus memburuk bahkan setelah penghentian
hipertermia (Deja et al. 2010)
6. Sistem hemostatik
Koagulopati sering terjadi, dengan tiingkat insidensi sebesar 45%
pada heatstroke klasik, dan mungkin berkontribusi pada disfungsi multi-
organ pada hipertermia. Trombositopenia, peningkatan produk degradasi
fibrin plasma, waktu pembekuan yang lama, dan perdarahan spontan sering
terlihat. Ini mungkin mencerminkan disfungsi hati, karena koagulopati
jarang terjadi tanpa gangguan hati dan untuk sementara terkait dengan
perubahan fungsi hati. Hipertermia menghambat agregasi trombosit, yang
menjadi semakin jelas pada suhu yang lebih tinggi, dan mungkin mulai
terjadi pada suhu 38 °C. Koagulasi intravaskular diseminata (DIC) juga
dapat didorong oleh pelepasan komponen seluler pro-koagulan dari otot
yang rusak (Dihel et al. 2000)
TREATMENT
*(Plumb 2018)
: *(Plumb 2018)
: *(Plumb 2018)
: *(Plumb 2018)
: *(Plumb 2018)
: *(Plumb 2018)
Nama generik : Meloxicam
Bentuk sediaan : sirop, tablet
Dosis : 0,05-0,2 mg/kg bb s24j (anjing dan kucing)
Mekanisme : penghambat siklooksigenase (Cox-1 dan Cox-2), yang ampuh
memblokir pembentukan prostaglandin penting pada jalur
nyeri dan inflamasi. Menghasilkan efek antiinflamasi,
analgesik, dan antipiretik.
Indikasi : terapi simtomatik untuk berbagai kondisi, di antaranya untuk
osteoartritis, reumatoid artritis, dan manajemen nyeri akut.
Sebagai NSAID, obat ini memiliki efek terapi antiinflamasi,
analgesik, dan antipiretik.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap meloxicam, pasien dengan
gangguan kardiovaskuler, gastrointestinal, renal, dan
kebuntingan.
Efek Samping : Mual, muntah diare, perut kembung
Contoh sedian
: *(Plumb 2018)
SIMPULAN
Demam merupakan mekanisme pertahan adaptif dari tubuh , akibat adanya
aktivitan patologi, seperti infeksi, inflamasi, interaksi obat dan gangguan hormonal.
Demam juga memiliki dampak diantaranya menyebabkan gangguan multi-organ
seperti gastrointestinal, kardiovaskular, ginjal, hati, otak dan sistem hemostatik.
Gejala demam dapat diatasi dengan obat obatan yang mampu menghambat
pembentukan protaglandin yang memiliki efek antipiretik, antiinflamasi, dan
analgesik.
DAFTAR PUSTAKA
Atar S, Rozner E, Rosenfeld T. 2003. Transient cardiac dysfunction and
pulmonary edema in exertional heat stroke. Mil Med. 7(1):168-671.
Carlson C, Kurnia B, Widodo AD. 2018. Tatalaksana terkini demam pada
anak. Jurnal Kedokteran Meditek. 24(1): -
Deja M, Ahlers O, Macguill M, Wust P, Hildebrandt B, Riess H. 2010.
Changes in hepatic blood flow during whole body hyperthermia. Int J
Hyperthermia. 26(2):95–100.
Diehl KA, Crawford E, Shinko PD. 2000. Alterations in hemostasis
associated with hyperthermia in a canine model. Am J Hematol.
64:262–270.
Dinarello CA. Infection, fever, and exogenous and endogenous pyrogens:
some concepts have changed. J Endotoxin Res.10(4):201–222.
Macallan DC. Hyperthermia and pyrexia: Oxford Textbook of Critical Care.
Oxford(UK): OUP.
Nishioka Y, Miyazaki M, Kubo S, Ozono Y, Harada T, Kohno S. 2002. Acute
renal failure in neuroleptic malignant syndrome. Ren Fail. 24(4):539–
543.
O’Grady NP, Barie PS, Bartlett JG. 2008. Guidelines for evaluation of new fever
in critically ill adult patients. Crit Care Med. 36(4):1330–1349.
Ogoina D. 2011. Fever, fever patterns and dseases called “fever”-A review. Journal
of Infection and Public Health.. 4(3): 108-124.
Plumb DC. 2018. Plumb’s Veterinary Drug HandBook 9th ed . Minesota(US):
PharmaVet Publishing.
Walter EJ, Jumms SH. 2016. The pathophysiologycal basis and consequence
of fever. Crit Care. 20(2): 200-214.
Young PJ, Saxena M, Beasley R, et al. Early peak temperature and mortality
in critically ill patients with or without infection. Intensive Care Med.
38(2): 437–444.