PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI 2023/2024 I. Konsep Dasar Kebutuhan Dasar Manusia A. Pengertian Febris (demam), bila suhu tubuh> 37,7° C. Ada yang menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (380 40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,1° C, ada juga yang menyebutkan > 40° C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,7°C (Zein, 2012). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Hartini, 2015). Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016). B. Fungsi Fisiologis 1. Anatomi
Hipotalames merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di depan nucleus
interpelunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan darcah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamias Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom, Pengaturan diri terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran tulang. Sangat penting berpengaruh antarn system syaraf dan endokrin Hipotalamus juga bekerjasama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan sulo tubuh melalui peningkatan vasokonstriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku agresif dan seksual dan pusat respons emosional (rasa malu, marah, depresi, panik dan takut). Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah a. Mengontrol suhu tubuh b. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin c. Mengontrol asupan makanan d. Mengontrol sekresi hormon-hormon lipofisis anterior e. Menghasilkan hormon-hormon hipofisis posterior f. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu g. Pusat koordinasi sistem saraf otonom uiama, kemudian mempengarului samua otot polos, utut jantung, sel eksokrin h. Berperan dalam pola, perilaku dan emosi Peran bipotalamus adalah pengaturan hipotalaruus terhadap nafu makan teruta bergantung pada interaksi antara dua arca area "kan lateral di anyaman nucleus berkas prasenselakon nedal pada pertemuan dengan serabu polidobipotalamk, serta "pusal case kenyang medial di nucleus vebtrommelial Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku makan. 2. Proses Fisiologis Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal, memmbran sel neuron dapat dilalui dengan mudah olch ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui olch ion natrium (Na+) serta elektrolit lainnya kecuali ion kloirda (Cl-). Akibatnya, konsentrasi ion K+ dalam neuron tinggi dan konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron berlaku sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut sebagai potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini, diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K- ATP-ase ynag terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh: a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra seluler b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. c. Perubahan patofisiologi dari membran neuron itu sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam, kenaikan suhú 1°C akan meningkatkan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya aliran listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh bagian sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan "neurotransmitter" sehingga terjadilah kejang Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan ambang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 °C, sedang anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40°C atau lebih. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, pencetus panas Biasanya penyebab demam sudah bisa dikit m waktu satu atau dua hari dengan pemeriksaan medis yang terarah. Demam sering disebabkan karena infeksi, Penyebab demam odiain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemis, keganam atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada ganggan posat regali sde sentral (misalnya perdarahan otak, koma), Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fink. observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksam laboratorium serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015). Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni, 2015). Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobroni (2015) bahwa etiologi febris diantaranya: a. Suhu lingkungan b. Adanya infeksi c. Peneumonia d. Malaria e. Otitis media f. imunisasi C. Gangguan Cairan dan Elektrolit Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis (Sacharin. 1996). Dengan terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran lobus hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keaadaan bingung, pembicaraan menjadi inkoheren dan akirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan koma (Sacharin. 1996). Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami gangguan. Pada pasien febris atau demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap misalnya: Hb, Ht, Leokosit. Pada pasien febris atau demam biasanya pada Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan Leokosit akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris yang tidak diketahui penyebabnya, (pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien yang menderita demam dan disertai batuk – batuk) (Isselbacher. 1999) D. Penatalaksanaan Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak: a. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa: 1) Paracetamol Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4 oC, sehingga jelas bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh. Paracetamol tidak dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu pada bayibaru lahir yang bugar 16 (sehat) tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan. Efek samping parasetamol antara lain: muntah, nyeri perut, reaksi, alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme (penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air (memperpanjang masa sakit). 2) Ibuprofen Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal. b. Tindakan non farmakologis Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan seperti (Nurarif, 2015): 1) Memberikan minuman yang banyak 2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal 3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal 4) Memberikan kompres hangat. Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015). Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin. Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani dalam Wardiyah 2016). Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh (Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan 18 temperature air 30- 32oC, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Ayu, 2015).
II. Konsep Asuhan Keperawatan Berdasarkan Sdki, Slki, Siki
A. Pengkajian 1. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, tanggal masuk, diagnosa medis. 2. Keluhan utama Yaitu keluhan yang paling sering dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian secara subjektif. 3. Riwayat kesehatan sekarang Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah merasa menggil, dan gelisah. 4. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien. 5. Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak. 6. Pemeriksaan fisik Keadaan umum: kesadaran, vital, sign, status nutrisi. 7. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan b. Pola nutrisi dan metabolise c. Pola eliminasi d. Pola aktivitas dan latihan e. Pola tidur dan istirahat f. Pola kognitif dan perseptual g. Pola toleransi dan koping stress h. Pola nilai dan keyakinan i. Pola hubungan dan peran B. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037) C. Intervensi
N SDKI SLKI SIKI
o 1. Risiko Keseimbangan Cairan Pemantauan Cairan (I.03121) ketidakseimbangan (L03020) Definisi: elektrolit (D.0037) Definisi: Mengumpulkan dan Definisi: Ekuilibrium antara volume menganalisis data terkait Beresiko mengalami cairan di ruang intraseluler pengaturan keseimbangan perubahan kadar serum dan ekstraseluler tubuh. cairan. elektrolit. Keriteria hasil: Observasi Penyebab: 1. Asupan cairan 1. Monitor frekuensi dan 1. Ketidakseimbangan meningkat kekuatan nadi cairan (dehidrasi) 2. Kelembaban mukosa 2. Monitor elastisitas atau meningkat turgol kulit 3. Asupan makanan 3. Monitor intake dan output meningkat cairan 4. Dehidrasi menurun 4. Identifikasi tanda-tanda 5. Denyut nadi radial hipovolemia membaik 5. Identifikasi faktor resiko 6. Membran mukosa ketidakseimbangan cairan membaik Terapeutik 7. Turgol kulit membaik 1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 2. Dokumentasi hasil pemantauan Edukasi 1. Jelaskan tujuan dan proosedur pemantauan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu D. Implementasi Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpuulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah bagi petugas kesehatan lainn. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. E. Evaluasi Menurut Damayanti (2013). Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang perawat buat pada tahap perencanaan. Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai danmemberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. DAFTAR PUSTAKA 1. Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap penunrunan suhu tubuh anak demam usia 13 tahun di SMC RS Telogorejo Semarang Http://ejournal.siktestelogorcio.ac.id 2. Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moelock Provinsi Lampung Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1. 45. Diakses dari Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article download/101/94 3. Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan USU PRESS 2012 4. Nurarif, A.H & Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction 5. M.Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek. Yogyakarta: Arr-Ruzz Media