Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TUGAS SWAMEDIKASI
DEMAM

Dosen pengampu:
Apt. Mamik Ponco R, M.Si

Kristian Ubanayo 2020404499

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

DEMAM

I. Definisi
Demam
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk penanggulangan secara cepat dan efektif keluhan yang tidak
memerlukan konsultasi medis,Keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat,
seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,kecacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-
lain.
Demam adalah keadaan kenaikan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas
37,5 ºC. Demam merupakan salah satu keluhan utama yang sering disampaikan oleh orang tua pada
saat membawa anaknya pergi ke tenaga kesehatan atau ke tempat pelayanan kesehatan. Swamedikasi
juga merupakan salah satu upaya untuk mencapai kesehatan bagi semua yang memungkinkan
masyarakat dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Notosiswoyo, 2003).
Demam bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala yang seringkali menyertai penyakit yang
dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan, seperti misalnya flu atau pilek. Maka dari itu,
demam akan menghilang dengan sendirinya saat penyakit yang mendasarinya sembuh. Tapi untuk
mengobati demam yang lebih parah, beberapa obat-obatan penurun panas bisa dibeli secara bebas di
apotek. Baca aturan pakai dan ikuti dosis yang dianjurkan.

II. Patofisiologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun terpapar suhu
lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi sepanjang hari, 0,5⁰C dibawah
normal pada pagi hari dan 0,5⁰C diatas normal pada malam hari. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus
yang mengatur keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung
pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi,
konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point
sekitar 37⁰C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya ditentukan
pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point (Kayman, 2003).
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-sel Kupffer
mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (IL-1, TNFα, IL-6 dan
interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan
termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu tubuh
normal. Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9⁰C, hipotalamus
merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37⁰C terlalu dingin dan organ ini memicu mekanisme-
mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Plipat, et al., 2002).
Peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Rangsangan eksogen seperti eksotoksin dan
endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen dan yang poten di antaranya
adalah IL-1 dan TNFα, selain IL-6 dan INF (interferon). Pirogen endogen ini akan bekerja pada
sistem syaraf pusat pada tingkat Organum Vasculosum Laminae Terminalis (OVLT) yang dikelilingi
oleh bagian medial dan lateral nucleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai
respons terhadap sitokin tersebut, maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama
prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase 2 (COX-2) dan
menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam (Plipat, et al., 2002).
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen
nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu
kemokin yang bekerja secara langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari
jalur prostaglandin, demam melalui aktivitas MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Victor,
et al., 1994).
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara
vasokontriksi kulit juga berlangsung dengan cepat untuk mengurangi pengeluaran panas. Kedua
mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respons
terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan
mekanisme termoregulasi (Victor, et al., 1994).

III. Gejala
Gejala yang menyertai demam tergantung kepada penyebab demam itu sendiri. Berikut ini adalah
contoh gejala yang bisa menyertai demam:

 Sakit kepala
 Berkeringat dingin
 Menggigil
 Dehidrasi
 Batuk-batuk
 Sakit tenggorokan
 Sakit pada telinga
 Diare dan muntah-muntah
 Sakit otot
 Kehilangan selera makan
 Merasa kelelahan
Pemeriksaan suhu tubuh yang paling tepat adalah menggunakan termometer. Jangan mengandalkan
rabaan tangan untuk memastikan demam atau tidak. Demam belum tentu menjadi kondisi yang serius,
namun Anda perlu waspada apabila suhu tubuh anda di atas 38 derajat celcius dan Anda mengalami
satu atau lebih gejala di bawah ini:

 Leher terasa kaku dan mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya
 Muntah-muntah secara terus-menerus
 Muncul bercak-bercak kemerahan pada kulit
 Sesak napas
 Terus-menerus merasa mengantuk
 Apabila Anda/anak Anda merasa kesakitan
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak yang mengalami demam bila secara klinis faktor risiko
tampak serta penyebab demam tidak diketahui secara spesifik. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yaitu: Pemeriksaan awal (Darah rutin, urin dan feses rutin, morfologi darah tepi, hitung
jenis lekosit) dan Pemeriksaan atas indikasi (Kultur darah, urin atau feses, pengambilan cairan serebro
spinal, toraks foto).

IV. Penatalaksanaan Demam


Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Pada tingkat tertentu
demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh antara lain daya fagositosis meningkat dan viabilitas
kuman menurun, tetapi dapat juga merugikan karena anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum
berkurang, tidak dapat tidur dan menimbulkan kejang demam. Demam < 390 C pada anak yang
sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > 39 0 C, anak
cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak merasa
lebih baik. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan
maupun kombinasi keduanya.

 Secara Fisik
Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal
Pakaian anak diusahakan tidak tebal
Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air meningkat
Memberikan kompres.
 Obat-obatan
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat
berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis,
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.
Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan
dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui
pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para-aminofenol yang bekerja menekan
pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara
10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari.
Pada umumnya dosis ini dapat ditoleransi dengan baik. Dosis besar jangka lama dapat
menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar. Pemberiannya dapat secara per oral maupun
rektal.
Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga bekerja menekan pembentukan
prostaglandin. Obat ini bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang
timbul berupa mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia aplastik. Efek
terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila dikombinasikan dengan
asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.
Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan prostaglandin. Mempunyai
efek antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa
agranulositosis, anemia aplastik dan perdarahan saluran cerna. Dosis terapeutik 10
mgr/kgBB/kali tiap 6-8 jam dan tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 6 bulan.
Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena.
Asam mefenamat suatu obat golongan fenamat. Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik. Efek sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.
Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan
tidakboleh diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
 Anak dengan demam sebaiknya berpakaian tipis, beristirahat yang cukup, dijaga tetap hangat
namun ditempatkan pada ruangan dengan ventilasi baik dan dibujuk untuk banyak minum.
Kompres air hangat hanya menurunkan suhu badan selama pemberian kompres.
V. Kesimpulan
Demam pada umumnya merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi. Umur anak dan tanda serta
gejala yang muncul sangat penting dalam menentukan kemungkinan adanya penyakit yang serius.
Penilaian awal akan membantu menentukan beratnya penyakit anak dan urgensi pengobatannya.
Pemberian antipiretik merupakan terapi alternatif dalam penatalaksanaan demam pada anak.
BAB II
KASUS 4

Skenario untuk Pasien Simulasi:


Seorang ibu datang ke apotik untuk membeli obat demam buat anaknya yang berumur 1 tahun setelah
diimunisasi kemarin siang. Sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini , tidak memiliki
penyakit lain, tidak memiliki berat badan berlebih, tidak memiliki alergi.

Tugas Swamedikasi:

 Lakukanlah assesment pada pasien (data diri, penyakit dan obat)


 Pilihkan terapi yang tepat untuk pasien
Data diri: anak umur 1 tahun
Penyakit/keluhan: demam setelah imunisasi
Obat: Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam. Obat-obat
anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering
berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Pemberian Panadol anak (paracetamol) dalam sediaan sirup. 3 x sehari 1 sendok takar.

Percakapan swamedikasi
A: apoteker ubanayo I: ibu dg anak umur 1 th
A: selamat malam ibu, silahkan duduk
(ibunya duduk)
A: perkenalkan, saya ubanayo apoteker di apotek budi sehat ini
apakah ada yg bisa saya bantu?
I: begini mas,anak sy kemarin siang imunisasi dan malamnya demam, sampai sekarang masih demam
nah, ini saya mau beli obat untuk anak saya
A: oh baik ibu, maaf anak ibu umur berapa ya?
I: umur 1 tahun mas
A: untuk berat badan anak ibu apakah normal?
I: berat badannya normal kok mas
A: baik bu, apakah ada riwayat alergi?
I: gk ada mas
A: nggih baik bu, tunggu sebentar saya ambil obatnya ya
(Apoteker pergi dan mengambil obat)
A: ini ibu untuk obatnya, ada PANADOL anak-anak dan Termorex drop.
I: untuk harganya masing2 berapa ya mas? mas sarankan yg mana ya?
A: untuk panadol anak harganya 25ribu bu, sdangkan termorex drop harganya 35ribu.
saya sarankan panadol anak bu,
kandungannya sama2 paracetamol ibu, untuk menurunkan panas demam.
I: oh yaudah mas, saya pilih yg panadol anak saja
A: baik bu, saya bantu jelaskan cara dan aturan pakainya ya
I: iya mas
A: jadi panadol anak ini sediannya sirup bu, untuk aturan minumnya 3 x sehari 1 sendok takar ibu.
I: 1 sendok takarnya itu seberapa ya mas?
A: iya ibu, jd didalam kemasannya ini sudah disediakan sendok takar, di sendok takarnya itu sudh ada
garis batasny kok ibu
(sambil membuka kemasan obat dan menunjukan sendok takarnya)
I: oh iya mas
A: diusahakan minum obatnya teratur ya ibu, supaya lekas sembuh
I: iya mas
A: oh iya bu, jika panasnya sudah turun, obatnya bisa langsung dihentikan.
jadi obatnya tdk perlu dihabiskan.
I: iya mas
A: ada yg mau ditanyakan lg?
I: oh iya mas, untuk penyimpanan obatnya gimana ya?
A: jd untuk pnyimpanannya di tempat kering pada suhu kamar,
dan dijauhkan dari cahaya matahari ya bu
I: baik mas terima kasih
A: masih ada yg ingin ditanyakan atau ada yg kurang jelas bu?
I: gk ada mas, sudah cukup
A: oh iya bu ini nanti anak ibu bisa sambil di kompres dengan air hangat,
banyak minum air putih dan jangan lupa anaknya istirahat yg cukup ya
I: iya mas terima kasih banyak, saya bayar dulu di kasir
A: iya bu, hati-hati, terima kasih
Pembukaan

- Memperkenalkan diri
- Membuka pembicaraan dengan baik
- Verifikasi nama pasien dan dokter yang memberikan resep
- Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang indikasi obat
- Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian
- Menanyakan apa yang telah dijelaskan oleh dokter tentang harapan setelah menggunakan obat
- Menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
Isi konseling
- Menjelaskan tujuan pengobatan
- Menjelaskan harapan setelah minum obat
- Menjelaskan aturan pakai obat, lama minum obat (cara pakai untuk sediaan khusus non po)
- Menunjukkan kemasan/membuka kemasan, menunjukkan obat pada pasien
- Menjelaskan efek samping yang penting atau umum
- Apa yang dilakukan jika lupa minum obat
- Bagaimana menyimpan obat
- Menjelaskan ada atau tidak interaksi dengan makanan atau obat
- Jika obat bisa diulang, kapan dapat diulang
- Terapi non farmakologi
Penutup
- Verifikasi tentang pemahaman pasien tentang pengobatan
- Menanyakan apakah pasien ada pertanyaan lagi
- Menutup pembicaraan dengan baik
- Mengingatkan pasien untuk berdoa sebelum menggunakan obat
- Memberikan motivasi pada pasien bahwa kesembuhan datangnya dari Allah SWT
DAFTAR PUSTAKA
Hospital Care for Children. Global Resource for Addressing the Quality of Care. Tatalaksana Demam
Bahasa Indonesia. Diakses pada 5 oktober 2020
Kayman H. Management of Fever: making evidence-based decisions. Clin Pediatr. Jun 2003 (42); 383
Luszczak M. Evaluation and management of infants and young children with fever. Am Fam Phys.
2001 (64); 1219-26
Paul A, Lusel. Analgesic, antipyretic and antiinflammatory agents and drugs employed in the
treatment of gout. Goodman and gilman’s the pharmacological basis of theurepeutics. Edisi ke-9.
Philadelphia:McGraw-Hill. 1996;617-32.
Peters MJ, Dobson S, Novelli V, Balfour J, Macnab A. Sepsis and fever. Dalam: Macnab AJ, Macrae
DJ, Henning R, penyunting. Care of the critically ill child. Philadelphia:Churchill livingstone. 1999;
112-7.
Plipat N. Hakim S, Ahrens WR. The febrile child. Dalam: Strange GR, Ahrens WR, Lelyveld S,
Schafermeger RW, penyunting. Pediatric emergency medicine. Edisi ke-2. New York:McGraw-
Hill.2002; 315-24.
Shearn MA. Obat antiinflamasi non steroid; analgesik nonopiat;obat yang digunakan dalam gout.
Dalam: Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta:EGC. 1992; 474-83.
Victor Nizet, Vinci RJ, Lovejoy FH. Fever in children. Pediatr Rev. 1994 (15); 127-34.

Anda mungkin juga menyukai