Oleh:
RIAN ISARDANU
J530170014
PERIODE 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI PENYAKIT
Premature loss gigi sulung merupakan suatu kondisi gigi sulung yang hilang atau
tanggal sebelum waktunya yaitu gigi penggantinya belum siap untuk erupsi. Kehilangan
gigi sebelum waktunya dapat mengakibatkan terjadinya pengurangan lengkung rahang,
migrasi atau pergerakan dari gigi sebelahnya, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
permanen yang mempengaruhi maloklusi, dapat menyebabkan terjadinya impaksi serta
dapat berefek pada fungsi dan kesehatan rongga mulut seperti fungsi mastikasi yang
menyebabkan tekanan kunyah menjadi berkurang (Herawati dkk., 2015). Pada beberapa
kasus, hilangnya gigi sulung sebelum waktunya juga dapat mempengaruhi psikologis
anak-anak yaitu adanya rasa tidak percaya diri pada anak dan anak merasa malu karena
giginya ompong. Pada kasus hilangnya gigi sulung di daerah anterior juga mempengaruhi
fungsi bicara yaitu saat penyebutan huruf-huruf tertentu menjadi terganggu (Alexander
dkk., 2015).
Pada kasus hilangnya gigi decidui insisivus dapat berpengaruh pada perkembangan
oklusi dan penutupan ruang yang terjadi. Apabila gigi insisivus decidui tanggal
disebabkan karena benturan dapat mengakibatkan terjadinya pergeseran dari gigi
pengganti. Gigi kaninus decidui yang hilang sebelum waktunya dapat diikuti dengan
hilangnya ruang, terutama pada rahang bawah dapat menyebabkan timbulnya resorpsi
akar gigi insisivus lateralis permanen yang berjejal, keadaan ini seringkali unilateral yang
mengakibatkan gigi insisivus yang berjejal bergeser ke sisi tersebut dan terjadi
pergeseran garis tengah. Gigi kaninus yang tanggal ini dapat juga menyebabkan oklusi
menjadi tidak simetris. Pada kasus hilangnya gigi molar kedua decidui mengakibatkan
adanya pergerakan ke arah mesial dari gigi molar permanen tetap yang dapat menutupi
ruang untuk erupsi gigi premolar tetap. Kehilangan molar pertama decidui mampu
mengakibatkan hilangya erupsi gigi premolar tetap permanen (Carvalho, 2017).
B. ETIOLOGI
Premature loss dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu karies yang
luas yang tidak dapat lagi dirawat, trauma akibat jatuh atau kecelakaan, resorpsi akar
yang terlalu cepat, erupsi ektopik, kelainan kongenital, defisiensi panjang lengkung yang
mengakibatkan resorpsi akar gigi decidui. Penyebab terjadinya premature loss gigi
decidui pada kedua regio berbeda, prematur loss gigi anterior banyak disebabkan karena
2
adanya trauma akibat jatuh karena pada usia ini anak masih sangat aktif dan
kemungkinan jatuh hingga membuat gigi anterior juga besar, selain itu karies juga dapat
mengakibatkan terjadinya premature loss pada gigi anterior. Pada regio posterior,
kehilangan gigi paling sering disebabkan karena karies jarang disebabkan karena trauma
(Herawati dkk., 2015).
C. PATOFISIOLOGI
Premature loss yang disebabkan oleh karies awal proses terjadinya karies ditandai
dengan adanya proses demineralisasi yaitu terjadi ketika bakteri Streptococcus mutans
pada plak gigi memetabolisme karbohidrat sebagai sumber energi yang mampu
mengakibatkan pH plak menurun karena produksi asam yang dihasilkan. pH plak yang
menurun (<5,5) mengakibatkan suasana asam sehingga keseimbangan ion kalsium dan
fosfat menjadi terganggu. Hal ini mengakibatkan hilangnya mineral enamel gigi dan
berlangsungnya demineralisasi.
Karies adalah proses dinamis dari keseimbangan proses demineralisasi dan
remineralisasi. Proses demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau
keseluruhan kristal enamel yang apabila berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan
terbentuknya lesi karies atau kavitas yang menunjukkan hancurnya jaringan keras gigi.
Proses remineralisasi merupakan proses penetralan asam pada plak oleh saliva yang
mengakibatkan adanya mineral baru yang terbentuk dari saliva contohnya yaitu kalsium
dan fosfat sebagai pengganti mineral yang telah hilang di bawah permukaan enamel.
Pada awal mula terjadinya lesi karies dapat mengalami remineralisasi tergantung dari
faktor diet, pH saliva dan penggunaan fluor. Remineralisasi sempurna pada lesi karies
terjadi ketika lapisan tipis enamel masih utuh, sebaliknya proses remineralisasi tidak akan
dapat terjadi bila lapisan tipis enamel telah mengalami kerusakan. Lapisan tipis enamel
yang telah rusak dan mengalami demineralisasi terus-menerus lama-kelamaan akan
membentuk kavitas mencapai dentin, yang jika dibiarkan akan menembus sampai pulpa
hingga gigi tida dapat dilakukan perawatan lagi atau harus dilakukan pencabutan.
D. GEJALA DAN TANDA KLINIS
Gejala dan tanda klinis pada premature loss :
1. Adanya gigi decidui yang telah hilang akibat trauma atau karies dan telah dilakukan
pencabutan atau lepas dengan sendirinya.
2. Terlihat belum adanya gigi pengganti pada bekas hilangnya gigi decidui.
3. Pasien biasanya tidak merasakan sakit.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
1. Data Pasien
NO. RM : J15699
Nama Lengkap : Rafael
Alamat : RT 02 RW 01 Kebonan, Surakarta
Telepon/HP : 0811365659
Tempat/Tanggal lahir : Surakarta, 05 Oktober 2008
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama :Katolik
2. Anamnesis
Keluhan utama (CC):
Pasien datang atas ijin walinya untuk memeriksakan kondisi bekas gigi
sulungnya yang telah dilkukan pencabutan karena khawatir gigi penggantinya
belum muncul.
Riwayat perjalanan penyakit (PI) :
Menurut keterangan wali, pasien tidak merasakan rasa sakit, gigi sulung
dilakukan pencabutan karena sudah berlubang besar.
Riwayat kesehatan umum (PMH) :
Menurut keterangan wali, pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya.
Menurut keterangan wali, pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan,
cuaca maupun obat-obatan
Menurut keterangan wali, pasien tidak sedang dalam perawatan dokter atau
rutin mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Riwayat kesehatan gigi (PDH) :
Menurut keterangan wali, pasien tidak pernah dirawat di dokter gigi
sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga (FH)
Umum:
- Ayah : ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
4
- Ibu : ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Gigi:
- Ayah : ayah pasien tidak memiliki keluhan gigi
- Ibu : ibu pasien tidak memiliki keluhan gigi
Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial (SH)
Menurut keterangan wali, pasien menggosok giginya 1x sehari saat mandi pagi
Pasien sering mengkonsumsi permen dam es krim.
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
Kesan Umum Kesehatan Pribadi
Jasmani : Sehat, tidak ada kelainan
Rohani : Sehat, komunikatif, kooperatif
2. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg : normal
Nadi : 90x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : afebris
Berat Badan : 29 kg
Tinggi Badan : 125 cm
Pemeriksaan Ekstra Oral
Neuro- Kelenjar Kelenjar Tulang
Fasial TMJ
muskular Ludah Limfe Rahang
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi
5
PHP-M
Bucal
Palatal Kanan Ant. Kiri Total
Lingual
5 5 3 13
Atas
5 2 2 9
- 4 3 7
Bawah
- 3 2 5
5 9 6 20
Total
5 5 4 14
PHP-M = 24+10
= 34 (sedang)
3. Pemeriksaan Intra Oral
Mukosa Bibir : TAK
Mukosa Pipi : TAK
Dasar Mulut : TAK
Lidah : TAK
Gingiva : Terdapat area kemerahan,
unstipling, konsistensi lunak, pada gingiva gigi rahang
bawah
Orofaring : TAK
Oklusi : Normal bite
Torus Palatinus : Tidak ada
Torus Mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Supernumerary Teeth : Tidak ada
Diastema : tidak ada
Gigi Anomali : Tidak ada
Gigi Tiruan : Tidak ada
Oral Hygiene : 35 (sedang)
6
Pemeriksaan Odontogram
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. DIAGNOSIS
Premature loss gigi 75
E. RENCANA PERAWATAN
space maintainer kiri bawah
7
BAB III
DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN
A. PEMBAHASAN
Pada kasus premature loss perawatan yang sebaiknya diberikan yaitu pemasangan
space maintainer pada daerah yang memiliki ruangan yang cukup untuk erupsi gigi
penggantinya dan diberikan perawatan space regainer pada daerah kehilangan gigi yang
kekurangan ruang untuk erupsi gigi penggantinya. Space maintainer adalah suatu alat
yang bias digunakan baik secara fixed ataupun removable yang dirancang untuk
mempertahankan ruang yang ada dalam lengkung rahang dimana ruang ini disebabkan
oleh gigi desidui yang mengalami premature loss dengan tujuan agar gigi tetangga tidak
mengalami displacement.
Indikasi perawatan space maintainer :
1. Apabila terjadi kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi
menggantikan posisi gigi sulung tersebut dan analisa ruang menyatakan cukup
ruang
2. Jika ada kebiasaan buruk dari anak seperti menempatkan lidah di tempat yang
kosong atau menghisap bibir maka pemasangan space maintainer ini dapat
diinstruksikan sambil memberi efek menghilangkan kebiasaan buruk.
3. Kebersihan mulut (OH) baik.
B. RENCANA PERAWATAN
Kunjungan Pertama-1
Alat dan Bahan :
a. Alat diagnostik (kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset)
b. Sendok cetak no 4
c. Gips stone
d. Alginat
e. Bowl
f. Spatula
Cara Kerja :
1. Pemeriksaan subjektif dan objektif
2. Pemeriksaan penunjang berupa ronsen panoramik dan ronsen periapikal
3. Indikasi ke dokter pembimbing spesialis kedokteran gigi anak
8
4. Melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah dengan sendok cetak no 4 untuk
model studi dan model kerja
5. Melakukan perhitungan ruang
1) Perhitungan untuk premature loss gigi 75
a. Metode Moyers
Metode ini digunakan untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1
dan P2 dengan cara menentukan lebar mesiodistal masing-masing gigi insisivus
sentral dan lateralis, kemudian disesuaikan dengan tabel moyers menggunakan
prosentase 75% untuk mengetahui ruang yang tersedia dan besar diskrepansi
ruang yang ada
Lebar mesiodistal gigi 31 : 5,9 mm
Lebar mesiodistal gigi 32 : 6,4 mm
Lebar mesiodistal gigi 41 : 5,7 mm
Lebar mesiodistal gigi 42 : 6,6 mm
Jumlah lebar mesiodistal ke-4 gigi insisivus = 24, 6 mm
Berdasarkan tabel moyers, ruang yang dibutuhkan yaitu 23,1 mm
9
Regio kiri
x’ = 7,5 mm
y = 7,1 mm
y’ = 7,6 mm
x = 7,5 x 7,1 = 7,0 mm
7,6
Lebar sebenarnya gigi yang belum erupsi = 7,0 mm
Ruang yang tersedia = 7,1 mm
Diskrepansi = 0,1 mm
Kesimpulan :
Ruang yang tersedia untuk tumbuh gigi pada regio kiri adalah cukup ruang sehingga
alat yang digunakan yaitu space maintainer pada regio kiri untuk mempertahankan
ruang. Ruang pada sisi sebelah kiri sebesar 1,1 mm.
10
2
Keterangan :
1. klamer
2. Plat akrilik
11
Kunjungan ke-3 sampai ke-5
Pada kunjungan ke-3 dilakukan kontrol, dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif
kembali yang meliputi :
1. Pemeriksaan subjektif
a. Apakah alat dipakai / tidak oleh anak?
b. Alat dipakai berapa jam sehari?
c. Apakah ada keluhan rasa sakit penggunaan alat?
2. Pemeriksaan objektif
a. Kondisi jaringan lunak
b. Kondisi jaringan keras
c. Kondisi mukosa pipi
d. Kondisi gingiva
Pada saat kontrol juga dilihat keutuhan space maintainer, retensi, stabilisasi, adaptasi,
kondisi gigi penyangga dan gingiva. Pada saat kontrol pasien juga diinstruksikan untuk
tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya. Kontrol dilakukan rutin 1 minggu sekali
sampai pertemuan ke-11 untuk terus melakukan pengecekan dan memperhatikan gigi
yang akan erupsi.
12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pada kasus ini anak berusia 10 tahun telah mengalami premature loss gigi 75
akibat karies sehingga nekrose. Pada rongga mulut terlihat bahwa belum ada gigi
pengganti yang erupsi sehingga perlu segera dilakukan perawatan untuk
mempertahankan ruangan yang ada untuk gigi penggantinya. Perawatan pada kasus ini
yaitu space maintainer dengan jenis lepasan yang dapat dilepas dan dipasang sendiri
oleh pasien. Alat space maintainer diharapkan dapat mempertahankan ruang untuk gigi
yang akan erupsi. Pada tahapan perawatan ini orang tua juga diikutsertakan untuk
menjaga kebersihan rongga mulut anak dan memantau alat agar tetap dalam keadaan
baik dan tidak rusak.
B. SARAN
1. Anak perlu diajarkan cara menjaga kebersihan rongga mulutnya agar tidak terjadi
kehilangan gigi lebih dini akibat kerusakan gigi.
2. Peran orang tua sangat penting untuk membantu anak bersikap kooperatif dalam
menjaga kebersihan rongga mulutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu, 2013. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta : Quantum Sinergis Media.
Kidd, Edwina A. M dan Bechal, Sally Joyston.1992. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Terjemahan Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk dari Essential of
Dental Caries (1992). Jakarta: EGC
Herawati, H., Sukma, N., Utami, R.D., 2015, Relationship Between Decidous Teeth
Premature Loss and Malocclusion Incidence In Elementary School in Cimahi, Journal of
Medicine and Health, 1 (2) : 156-169.
Alexander, A.S., Askari, M., Lewis, P., 2015, The Premature Loss of Primary First Molars:
Space Loss to Molar Occlusal Relationship and Facial Patterns, Angle Orthodontist, 85
(2) : 218-223.
Carvalho, T.M., Miranda, A.F., 2017, Preventive Orthodontics : Space Maintainer in The
Early Loss of Deciduous Tooth – Clinical Case Report
14