Anda di halaman 1dari 24

Presentasi kasus

KWASHIORKOR KONDISI V+ ISK

Penyaji:
Nancy Lady Libra, S.Ked
Vika Puspa Pratiwi, S.Ked
Nurul Iswahyuni, S.Ked

Oponen:
Yudhie Tanta, S.Ked Miliyandra, S.Ked
Noer Triyanto Rusli, S.Ked Hendi Fitriayadi Z, S.Ked
Warisman Lahagu, S.Ked Nyimas Fatimah, S.Ked
Sartika Sadikin, S.Ked Rika Fitri, S.Ked
Ella Amalia, S.Ked Chandra Bobby, S.Ked
Subandrate, S.Ked Kartini Wulan, S.Ked
Yuliana, S.Ked Zaraihah Mohd. Fisal, S.Ked
Devy Rosalina, S.Ked Yulfitro Manurung, S.Ked
Julius Parlin, S.Ked Sari Indriani, S.Ked
Christin, S.Ked Idea Malik, S.Ked
Kristina L. Aulia, S.Ked M. Fahri, S.Ked
Muammar Riyandi, S.Ked Hanina, S.Ked
Yuni Fitrianti, S.Ked Nathalia, S.Ked

Pembimbing:
Dr. H. M. Nazir H. Z., Sp.A(K)

Departemen Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang
2008

1
Halaman Pengesahan

Judul Presentasi Kasus : KKP

Disusun oleh :
Nancy Lady Libra, S.Ked 04013100078
Vika Puspa Pratiwi, S.Ked 04033100046
Nurul Iswahyuni, S.Ked 04033100092

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah
Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode 18 Agustus 2008 s.d 27 Oktober
2008.

Palembang, September 2008


Pembimbing

Dr. H. M. Nazir H. Z, Sp.A(K)

2
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
Nama : Bayi DRS
Umur / Tanggal Lahir : 1 tahun 8 bulan/ 26 Desember 2006
Jenis kelamin : Perempuan
Berat Badan : 7,9 kg
Tinggi Badan : 72 cm
Agama : Islam
Alamat : Gg. Cemara no.92 RT.3 Plaju SU II Palembang
Kebangsaan : Indonesia
MRS : 25 Agustus 2008

B. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, 25 Agustus 2008)
Keluhan Utama : Bengkak pada seluruh tubuh
Keluhan Tambahan : Tidak mau makan

Riwayat Perjalanan Penyakit


Sejak ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kedua kaki dan tangan
penderita mulai terlihat bengkak. Bengkak timbul sepanjang hari. Bengkak
semakin lama semakin besar. Sesak nafas pada saat beraktivitas dan berkurang
pada saat istirahat tidak ada. Ibu penderita juga mengeluhkan perut kembung
disertai nafsu makan yang menurun, 1-2 sendok tiap kali makan, mual tidak ada,
muntah tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa, demam tidak ada,
batuk pilek ada. 2 hingga 3 hari kemudian, buang air besar penderita lunak dan
disertai air, ampas lebih banyak dari air, frekuensi 1-2 kali per hari. lendir tidak
ada, darah tidak ada.

3
Sejak ±1 minggu sebelum masuk rumah sakit, bengkak pada kedua kaki
dan tangan makin meluas hingga ke seluruh tubuh. BAB tidak ada, BAK
biasa.Batuk pilek ada, demam tidak ada. Penderita lalu dibawa ke RSMH dan
dirawat di bagian anak RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat BAK warna merah disangkal.
Riwayat kontak dengan penderita TB tidak jelas.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Ibu penderita mengaku sering batuk berdahak.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Masa kehamilan : Cukup bulan
Partus : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Tanggal : 26 Desember 2006
Berat badan lahir : 3300 gram
Panjang badan lahir : 49 cm
Keadaan saat lahir : Langsung menangis

Riwayat Makanan
ASI : sejak lahir sampai sekarang penderita masih mendapat ASI,
sesuai kemauan. Ibu penderita juga memberikan susu formula
sejak umur tiga hari hingga enam bulan tetapi susu formula
yang dibuat perbandingannya lebih banyak air daripada susu
(1 sendok susu dalam 120cc air), pemberian 2-3 kali sehari.

4
Bubur susu : penderita diberikan bubur promina pada usia 4 bulan. satu
kali sehari banyaknya 2-3 sendok..
Nasi tim :-
Nasi : Ibu penderita mulai memberikan nasi sejak usia 9 bulan
sampai sekarang. Banyaknya nasi setengah mangkok kecil,
frekuensi tiga kali sehari. Lauk yang diberikan ikan hampir
setiap hari. Terkadang hanya makan ikan atau telur tidak
disertai nasi.

Riwayat Perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 4 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Kesan : Perkembangan motorik dalam batas normal

Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali, scar + (pada lengan kanan)
DPT :-
Polio :-
Hepatitis B :-
Campak :-
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Ayah penderita
berumur 45 tahun dengan pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai penarik
becak. Ibu penderita berusia 31 tahun, pendidikan terakhir SD, dan tidak bekerja.
Secara ekonomi, keluarga penderita tergolong kurang mampu.

5
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 25 Agustus 2008
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 138 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 36,5 °c
Berat Badan : 7,9 kg
Tinggi Badan : 72 cm
Lingkar Kepala : 46 cm
Lingkar lengan atas : 10,5 cm
Status Gizi: BB/U : 7,9/11,4 x 100% = 69,29%
TB/U : 72/82,5 x 100% = 87,27%
BB/TB : 7,9/8,8 x 100% = 89,77%
Kesan : BB/U > 60 % disertai edema
: Kwashiorkor

Keadaan Spesifik
 Kulit : hipopigmentasi dan hiperpigmentasi
 Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris, UUB membonjol tidak ada
Rambut : Coklat kemerahan, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : tidak cekung, Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.
Hidung : Bentuk biasa, epistaksis tidak ada, sekret ada, napas cuping
hidung tidak ada.

6
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
 Thorak
Paru-paru
 Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Thrill tidak teraba
 Auskultasi : HR: 138 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Cembung
 Palpasi : Lemas, hepar teraba ¼-¼ kenyal rata tepi
tajam, cubitan kulit perut cepat kembali
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)
 Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-),
Pemeriksaan Neurologis
 Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal

7
Reflek patologis - - - -

 Fungsi sensorik : Dalam batas normal


 Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal
 GRM : Kaku kuduk tidak ada

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
25 Agustus 2008:
DarahHb : 11,6 Kreatinin : 0,4 mg/dl
g/dl Protein total : 6,2 mg/dl
Ht : 33 vol% Albumin : 1,6 g/dl
Leukosit : 23600/mm3 Globulin : 1,6 g/dl
LED : 15 mm/jam SGOT : 52 U/I
Trombosit : 262.000/mm3
SGPT : 37U/I
Hitung jenis : 0/1/0/53/43/3
Natrium : 137 mmol/l
BSS : 73 mg/dl
Kalium : 2,1 mmol
Kolesterol total : 79 mg/dl
LFG : 99
Trigliserida : 271 mg/dl
CRP : Positif
Uric acid : 2,4 mg/dl
ASTO : Negati
Ureum : 6 mg/dl
f
Urinalisa Glukosa : Negatif
Bakteri : ++ Feses
Sel epitel :+ Makros : Kuning
Leukosit : 5-10/ LPB Konsistensi : Lunak
Eritrosit : 0-1 / LPB Amuba : Negatif
Kristal dan silinder: Negatif Eritrosit : 0-1
Protein : Negatif Leukosit : 0-1

8
Bakteri : ++ Telur cacing : Jamur (+
)
E. DIAGNOSIS KERJA
 Kwashiorkor kondisi V + Tersangka ISK

F. PENATALAKSANAAN
 D10% 50 cc p.o
 2 jam I : F.75 12 cc/30 menit
 10 jam II: F.75 12 × 65cc
 Kotrimoksazol 2×1 cth
 Vit A 200.000 SI
 Vit C 1×40 mg
 As. Folat 5 mg

G. RENCANA PEMERIKSAAN
Rontgen toraks
Mantoux test
Kultur urin
Kultur darah

H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

I. FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
26-8-2008
S : Keluhan : Bengkak di kedua kaki

9
O : Sense : CM
N : 130x/menit RR : 32x/menit T : 37,0oC
BB: 7900 gr
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 130x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-) gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar teraba
¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien tidak teraba,
cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : edema, akral dingin tidak ada
A : Kwasiorkor kondisi V + tersangka ISK
P: - F 75 12 × 65 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Kotrimoksazol 2 × 1 cth
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
- As. Folat 1 × 1 mg

27-8-2008 - Kultur urin

S : Keluhan : Bengkak mulai berkurang,

O : Sense : CM
N : 144x/menit RR : 32x/menit T : 36,5oC
BB: 7800 gram

10
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 126x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar teraba
hepar teraba ¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien
tidak teraba, cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin tidak ada
A : Kwashiorkor kondisi V + Tersangka ISK
P: - F 75 12 × 65 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Kotrimoksazol 2 × 1 cth
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
- As. Folat 1 × 1 mg

Pemeriksaan Laboratorium pada 27 Agustus 2008


Darah Rutin
Hb : 11,3 g/dl
Ht : 34 vol%
Leukosit : 11.200/mm3
LED : 15 mm/jam
28-08-08 Trombosit : 392.000/mm3
Hitung jenis : 0/0/0/52/48/0

11
S : Keluhan : Bengkak mulai berkurang, BAB cair frekuensi 2X

O : Sense : CM
N : 138x/menit RR : 36x/menit T : 36,8oC
BB : 7800 gram
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 138x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar teraba
¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien tidak teraba,
cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin tidak ada
A : Kwashiorkor kondisi V + ISK
P: - F 75 12 × 65 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Kotrimoksazol 2 × 1 cth
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
- As. Folat 1 × 1 mg
- Resomal 50 cc jika BAB cair

Hasil kultur urin pada tanggal 28 Agustus 2008


Kultur Urin
Gram (-), Basil (+)
Leuko : 15-20/LPB

12
Epitel : 1-2/LPB
E. coli : ≥ 100.000/cc
Hasil uji sensitifitas
Sensitif terhadap: amikasin, gentamisin, nitrofurantoin, Asam
nalidixic, imipenem
Mantoux Test
Hasil : Negatif
30-8-2008
S : Keluhan : Bengkak mulai berkurang, BAB cair frekuensi 1X

O : Sense : CM
N : 124 x/menit RR : 24 x/menit T : 36,5oC
BB : 7700 gram
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 138x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar hepar
teraba ¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien tidak
teraba, cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin tidak ada
A : Kwashiorkor kondisi V + ISK
P: - F 75 8 × 105 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Gentamisin 2 X 15 mg
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab

13
- As. Folat 1 × 1 mg
- Resomal 50 cc jika BAB cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

KWASHIORKOR
Definisi
Kwashiorkor merupakan 1 dari 3 bentuk KEP berat. Kwashiorkor ditandai
dengan adanya KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit
lain. Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi protein yang terutama dijumpai pada
golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa disapih dan pada masa anak prasekolah
yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak memerlukan
protein untuk tumbuh.

Epidemiologi
Data terkini dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana DKI Jakarta
menyebutkan hingga Agustus 2006 tercatat 9253 anak balita yang berat badannya
dibawah garis merah atau gizi buruk (Kompas 5 Agustus 2006).
Data UNICEF tahun 1999 menunjukkan 10-12 juta (50-69,7 %) anaka balita
di Indonesia(4 juta diantaranya dibawah 1 tahun) berstatus gizi sangat buruk dan
mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian
anak. Setiap tahun diperkirakan 7 % anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa)
meninggal, dan 60 % diantaranya (170.000) karena gizi buruk. Dari seluruh anak usia
4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang
berada dalam kondisi kurang gizi.

Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi.

14
Tujuan pemberian makanan adalah
 Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara
kesehatan, memulihkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan.
 Mendidik kebiasaan baik tentang makan.

Penilaian status gizi


Penilaian status gizi dilakukan secara :
1. Antropometri (ukuran tubuh manusia)
Pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur/gizi.
 Gizi buruk : < -3 SD
 Gizi kurang : ≥ -3 SD - < 2 SD
 Gizi baik : - 2 SD - + 2 SD
 Gizi Lebih : ≥ + 2 SD
2. Klinis
Secara klinis penilaian status gizi dapat dibagi
 Gizi buruk : Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh.
 Gizi kurang : Tampak kurus
 Gizi baik : Tampak sehat
 Gizi lebih : Tampak gemuk

Patofisiologi kwashiorkor
Pada kwashiorkor yang klasik, ganguan metabolik dan perubahan sel
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kelainan ini merupakan gejala yang
mencolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang
cukup dalam dietnya.

15
Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan
berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Dan oleh karena dalam
diet terdapat cukup karbohidrat,maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian
asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan kurangnya pembentukan
albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein-beta
sehingga transpor lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu akibatnya terjadi
akumulasi lemak dalam hepar.

Gejala Klinis
 Pertumbuhan yang terganggu
Selain berat badan, tinggi badan juga kurang bila dibandingkan dengan anak
sehat.
 Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat.Umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki ( dorsum pedis). Wajah
membulat dan sembab.
 Perubahan mental
Biasanya penderita cengeng, rewel dan bila sampai pada stadium lanjut menjadi
apatis.
 Perubahan rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (tekstur), maupun
warnanya. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut penderita akan
tampak kusam, kering, halus, jarang dan berubah warnanya menjadi putih.
Perubahan bangun rambut kelopak mata tidak begitu nyata, bahkan sering bulu
mata menjadi lebih panjang.

16
 Kelainan kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian penderita ditemukan Crazy pavement dermatosis berupa bercak merah
muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas.Lokasinya pada daerah yang sering mendapat tekanan terus menerus
dan disertai kelembaban keringat atau ekskreta seperti pada bokong, fossa
poplitea, lutut, buku kaki, paha dan lipat paha. Kadang kadang dijumpai petekie
yang merupakan tanda prognosis buruk.
 Pembesaran hati
Batas hati dapat teraba setinggi pusat. Hati yang dapat diraba umunya kenyal,
permukaan licin dan pinggir tajam. Biasanya pada hati yang membesar ini terjadi
perlemakan yang hebat.
 Perubahan pada otot
Otot menjadi kecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk.
 Gejala gastrointestinal
Anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan
usus.
 Anemia
Jenis anemia pada kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom. Dapat
disebabkan hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan oleh infeksi dan
defisiensi protein yang menahun. Selain itu defisiensi besi, defisiensi faktor hati,
kerusakan hati, defisiensi vitamin B kompleks dan insufisiensi hormon.

Tanda bahaya dan tanda penting pada anak gizi buruk


Tanda bahaya dan Kondisi
I II III IV V
Tanda penting

17
Renjatan (syok) Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Letargis(tidak sadar) Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada
Muntah/diare/dehadrasi Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada

Penatalaksanaan
Dibagi dalam fase :
1. Fase Stabilisasi (terdiri dari stabilisasi awal dan lanjutan)
2. Fase Transisi
3. Fase Rehabilitasi
4. Fase Tindak lanjut
Sepuluh langkah penting dalam tatalaksana KEP berat / gizi buruk. :
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
 Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan
memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali
 Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum)
berikan air gula dan sendok
 Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan
glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten
2. Mencegah dan mengatasi hipotermia
Pengukuran suhu tubuh anak pada rektal (bukan ketiak) dilakukan setiap setengah
jam sekali, bila suhu tubuh dibawah 36 o, hangatkan anak dengan pakaian atau
selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan
gunakan botol air panas) atau peluka anak didada ibu, selimuti.
3. Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
Dengan tanda klinis : ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata
cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil
dalam waktu cukup lama.
 Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah
jam sekali tanpa berhenti.

18
 Jika anak masih dapat minum,beri minum 50 ml (3 sendok makan)
setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP
disebut ReSoMal.
 Jika tidaka ada ReSoMal dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2
kali.
 Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena Ringer
Laktat/Glukosa 5 %
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium walaupun kadar Na plasma
rendah. Defisiensi Kalium dan Magnesium sering terjadi dan paling sedikit perlu
2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya
edema. Berikan tambahan K 2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300 mg KCL/kgBB/hari)
dan tambahan Mg 0,3 – 0,6 mEq/kgBB/hari .Tambahan K dan MG dapat
disiapkan dalam bentuk cairan dan ditambahkan langsung pada makanan.
5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Antibiotik spektrum luas dengan pilihan
 Bila tanpa, kotrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2xsehari
selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg) atau
 Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi
(hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing)
beri ampicilin 50 mg/kgBB/IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian
secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap8 jam selama 5 hari. Bila
amoksisilin tidak ada teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam per oral.
6. Koreksi defisiensi zat gizi mikro.
7. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
8. Lakukan penanggulangan zat gizi mikro
Jangan tergesa gesa memberikan preparat besi krarena pemberian besi pada masa
stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.

19
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional.
Pada anak dengan gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku, karenanya harus diberikan :
 Kasih sayang
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
 Lakukan terapi bermain terstrukur selama 15-30 menit/ hari
 Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
 Tingkatkan keterlibatan ibu (memberikan makanan, memandikan,
bermain)
10. Persiapan untuk tindak lanjut dirumah
Bila gejala klinis dan BB/TB ≥ - 2 SD, dapat dikatakan anak sembuh. Pola
pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien pulang.
Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu :
1. DefisiensiVitamin A, seperti koreksi defisiensi nutrienmikro
2. Dermatosis
3. Parasit/cacing,
4. Diare melanjut
5. Tuberkulosis, obati sesuai dengan pedoman TB.
Bila pasien puleng sebelum rehabilitasi tuntas (BB/U ≥ 80 % atau BB/TB ≥ 90 %, di
rumah harus sering diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hari) dan tinggi
protein (4 g/kgBB/hari) :
 Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein), paling
sedikit 5 kali sehari
 Beri makanan selingan diantara makanan utama
 Upayakan makanan selalu dihabiskan
 Beri suplementasi vitamin, mineral dan elektrolit
 Teruskan ASI

20
Kegagalan pengobatan tercermin pada :
1. Tingginya angka kematian
Bila mortalitas > 5 % , perhatikan apakah kematian terjadi pada :
 Dalam 24 jam : kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis
terlambat atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
 Dalam 72 jam : cek apakah volume formula terlalu banyakatau
pemilihan formula tidak tepat
 Malam hari : kemungkinan hipotermia karena selimut kurang
memadai, tidak diberi makan
2. Kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
Penilaian kenaikan BB :
 Baik : > 10 g/kgBB/hari
 Sedang : 5-10 g/kgBB/hari
 Berat : < 5g/kgBB/hari

21
BAB III
ANALISIS KASUS

Seorang anak perempuan berusia 1 tahun 8 bulan datang dengan keluhan


utama bengkak seluruh tubuh serta keluhan tambahan tidak mau makan. Dari
anamnesa didapatkan ± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, kedua kaki dan tangan
penderita mulai terlihat bengkak. Bengkak semakin lama semakin besar. Keluhan
perut kembung disertai nafsu makan yang menurun, 1-2 sendok tiap kali makan, mual
tidak ada, muntah tidak ada. Buang air besar dan buang air kecil biasa, demam tidak
ada, batuk pilek ada. 2 hingga 3 hari kemudian, buang air besar penderita lunak dan
disertai air, ampas lebih banyak dari air, lendir tidak ada, darah tidak ada. ±1 minggu
sebelum masuk rumah sakit, bengkak pada kedua kaki dan tangan makin meluas
hingga ke seluruh tubuh. BAB tidak ada, BAK biasa. Batuk pilek ada, demam tidak
ada. Penderita lalu dibawa ke RSMH dan dirawat di bagian anak RSMH.
Dari pemeriksan fisik didapatkan kesadaran composmentis, nadi 138 x/menit
dengan isi dan tegangan cukup, pernafasan 30 x/ menit, suhu 36,5 °c, berat badan 7,8
kg, tinggi badan 72 cm. Pada pemeriksaan khusus didapatkan rambut coklat
kemerahan, lurus dan tidak mudah dicabut, perut tampak cembung, lemas serta hepar
teraba ¼-¼ kenyal rata tepi tajam dan lien tidak teraba, ada edema pada ekstremitas
superior dan inferior. Berdasarkan pemeriksaan diatas didapatkan gambaran penderita
kurus dan edema pada punggung tangan dan kaki ditambah lagi pada pemeriksaan
antropometri BB/U > 60 % disertai edema.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis (23600/mm 3 dan
peningkatan LED (15 mm/jam) disertai CRP yang positif sehingga dicurigai adanya
proses infeksi. Ditemukan juga peningkatan trigliserida (271 mg/dl) dan nilai albumin
yang rendah (1,6 g/dl) diikuti juga dengan nilai globulin yang rendah (1,6 g/dl). Nilai
albumin yang rendah ini menyebabkan terjadinya edema. Dari hasil pemeriksaan urin

22
didapatkan bakteri ++ dan leukosit 5-10 /LPB. Dari hasil pemeriksaan tersebut
dicurigai adanya infeksi saluran kemih dan untuk memastikan dilakukan kultur urin
dan hasilnya ditemukan bakteri E.coli ≥ 10.000/cc sehingga dapat didiagnosa suatu
infeksi saluran kemih.
Dengan demikian diagnosis penderita ini adalah kwashiorkor kondisi V +
Infeksi salurah kemih. Maka penatalaksanaan pada penderita ini adalah D10% 50 cc
p.o, 2 jam I : F.75 12 cc/30 menit, 10 jam II: F.75 12 × 65cc, gentamisin 2 x 15 mg,
Vit A 200.000 SI, Vit C 1×40 mg, As. Folat 5 mg.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Pola Asuh dalam Hubungan Gizi Anak Balita dari Pekerjaan,
Pendapatan dan Pengeluaran Orang tua di Daerah Sulawesi Selatan.
http://astaqauliyah.com
2. Sudarwanto,W.Gizi Buruk Tidak Selalu Tidak Mampu. Dikutip dari
http://avaianflutidakseindahnamanya.blogspot.com
3. Gendeng,A. Gizi Buruk pada Anak. Dikutip dari
www.aofle.com/index
4. Buku Bagian Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.2006
5. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Balai
Penerbit FKUI.Jakarta1985
6. Mansjoer, A dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
FKUI.Jakarta.2000

24

Anda mungkin juga menyukai