Penyaji:
Nancy Lady Libra, S.Ked
Vika Puspa Pratiwi, S.Ked
Nurul Iswahyuni, S.Ked
Oponen:
Yudhie Tanta, S.Ked Miliyandra, S.Ked
Noer Triyanto Rusli, S.Ked Hendi Fitriayadi Z, S.Ked
Warisman Lahagu, S.Ked Nyimas Fatimah, S.Ked
Sartika Sadikin, S.Ked Rika Fitri, S.Ked
Ella Amalia, S.Ked Chandra Bobby, S.Ked
Subandrate, S.Ked Kartini Wulan, S.Ked
Yuliana, S.Ked Zaraihah Mohd. Fisal, S.Ked
Devy Rosalina, S.Ked Yulfitro Manurung, S.Ked
Julius Parlin, S.Ked Sari Indriani, S.Ked
Christin, S.Ked Idea Malik, S.Ked
Kristina L. Aulia, S.Ked M. Fahri, S.Ked
Muammar Riyandi, S.Ked Hanina, S.Ked
Yuni Fitrianti, S.Ked Nathalia, S.Ked
Pembimbing:
Dr. H. M. Nazir H. Z., Sp.A(K)
1
Halaman Pengesahan
Disusun oleh :
Nancy Lady Libra, S.Ked 04013100078
Vika Puspa Pratiwi, S.Ked 04033100046
Nurul Iswahyuni, S.Ked 04033100092
Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah
Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode 18 Agustus 2008 s.d 27 Oktober
2008.
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI
Nama : Bayi DRS
Umur / Tanggal Lahir : 1 tahun 8 bulan/ 26 Desember 2006
Jenis kelamin : Perempuan
Berat Badan : 7,9 kg
Tinggi Badan : 72 cm
Agama : Islam
Alamat : Gg. Cemara no.92 RT.3 Plaju SU II Palembang
Kebangsaan : Indonesia
MRS : 25 Agustus 2008
B. ANAMNESIS
(alloanamnesis dengan ibu penderita, 25 Agustus 2008)
Keluhan Utama : Bengkak pada seluruh tubuh
Keluhan Tambahan : Tidak mau makan
3
Sejak ±1 minggu sebelum masuk rumah sakit, bengkak pada kedua kaki
dan tangan makin meluas hingga ke seluruh tubuh. BAB tidak ada, BAK
biasa.Batuk pilek ada, demam tidak ada. Penderita lalu dibawa ke RSMH dan
dirawat di bagian anak RSMH.
Riwayat Makanan
ASI : sejak lahir sampai sekarang penderita masih mendapat ASI,
sesuai kemauan. Ibu penderita juga memberikan susu formula
sejak umur tiga hari hingga enam bulan tetapi susu formula
yang dibuat perbandingannya lebih banyak air daripada susu
(1 sendok susu dalam 120cc air), pemberian 2-3 kali sehari.
4
Bubur susu : penderita diberikan bubur promina pada usia 4 bulan. satu
kali sehari banyaknya 2-3 sendok..
Nasi tim :-
Nasi : Ibu penderita mulai memberikan nasi sejak usia 9 bulan
sampai sekarang. Banyaknya nasi setengah mangkok kecil,
frekuensi tiga kali sehari. Lauk yang diberikan ikan hampir
setiap hari. Terkadang hanya makan ikan atau telur tidak
disertai nasi.
Riwayat Perkembangan
Tengkurap : 3 bulan
Duduk : 4 bulan
Merangkak : 9 bulan
Berjalan : 12 bulan
Kesan : Perkembangan motorik dalam batas normal
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali, scar + (pada lengan kanan)
DPT :-
Polio :-
Hepatitis B :-
Campak :-
Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap
5
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 25 Agustus 2008
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 138 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 36,5 °c
Berat Badan : 7,9 kg
Tinggi Badan : 72 cm
Lingkar Kepala : 46 cm
Lingkar lengan atas : 10,5 cm
Status Gizi: BB/U : 7,9/11,4 x 100% = 69,29%
TB/U : 72/82,5 x 100% = 87,27%
BB/TB : 7,9/8,8 x 100% = 89,77%
Kesan : BB/U > 60 % disertai edema
: Kwashiorkor
Keadaan Spesifik
Kulit : hipopigmentasi dan hiperpigmentasi
Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris, UUB membonjol tidak ada
Rambut : Coklat kemerahan, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : tidak cekung, Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada.
Hidung : Bentuk biasa, epistaksis tidak ada, sekret ada, napas cuping
hidung tidak ada.
6
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Auskultasi : HR: 138 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Lemas, hepar teraba ¼-¼ kenyal rata tepi
tajam, cubitan kulit perut cepat kembali
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)
Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-),
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Lengan Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal
7
Reflek patologis - - - -
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
25 Agustus 2008:
DarahHb : 11,6 Kreatinin : 0,4 mg/dl
g/dl Protein total : 6,2 mg/dl
Ht : 33 vol% Albumin : 1,6 g/dl
Leukosit : 23600/mm3 Globulin : 1,6 g/dl
LED : 15 mm/jam SGOT : 52 U/I
Trombosit : 262.000/mm3
SGPT : 37U/I
Hitung jenis : 0/1/0/53/43/3
Natrium : 137 mmol/l
BSS : 73 mg/dl
Kalium : 2,1 mmol
Kolesterol total : 79 mg/dl
LFG : 99
Trigliserida : 271 mg/dl
CRP : Positif
Uric acid : 2,4 mg/dl
ASTO : Negati
Ureum : 6 mg/dl
f
Urinalisa Glukosa : Negatif
Bakteri : ++ Feses
Sel epitel :+ Makros : Kuning
Leukosit : 5-10/ LPB Konsistensi : Lunak
Eritrosit : 0-1 / LPB Amuba : Negatif
Kristal dan silinder: Negatif Eritrosit : 0-1
Protein : Negatif Leukosit : 0-1
8
Bakteri : ++ Telur cacing : Jamur (+
)
E. DIAGNOSIS KERJA
Kwashiorkor kondisi V + Tersangka ISK
F. PENATALAKSANAAN
D10% 50 cc p.o
2 jam I : F.75 12 cc/30 menit
10 jam II: F.75 12 × 65cc
Kotrimoksazol 2×1 cth
Vit A 200.000 SI
Vit C 1×40 mg
As. Folat 5 mg
G. RENCANA PEMERIKSAAN
Rontgen toraks
Mantoux test
Kultur urin
Kultur darah
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
I. FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
26-8-2008
S : Keluhan : Bengkak di kedua kaki
9
O : Sense : CM
N : 130x/menit RR : 32x/menit T : 37,0oC
BB: 7900 gr
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 130x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-) gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar teraba
¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien tidak teraba,
cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : edema, akral dingin tidak ada
A : Kwasiorkor kondisi V + tersangka ISK
P: - F 75 12 × 65 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Kotrimoksazol 2 × 1 cth
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
- As. Folat 1 × 1 mg
O : Sense : CM
N : 144x/menit RR : 32x/menit T : 36,5oC
BB: 7800 gram
10
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 126x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar teraba
hepar teraba ¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien
tidak teraba, cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin tidak ada
A : Kwashiorkor kondisi V + Tersangka ISK
P: - F 75 12 × 65 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Kotrimoksazol 2 × 1 cth
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
- As. Folat 1 × 1 mg
11
S : Keluhan : Bengkak mulai berkurang, BAB cair frekuensi 2X
O : Sense : CM
N : 138x/menit RR : 36x/menit T : 36,8oC
BB : 7800 gram
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 138x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar teraba
¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien tidak teraba,
cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin tidak ada
A : Kwashiorkor kondisi V + ISK
P: - F 75 12 × 65 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Kotrimoksazol 2 × 1 cth
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
- As. Folat 1 × 1 mg
- Resomal 50 cc jika BAB cair
12
Epitel : 1-2/LPB
E. coli : ≥ 100.000/cc
Hasil uji sensitifitas
Sensitif terhadap: amikasin, gentamisin, nitrofurantoin, Asam
nalidixic, imipenem
Mantoux Test
Hasil : Negatif
30-8-2008
S : Keluhan : Bengkak mulai berkurang, BAB cair frekuensi 1X
O : Sense : CM
N : 124 x/menit RR : 24 x/menit T : 36,5oC
BB : 7700 gram
Kulit : turgor normal
Kepala : UUB cekung (-), mata cekung (-), air mata +/+,
mukosa bibir kering (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : HR = 138x/menit, BJ I dan II normal, murmur
(-), gallop (-)
Abdomen : cembung, lemas, BU (+) normal, hepar hepar
teraba ¼-¼ kenyal, rata, tepi tajam, lien tidak
teraba, cubitan kulit perut kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin tidak ada
A : Kwashiorkor kondisi V + ISK
P: - F 75 8 × 105 cc + elekmin @ 1,5 cc
- Gentamisin 2 X 15 mg
- Vit C 1 × 40 mg
- Vit Bcomplex 3 × 1 tab
13
- As. Folat 1 × 1 mg
- Resomal 50 cc jika BAB cair
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KWASHIORKOR
Definisi
Kwashiorkor merupakan 1 dari 3 bentuk KEP berat. Kwashiorkor ditandai
dengan adanya KEP ringan atau sedang disertai edema yang bukan karena penyakit
lain. Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi protein yang terutama dijumpai pada
golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa disapih dan pada masa anak prasekolah
yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih banyak memerlukan
protein untuk tumbuh.
Epidemiologi
Data terkini dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana DKI Jakarta
menyebutkan hingga Agustus 2006 tercatat 9253 anak balita yang berat badannya
dibawah garis merah atau gizi buruk (Kompas 5 Agustus 2006).
Data UNICEF tahun 1999 menunjukkan 10-12 juta (50-69,7 %) anaka balita
di Indonesia(4 juta diantaranya dibawah 1 tahun) berstatus gizi sangat buruk dan
mengakibatkan kematian, malnutrisi berkelanjutan meningkatkan angka kematian
anak. Setiap tahun diperkirakan 7 % anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa)
meninggal, dan 60 % diantaranya (170.000) karena gizi buruk. Dari seluruh anak usia
4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang
berada dalam kondisi kurang gizi.
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi.
14
Tujuan pemberian makanan adalah
Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara
kesehatan, memulihkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan.
Mendidik kebiasaan baik tentang makan.
Patofisiologi kwashiorkor
Pada kwashiorkor yang klasik, ganguan metabolik dan perubahan sel
menyebabkan edema dan perlemakan hati. Kelainan ini merupakan gejala yang
mencolok. Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang
cukup dalam dietnya.
15
Namun kekurangan protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan
berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis. Dan oleh karena dalam
diet terdapat cukup karbohidrat,maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian
asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan kurangnya pembentukan
albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul edema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipoprotein-beta
sehingga transpor lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu akibatnya terjadi
akumulasi lemak dalam hepar.
Gejala Klinis
Pertumbuhan yang terganggu
Selain berat badan, tinggi badan juga kurang bila dibandingkan dengan anak
sehat.
Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun
berat.Umumnya seluruh tubuh dan terutama pada kaki ( dorsum pedis). Wajah
membulat dan sembab.
Perubahan mental
Biasanya penderita cengeng, rewel dan bila sampai pada stadium lanjut menjadi
apatis.
Perubahan rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (tekstur), maupun
warnanya. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut penderita akan
tampak kusam, kering, halus, jarang dan berubah warnanya menjadi putih.
Perubahan bangun rambut kelopak mata tidak begitu nyata, bahkan sering bulu
mata menjadi lebih panjang.
16
Kelainan kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian penderita ditemukan Crazy pavement dermatosis berupa bercak merah
muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas.Lokasinya pada daerah yang sering mendapat tekanan terus menerus
dan disertai kelembaban keringat atau ekskreta seperti pada bokong, fossa
poplitea, lutut, buku kaki, paha dan lipat paha. Kadang kadang dijumpai petekie
yang merupakan tanda prognosis buruk.
Pembesaran hati
Batas hati dapat teraba setinggi pusat. Hati yang dapat diraba umunya kenyal,
permukaan licin dan pinggir tajam. Biasanya pada hati yang membesar ini terjadi
perlemakan yang hebat.
Perubahan pada otot
Otot menjadi kecil (hipotrofi), lebih nyata diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk.
Gejala gastrointestinal
Anoreksia dan diare. Hal ini mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas dan
usus.
Anemia
Jenis anemia pada kwashiorkor yang terbanyak normositik normokrom. Dapat
disebabkan hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan oleh infeksi dan
defisiensi protein yang menahun. Selain itu defisiensi besi, defisiensi faktor hati,
kerusakan hati, defisiensi vitamin B kompleks dan insufisiensi hormon.
17
Renjatan (syok) Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Letargis(tidak sadar) Ada Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada
Muntah/diare/dehadrasi Ada Ada Ada Tidak Ada Tidak Ada
Penatalaksanaan
Dibagi dalam fase :
1. Fase Stabilisasi (terdiri dari stabilisasi awal dan lanjutan)
2. Fase Transisi
3. Fase Rehabilitasi
4. Fase Tindak lanjut
Sepuluh langkah penting dalam tatalaksana KEP berat / gizi buruk. :
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan
memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali
Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat minum)
berikan air gula dan sendok
Jika anak mengalami gangguan kesadaran, berikan infus cairan
glukosa dan segera rujuk ke RSU kabupaten
2. Mencegah dan mengatasi hipotermia
Pengukuran suhu tubuh anak pada rektal (bukan ketiak) dilakukan setiap setengah
jam sekali, bila suhu tubuh dibawah 36 o, hangatkan anak dengan pakaian atau
selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan
gunakan botol air panas) atau peluka anak didada ibu, selimuti.
3. Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
Dengan tanda klinis : ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan, mata
cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak buang air kecil
dalam waktu cukup lama.
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah
jam sekali tanpa berhenti.
18
Jika anak masih dapat minum,beri minum 50 ml (3 sendok makan)
setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP
disebut ReSoMal.
Jika tidaka ada ReSoMal dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2
kali.
Jika anak tidak dapat minum, lakukan rehidrasi intravena Ringer
Laktat/Glukosa 5 %
4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium walaupun kadar Na plasma
rendah. Defisiensi Kalium dan Magnesium sering terjadi dan paling sedikit perlu
2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil pada terjadinya
edema. Berikan tambahan K 2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300 mg KCL/kgBB/hari)
dan tambahan Mg 0,3 – 0,6 mEq/kgBB/hari .Tambahan K dan MG dapat
disiapkan dalam bentuk cairan dan ditambahkan langsung pada makanan.
5. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi
Antibiotik spektrum luas dengan pilihan
Bila tanpa, kotrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara oral, 2xsehari
selama 5 hari (2,5 ml bila BB < 4 kg) atau
Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi
(hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, saluran nafas atau saluran kencing)
beri ampicilin 50 mg/kgBB/IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari, kemudian
secara oral amoksisilin 15 mg/kgBB setiap8 jam selama 5 hari. Bila
amoksisilin tidak ada teruskan ampisilin 50 mg/kgBB setiap 6 jam per oral.
6. Koreksi defisiensi zat gizi mikro.
7. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
8. Lakukan penanggulangan zat gizi mikro
Jangan tergesa gesa memberikan preparat besi krarena pemberian besi pada masa
stabilisasi dapat memperburuk keadaan infeksinya.
19
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional.
Pada anak dengan gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan
perilaku, karenanya harus diberikan :
Kasih sayang
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
Lakukan terapi bermain terstrukur selama 15-30 menit/ hari
Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
Tingkatkan keterlibatan ibu (memberikan makanan, memandikan,
bermain)
10. Persiapan untuk tindak lanjut dirumah
Bila gejala klinis dan BB/TB ≥ - 2 SD, dapat dikatakan anak sembuh. Pola
pemberian makanan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah
setelah pasien pulang.
Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu :
1. DefisiensiVitamin A, seperti koreksi defisiensi nutrienmikro
2. Dermatosis
3. Parasit/cacing,
4. Diare melanjut
5. Tuberkulosis, obati sesuai dengan pedoman TB.
Bila pasien puleng sebelum rehabilitasi tuntas (BB/U ≥ 80 % atau BB/TB ≥ 90 %, di
rumah harus sering diberi makanan tinggi energi (150 kkal/kgBB/hari) dan tinggi
protein (4 g/kgBB/hari) :
Beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein), paling
sedikit 5 kali sehari
Beri makanan selingan diantara makanan utama
Upayakan makanan selalu dihabiskan
Beri suplementasi vitamin, mineral dan elektrolit
Teruskan ASI
20
Kegagalan pengobatan tercermin pada :
1. Tingginya angka kematian
Bila mortalitas > 5 % , perhatikan apakah kematian terjadi pada :
Dalam 24 jam : kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis
terlambat atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
Dalam 72 jam : cek apakah volume formula terlalu banyakatau
pemilihan formula tidak tepat
Malam hari : kemungkinan hipotermia karena selimut kurang
memadai, tidak diberi makan
2. Kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi
Penilaian kenaikan BB :
Baik : > 10 g/kgBB/hari
Sedang : 5-10 g/kgBB/hari
Berat : < 5g/kgBB/hari
21
BAB III
ANALISIS KASUS
22
didapatkan bakteri ++ dan leukosit 5-10 /LPB. Dari hasil pemeriksaan tersebut
dicurigai adanya infeksi saluran kemih dan untuk memastikan dilakukan kultur urin
dan hasilnya ditemukan bakteri E.coli ≥ 10.000/cc sehingga dapat didiagnosa suatu
infeksi saluran kemih.
Dengan demikian diagnosis penderita ini adalah kwashiorkor kondisi V +
Infeksi salurah kemih. Maka penatalaksanaan pada penderita ini adalah D10% 50 cc
p.o, 2 jam I : F.75 12 cc/30 menit, 10 jam II: F.75 12 × 65cc, gentamisin 2 x 15 mg,
Vit A 200.000 SI, Vit C 1×40 mg, As. Folat 5 mg.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Pola Asuh dalam Hubungan Gizi Anak Balita dari Pekerjaan,
Pendapatan dan Pengeluaran Orang tua di Daerah Sulawesi Selatan.
http://astaqauliyah.com
2. Sudarwanto,W.Gizi Buruk Tidak Selalu Tidak Mampu. Dikutip dari
http://avaianflutidakseindahnamanya.blogspot.com
3. Gendeng,A. Gizi Buruk pada Anak. Dikutip dari
www.aofle.com/index
4. Buku Bagian Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.2006
5. Staf Pengajar IKA FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Balai
Penerbit FKUI.Jakarta1985
6. Mansjoer, A dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius
FKUI.Jakarta.2000
24