Anda di halaman 1dari 10

Nama : Abram Lordkhetsa Tarigan

NIM : 04084821719223

TUGAS

1. Apa yang dimaksud dengan white spot?


White spot adalah suatu daerah yang kepadatannya berkurang pada bagian bawah
permukaan enamel, sedangkan permukaan atas atau luar lapisan enamel masih utuh. Hal
ini disebabkan karena terjadi pelepasan ion kalsium dan fosfat dari prisma enamel.
White spot dibagi menjadi dua, yaitu white spot kering dan white spot basah.Pada white
spot kering dapat dilakukan inspeksi gigi dengan menggunakan chip blower/puspus untuk
mengeringkan gigi dan white spot basah dilakukan dengan inspeksi gigi tanpa
dikeringkan. Pada tahap ini, kerusakan masih bisa diatasi dengan memberikan aplikasi
fluor pada gigi.
2. Pengertian Karies dari D1-D6
Klasifikasi karies yang menggunakan D1-D6 adalah menggunakan pedoman ICDAS
(International Caries Detection and Assessment System). ICDAS mengklasifikasikan
karies berdasarkan tingkat keparahannya. Pembagian karies dari D1-D6 adalah:
a. 1 : perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat dengan cara
mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di gigi tersebut.
b. 2 : perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih pada
gigi, walau gigi masih dalam keadaan basah.
c. 3 : kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin (karies email).
d. 4 : terdapat bayangan dentin (tidak ada kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini
sudah menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (dentino-enamel
junction).
e. 5 : kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (karies sudah
mencapai dentin).
f. 6 : karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa).
3. Progresivitas Karies

plak Media yang baik Dekalsifikasi Iritasi pulpa Karies


untuk pertumbuhan superficialis
bakteri
enamel

Pulpitis akut Pelebaran pembuluh Karies media Hiperemia Menembus


darah di pulpa dan
iritasi sel-sel pulpa lapisan dentin
inflamasi

Inflamasi Pulpitis kronik Terus-menerus Gangren pulpa Kematian akar


resisten tidak diobati gigi

Abses Membesar dan granuloma Kompensasi


periapikal terjadi okulasi tubuh

4. Inervasi Gigi
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus
alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar
sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah
cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk
plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan
mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini
juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di
area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus
sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki
cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid,
terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan
memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa
individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament
periodontal.

5. Pengertian, tatalaksana, dan cara diagnosis dari :


a. Karies email
Karies email adalah karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan terluar
dan terkeras pada gigi), dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau
coklat pada enamel. Pemeriksaan gigi yang mengalami karies email dapat dilakukan
menggunakan sonde dan sonde tampak seperti menyangkut. Pasien belum merasakan
ngilu/sakit. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah remineralisasi dengan fluor,
konsul diet dan faktor risiko lain, serta aplikasi penutupan fissure.
b. Karies dentin
Karies dentin adalah perkembangan dari karies email yang sudah mencapai
pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa. Pemeriksaan menggunakan sonde dan
dirasakan menyangkut. Pasien sudah merasakan ngilu, karena pada dentin terdapat
tubulus-tubulus yang dapat menghantarkan rasa sakit/ngilu. Tatalaksana dari karies
dentin adalah pembuatan ragangan restorasi yang diinginkan, pertimbangan resistensi
dan retensi, pembuangan karies dentin dan penempatan restorasi, penyingkiran karies
dentin, penghalusaan bagian dalam kavitas, dan penghalusan tepi preparasi.
c. Iritasi pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan
sampai batas dentino enamel junction. Pada pemeriksaan dapat dilakukan inspeksi
yang menunjukkan adanya karies kecil. Dengan sonde tidak memberikan reaksi dan
tes thermis dengan chlor etil terasa ngilu. Tatalaksana yang dapat diberikan adalah
dilakukan penumpatan sesuai indikasi.
d. Hiperemia pulpa
Hiperemia pulpa adalah keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan, terjadi
peningkatan sirkulasi darah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam
pulpa. Pada hiperemia pulpa, dilakukan tes dengan chlor etil terasa ngilu, tes
menggunakan sonde terasa ngilu, sedangkan pada perkusi tidak ada rasa apa-apa.
Tatalaksana yang diberikan adalah penumpatan sesuai indikasi, bila karies sudah
mencapai profunda, maka dilakukan pulp capping.
e. Pulpitis reversibel
Pulpitis reversibel adalah keadaan dimana terjadinya inflamasi pada pulpa akibat jejas
yang dapat menimbulkan infeksi, namun pulpa masih mampu kembali pada keadaan
tidak terinflamasi setelah jejas ditiadakan. Diagnosis dapat ditegaskan oleh
pemeriksaan visual, taktil, termal, dan pemeriksaan radiograf. Pulpitis reversibel akut
berhasil dirawat dengan prosedur paliatif yaitu aplikasi semen seng oksida eugenol
sebagai tambalan sementara, rasa sakit akan hilat dalam beberapa hari. Bila sakit tetap
bertahan atau menjadi lebih buruk, maka lebih baik pulpa diekstirpasi. Bila restorasi
yang dibuat belum lama mempunyai titik kontak prematur, memperbaiki kontur yang
tinggi ini biasanya akan meringankan rasa sakit dan memungkinkan pulpa sembuh
kembali. Bila keadaan nyeri setelah preparasi kavitas atau pembersihan kavitas secara
kimiawi atau ada kebocoran restorasi, maka restorasi harus dibongkar dan aplikasi
semen seng oksida eugenol. Perawatan terbaik adalah pencegahan yaitu meletakkan
bahan protektif pulpa dibawah restorasi, hindari kebocoran mikro, kurangi trauma
oklusal bila ada, buat kontur yang baik pada restorasi dan hindari melakukan injuri
pada pulpa dengan panas yang berlebihan sewaktu mempreparasi atau memoles
restorasi amalgam.
f. Pulpitis irreversibel
Pulpitis irreversibel adalah suatu infeksi jaringan pulpa yang merupakan proses lanjut
dari karies yang bersifat kronis yang akan berakhir dengan nekrosis. Diagnosa dapat
ditegakkan melalui beberapa cara, yaitu:
Anamnesa: ditemukan rasa nyeri spontan yang berkepanjangan serta menyebar.
Gejala Subyektif: nyeri tajam (panas, dingin), spontan (tanpa ada rangsangan sakit),
nyeri lama sampai berjam-jam.
Gejala Obyektif: karies profunda, kadang-kadang profunda perforasi, perkusi dan
tekan kadang-kadang ada keluhan.
Tes vitalitas: peka pada uji vitalitas dengan dingin, sehingga keadaan gigi dinyatakan
vital.
Perawatan gigi pada pulpitis irreversibel dilakukan dengan pulpektomi. Pulpektomi
adalah pembuangan seluruh jaringan nekrotik pada ruang pulpa dan saluran akar
diikuti pengisian saluran akar dengan bahan semen yang dapat diresorbsi.
g. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya. Gigi ditemukan
sudah berubah warna menjadi abu-abu kehitaman, terdapat lubang gigi yang dalam.
Saat dilakukan sondenasi tidak ada rasa apa-apa dan tidak sakit. Ketika sudah sampai
tahap nekrosis pulpa, dapat dilakukan perawatan saluran akar pada gigi nekrosis
h. Periodontitis
Periodontitis adalah peradangan pada jaringan yang menyelimuti gigi dan akar gigi.
Pada pemeriksaan ditemukan gusi bengkak, merah dan keluar nanah atau darah
diantara gusi dan gigi dan gusi terasa nyeri. Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu
scalling, root planning, dan pemberian antibiotik.

6. Jelaskan pengertian dari Trepanasi Gigi


Trepanasi gigi adalah tindakan pembongkaran gigi untuk menciptakan drainase
melalui saluran akar atau tulang untuk mengeluarkan sekret luka/nanah agar
menghilangkan rasa sakit.
7. Pengertian, tatalaksana, dan cara diagnosis dari selulitis
Selulitis suatu penyebaran oedematus dari inflamasi akut pada permukaan jaringan
lunak dan bersifat difus.
Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit atau anamnesa dan pemeriksaan klinis
(inpeksi, palpasi & auskultasi intraoral dan ekstraoral), yang lebih jauh menegakkan
diagnosa selulitis tersebut berasal dari gigi. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
ar diologis, umumnya periapikal foto dan panoramik foto, walaupun banyak kasus
dilaporkan selulitis dapat didiagnosa dengan MRI. Gejala lokal antara lain
pembengkakkan mengenai jaringan lunak/ikat longgar, sakit, panas dan kemerahan pada
daerah pembengkakkan, pembengkakan disebabkan oedem, infiltrasi eslular dan kadang
karena adanya pus, pembengkakkan difus, konsistensi kenyal keras seperti papan,
kadang-kadang disertai trismus dan kadang-kadang dasar mulut dan lidah terangkat.
Gejala sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur, malaise,
lymphadenitis, peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka kemerah-merahan,
lidah kering, delirium terutama malam hari, disfagia dan dispnoe, serta stridor .

Gambar Gejala klinis (a) selulitis fasialis a/r bukalis & temporal dextra (b) Angina Ludwig yang
meluas ke daerah colli dan mediastinum.

Apabila terdapat tanda-tanda seperti kondisi sistemik seperti malaise dan demam
tinggi, adanya disfagia atau dispnoe, dehidrasi atau pasien kurang minum, diduga adanya
penurunan resistensi terhadap infeksi, toksis sept ikemia da n infiltrasi ke daerah anatomi
yang berbahaya serta memerlukan anestesi umum untuk drainase, diperlukan
penanganan serius dan perawatan di rumah sakit sesegera mungkin. Jalan nafas harus
selalu dikontrol, intubasi endotracheal atau tracheostomi jika diperlukan. Empat prinsip
dasar perawatan infeksi (Falace, 1995), yaitu: menghilangkan causa (Jika keadaan umum
pasien mungkinkan segera dilakukan prosedur ini, dengan cara pencabutan gigi
penyebab), drainase (Insisi drainase bisa dilakukan intra maupun extra oral, ataupun bisa
dilakukan bersamaan seperti kasus-kasus yang parah. Penentuan lokasi insisi
berdasarkan spasium yang terlibat).

Gambar Garis Insisi Drainase

Dalam pemberian antibiotik perlu diperhatikan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap antiboi tik tertentu, terutama bila diberikan secara intravena untuk itu perlu
dilakukan skin test terlebih dahulu. Antibiotik diberikan selama 5-10 hari (Milloro,
2004). Antibiotik per-oral yang efektif mengatasi infeksi ondontogenik ialah penisilin,
eritromisin, klindamisin, sefadroksil, metronidazole, tetrasiklin.

Tabel Konsentrasi Puncak Serum (g/mL) pada dosis rutin


8.
Suppotive Care, seperti istirahat dan nutrisi yang cukup, pemberian analgesik &
antiinflamasi (analgesik-antiinflamasi nonsteroid seperti Diklofenak (50 mg/8 jam)
atau Ibuprofen (400-600 mg/8 jam) dan jika Kortikosteroid diberikan, perlu
ditambahkan analgesik murni, seperti Paracetamol antiinflamasi diberikan dalam (650
mg/4-6 jam) dan/atau Opioid rendah seperti Kodein (30 mg/6 jam)), pemberian
aplikasi panas eksternal (kompres panas) maupun peroral (melalui obat kumur saline)
dapat memicu timbulnya pernanahan.

9. Pengertian, tatalaksana, dan cara diagnosis dari ludwig angina


Ludwig angina adalah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon
yang progresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula,
tidak membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan
submandibula.
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang didapatkan pasien mempunyai
riwayat perawatan hygine mulut atau baru saja melakukan ekstraksi gigi, mengorek dan
sakit gigi. Pada pemeriksaan tanda vital pasien merasa demam, takipnea,dan takikardi.
Tatalaksana yang dapat diberikan menggunakan 4 prinsip utama, yaitu:
1. Proteksi dan kontrol jalan napas
2. Pemeberian antibiotik yang adekuat
3. Insisi dan drainase abses
4. Hidrasi dan nutrisi adekuat

10. Antibiotik dan analgesik sakit gigi untuk wanita hamil


Berikut Daftar Obat Antibiotik yang aman untuk Ibu Hamil/Kehamilan & Menyusui :
Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories
L1 (safest) A (controlled studies show no risk)
L2 (safer) B (no evidence of risk in humans)
L3 (moderately safe) C (risk cannot be ruled out)
L4 (possibly hazardous) D (positive evidence of risk)
L5 (contraindicated) X (contraindicated in pregnancy)
NR: Not Reviewed. This drug has not yet been reviewed by Hale.

Antibiotika [contents]
Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved B L1
Aztreonam Azactam Approved B L2
Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved B L1
Cefazolin Ancef, Kefzol Approved B L1
Cefotaxime Claforan Approved B L2
Cefoxitin Mefoxin Approved B L1
Cefprozil Cefzil Approved C L1
Ceftazidime,
Ceftazidime Approved B L1
Fortaz, Taxidime
Ceftriaxone Rocephin Approved B L2
Ciprofloxacin [more] Cipro Approved C L3
Clindamycin Cleocin Approved B L3
E-Mycin, Ery- L1
Erythromycin tab, ERYC, Approved B L3 early
Ilosone postnatal
Fleroxacin Approved NR
Gentamicin Garamycin Approved C L2
Kanamycin Kebecil, Kantrex Approved D L2
Moxalactam Moxam Approved NR
Nitrofurantoin Macrobid Approved B L2
Ofloxacin Floxin Approved C L2
Penicillin Approved B L1
Streptomycin Streptomycin Approved D L3
Sulbactam Approved NR
Gantrisin, Azo-
Sulfisoxazole Approved C L2
Gantrisin
Achromycin,
Tetracycline Sumycin, Approved D L2
Terramycin
Ticarcillin,
Ticarcillin Approved B L1
Ticar, Timentin
Proloprim,
Trimethoprim/sulfamethoxazole Approved C L3
Trimpex

Anda mungkin juga menyukai