Takiaritmia secara luas dikategorikan menjadi takikardia kompleks sempit
(NCT, <120 ms) atau takikardia kompleks lebar (WCT, ≥120 ms). Takaritmia sering menimbulkan gejala berupa palpitasi, diaforesis, dispnea, nyeri dada, pusing, sinkop, dan gagal jantung. NCT termasuk sinus takikardia, atrioventrikular nodal reentrant tachycardia (AVNRT), ortodromik atrioventrikular reentrant takikardia (AVRT), takikardia atrium fokal (AT), atrial flutter (AFL), atrial fibrillation (AF), multifokal AT, inappropriate sinus tachycardia, dan sinoatrial nodal reentrant tachycardia. WCT meliputi takikardia ventrikel monomorfik (VT), AVRT antidromik takikardia, takikardia yang dimediasi alat pacu jantung, AF dengan konduksi menyimpang, AF yang sudah ada sebelumnya, takikardia artifaktual, dan VT polimorfik. Langkah pertama dalam evaluasi semua takikardia adalah penentuan stabilitas hemodinamik. Langkah kedua adalah menentukan apakah kompleks QRS lebar atau sempit. Langkah ketiga menentukan irama itu teratur atau tidak teratur. Langkah keempat adalah identifikasi gelombang P selama NCT regular. Jika seorang pasien memiliki ketidakstabilan hemodinamik, kardioversi harus segera dilakukan jika ritme bukan sinus takikardia. Manuver Valsava dan pijat sinus karotis dapat dicoba jika tidak menunda kardioversi. Pasien tanpa denyut jantung dengan WCT harus dirawat sesuai dengan rekomendasi advanced cardiac life support (ACLS). Pada pasien hemodinamik yang tidak stabil tetapi sadar, kardioversi segera yang disinkronkan direkomendasikan. Pasien stabil memiliki langkah penanganan yang sama dengan pasien NCT.