Disusun oleh:
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi Herpes simplex virus (HSV) merupakan salah satu virus
penyebab infeksi menular seksual yang meluas di seluruh dunia. HSV
sendiri dibagi menjadi dua tipe yakni HVS tipe 1 dan HVS tipe 2. Penyakit
herpes genitalis disebabkan oleh HSV anggota keluarga herpesviridae.
Herpes simplek/herpes genitalis merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus simplek tipe 2 di mukosa alat kelamin. HSV dapat
menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada
neonatus. Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan
orang yang suka bergonta ganti pasangan seksual. Penyakit herpes muncul
dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan kulit, disertai
rasa sakit.
Penegakan diagnosis HSV dapat dilakukan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan dalam diagnosis HSV antaranya
identifikasi virus dengan PCR, mikroskop electron, dan kultur. Selain itu
juga dapat dilakuka pemeriksaan serologi dengan enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang
akan dibahas pada makalah ini adalah :
1.2.1 Bagaimana identifikasi harpes simplex?
1.2.2 Apa saja alat dan bahan yang digunakan serta cara penyimpanannya?
1.2.3 Bagaimana cara pemeriksaan harpes simplex metode ELISA?
1.2.4 Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan harpes simplex metode
ELISA?
1
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah :
1.3.1 Menyetahui identifikasi harpes simlex.
1.3.2 Mengetahui alat dan bahan yang digunakan serta cara penyimpanan
dan preparasinya.
1.3.3 Mengetahui cara pemeriksaan harpes simplex metode ELISA.
1.3.4 Mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan harpes simplex metode
ELISA.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Herpes Simplex
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan
munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling
terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat
menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes
genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan tetapi, banyak
orang yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka memiliki
virus herpes di dalam tubuhnya. (Monica Shendy, 2016)
Infeksi Herpes Simplex Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut
merupakan suatu penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam
diikuti munculnya vesikel pada wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 >
bersifat laten di dalam tubuh dan dapat rekuren yang dipicu oleh paparan
sinar matahari, stres emosional, kondisi imunosupresi, kelainan hormonal
dan trauma saraf. Herpes Simplex Keratitis (HSK) merupakan salah satu
penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat infeksi Herpes Simplex
Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari epitel sampai
endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea,
pemeriksaan Giemsa dan Papaniculou. (Raihana Rustam, 2018)
3
uncoating, genom virus masuk ke nukleus sel inang dan mengalami
replikasi didalamnya, terjadilah penyusunan virus baru yang kemudian
matang dan siap dikeluarkan untuk menginfeksi tubuh atau virus
mengalami 3 dorman di ganglion saraf trigeminal.
Diperlukan diagnosis banding karena banyaknya lesi infeksi HSV-
1 yang mirip dengan penyakit lainnya. Infeksi HSV-1 dapat didiagnosis
bandingkan dengan SAR tipe herpetiform, flu Singapura, herpangina,
eritema multiforme, zoster intraoral, gingivitis 8,9 ulseratif akut,
pemphigoid, dan pemphigus. Infeksi HSV-1 yang diidentifikasi secara
awal (dalam rentang waktu sekitar 3 hari) dapat diberikan terapi antivirus
(acyclovir) baik secara topikal maupun sistemik. Terapi antivirus akan
mengontrol tanda dan gejala infeksi. Hal yang penting sekali dalam
perawatan lesi oral infeksi HSV-1 berupa anjuran untuk istirahat yang
cukup,banyak minum dan makan makanan lunak tinggi kalori tinggi
protein, pemberian antipiretik atau analgesik untuk mengurangi rasa sakit
dan demam, disertai juga multivitamin. Untuk lesi ekstra oral dapat
diberikan krim penciclovir 1% atau acyclovir 5% pada masa prodromal
sedangkan untuk lesi intra oral dapat diberikan antivirus peroral pada awal
onset penyakit. Pada kondisi setelah onset dapat diberikan terapi
antiinflamasi yang membantu penyembuhan lesi oral didukung dengan
multivitamin. Banyak juga pasien tidak memerlukan perawatan apapun
karenapenyakit ini bersifat self limiting dengan 10rentang waktu 1 minggu
hingga 10 hari.
Patofisiologi Infeksi virus Herpes simplex ditularkan oleh dua
spesies virus, yaitu virus Herpes simplex-I (HSV-1) Virus ini merupakan
kelompok virus DNA rantai ganda. Infeksi terjadi melalui kontak kulit
secara langsung dengan orang yang terinfeksi virus tersebut. Transmisi
tidak hanya terjadi pada saat gejala manifestasi HSV muncul, akan tetapi
dapat juga berasal dari virus shedding dari kulit dalam keadaan
asimptomatis.
4
Pemeriksaan klinis ekstra oral bibir bawah/atas, tampak adanya
ulserasi disertai krusta, 3,5cm, tepi kemerahan dan irregular, batas jelas,
warna coklat kehitaman dan terasa sakit. Pada pipi terlihat adanya papula,
multiple, diameter 2cm, 1cm, 0.5 cm., warna kuning dan tepi kemerahan,
batas jelas, sakit (Gambar 1). Pemeriksaan intra oral sangat sulit dilakukan
karena pasien tidak bisa membuka mulut.
5
Gambar 2: Setelah 4 hari perawatan
Hasil pemeriksaan klinis pada kontrol ke-2, setelah 7 hari
pengobatan: Intraoral normal. Ekstra oral krusta maupun papula telah
menghilang, tidak ada keluhaiin dan kondisi pasien terlihat bugar.
(Gambar3)
6
3. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit
tangan tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
4. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus,
seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
5. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya,
selama munculnya gejala penyakit herpes
7
2.7. Alat dan Bahan
A. Spesimen :
Serum atau plasma dapat digunakan dalam pengujian ini. Jangan
gunakan specimen hemolitik, ikterik atau lipemik.
1. Pengumpulan Spesimen
1) Serum: Kumpulkan darah dengan venipuncture (misalnya
Sarstedt Monovetteuntuk serum), biarkan menggumpal, dan
pisahkan serum dengan sentrifugasi pada suhu kamar. Jangan
melakukan centrifuge sebelum pembekuan total terjadi. Pasien
yang menerima terapi antikoagulan mungkin memerlukan
waktu pembekuan yang lebih lama.
2) Plasma: Seluruh darah harus dikumpulkan kedalam tabung
sentrifus yang mengandung anti-koagulan (misalnya Sarstedt
Monovette dengan sediaan plasma yang sesuai) dan
disentrifugasi segera setelah pengumpulan.
2. Penyimpanan dan Persiapan Spesimen
Spesimen harus ditutup dan dapat disimpan hingga 5 hari pada
suhu 2 °C hingga 8 °C sebelum pengujian. Spesimen yang ditahan
untuk waktu yang lebih lama harus dibekukan hanya sekali pada
suhu -20 °C sebelum pengujian. Sampel yang telah dicairkan harus
dibalik beberapa kali sebelum pengujian.
3. Pengenceran Spesimen
Sebelum pengujian, encerkan setiap specimen pasien 1+100
dengan Pengencer Sampel; misal 10 µL spesimen + 1 mL Sample
Diluent, aduk rata, diamkan selama 15 menit, aduk lagi perlahan.
8
B. Bahan (komponen KIT) :
9
1. Bahan yang diperlukan tetapi tidak disediakan
Pelat microtiter pembaca terkalibrasi (450/620 nm ± 10 nm)
(misalnya Pembaca Pelat Mikrotiter Instrumen DRG) Mikropipet
presisi variable terkalibrasi Inkubator 37 °C. Peralatan manual atau
otomatis untuk membilas sumur Vortex tube mixer Deionisasi atau
air suling (baru) Timer Kertas penyerap.
2. Persiapan Reagen
Biarkan semua reagen dan jumlah strip yang diperlukan mencapai
suhu kamar sebelum digunakan. Larutan Pencuci Encerkan Larutan
Pencuci 1+19 (misalnya 10 mL + 190 mL) dengan air sulingan
segar dan bebaskuman. Larutan pencuci encer ini memiliki nilai
pH 7,2 ± 0,2. Kristal dalam larutan menghilang dengan pemanasan
hingga 37 °C dalam penan gas air. Pastikan kristal benar-benar
larut sebelum digunakan.
3. Pos. Kontrol 1 vial, 1,0 mL, siap pakai: berwarna kuning, tutup
merah. Larutan Pencuci yang diencerkan stabil selama 4 minggu
pada suhu 2 °C hingga 8 °C.
C. ALAT :
Peralatan dan bahan yang diperlukan :
pelat mikrotiter (450/620 nm ± 10 nm) (misalnya pembaca piring
mikrotiter instrumen DRG)
1. Mikropipet presisi variabel terkalibrasi
2. Inkubator 37 °C
3. Peralatan manual atau otomatis untuk membilas sumur
4. Pencampuran tabung pusaran
5. Deionisasi atau air suling (baru)
6. Timer
7. Kertas penyerap
8. Tip
10
2.8. Prosedur Pemeriksaan Herpes Simplex
Sebelum memulai pengujian, encerkan Wash Solution, siapkan
sampel pasien seperti yang dijelaskan pada dan di buat dengan hati-hati
rencana distribusi dan identifikasi yang disertakan dalam kit untuk semua
specimen dan kontrol.
1. Pilih jumlah strip atau sumur mikrotiter yang diperlukan dan
masukkan ke dalam dudukan. Untuk menetukan kontrol dan sampel
pasien dalam rangkap dua.
2. Pemipetan
3. Tutup sumuran dengan foli yang disertakan dalam kit. Inkubasi selama
60 menit pada suhu 37°C.
4. Goyangkan plat dengan gerakan yang cepat. Bilas sumuran 5 kali
dengan Wash Solution yang diencerkan (300 µL per-sumuran). Ketuk
sumuran pada kertas penyerap untuk menghilangkan sisa tetesan.
(Hal yang perlu di perhatikan sensitivitas dan presisi pengujian ini
sangat dipengaruhi oleh kinerja yang benar dari prosedur
pencucian.)
11
5. Pipet 100 µL Enzyme Conjugate ke dalam masing-masing sumuran,
kecuali A1.
6. Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar (20°C hingga 25°C).
Jangan sampai terkena sinar matahari langsung.
7. Goyangkan plat dengan gerakan cepat. Bilas sumuran 5 kali dengan
Wash Solution yang diencerkan (300 µL per-sumuran). Ketuk sumuran
pada kertas penyerap untuk menghilangkan sisa tetesan.
8. Tambahkan 100 µL Larutan Substrat ke dalam semua sumuran
9. Inkubasi selama tepat 15 menit pada suhu kamar (20°C hingga 25°C)
dalam gelap.
10. Hentikan reaksi enzimatik dengan menambahkan 100 µL Stop
Solution ke setiap sumur. Setiap warna biru yang berkembang
(tampak) selama proses inkubasi berubah menjadi kuning.
(Hal yang perlu diperhatikan sampel pasien yang sangat positif
dapat menyebabkan endapan gelap kromogen.)
11. Kerapatan optic pada 450/620 nm dengan pembaca pelat microtiter
dalam waktu 30 menit setelahnya menambahkan Stop Solution.
12
Perhitungan :
Nilai Rata-rata absorbansi Cut-off Control [CO]
Hitung nilai rata-rata absorbansi dari dua (2) penentuan Cut-off
Control (misalnya pada C1/D1) Contoh: (0.44+0.46)2=0.45=CO
Hasil dari satuan DRG (DU)
Nilai absorbansi pasien (rata-rata)x 10/CO =[unit DRG=DU]
Contoh= 1.580x10/0.45=35DU
13
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Virus herpes menempel pada sel host (inang) yang perlekatannya
dimediasi oleh envelope virus dan berhubungan dengan protein virus
yang mengikat resep tor spesifik pada membran sel inang. Virus masuk
kedalam sitoplasma kemudian capsid virus lisis sehingga terjadilah
uncoating, genom virus masuk ke nukleus sel inang dan mengalami
replikasi didalamnya, terjadilah penyusunan virus baru yang kemudian
matang dan siap dikeluarkan untuk menginfeksi tubuh atau virus
mengalami 3 dorman di ganglion saraf trigeminal. Hal yang penting
sekali dalam perawatan lesi oral infeksi HSV-1 berupa anjuran untuk
istirahat yang cukup, banyak minum dan makan makanan lunak tinggi
kalori tinggi protein, pemberian antipiretik atau analgesik untuk
mengurangi rasa sakit dan demam, disertai juga multivitamin.
Patofisiologi Infeksi virus Herpes simpleks ditularkan oleh dua spesies
virus, yaitu virus Herpes simpleks-I (HSV-1) Virus ini merupakan
kelompok virus DNA rantai ganda.Sebelum memulai pengujian, encerkan
Wash Solution, siapkan sampel pasien seperti yang dijelaskan pada dan di
buat dengan hati-hati rencana distribusi dan identifikasi yang disertakan
dalam kit untuk semua specimen dan kontrol.
14
DAFTAR PUSTAKA
Indartin, Dyah. (2016). Learn About The Cause, Symptoms, And Treatment For
Infeksi Virus Herpes Simplex Tipe I. Book FORKINAS VI FKG UNEJ 14th-
15th. (117-118).
Fatmuji, Ops Siagara. (2012). Prevalensi Penderita Herpes Simpleks di RSUD
Tangerang periode 1 Januari 2010- 31 Desember 2011. (4).
Shendy,Monica. (2018). Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster.
Jurnal Medula Unila . Vol.4 N0.3.
Herpes Simplex Virus Type I IgG ELISA Kit
Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis
Herpes Simpleks Genitalis.
15