DISUSUN OLEH :
D4 ANALIS KESEHATAN
2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN
Infeksi Herpes simplex virus (HSV) merupakan salah satu virus penyebab
infeksi menular seksual yang meluas di seluruh dunia. HSV sendiri dibagi
menjadi dua tipe yakni HVS tipe 1 dan HVS tipe 2. Penyakit herpes genitalis
disebabkan oleh HSV anggota keluarga herpesviridae. Herpes simplek/herpes
genitalis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus simplek tipe 2 di
mukosa alat kelamin. HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan
infeksi pada neonatus. Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi,
dan orang yang suka bergonta ganti pasangan seksual. Penyakit herpes muncul
dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan kulit, disertai rasa
sakit.
1. 2 Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
C. Gejala Herpes
1. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
2. Mencuci tangan secara rutin.
3. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
4. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus,
seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
5. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes
E. Pengobatan Herpes
Spesimen :
Serum atau plasma dapat digunakan dalam pengujian ini. Jangan gunakan
specimen hemolitik, ikterik atau lipemik.
1. Pengumpulan Spesimen
Serum: Kumpulkan darah dengan venipuncture (misalnya Sarstedt
Monovetteuntuk serum), biarkan menggumpal, dan pisahkan serum
dengan sentrifugasi pada suhu kamar. Jangan melakukan centrifuge
sebelum pembekuan total terjadi. Pasien yang menerima terapi
antikoagulan mungkin memerlukan waktu pembekuan yang lebih lama.
Plasma: Seluruh darah harus dikumpulkan kedalam tabung sentrifus yang
mengandung anti-koagulan (misalnya Sarstedt Monovette dengan sediaan
plasma yang sesuai) dan disentrifugasi segera setelah pengumpulan.
2. Penyimpanan dan Persiapan Spesimen
Spesimen harus ditutup dan dapat disimpan hingga 5 hari pada suhu 2 °C
hingga 8 °C sebelum pengujian. Spesimen yang ditahan untuk waktu yang
lebih lama harus dibekukan hanya sekali pada suhu -20 °C sebelum
pengujian. Sampel yang telah dicairkan harus dibalik beberapa kali
sebelum pengujian.
3. Pengenceran Spesimen
Sebelum pengujian, encerkan setiap specimen pasien 1+100 dengan
Pengencer Sampel; misal 10 µL spesimen + 1 mL Sample Diluent, aduk
rata, diamkan selama 15 menit, aduk lagi perlahan.
ALAT :
Peralatan dan bahan yang diperlukan
pelat mikrotiter (450/620 nm ± 10 nm) (misalnya pembaca piring mikrotiter
instrumen DRG)
1. Mikropipet presisi variabel terkalibrasi
2. Inkubator 37 °C
3. Peralatan manual atau otomatis untuk membilas sumur
4. Pencampuran tabung pusaran
5. Deionisasi atau air suling (baru)
6. Timer
7. Kertas penyerap
8. Tip
H. TEST PROSEDUR
Sebelum memulai pengujian, encerkan Wash Solution, siapkan sampel pasien
seperti yang dijelaskan pada dan di buat dengan hati-hati rencana distribusi dan
identifikasi yang disertakan dalam kit untuk semua specimen dan kontrol.
1. Pilih jumlah strip atau sumur mikrotiter yang diperlukan dan masukkan ke
dalam dudukan. Untuk menetukan kontrol dan sampel pasien dalam rangkap
dua.
2. Pemipetan
3. Tutup sumuran dengan foli yang disertakan dalam kit. Inkubasi selama 60
menit pada suhu 37°C.
4. Goyangkan plat dengan gerakan yang cepat.
Bilas sumuran 5 kali dengan Wash Solution yang diencerkan (300 µL per-
sumuran). Ketuk sumuran pada kertas penyerap untuk menghilangkan sisa
tetesan.
Hal yang perlu di perhatikan sensitivitas dan presisi pengujian ini sangat
dipengaruhi oleh kinerja yang benar dari prosedur pencucian.
5. Pipet 100 µL Enzyme Conjugate ke dalam masing-masing sumuran, kecuali
A1.
6. Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar (20°C hingga 25°C). Jangan
sampai terkena sinar matahari langsung.
7. Goyangkan plat dengan gerakan cepat.
Bilas sumuran 5 kali dengan Wash Solution yang diencerkan (300 µL per-
sumuran). Ketuk sumuran pada kertas penyerap untuk menghilangkan sisa
tetesan.
8. Tambahkan 100 µL Larutan Substrat ke dalam semua sumuran
9. Inkubasi selama tepat 15 menit pada suhu kamar (20°C hingga 25°C) dalam
gelap.
10. Hentikan reaksi enzimatik dengan menambahkan 100 µL Stop Solution ke
setiap sumur. Setiap warna biru yang berkembang (tampak) selama proses
inkubasi berubah menjadi kuning.
Hal yang perlu diperhatikan sampel pasien yang sangat positif dapat
menyebabkan endapan gelap kromogen.
11. Kerapatan optic pada 450/620 nm dengan pembaca pelat microtiter dalam
waktu 30 menit setelahnya menambahkan Stop Solution.
I. INTERPRETASI
Positif: Nilai absorbansi pasien (rata-rata) lebih dari 10 % di atas CO
(Mean OD > 1.1 x CO) pasien
Zona abu: Nilai absorbansi pasien (rata-rata) dari 10 % di atas hingga
10 % di bawah CO ulangi tes 2 - 4 minggu kemudian - dengan sampel
pasien baru (0,9 x CO ÿ Mean OD ÿ 1,1 x CO) pasien
Negatif: Nilai absorbansi pasien (rata-rata) lebih dari 10 % di bawah
CO (Mean OD < 0,9 x CO) pasien
Interpretasi Hasil:
Nilai potong: 10 DU
Zona abu-abu: 9-11 DU
Negatif: < 9 DU
Positif: >11 DU
J. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks
virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan. simplex adalah virus DNA beramplop (berdiameter 150-200 nm)
yang tergolong dalam alphaherpesviridae. Berdasarkan perbedaan antigenik,
biokimia dan biologis dapat dibagi menjadi dua serotipe, HSV-1 dan HSV-2.
Manusia adalah satu-satunya inang alami dan sumber virus yang diketahui. HSV
tipe 1 biasanya menyebabkan herpes mulut, sedangkan HSV tipe 2 biasanya
menyerang area genital. Sebagian besar waktu, HSV-1 dan HSV-2 tidak aktif, atau
"diam", dan tidak menimbulkan gejala, tetapi beberapa orang yang terinfeksi
mengalami "wabah" lepuh dan bisul. Setelah terinfeksi HSV, orang tetap terinfeksi
seumur hidup.
Virus herpes simpleks adalah salah satu agen infeksi manusia yang paling umum,
dan kedua jenis HSV tampaknya mampu menginfeksi bagian tubuh yang serupa.
Persentase yang tinggi dari populasi orang dewasa adalah seropositif (sekitar 90%
HSV-1 tergantung pada status sosial ekonomi, 10-30% HSV-2). Infeksi HSV-1
primer biasanya terjadi pada anak usia dini (usia 6 hingga 18 bulan). HSV-2
biasanya menghasilkan gejala ringan, dan kebanyakan orang tidak memiliki gejala
yang dikenali. Metode deteksi anti-HSV metode enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) memiliki sensitivitas 93–100% dan spesifisitas 95–100%,
sedangkan metode enzyme-linked immunofiltration assay (ELIFA) memiliki
sensitivitas 83,36–97% dan spesifisitas 83,93–98%.
KESIMPULAN
Virus herpes menempel pada sel host (inang) yang perlekatannya dimediasi oleh
envelope virus dan berhubungan dengan protein virus yang mengikat resep tor
spesifik pada membran sel inang. Virus masuk kedalam sitoplasma kemudian
capsid virus lisis sehingga terjadilah uncoating, genom virus masuk ke nukleus sel
inang dan mengalami replikasi didalamnya, terjadilah penyusunan virus baru yang
kemudian matang dan siap dikeluarkan untuk menginfeksi tubuh atau virus
mengalami 3 dorman di ganglion saraf trigeminal. Hal yang penting sekali dalam
perawatan lesi oral infeksi HSV-1 berupa anjuran untuk istirahat yang cukup,
banyak minum dan makan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein, pemberian
antipiretik atau analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan demam, disertai juga
multivitamin. Patofisiologi Infeksi virus Herpes simpleks ditularkan oleh dua
spesies virus, yaitu virus Herpes simpleks-I (HSV-1) Virus ini merupakan
kelompok virus DNA rantai ganda.Sebelum memulai pengujian, encerkan Wash
Solution, siapkan sampel pasien seperti yang dijelaskan pada dan di buat dengan
hati-hati rencana distribusi dan identifikasi yang disertakan dalam kit untuk semua
specimen dan kontrol.