Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PRAKTIK IMUNOLOGI 3

HERPES SIMPLEK (HSV 1)

DISUSUN OLEH :

Chintya Rahmawati (G1C020053)

Ananda Rizky Rohmawati (G1C020059)

Sila Rimba Utami (G1C020064)

Hasnia Nur Yuliani (G1C020073)

Rianti Oktaviana Dewi (G1C020084)

Devi Afna Afrani (G1C020087)

Anugrahany Latifa (G1C020093)

D4 ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Herpes simplex virus (HSV) merupakan salah satu virus penyebab
infeksi menular seksual yang meluas di seluruh dunia. HSV sendiri dibagi
menjadi dua tipe yakni HVS tipe 1 dan HVS tipe 2. Penyakit herpes genitalis
disebabkan oleh HSV anggota keluarga herpesviridae. Herpes simplek/herpes
genitalis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus simplek tipe 2 di
mukosa alat kelamin. HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari
ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan
infeksi pada neonatus. Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi,
dan orang yang suka bergonta ganti pasangan seksual. Penyakit herpes muncul
dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan kulit, disertai rasa
sakit.

Penegakan diagnosis HSV dapat dilakukan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan dalam diagnosis HSV antaranya identifikasi virus dengan PCR,
mikroskop electron, dan kultur. Selain itu juga dapat dilakuka pemeriksaan
serologi dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).

1. 2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan


dibahas pada makalah ini adalah :

1.2.1 Bagaimana identifikasi harpes simplex?


1.2.2 Apa saja alat dan bahan yang digunakan serta cara penyimpanannya?
1.2.3 Bagaimana cara pemeriksaan harpes simplex metode ELISA?
1.2.4 Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan harpes simplex metode
ELISA?
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian


ini adalah :

1.3.1 Menyetahui identifikasi harpes simlex.


1.3.2 Mengetahui alat dan bahan yang digunakan serta cara penyimpanan
dan preparasinya.
1.3.3 Mengetahui cara pemeriksaan harpes simplex metode ELISA.
1.3.4 Mengetahui interpretasi hasil pemeriksaan harpes simplex metode
ELISA.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Herpes Simplek

Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat


menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya
lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah
herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada
daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi
jangka Panjang. Akan tetapi, banyak orang yang tidak memunculkan gejala herpes
padahal mereka memiliki virus herpes di dalam tubuhnya. (Monica Shendy, 2016)

Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan


suatu penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya
vesikel pada wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 > bersifat laten di dalam
tubuh dan dapat rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional,
kondisi imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks
Keratitis (HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi
akibat infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi
klinik dari epitel sampai endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan
sensibilitas kornea, pemeriksaan Giemsa dan Papaniculou. (Raihana Rustam,
2018)

B. Patogenis Herpes Simplek

Patogenesis HSV-1 diawali dengan masuknya HSV-1 akibat kontak


langsung melalui cairan tubuh, cairan genital, atau eksudat dari lesi yang aktif.
Virus menempel pada sel host (inang) yang perlekatannya dimediasi oleh
envelope virus dan berhubungan dengan protein virus yang mengikat resep tor
spesifik pada membran sel inang. Kemudian virus masuk ke sel inang diperantarai
oleh protein virus lain yang menyebabkan fusi antara envelope virus dengan
membran sel inang. Virus masuk kedalam sitoplasma kemudian capsid virus lisis
sehingga terjadilah uncoating, genom virus masuk ke nukleus sel inang dan
mengalami replikasi didalamnya, terjadilah penyusunan virus baru yang kemudian
matang dan siap dikeluarkan untuk menginfeksi tubuh atau virus mengalami 3
dorman di ganglion saraf trigeminal.

Diperlukan diagnosis banding karena banyaknya lesi infeksi HSV-1 yang


mirip dengan penyakit lainnya. Infeksi HSV-1 dapat didiagnosis bandingkan
dengan SAR tipe herpetiform, flu Singapura, herpangina, eritema multiforme,
zoster intraoral, gingivitis 8,9 ulseratif akut, pemphigoid, dan pemphigus. Infeksi
HSV-1 yang diidentifikasi secara awal (dalam rentang waktu sekitar 3 hari) dapat
diberikan terapi antivirus (acyclovir) baik secara topikal maupun sistemik. Terapi
antivirus akan mengontrol tanda dan gejala infeksi. Hal yang penting sekali dalam
perawatan lesi oral infeksi HSV-1 berupa anjuran untuk istirahat yang
cukup,banyak minum dan makan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein,
pemberian antipiretik atau analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan demam,
disertai juga multivitamin. Untuk lesi ekstra oral dapat diberikan krim penciclovir
1% atau acyclovir 5% pada masa prodromal sedangkan untuk lesi intra oral dapat
diberikan antivirus peroral pada awal onset penyakit. Pada kondisi setelah onset
dapat diberikan terapi antiinflamasi yang membantu penyembuhan lesi oral
didukung dengan multivitamin. Banyak juga pasien tidak memerlukan perawatan
apapun karenapenyakit ini bersifat self limiting dengan 10rentang waktu 1 minggu
hingga 10 hari.

Patofisiologi Infeksi virus Herpes simpleks ditularkan oleh dua spesies


virus, yaitu virus Herpes simpleks-I (HSV-1) Virus ini merupakan kelompok virus
DNA rantai ganda. Infeksi terjadi melalui kontak kulit secara langsung dengan
orang yang terinfeksi virus tersebut. Transmisi tidak hanya terjadi pada saat gejala
manifestasi HSV muncul, akan tetapi dapat juga berasal dari virus shedding dari
kulit dalam keadaan asimptomatis.

Pemeriksaan klinis ekstra oral bibir bawah/atas, tampak adanya ulserasi


disertai krusta, 3,5cm, tepi kemerahan dan irregular, batas jelas, warna coklat
kehitaman dan terasa sakit. Pada pipi terlihat adanya papula, multiple, diameter
2cm, 1cm, 0.5 cm., warna kuning dan tepi kemerahan, batas jelas, sakit (Gambar
1). Pemeriksaan intra oral sangat sulit dilakukan karena pasien tidak bisa
membuka mulut.

Gambar 1:saat pertama kali pasien datang

Penatalaksanaan pada pasien Herpes diawali dengan membersihkan lesi


menggunakan tampon atau cotton roll steril yang dibasahi betadine, kemudian
tampon diolesi Acyclovir cream tube. Pasien diinstruksikan untuk tidak menjilat
lesi dan tidak makan dan minum 20-30 menit setelah lesi diolesi Acyclovir. Pasien
diberi resep Acyclovir untuk dioleskan pada lesi 3 kali sehari, Acyclovir tablet
200 mg untuk diminum 3x sehari dan Biolilysin multivitamin untuk diminum 1
kali sehari. Pasien diinstruksikan untuk menggunakan obat sesuai anjuran,
istirahat yang cukup, makan-makanan yang bergizi, menjaga kebersihan mulut,
serta datang kembali untuk kontrol setelah 4 hari dan 1 minggu kemudian.Setelah
dilakukan perawatan ± 4 hari, hasil anamnesa pasien didapatkan hasil
pemeriksaan ekstra oral yakni ulser mengecil, krusta berkurang , tidak sakit serta
tidak timbul keluhan baru. Pemeriksaan klinis intraoral normal (Gambar 2)

Gambar 2: Setelah 4 hari perawatan


Hasil pemeriksaan klinis pada kontrol ke-2, setelah 7 hari pengobatan: Intraoral
normal. Ekstra oral krusta maupun papula telah menghilang, tidak ada keluhaiin
dan kondisi pasien terlihat bugar. (Gambar 3)

Gambar 3: Setelah 7 hari perawatan

C. Gejala Herpes

Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam,


nyeri otot, dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk
pada tempat infeksi. Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh
yang pecah dan mengering dalam beberapa hari. Blister yang pecah tersebut
mengakibatkan luka dengan rasa nyeri.

D. Cara Pencegahan Herpes

Pencegahan Tertularnya Herpes diantara lain :

1. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
2. Mencuci tangan secara rutin.
3. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
4. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus,
seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
5. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes
E. Pengobatan Herpes

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi


pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Pengobatan yang diberikan
dapat dibagi menjadi 3 bagian :

1. Pengobatan profilaksis, meliputi penjelasan kepada pasien tentang


penyakitnya, proteksi individual, menghindari faktor pencetus, psikoterapi.
2. Pengobatan non spesifik, yaitu yang bersifat simtomatis.
3. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap virus herpes.
Tiga obat virus yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir.

F. Pemeriksaan Penunjang Herpes Simplex

Infeksi virus herpes simpleks (HSV) merupakan infeksi yang disebabkan


oleh HSV tipe 1 dan 2. HSV-1 biasanya menyebabkan penyakit orofasial.
Diagnosis infeksi HSV ditegakkan berdasarkan amnesis,pemeriksaan fisis, dan
laboratorium. Pada laboratorium dilakukan pemeriksaan HSV-1 dengan metode
enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) Sandwich. Digunakan teknik
ELISA sandwich assay dengan mengendapkan antibodi pada well plate.

G. Alat dan Bahan

Spesimen :

Serum atau plasma dapat digunakan dalam pengujian ini. Jangan gunakan
specimen hemolitik, ikterik atau lipemik.

1. Pengumpulan Spesimen
Serum: Kumpulkan darah dengan venipuncture (misalnya Sarstedt
Monovetteuntuk serum), biarkan menggumpal, dan pisahkan serum
dengan sentrifugasi pada suhu kamar. Jangan melakukan centrifuge
sebelum pembekuan total terjadi. Pasien yang menerima terapi
antikoagulan mungkin memerlukan waktu pembekuan yang lebih lama.
Plasma: Seluruh darah harus dikumpulkan kedalam tabung sentrifus yang
mengandung anti-koagulan (misalnya Sarstedt Monovette dengan sediaan
plasma yang sesuai) dan disentrifugasi segera setelah pengumpulan.
2. Penyimpanan dan Persiapan Spesimen
Spesimen harus ditutup dan dapat disimpan hingga 5 hari pada suhu 2 °C
hingga 8 °C sebelum pengujian. Spesimen yang ditahan untuk waktu yang
lebih lama harus dibekukan hanya sekali pada suhu -20 °C sebelum
pengujian. Sampel yang telah dicairkan harus dibalik beberapa kali
sebelum pengujian.
3. Pengenceran Spesimen
Sebelum pengujian, encerkan setiap specimen pasien 1+100 dengan
Pengencer Sampel; misal 10 µL spesimen + 1 mL Sample Diluent, aduk
rata, diamkan selama 15 menit, aduk lagi perlahan.

BAHAN (komponen KIT) :


Microtiterwells 12 x 8 (break apart) Sumur
strips, 96 wells: Dilapisi dengan protein gG1
rekombinan HSV-1. (termasuk 1
pemegang strip dan 1 foil
penutup)
Sample Diluent 1 vial, 100 mL Siap pakai: berwarna kuning;
pH 7,2 ± 0,2.
Pos. Kontrol 1 vial, 1,0 mL Siap pakai: berwarna kuning,
tutup merah.
Neg. Kontrol 1 vial, 2,0 mL Siap pakai: berwarna kuning,
tutup kuning
Cut-off Control 1 vial, 2,0 mL Siap pakai: berwarna 2-8 °C
kuning,tutup hitam.
Enzyme 1 vial, 20 mL Siap pakai, berwarna merah,
Conjugate antibody terhadap IgG manusia
terkonjugasi menjadi
horseradish peroxidase.
Larutan 1 vial, 14 mL Siap pakai: Tetramethyl
Substrat benzidine (TMB)
Stop Solution 1 vial, 14 mL Siap pakai, berisi 0,2 mol/L
H2SO4, Hindari kontak dengan
stop solution.
Ini dapat menyebabkan iritasi
kulit dan luka bakar
Wash Solution 1 vial, 30 mL (20X pH 6,5 ÿ 0,1 lihat. Persiapan
pekat untuk 600 mL), Reagen“. mengandung bahan
pengawet non merkuri

1. Bahan yang diperlukan tetapi tidak disediakan


Pelat microtiter pembaca terkalibrasi (450/620 nm ± 10 nm) (misalnya
Pembaca Pelat Mikrotiter Instrumen DRG) Mikropipet presisi variable
terkalibrasi Inkubator 37 °C. Peralatan manual atau otomatis untuk
membilas sumur Vortex tube mixer Deionisasi atau air suling (baru) Timer
Kertas penyerap.
2. Persiapan Reagen
Biarkan semua reagen dan jumlah strip yang diperlukan mencapai suhu
kamar sebelum digunakan. Larutan Pencuci Encerkan Larutan Pencuci
1+19 (misalnya 10 mL + 190 mL) dengan air sulingan segar dan
bebaskuman. Larutan pencuci encer ini memiliki nilai pH 7,2 ± 0,2. Kristal
dalam larutan menghilang dengan pemanasan hingga 37 °C dalam penan
gas air. Pastikan kristal benar-benar larut sebelum digunakan.
3. Pos. Kontrol 1 vial, 1,0 mL, siap pakai: berwarna kuning, tutup merah.
Larutan Pencuci yang diencerkan stabil selama 4 minggu pada suhu 2 °C
hingga 8 °C.

ALAT :
Peralatan dan bahan yang diperlukan
pelat mikrotiter (450/620 nm ± 10 nm) (misalnya pembaca piring mikrotiter
instrumen DRG)
1. Mikropipet presisi variabel terkalibrasi
2. Inkubator 37 °C
3. Peralatan manual atau otomatis untuk membilas sumur
4. Pencampuran tabung pusaran
5. Deionisasi atau air suling (baru)
6. Timer
7. Kertas penyerap
8. Tip

H. TEST PROSEDUR
Sebelum memulai pengujian, encerkan Wash Solution, siapkan sampel pasien
seperti yang dijelaskan pada dan di buat dengan hati-hati rencana distribusi dan
identifikasi yang disertakan dalam kit untuk semua specimen dan kontrol.
1. Pilih jumlah strip atau sumur mikrotiter yang diperlukan dan masukkan ke
dalam dudukan. Untuk menetukan kontrol dan sampel pasien dalam rangkap
dua.

1 well (e.g. A1) Substrate blank


1 well (e.g. B1) Kontol negatif
2 well (e.g. C1+D1) KControl Cut-off
1 well (e.g. E1) Kontrol Positif

2. Pemipetan

1. 100 µL kontrol Negatif Sumuran B1


2. 100 µL kontrol Cut-off Sumuran C1& D1
3. 100 µL kontrol Positif Sumuran E1
4. 100 µL dari setiap sampel yang diencerkan dengan
tip sekali pakai baru ke dalam sumur yang sesuai.
Biarkan sumur A1 agar medi kosong.

3. Tutup sumuran dengan foli yang disertakan dalam kit. Inkubasi selama 60
menit pada suhu 37°C.
4. Goyangkan plat dengan gerakan yang cepat.
Bilas sumuran 5 kali dengan Wash Solution yang diencerkan (300 µL per-
sumuran). Ketuk sumuran pada kertas penyerap untuk menghilangkan sisa
tetesan.
Hal yang perlu di perhatikan sensitivitas dan presisi pengujian ini sangat
dipengaruhi oleh kinerja yang benar dari prosedur pencucian.
5. Pipet 100 µL Enzyme Conjugate ke dalam masing-masing sumuran, kecuali
A1.
6. Inkubasi selama 30 menit pada suhu kamar (20°C hingga 25°C). Jangan
sampai terkena sinar matahari langsung.
7. Goyangkan plat dengan gerakan cepat.
Bilas sumuran 5 kali dengan Wash Solution yang diencerkan (300 µL per-
sumuran). Ketuk sumuran pada kertas penyerap untuk menghilangkan sisa
tetesan.
8. Tambahkan 100 µL Larutan Substrat ke dalam semua sumuran
9. Inkubasi selama tepat 15 menit pada suhu kamar (20°C hingga 25°C) dalam
gelap.
10. Hentikan reaksi enzimatik dengan menambahkan 100 µL Stop Solution ke
setiap sumur. Setiap warna biru yang berkembang (tampak) selama proses
inkubasi berubah menjadi kuning.
Hal yang perlu diperhatikan sampel pasien yang sangat positif dapat
menyebabkan endapan gelap kromogen.
11. Kerapatan optic pada 450/620 nm dengan pembaca pelat microtiter dalam
waktu 30 menit setelahnya menambahkan Stop Solution.

I. INTERPRETASI
 Positif: Nilai absorbansi pasien (rata-rata) lebih dari 10 % di atas CO
(Mean OD > 1.1 x CO) pasien
 Zona abu: Nilai absorbansi pasien (rata-rata) dari 10 % di atas hingga
10 % di bawah CO ulangi tes 2 - 4 minggu kemudian - dengan sampel
pasien baru (0,9 x CO ÿ Mean OD ÿ 1,1 x CO) pasien
 Negatif: Nilai absorbansi pasien (rata-rata) lebih dari 10 % di bawah
CO (Mean OD < 0,9 x CO) pasien
 Interpretasi Hasil:
 Nilai potong: 10 DU
 Zona abu-abu: 9-11 DU
 Negatif: < 9 DU
 Positif: >11 DU

J. KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks
virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan. simplex adalah virus DNA beramplop (berdiameter 150-200 nm)
yang tergolong dalam alphaherpesviridae. Berdasarkan perbedaan antigenik,
biokimia dan biologis dapat dibagi menjadi dua serotipe, HSV-1 dan HSV-2.
Manusia adalah satu-satunya inang alami dan sumber virus yang diketahui. HSV
tipe 1 biasanya menyebabkan herpes mulut, sedangkan HSV tipe 2 biasanya
menyerang area genital. Sebagian besar waktu, HSV-1 dan HSV-2 tidak aktif, atau
"diam", dan tidak menimbulkan gejala, tetapi beberapa orang yang terinfeksi
mengalami "wabah" lepuh dan bisul. Setelah terinfeksi HSV, orang tetap terinfeksi
seumur hidup.
Virus herpes simpleks adalah salah satu agen infeksi manusia yang paling umum,
dan kedua jenis HSV tampaknya mampu menginfeksi bagian tubuh yang serupa.
Persentase yang tinggi dari populasi orang dewasa adalah seropositif (sekitar 90%
HSV-1 tergantung pada status sosial ekonomi, 10-30% HSV-2). Infeksi HSV-1
primer biasanya terjadi pada anak usia dini (usia 6 hingga 18 bulan). HSV-2
biasanya menghasilkan gejala ringan, dan kebanyakan orang tidak memiliki gejala
yang dikenali. Metode deteksi anti-HSV metode enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) memiliki sensitivitas 93–100% dan spesifisitas 95–100%,
sedangkan metode enzyme-linked immunofiltration assay (ELIFA) memiliki
sensitivitas 83,36–97% dan spesifisitas 83,93–98%.

KESIMPULAN

Virus herpes menempel pada sel host (inang) yang perlekatannya dimediasi oleh
envelope virus dan berhubungan dengan protein virus yang mengikat resep tor
spesifik pada membran sel inang. Virus masuk kedalam sitoplasma kemudian
capsid virus lisis sehingga terjadilah uncoating, genom virus masuk ke nukleus sel
inang dan mengalami replikasi didalamnya, terjadilah penyusunan virus baru yang
kemudian matang dan siap dikeluarkan untuk menginfeksi tubuh atau virus
mengalami 3 dorman di ganglion saraf trigeminal. Hal yang penting sekali dalam
perawatan lesi oral infeksi HSV-1 berupa anjuran untuk istirahat yang cukup,
banyak minum dan makan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein, pemberian
antipiretik atau analgesik untuk mengurangi rasa sakit dan demam, disertai juga
multivitamin. Patofisiologi Infeksi virus Herpes simpleks ditularkan oleh dua
spesies virus, yaitu virus Herpes simpleks-I (HSV-1) Virus ini merupakan
kelompok virus DNA rantai ganda.Sebelum memulai pengujian, encerkan Wash
Solution, siapkan sampel pasien seperti yang dijelaskan pada dan di buat dengan
hati-hati rencana distribusi dan identifikasi yang disertakan dalam kit untuk semua
specimen dan kontrol.

Anda mungkin juga menyukai