Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN HERPES SIMPLEX

Anggota Kelompok :
1. Jachien Andre Matulessy
2. Nabila Nuril Fadia
3. Avivah Rohmatul Jannah
4. Eni Sudarwasih
5. Nur Wahyu Abdullah

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA


ILMU KEPERAWATAN
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks
virus (HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan.
Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria
maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Sekitar 50 juta
penduduk di Amerika Serikat menderita infeksi HSV pada usia 12 tahun atau
lebih. Infeksi primer oleh HSV tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak,
sedangkan infeksi HSV tipe II biasanya terjadi sebanyak 25-50% dari
populasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit herpes simplex.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu memahami tentang konsep dasar penyakit herpes
simplex.
2. Mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan herpes simplex.
3. Mampu melakukan asuhan keprawatan pada klien dengan
herpes simplex meliputi pengkajian, diagnose, rencana
keperawatan, implementasi dan evaluasi.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan herpes simplex.
2. Bagi Institusi
Hasil Studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi
pengembangan keilmuwan khususnya dalam bidang keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori Herpes Simplex


2.1.1 Definisi Herpes Simplex
Infeksi virus herpes simpleks 1 (VHS) yang biasa disebut
herpes simpleks labialis (HSL) adalah masalah global kesehatan
masyarakat yang memiliki berbagai bentuk pengobatan dengan
dampak yang minimal. Bentuk yang paling umum dari infeksi virus
tersebut adalah gingivostomatis primer atau infeksi berulang HSL,
biasanya terjadi pada anak pra-sekolah atau taman kanak-kanak,
remaja, dan dewasa muda.
Herpes simpleks virus merupakan famili dari herpes viridae
yang terdiri dari delapan virus antara lain cytomegalovirus, varicella
zostervirus, eipstein barr, dan human herpes virus VI yang terkait
dengan virus roseola exanthem subitum, pityriasisrosea, serta human
herpes virus VII yang terkait dengan sarcoma Kaposi dan limfoma.
Penularan virus herpes dapat terjadi karena kontak
mukokutaneus dengan sekret dari mulut maupun genital individu
yang terinfeksi. Infeksi herpes disebabkan oleh VHS-1 dan VHS-2
dengan sifat biologis dan serologis yang berbeda. VHS-1
bertanggungjawab terhadap mayoritas kasus infeksi mulut, faring
dan meningoensefalitis, serta dermatitis di atas pinggang. Sedangkan
VHS-2 disebut dalam mayoritas infeksi genitalia, infeksi pada bayi
yang baru lahir, dan dermatitis di bawah pinggang
2.1.2 Klasifikasi

2.1.3 Etiologi
Herpes Genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis
(HVH), yang merupakan angggota dari famili herpesviridae. Adapun
tipe-tipe dari HSV adalah :
1. Herpes Simplex Virus tipe I : pada umumnya menyebabkan lesi
atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa, mulut dan leher
2. Herpes Simplex Virus tipe II : umumnya menyebabkam lesi pada
genital dan sekitarnya (bokong, anal dan paha)

Herpes Simplex tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV


yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono)
dan varisela zoster yang menyebabkan herpes zoster dan varicella.
Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2,
namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan
yang sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang
penularannya secara utama melalui vaginal atau anak seks.

2.1.4 Manifestasi Klinis


2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Pathway
2.1.7 Komplikasi
Bagi pasien yang terinfeksi HSV-2 akan beresiko 3 kali lipat tertular
HIV. Aktivasi lokal replikasi HIV di tempat herpes genital pada orang
dengan HIV dan HSV-2 akan meningkatkan risiko penularan HIV
selama kontak dengan mulut, vagina, atau rektum dari pasangan seks
yang tidak terinfeksi HIV.
Selain orang dewasa, neonatus juga dapat terkena HSV yang berasal
dari dalam rahim ibunya. Hal ini dapat terjadi pada tahap intrapartum
atau postpartum, dengan penularan melalui kontak cairan vagina yang
mengandung HSV selama periode intrapartum.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


2.1.9 Penatalaksanaan
Pencegahan dan pengobatan HSV di berikan dengan cara
farmakologis yang bekerja secara sitemik dan topical. Pemberian
obat sistemik akan mengurangi aktivitas dan replikasi HSV secara
signifikan. Sedangkan, pemberian obat topical akan menghambat
replikasi virus secara local sehingga mengurangi lesi dan biasanya
diberikan untuk penderita HSV tipe 1 oral.
Tiga analog nukleosida yang disetujui untuk pengobatan HSV adalah
Acyclovir, valacyclovir, farmacyclovir, pencyclovir, dan
valacyclovir. Asiklovir dapat diberikan secara topikal atau sistemik
karena dapat diberikan melalui rute oral dan intravena. Pencyclovir
adalah pengobatan topikal yang digunakan untuk mengobati herpes
mulut dan herpes labialis. Famciclovir dan valacyclovir diberikan
secara sistemik. Untuk Acyclovir, valacyclovir, dan farmacyclovir
adalah terapi yang efektif digunakan untuk mengobati herpes genital
yang disebabkan oleh HSV-1 dan HSV-2.
Obat antivirus yang di gunakan untuk mengelola HSV tidak
menyembuhkan infeksi, namun mengubah perjalanan klinis penyakit
dengan cara menghambat replikasi virus dan mencegah kerusakan
yang berkelanjutan.
Manajemen HSV juga mencakup pencegahan. Strategi pencegahan
yang ditujukan untuk mengurangi penularan termasuk pendidikan
mengenai sifat menular penyakit, kemanjuran teknik penghalang
seperti kondom dalam mencegah penularan virus, pelepasan virus
tanpa gejala, dan menghindari pemicu. Pada pasien yang mengalami
pelepasan virus simtomatik, strategi yang paling efektif adalah tidak
melakukan aktivitas seksual. Strategi pencegahan pascainfeksi
meliputi terapi episodik dan supresif yang ditujukan untuk
mengurangi keparahan, durasi, dan kekambuhan gejala, serta
mencegah penularan ke pasangan yang tidak terinfeksi
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HERPES SIMPLEX
Kasus
Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun datang ke poli RSUD dr. Saiful Anwar
Malang pada 4 Agustus 2023 pukul 08.45 WIB. Klien datang diantar oleh Ibunya
dengan keluhan utama sakit pada sudut bibir sebelah kiri dan dan mukosa bibir
bawah sejak 3 hari yang lalu. Klien mengeluh nyeri dan sakit pada area mulutnya.
Tiga hari yang lalu klien mengalami demam, lemas serta meriang pada badannya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan daerah bibir terdapat bitnik merah, berair
dan seperti lepuhan. kesadaran composmentis, suhu 37,4 C, tekanan darah
119/90mmHg. Nadi 89x/menit, RR 20x/menit.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : An. F
Tanggal lahir : 30 April 2014
Umur :
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Perumahan Bagus, Malang Kota
No. RM : 0006714
Tanggal masuk : 4 Agustus 2023
Dx. Medis :
Tanggal pengkajian : 4 Agustus 2023
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Perumahan Bagus, Malang Kota
Hubungan : Ibu
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sakit pada sudut bibir sebelah kiri dan dan
mukosa bibir bawah sejak 3 hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Dikaji pada 23 Agustus 2023 pukul 08.50 WIB. Klien mengatakan
sakit dan nyeri pada bibir sebelah kiri, berair dan seperti lepuhan dan
kemerahan. Klien mengatakan tidak nyaman, nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mengalami hal ini
sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
e. klien mengatakan bahwa didalam
f. keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit ini
g. klien mengatakan bahwa didalam
h. keluarganya tidak ada yang mengidap penyakit ini
Ibu klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidaka ada yang
mengidap penyakit ini.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compomentis, GCS : E 4 V5 M 6
b. Kesadaran Umum : Baik
c. Tanda Vital
TD : 119/90mmHg
N : 89x per menit
S : 37,4 C
RR : 20x per menit
SPO2 : 100%
4. Pengkajian Fisik Head to To
a. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, distribusi rambut normal,
rambut hitam bersih, tidak ada lesi
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidaak ada nyeri tekan
b. Mata
Inspeksi : posisi mata simestris, gerakan bola mata normal, sklera
anikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor
Palpasi : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
c. Telinga
Inspeksi : simestris, tidak ada kelainan bentuk, warna normal
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi dan jejas
Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada massa dan tidak ada
nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi : simetris, bibir sebelah kiri terdapat bintik berair,
seperti lepuhan dan kemerahan.
Palpasi : nyeri bila ditekan diarea sekitar area yang sakit
f. Leher
Inspeksi : leher simetris, warna kulit normal
Palpasi : tidak terdapat distensi vena jugularis
g. Dada
Inspeksi : bentuk simetris, pengembangan dada saat
ekspirasi dan insiprasi simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada massa, dan tidak ada nyeri tekam
Perkusi : Sonor
h. Abdomen
Inspeksi : perut datar dan simetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
i. Genetalia dan Anus
Inspeksi : normal, tidak terdapat nyeri
Palpasi : tidak ada benjolan maupun nyeri tekan
j. Ekstermitas Atas dan Bawah
Atas : tangan terlihat simetris, tidak terdapat lesi
maupun udem, tidak terdapat hiperpigmentasi, warna kulit sawo
matang, turgoe kulit sedikit kering, terdapat reflek bisep dan trisep
Bawah : Kaki tamapk simetris, tidak terdapat udem,
warna kulit sawo matang, turgoe kulit sedikit kering, terdapat reflek
bisep dan trisep, refleks patella dan kekautan otot baik.

+ +
+ +
k. Kulit dan Kuku
Inspeksi : kulit kemerahan
Palpasi : kulit hangat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan akut dibuktikan
dengan daerah bibir terdapat bintik merah, berair dan seperti lepuhan.

C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil pengkajian yang penulis dapatkan pasien mengeluh nyeri dan sakit pada
area mulutnya. Tiga hari yang lalu klien mengalami demam, lemas serta
meriang pada badannya.
4.2 Saran
1. Bagi perawat
Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan pasien, oleh
karena itu untuk mencapai hasil keperawatan yang optimal, sebaiknya
proses keperawatan dilaksanakan secara berkesinambungan, mengingat
angka penyakit HVS menaglami peningkatan
2. Pasien
Untuk pasien harus banyak mencari informasi tentang penyakit yang
dialami, harus menjaga pola hidup sehat dan makan makanan sehat sesuai
dengan kebutuhan tubuh, melakukan olah raga secara teratur, dan
memeriksakan kesehatan ke pelayanan kesehatan terdekat seperti
puskesmas untuk mengetahui status kesehatan.
3. Bagi keluarga pasien Untuk keluarga harus mensuport pasien untuk
menjaga kesehatan pasien, dengan cara mengingatkan hal-hal yang
membuat atau menjadi penyebab penyakit HVS.

Anda mungkin juga menyukai