Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HERPES

Disusun oleh : Kelompok 3


1. Eirene Laoli
2. Gusman Gulo
3. Heppy Ratna Fatemaluo
4. Herlinus Yur Notatema Zebua
5. Lince Putriani Lase
6. Nelvi Sukmawati Hulu
7. Oktavema Gulo
8. Putra Setia Ziliwu

Dosen Pengampuh : Ibu Wahyuningsi Lase , S.Kep., Ns., M.Kep

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


PRODI D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI
T.A. 2021/2022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN :

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS :

A. KONSEP DASAR HERPERS

BAB III PEMBAHASAN:

A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP:

A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Berkat dan
Rahmat-Nya yang telah diberikan sehingga kami dapat membuat makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HERPES ” Makalah ini dibuat untuk memenuhi
pembelajaran pada Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang ditugaskan dalam
bentuk diskusi kelompok.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya..

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yaitu
khususnya kepada Dosen Pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan serta
mempercayakan kami dalam menulis makalah ini.
Demikianlah yang dapat disampaikan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat,
terimakasih.

Gunungsitoli, 14 Maret 2022


Penyusun

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit herpes merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat terutama di negara – negara berkembang termasuk Indonesia. Herpes merupakan
penyakit radang kulit yang disebabkan oleh virus yang ditandai dengan munculnya bintik
berisi cairan pada bagian kulit tertentu. Berdasarkan penyebabnya penyakit herpes dibagi dua
yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.

Herpes simpleks adalah suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok diatas daerah
eritema, dapat satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.
Penyebab penyakit herpes simpleks adalah Herpes Virus Hominis (HVH). Herpes zoster
adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel – vesikel yang tersusun
berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom dengan virus V-Z sebagai
penyebabnya.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit herpes menjadi penyebab


tingginya kasus penyakit ini. Pada umumnya masyarakat tidak mengenali gejala – gejala
penyakit herpes dan seringkali menganggap bahwa gejala awal yang timbul adalah hal yang
biasa. Padahal penyakit herpes cukup berbahaya jika dibiarkan begitu saja tanpa perawatan
dan pengobatan yang tepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi herpes ?
2. Definisi herpes ?
3. Apa saja klasifikasi herpes ?
4. Bagaimana Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes ?
5. Bagaimana gejala herpes?
6. Bagaimana cara pencegahan herpes ?
7. Bagaimana pengobatan herpes?

C.TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi herpes.
2. Dapat mengetahui klasifikasi herpes
3. Dapat mengetahui Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes
4. Dapat mengetahui gejala herpes
5. Dapat mengetahui cara pencegahan herpes
6. Dapat mengetahui pengobatan herpes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR HERPES
1. pengertian
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi
manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan
kulit kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau
HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan
kelamin (herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan tetapi,
banyak orang yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka memiliki virus
herpes di dalam tubuhnya. (Monica Shendy, 2016)
Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih
banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat
menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.(Monica Shendy, 2016)
2. Klasifikasi Herpes
2.1 Herpes Zoster /Vericella Zoster Virus (VZV)

Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang
disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa
nyeri disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas
pada area di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah
varicella atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak hingga remaja.
Setelah varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf
dan dapat teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas menurun
(CDC,2008).

Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air
(chicken pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah
virus yang hanya dapat hidup di manusia dan primata ;(simian). Pertikel virus
(virion) varicella zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah
yang mengkodekan gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini berukuran 125 kb
(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan
nukleokapsid yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded
genom. Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral, memiliki diameter 100-110
nm, dan terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini
akan mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya
apabila bagian amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui
pernapasan dan melalui vesikel pada kulit pada penderita .

2.2 Herpes Simplex Virus 1 (HSV 1)

Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan suatu
penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya vesikel
pada wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh dan
dapat rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi
imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks Keratitis
(HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat
infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik
dari epitel sampai endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas
kornea, pemeriksaan Giemsa dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018)

2.3 Herpes Simplex Virus 2 (HSV 2)

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah
orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes
genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar
makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi
Menular Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar
disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat
terjadi pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan
sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola
penyebaran lesi kulit infeksi herpes simpleks genitalis.Gejala herpes meliputi lecet,
bisul, nyeri saat buang air kecil, dan keputihan. (Laissa Bonita, 2017)

3. Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 3 tipe virus herpes :
a. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan
sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau
memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh
bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu,
dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro
genital (oral sex).
b. Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama
daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan
seksualorogenital.
HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang merupakan virus
DNA. Pembagian tipe 1 dan 2 berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada
media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis yaitu tempat predileksi.
Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2,
yang secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui
mulut, orofaring, permukaan mukosa, vagina, dan serviks tampak merupakan
sumber penting untuk tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah
laserasi pada kulit dan konjungtiva. Biasanya virus mati pada ruangan akibat
kekeringan. Saat replikasi virus tidak terjadi , virus naik ke saraf sensori
perifer dan tetap tidak aktif dan ganglia saraf. Wabah lain terjadi ketika
hospes menderita stres. Pada wanita hamil dengan herpes aktif, bayi yang
dilahirkan pervagina dapat terinfeksi oleh virus. Terdapat resiko morbiditas
dan mortalitas janin.
c. Varisella Zoster Virus
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai
kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral
dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan
hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat
menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus
kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu
yang immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari
badan saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit
yang dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang
lain pada satu dermatom.

4. Pathogenesis
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup
virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi
manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan
dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi
tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan
infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis,
seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem
saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali
secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat
dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui
droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi.
HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh
hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi
serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum
ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada
daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar
melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta
bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia
trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di
ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus
akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi
rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga
kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer.
Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau
emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan
beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir
selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro
genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini
bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai
dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang
abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi
seluler dan keradangan.
Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Pada episode
infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara
permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap
di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Ketika
reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.

5. Eidemiologi Herpers
Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang
hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta.
Wanita lebih banyak yang terinfeksi dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta
wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah
yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia terbanyak pada 25-39 tahun.
Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia 15-49 tahun di
seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta adalah
wanita dan 10,8 juta adalah pria. (Lisa Bonita, 2017)
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-
faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan
pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial
ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi
HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering
ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV-
2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat
dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih.
Pada Varicella zoster virus (VZV), level infektifitasnya tinggi dan memiliki
prevalensi yang terjadi di seluruh dunia. Herpes zoster tidak memiliki kaitan
dengan musim dan tidak terjadi epidemik. Hubungan yang kuat terdapat pada
peningkatan usia, yaitu 1,2 sampai 3,4 per 1000 penduduk per tahun pada orang
sehat berusia muda, dan meningkat menjadi 3,9 sampai dengan 11,8 per 1000
penduduk pada usia di atas 65 tahun (Long MD dkk., 2013).

6. Gejala Herpers
Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai dengan
sering gejala kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala
atau atipikal, karena mayoritas orang dengan HSV-2 infeksi belum didiagnosis.
Meskipun HSV-1 dan HSV-2 biasanya ditularkan melalui rute yang berbeda dan
mempengaruhi area tubuh yang berbeda, tanda-tanda dan gejala tumpang tindih.
Episode pertama dari gejala dari genital HSV-1 infeksi tidak dapat klinis
dibedakan dari infeksi HSV-2; hanya melalui tes laboratorium yang infeksi ini
dapat dibedakan. Ketika vesikel tidak hadir, konfirmasi laboratorium mungkin
diperlukan untuk menyingkirkan penyebab lain ulkus genital. Kebanyakan orang
akan mengalami satu atau lebih gejala kekambuhan dalam waktu satu tahun
setelah gejala pertama episode infeksi HSV-2. Dengan genital HSV-1 infeksi,
episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan kambuh. Kekambuhan gejala
umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi biasanya menyebabkan
pelepasan virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam ketiadaan gejala.
Akibatnya, HSV-2 sering ditularkan oleh orang yang tidak menyadari infeksi
mereka atau yang asimtomatik pada saat kontak seksual.
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam, nyeri
otot, dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada
tempat infeksi. Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang
pecah dan mengering dalam beberapa hari. Blister yang pecah tersebut
mengakibatkan luka dengan rasa nyeri.
Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat kelamin.
Lalu sakit pada saat buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina. Munculnya
benjolan di selangkangan dan koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat,
anus, atau paha. Pada pria, herpes dapat menyebabkan kulit penis kering, perih,
dan gatal.
Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit berisi
cairan (vesikel) yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit kepala,
rasa nyeri, panas pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.
7. Cara Pencegahan Herpers
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom
dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada
daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus Spermatisida yang
berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di
samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan
dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
- Pencegahan Tertularnya Herpes
a. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
b. Mencuci tangan secara rutin.
c. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
d. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti
gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
e. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes
8. Pengobatan Herpers
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi
pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Pengobatan yang diberikan
dapat dibagi menjadi 3 bagian :
a. Pengobatan profilaksis, meliputi penjelasan kepada pasien tentang
penyakitnya, proteksi individual, menghindari faktor pencetus, psikoterapi.
b. Pengobatan non spesifik, yaitu yang bersifat simtomatis.
c. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap virus herpes. Tiga
obat virus yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir
Efek obat antivirus tersebut mengurangi viral shedding, memperpendek lama
sakit dan memperpendek rekurensi.
Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini
dapat dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:
a. Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
b. Mandi dengan menggunakan air suam
c. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
d. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
e. Menggunakan pakaian longgar.
f. Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.
Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi
selama masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi.
a. Paracetamol atau aspirin dapat mengurangi rasa sakit dan soreness.
b. Betadine akan mengeringkan lepuhan & mencegah sores terinfeksi.
c. Cuci sores dengan air garam 2 sendok the garam dalam 1 liter air, atau 1
cup garam dalam air mandi) dapat menolong penyembuhan.
d. Olesan salep atau krim penghilang rasa sakit dapat mengurangi rasa sakit,
terutama ketika mengeluarkan air seni
e. Bila sakit sewaktu kencing , Anda dapat mengeluarkan air seni sewaktu
duduk dalam air mandi yang hangat.
Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan untuk
orang dengan herpes zoster.
1) Obat antiradang
Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah satu
cara untuk mengobati herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan NSAID
lainnya mampu mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
2) Analgesik (obat pereda nyeri)
3) Antihistamin
Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) sering kali ikut
diresepkan untuk mengatasi rasa gatal. Ini karena rasa gatal akibat herpes
zoster biasanya tak tertahankan. Menggaruk ruam dan luka bisa membuat
penyakit menyebar luas. Untuk itu, antihistamin menjadi salah satu cara efektif
untuk mengobati rasa gatal akibat herpes zoster.
4) Capsaicin (Zostrix)
Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko nyeri
saraf pasca pulih dari herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat menyiksa
karena menyerang serabut saraf dan kulit. Kulit akan terasa seperti terbakar
dalam waktu yang cukup lama.
BAB III
STUDI KASUS

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Pengumpulan data
 Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama : Nyeri
b. Riwayat kesehatan utama
Yang menyebabkan nyeri adalah adanya vesikel
c. Riwayat kesehatan masa lalu
- Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama ?
- Apakah klien pernah dirawat dirumah sakit ?
- Apakah klien pernah menderita alergi ?
d. Riwayat kesehatan sebelumnya
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama atau
penyakit lain dan keturunan ?
 Pola aktivitas sehari – hari
b) Klasifikasi data
1. Data subjektif
- Rasanyeri pada daerah mulut
- Sering demam dan menggigil
- Lemah dan cepat lelah
- Malas makan
- Klien bertanya mengenai penyakit yang dialami
- Merasa kurang percaya diri
2. Data objektif
- Klien tanpa meringis
- Badan terasa hangat
- Nampak lemah dan letih
- Porsi makan tidak disiapkan
- Nampak tidak ada selera / nafsu makan
- Berat badan turun
- Tampak gelisah
- Tampak malu dengan keadaanya
3. Analisa Data

n Problem etiologi Diagnose


o

1 Ds : Infeksi primer Nyeri

klien mengatakan merasa nyeri Peradangan


pada daerah mulut
Hipotalamus
Do :
Gangguan konteks serebri
klien Nampak meringgis
Nyeri dipersepsikan

2 Ds : Infeksi primer Gangguan rasa


- Klien mengatakan sering Peradangan nyaman dan panas
demam dan menggigil Pyrogen endogen
- Klien mengatakan Stimulasi di Hipotalamus
badannya terasa panas Pergeseran set point
- Klien mengatakan lemah Gangguan rasa nyaman dan
dan cepat lelah panas
Do :
- Badan klien terasa hangat
- Klien Nampak lemah dan
letih
3 Ds : Peradangan Nutrisi kurang dari
klien mengatakan malas makan Timbul kelemahan kebutuhan tubuh
Do : Nafsu makan berkurang
- Porsi makan tidak Malas makan
dihabiskan Nutrisi kurang dari
- Klien Nampak kurang kebutuhan tubuh
selera/nafsu makan
- Berat badan turun

4 Ds : Pembentukan veksikel yang Gangguan body


klien mengatakan merasa kurang berkelompok image
percaya diri Kusta
Do : Kerusakan integritas kulit
klien tampak malu dengan Gangguan body image
penampilannya

5 Ds : Kurang informasi Kurang pengetahuan


klien bertanya mengenai Salah interprestasi
penyakit yang dialaminya Kurang pengetahuan
Do :
klien tampak gelisah

2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyeri, berhubungan dengan ulserasi dan gatal ditandai dengan
Ds: klien mengatakan merasa nyeri pada daerah mulut
Do: klien tampak meringis
2. Gangguan rasa nyaman ( panas ) berhubungan dengan peradangan ditandai
dengan :
Ds :
- Klien mengatakan sering demam dan menggigil
- Klien mengatakan badanya terasa panas
- Klien mengatakan lemah dan cepat lelah
Do :
- Badan klien terasa hangat
- Klien Nampak lemah dan letih
3. Nutrisi kurang dari kebutulan b/d kurang nafsu makan ditandai dengan :
Ds : klien mengatakan malas makan
Do :
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Klien Nampak kurang selera/nafsu makan
- Berat badan turun
4. Gangguan body image beerhubungan dengan integritas kulit ditandai dengan :
Ds : klien bertanya mengenai penyakit yang dialaminya
Do : klien tampak gelisah
5. Ansietas berhubngan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya ditandai
dengan :
Ds : klien bertanya mengenai penyakit yang dialaminya
Do : klien tampak gelisah
3. Rencana keperawatan

n Tujuan Infeksi Rasional


o

1 setelah diberikan tindakan 1. Kaji penyebab kulit 1. Memperoleh data


keperawatan selama 3 hari nyeri terasa gatal dan nyeri dasar dan
berkurang yang dirasakan klien memudahkan
setelah diberi tindakan 2. Alihkan perhatian klien dalam
keperawatan selama 1 hari nyeri samgat nyeri menentukan
teratasi dengan kriteria : 3. Kolaborasi pemberian intervensi lebih
- Menyatakan tingkat nyeri aspirin dan analgesic lanjut
menurun 2. Mengalihkan
- Tidak ada pentujuk perhatian dengan
nonverbal tentang nyeri, mengajak
ulserasi dan gatal berdiskusi
diharapkan tidak
dipersepsikan
3. Aspirin dan
analgetik efektif
untuk mengontrol
nyeri

2 setelah diberikan tindakan 1. Ukur suhu setiap 2 jam 1. Untuk mengetahui


keperawatan selama 3 hari suhu 2. Berikan kompres perubahan suhu
tubuh berkurang hangat 2. Membuaka pori –
3. Berikan selimut tiois pori kulit
setelah diberi tindakan 4. Aturvertilasi yang sehinggan
keperawatan selama 1 hari suhu cukup meningkatkan
tubuh berangsung normal dengan 5. Anjurkan minum air penguapan
kriteria : sebanyak mungkin 3. Untuk
- Tidak ada menggigil atau meningkatkan
gemetar evaporasi panas
- Klien tampak lebih tenang 4. Menurunkan panas
- Ekspresi wajah klien cerah dengan prinsip
radiasi
5. Untuk
mengimbangi/
mengganti cairan
yang keluar agikal
evaporasi

3 setelah diberikan tindakan 1. Kaji pola makan 1. Mengetahui


keperawatan selama 3 hari 2. Memberikan makanan tingkat nafsu
kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam bentuk yang makan klien
menarik makanan yang
setelah diberi tindakan disuakai dan yang
keperawatan selama 1 hari tidak disukai
kebutuhan nutrisi membaik dengan 2. Membantu
kriteria : meningkatkan
nafsu makan
Nafsu makan kembali normal

4 setelah diberikan tindakan 1. Observasi gangguan 1. Dengan


keperawatan selama body image body image pemahaman yang
terpenuhi 2. Dorong pasien untuk jelas mengenai
bertanya atau penyaitnya klien
setelah diberi tindakan mengekspresikan dapat beradaptasi
keperawatan selama 1 hari body perasaaanya dan membantu
image teratasi dengan kriteria : dalam pelaksanaan
- Mekanisme koping yang perawatannya
efektif 2. Dukungan akan
- Menyatakan penerimaan membawa klien
terhadap situasi diri mengenal dirinya
membagi perasaan
akan mengurangi
gangguan
perasaanya serta
menunjukkan
bahwa pasien
menerima
pembelajaran

5 setelah diberikan tindakan 1. Observasi tingkat 1. Sebagai data dasar


keperawatan selama 3 hari kecemasan klien untuk melanjutkan
perasaan bingung berkurang 2. Berikan penjelasan intervensi
kepada klien tenang selanjutnya
setelah diberi tindakan penyakitnya 2. Membantu klien
keperawatan selama 1 hari agar dapat
perasaan klien tampak tenang memahami
penyakitnya
dengan kriteria :
- Menjawab secara verbal
pertanyaan yang diberikan
tentang penyakitnya
- Komperatif dalam terapi &
perawatan
- Bebas dari kebingunggan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.Herpes
genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes
zoster disebut juga shingles/cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
akut pada bagian dermatoma dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster.
Pengobatan dari herpes secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal,
menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani
herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.

B. SARAN

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara
pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil agar lebih menjaga kebersihan diri
terutama pada bagian Genital, karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur/virus pada
bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis dan
varicella. Jika ibu mengalami gejala – gejala seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat
ruam pada bagian tubuh, dan tersa gatal ibu harus segera datang ketenaga kesehatan untuk
mendapatkan pengobataan
DAFTAR PUSTAKA

Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes
Simpleks Genitalis. Diakses di
https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/viewFile/4149/2797

Brazier,Yvett. 2017. “Symptoms, causes, and treatment for herpes “


https://www.medicalnewstoday.com/articles/151739.php

Foley E, Clarke E, Beckett VA, Harrison S, Pillai A, FitzGerald M, Owen P, Low-Beer N,


Patel R, 2014. Management of Genital Herpes in Pregnancy.

Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes zoster
among 108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment Pharmacol Ther.
2013;37(4):420–429.

Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS.
Dr. M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7.
No 3. Hal 37-38. Diakses di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/871/711

Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”. Jurnal
Medula Unila Vol. 4 No. 3 Hal 110.

Tjin Willy. 2017.Herpes.Alodokter. diakses pada 17 oktober 2019


https://www.alodokter.com/herpes

Anda mungkin juga menyukai