Dosen Pembimbing:
Denis Farida, S.Kep.,Ns., M.Tr.Kep
Anggota Kelompok 4 :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Pada
KlienDengan Herpes Zoster”.Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi
besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan MedikalBedah III.
Dengan harapan makalah ini bisa menambah pengetahuan, menambah wawasan dan
mendatangkan manfaat.Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Aamiin.
(Kelompok 4)
i
DAFTAR ISI
KataPengantar i
DaftarIsi ii
BABIPendahuluan 1
1.1 LatarBelakang 1
1.2 RumusanMasalah 2
1.3 TujuanPenulisan 2
BABIIPembahasan 3
2.1 Definisi Dari Herpes Zoster
2.2 Etiologi Herpes Zoster
2.3 Patofisiologi Herpes Zoster
2.4 Bagaimana Klasifikasi Dari Herpers Zoster
2.5 Manifestasi Klinis Dari Herpes Zoster
2.6 Pencegahan Untuk Herpes Zoster
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Untuk Herpes Zoster
2.8 Komplikasi Herpes Zoster
2.9 Penatalaksanaan Medis Dari Herpes Zoster
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Dari Herpes Zoster
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus, yaitu reaktivasi virus
varisela zoster.Herpes zoster merupakan sebuah manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-
zoster laten dari saraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster bertanggung jawab untuk
dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varisela atau chickenpox (cacar air) dan Herpes
zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang
berkontak dengan virus varicella zoster.
Insidennya meningkat seiring bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada
usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun.1 Meingkatnya insidensi pada
usia lanjut ini berkaitan dengan menurunnya respon imun dimediasi sel yang dapat pula terjadi
pada pasien imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien dengan keganasan, dan pasien
yang mendapat obat imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien imunokompeten pun
besar.
Herpes zoster sendiri meskipun bukan penyakit yang life-threatening, namun dapat
menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang dialami saat
timbul lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga dapat
menggangu kualitas hidup pasien – suatu keadaan yang disebut dengan postherpetic neuralgia.
Prevalensi herpes zoster di Indonesia diprediksi kecil, yakni hanya mencakup 1%.
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui definisi dari herpes zoster
2. Agar pembaca dapat mengetahui etiologi dari herpes zoster
3. Agar pembaca dapat mengetahui patofisiologi dari herpes zoster
4. Agar pembaca dapat mengetahui klasifikasi dari herpers zoster
5. Agar pembaca dapat mengetahui manifestasi klinis dari herpes zoster
6. Agar pembaca dapat mengetahui pencegahan untuk herpes zoster
7. Agar pembaca dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk herpes zoster
8. Agar pembaca dapat mengetahui komplikasi dari herpes zoster
9. Agar pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari herpes zoster
10. Agar pembaca dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan dari herpes zoster
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster. Infeksiositas virus ini
dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana
Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
Faktor Resiko Herpes zosterantara lain sebagaiberikut:
a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.
5
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
2.3 Patofisiologis
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali
terjadi di daerah nasofaring.Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga
terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik.Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan
replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke
kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada
saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari
virus sehingga terjadi herpes zoster.
2.4 Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
a. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada
satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala
prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
6
(http://eyewiki.aao.org/Herpes_Zoster_Ophthalmicus)
b. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit.
7
Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.
(http://www.medicinenet.com/image-collection/herpes_zoster_picture/picture.htm)
e. Herpes zoster lumbalis.
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
f. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
2.5 ManifestasiKlinis
a. Gejala Prodomal
1) Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.
2) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal
dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
3) Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi
penglihatan dan lain – lain.
b. Timbul erupsi kulit
8
1) Kadang terjadi limfadenopati regional
2) Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,
yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul dan
dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental
juga menghilang
4) Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang sampai hari ke-
7
5) Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar)
6) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive
terhadap nyeri yang dialami.
2.6 Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuhadalah
pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan responspesifik limfosit
sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usialanjut. Vaksin herpes
zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telahdilemahkan atau komponen selular
virus tersebut yang berperan sebagaiantigen. Penggunaan virus yang telah
dilemahkan telah terbukti dapatmencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit
tersebut pada pasien yangrentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita
imunokompeten, sertaimunosupresi.
2.7 PemeriksaanDiagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
9
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
1. Virologi:
a) Mikroskop cahaya.
b) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
c) PCR,
d) Kultur Virus,
2. Serologi
a) ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
b) Western Blot Test,
c) Biokit HSV-II.
2.8 Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbull
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
a. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
b. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
c. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
d. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan
kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
e. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius
tapi jarang terjadi.
10
2.9 PenatalaksanaanMedis
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya
pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan inflamasi.
a. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah.
b. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.
c. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter
Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.
d. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk ruam
akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.
e. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.
2. Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek, herpes zoster
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya
tahan tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang
lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok
yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia
mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat
jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe
regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita
dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau
melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan
denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah;
pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
12
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk
orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji
nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.
Diagnosa
1. Hipertermia berhubugan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
(timbul bula, kemerahan)
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
6. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
7. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular
seksual
Interverensi
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Interverensi
1. Hipertermia Selama dilakukan tindakan a. Monitor suhu pasien
berhubugan keperawatan, pasien mampu b. Monitor nadi, RR
dengan penyakit mempertahankan kondisi pasien
normotermi dengan kriteria c. Monitor intake output
hasil: pasien
- Suhu tubuh dalam d. Berikan penjelasan
rentang normal tentang penyebab
- Nadi dan RR demam atau
peningkatan suhu
tubuh
e. Beri kompres hangat di
daerah ketiak dan dahi
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
13
pemberian antiviral,
antipiretik
2. Nyeri akut Selama dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian
berhubungan keperawatan, nyeri pasien nyeri secara
dengan agen cidera hilang dengan kriteria hasil: komprehensif
biologis - Pasien mampu b. Observasi reaksi
mengontrol nyeri nonverbal dari
- Melaporkan nyeri ketidaknyamanan
berkurang menggunakan c. Kontrol lingkungan
managemen nyeri yang dapat
- Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
frekuensi) pencahayaan,
kebisingan
d. Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
f. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
g. Anjurkan klien untuk
beristirahat
3. Kerusakan Selama dilakukan tindakan a. Observasi keaadan
integritas kulit keperawatan, pasien bula pasien
berhubungan mampumencapai penyembuhan b. Anjurkan pada pasien
dengan perubahan pada kulit dengan kriteria hasil: untuk tidak menggaruk
pigmentasi kulit - Integritas kulit yang baik bula
(timbul bula, bisa dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
kemerahan) (pigmentasinya) d. Kolaborasi dengan
- Luka atau lesi pda kulit dokter dalam
menunjukan proses pemberian obat topikal
14
penyembuhan dengan
adanya regenerasi
jaringan
4. Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien
berhubungan keperawatan pasien tidak mengungkapkan
dengan penyakit mengalami gangguan citra perasaannya
tubuh, dengan kriteria hasil : b. Jelaskan tentang
- body image positif pengobatan,
- Mempertahankan perawatan
interaksi sosial c. Fasilitasi kontak
individu dengan
kelompok kecil
d. Beri reinforcement
yang positif
15
dan penambah nafsu
makan
6. Resiko infeksi Selama dilakukan tindakan a. Tekankan pentingnya
berhubungan keperawatan, pasien terhindar teknik cuci tangan yang
dengan gangguan dari infeksi sekunder dengan baik untuk semua
integritas kulit kriteria hasil : individu yang datang
- Klien mampu kontak dengan pasien.
mendeskripsikan proses b. Gunakan skort, sarung
penularan penyakit, tangan, masker dan
faktor yang teknik aseptic, selama
mempengaruhi perawatan kulit.
penularan serta c. Cukur atau ikat rambut
penatalaksanaannya di sekitar daerah yang
- Menunjukan kemampuan terdapat erupsi.
untuk mencegah d. Bersihkan jaringan
timbulnya infeksi baru nekrotik / yang lepas
- Menunjukan perilaku (termasuk pecahnya
hidup sehat lepuh)
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral
16
- Klien mampu c. Beri edukasi tentang
menggunakan keadaan klien apabila
mekanisme koping yang berhubungan seksual
efektif d. Anjurkan pada pasien
untuk mengikuti
program pengobatan
dan perawatan sampai
tuntas
17
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA
PRO GRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
Raya Medokan Semampir Indah 27 Surabaya Tlp. 031- 5913372, Fax. 031- 5939466
Email :stikesbykep@gmail.comBlog : keperawatanstikessby.blogspot.com Web : www.stikes-sby.ac.id
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN DATAKEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kasus
Bpk. S berumur 60 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri sejak 3 hari
yang lalu.Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke
kelopak mata kiri.Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.Penderita juga
merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting.Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan.Belum pernah berobat untuk keluhan ini.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
IdentifikasiKlien
Nama :Tn.H
JenisKelamin : Laki-Laki
Umur :60Tahun
StatusPerkawinan :menikah
KawinPekerjaan :Pensiunan
Agama :Islam
PendidikanTerakhir : TamatSMA
Alamat : Jl.rungkut surabaya
No.MR :499193
TanggalMRS : 05- 06-2021
TanggalPengkajian : 06- 06- 2021
DiagnosaMedis :Herpes zoster
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB :Pasien mengatakan 1 hari sekali untuk BAB, feses berbentuk lunak.
2. BAK :7-8 kali/hari. Pasien mengatakan pola BAK sering tidak ada hambatan, warna
dari urine adalah kuning bening.
3. Kesulitan BAK/BAB: Tidak ada
C. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
Rongga mulut:Normal
19
Mokusa : normal
Gigi : normal
Lidah : normal
Peradangan : normal
RIWAYATPSIKOSOSIAL
A. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social :Baik dan tidak ada masalah.
B. PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : keadaan pasien Composmentis.
20
E. Pemeriksaan Payudara: Tidak di
kaji
Pemeriksaan Thorak / Dada:
1.InspeksiThorak:
A. Bentuk Thorak : Tidak ada kelainan
B. Pernafasan :
- Frekuensi :22x/menit
- Irama : Teratur
2. PemeriksaanParu
A. Palpasi : tidak ada kelainan
B. Perkusi : Bunyisonor
G.Pemeriksaan Abdomen
A. Inspeksi :
- BentukAbdomen:Tidak adapembesaran/ simetris
- Benjolan/massa :
tidak ada benjolan
- B . Askultasi:
- Perilstalistik Usus : Bising Usus 18x/i C.
C. Palpasi :
- Tanda nyeri tekan: tidak ada nyeri tekan
- Benjolan/massa : tidak ada benjolan
- Hepar : normal
D. Perkusi :
SuaraAbdomen : BunyiNormal(Thympani)
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal
(Ekstrimitas)
A.Kesimetrisanotot : normal
21
kelainan
J.Pemeriksaan
Neurologi
Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/ GCS
Fungsi Motorik :
Fungsi Sensorik :
Refleks :1 minimal
A. Refleks Fisiologis:
B. Refleks Patologis:
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Tzanck Smear : Mengidentifikasi
virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
B. Kultur dari cairan vesikel dan tes
antibody: digunakan untuk
membedakan diagnostic herpes
virus.
C. Immunoflourorescent:
mengidentifikasi varicella di sel
kulit.
D. Pemeriksaan histopatologik
E. Kultur virus
F. Identifikasi Antigen / asam nukleat
VVZ
Perawat
( )
Kelompok 4
22
Data Fokus
23
ANALISA DATA
Nyeri
2. DS : Sejak 3 hari yang lalu, muncul Varicela Zoster Virus Kerusakan integritas kulit
plentingplenting di dahi dan kelopak
mata kiri.
DO : ada Vesikel bergerombol di
sekitar kelopak mata kiri, berwarna Meninggalkan lesi di kulit dan
merah permukaan mukosa ke ujung
serabut saraf
24
3. DS : Sejak 3 hari yang lalu, muncul Varicela Zoster Virus Gangguan citra tubuh
plentingplenting di dahi dan kelopak
mata kiri.
DO : ada Vesikel bergerombol di Meninggalkan lesi di kulit dan
sekitar kelopak mata kiri, berwarna permukaan mukosa ke ujung
merah serabut saraf
25
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Namaklien : Tn.H
Umur : 60tahun
Ruangan/kamar : Mawar
No.RM 499196
Waktu Waktu
No. Tindaka TT Evaluas TT
Tgl/ja Tgl/ja
n i
m m
1. S: Klien mengatakan tidak
Rabu ketidakseimbang 08.15 nafsu makan.
6juni an nutrisi kurang Klien mengatakan tidak ada
2021 dari kebutuhan riwayat alergi makanan suhu
tubuh Tubuh : 37 C
b.d penurunan nafsu Nadi : 104x/menit
makan Tekanandarah : 110/70
mmHg Respirasi :22x/menit
Tinggibadan :165
cm Berat Badan : 50kg
O: makan pasien selama dirumah sakit
hanya 4 sendok makan, pasien sering
mengalami mual saat makan, pasien
mengatakan batuk berdahak, pasien
mengatakan dada sakit jika batuk, nafas
sesak, pendengaran pasienmulai
terganggu pada telingga bagian kanan,
pasien mengatakan dia tidak mampu untuk
beraktivitas dari berbaring ke posisi duduk
sangat lemah, pasien mengalami
penurunan berat badan seberat 10 Kg
P: intervensi dilanjutkan
08.05
P: Intervensi dilanjutkan
Tindakan2,4,7,8
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berikut adalah kesimpulan dari isi makalah diatas, yang dimana menjelaskan herpes
zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus
variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso. Virus varisela
zoster dapat mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama
Herpes zoster atau Shingles. Pada usia di bawah 45 tahun, insidens herpes zoster adalah 1
dari 1000, semakin meningkat pada usia lebih tua.
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam
ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa ke tepi ganglion spinal atau
ganglion trigeminal, kemudian menjadi laten. Varicella zoster merupakan virus rantai
ganda DNA, anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau
neurodermatotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai faktor
seperti pembedahan, penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi
malnutrisi, seseorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang,
atau menderita penyakit sistemik. Jika virus ini menyerang ganglion anterior, maka
menimbulkan gejala gangguan motorik
3.2 SARAN
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah
kesehatandengan cara pola hidupsehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda
yang mengarah pada penyakit herpes.
35
DAFTAR PUSTAKA
36