Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KEPERAWATAN KMB III

“ASKEP PADA KLIEN DENGAN HERPES ZOSTER”

Dosen Pembimbing:
Denis Farida, S.Kep.,Ns., M.Tr.Kep

Anggota Kelompok 4 :

1. Ayu Afrillia Oviana (191141011)


2. Diana Putri Puspitasari (191141019)
3. Farahiyah Mazayah Ischak (191141021)
4. Lelyana Nur IndahSari (191141039)
5. Mega Pratama Surya Ningsih (191141043)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS (IKBIS)
SURABAYA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Pada
KlienDengan Herpes Zoster”.Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi
besar alam, Muhammad SAW. Adapun tujuan makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan MedikalBedah III.
Dengan harapan makalah ini bisa menambah pengetahuan, menambah wawasan dan
mendatangkan manfaat.Kami menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Aamiin.

Surabaya, 12 Oktober 2021

(Kelompok 4)

i
DAFTAR ISI

KataPengantar i
DaftarIsi ii

BABIPendahuluan 1
1.1 LatarBelakang 1
1.2 RumusanMasalah 2
1.3 TujuanPenulisan 2
BABIIPembahasan 3
2.1 Definisi Dari Herpes Zoster
2.2 Etiologi Herpes Zoster
2.3 Patofisiologi Herpes Zoster
2.4 Bagaimana Klasifikasi Dari Herpers Zoster
2.5 Manifestasi Klinis Dari Herpes Zoster
2.6 Pencegahan Untuk Herpes Zoster
2.7 Pemeriksaan Diagnostik Untuk Herpes Zoster
2.8 Komplikasi Herpes Zoster
2.9 Penatalaksanaan Medis Dari Herpes Zoster
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Dari Herpes Zoster

BABIII Asuhan Kepeawatan 21


BABIVPenutup 35
3.1 Kesimpulan 35
3.2 Saran 36
DaftarPustaka 37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus, yaitu reaktivasi virus
varisela zoster.Herpes zoster merupakan sebuah manifestasi oleh reaktivasi virus Varisela-
zoster laten dari saraf pusat dorsal atau kranial. Virus varicella zoster bertanggung jawab untuk
dua infeksi klinis utama pada manusia yaitu varisela atau chickenpox (cacar air) dan Herpes
zoster. Varisela merupakan infeksi primer yang terjadi pertama kali pada individu yang
berkontak dengan virus varicella zoster.
Insidennya meningkat seiring bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada
usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun.1 Meingkatnya insidensi pada
usia lanjut ini berkaitan dengan menurunnya respon imun dimediasi sel yang dapat pula terjadi
pada pasien imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien dengan keganasan, dan pasien
yang mendapat obat imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien imunokompeten pun
besar.
Herpes zoster sendiri meskipun bukan penyakit yang life-threatening, namun dapat
menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut lagi nyeri yang dialami saat
timbul lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-bulan lamanya sehingga dapat
menggangu kualitas hidup pasien – suatu keadaan yang disebut dengan postherpetic neuralgia.
Prevalensi herpes zoster di Indonesia diprediksi kecil, yakni hanya mencakup 1%.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari herpes zoster ?
2. Bagaimana etiologi dari herpes zoster ?
3. Bagaimana patofisiologi dari herpes zoster ?
4. Bagaimana klasifikasi dari herpers zoster ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari herpes zoster ?
6. Bagaimana pencegahan untuk herpes zoster ?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik untuk herpes zoster ?
8. Apa saja komplikasi dari herpes zoster ?
3
9. Bagaimana penatalaksanaan medis dari herpes zoster ?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari herpes zoster ?

1.3 Tujuan
1. Agar pembaca dapat mengetahui definisi dari herpes zoster
2. Agar pembaca dapat mengetahui etiologi dari herpes zoster
3. Agar pembaca dapat mengetahui patofisiologi dari herpes zoster
4. Agar pembaca dapat mengetahui klasifikasi dari herpers zoster
5. Agar pembaca dapat mengetahui manifestasi klinis dari herpes zoster
6. Agar pembaca dapat mengetahui pencegahan untuk herpes zoster
7. Agar pembaca dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk herpes zoster
8. Agar pembaca dapat mengetahui komplikasi dari herpes zoster
9. Agar pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari herpes zoster
10. Agar pembaca dapat mengetahui konsep asuhan keperawatan dari herpes zoster

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Herpes Zoster


Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus
variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi
primer oleh virus ( Marwali, 2000). Sedangkan menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit
neurodermal ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok
dengan dasar eritematoso pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis.
Menurut Mansjoer A (2007) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan
infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi
virus yang terjadi setelah infeksi primer. Dari tiga pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan,
herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-
zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi
vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso. Virus varisela zoster dapat mengalami
reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama Herpes zoster atau
Shingles. Pada usia di bawah 45 tahun, insidens herpes zoster adalah 1 dari 1000, semakin
meningkat pada usia lebih tua.

2.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster. Infeksiositas virus ini
dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana
Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
Faktor Resiko Herpes zosterantara lain sebagaiberikut:

a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.

b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan


leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.

c. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

5
d. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

2.3 Patofisiologis
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali
terjadi di daerah nasofaring.Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga
terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik.Keadaan ini diikuti
masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan
replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke
kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih
ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada
saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari
virus sehingga terjadi herpes zoster.

2.4 Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:
a. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada
satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala
prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.

6
(http://eyewiki.aao.org/Herpes_Zoster_Ophthalmicus)
b. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.


(http://www.medeco.de/kieferchirurgie-dentalatlas/viruserkrankungen-der-mundschleimhaut/)

c. Herpes zoster brakialis


Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra.


(http://www.medicinenet.com/image-collection/herpes_zoster_picture/picture.htm)

d. Herpes zoster torakalis


Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

7
Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra.
(http://www.medicinenet.com/image-collection/herpes_zoster_picture/picture.htm)
e. Herpes zoster lumbalis.
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
f. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster sakralis dekstra.


(http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2014/03/penyakit-herpes-zoster.html)

2.5 ManifestasiKlinis
a. Gejala Prodomal
1) Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.
2) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash,
kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal
dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
3) Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya,
pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi
penglihatan dan lain – lain.
b. Timbul erupsi kulit
8
1) Kadang terjadi limfadenopati regional
2) Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,
yang tersering di daerah ganglion torakalis.
3) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul dan
dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental
juga menghilang
4) Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang sampai hari ke-
7
5) Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar)
6) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive
terhadap nyeri yang dialami.

2.6 Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuhadalah
pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan responspesifik limfosit
sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usialanjut. Vaksin herpes
zoster dapat berupa virus herpes zoster yang telahdilemahkan atau komponen selular
virus tersebut yang berperan sebagaiantigen. Penggunaan virus yang telah
dilemahkan telah terbukti dapatmencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit
tersebut pada pasien yangrentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita
imunokompeten, sertaimunosupresi.

2.7 PemeriksaanDiagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
9
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:
1. Virologi:
a) Mikroskop cahaya.
b) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
c) PCR,
d) Kultur Virus,
2. Serologi
a) ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)
b) Western Blot Test,
c) Biokit HSV-II.
2.8 Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbull
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
a. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit
menghilang.
b. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang. Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin
perlu antibiotik.
c. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
d. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah
saraf motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan
kelemahan (palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
e. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau
penyebaran virus ke seluruh tubuh. Ini adalah komplikasi yang sangat serius
tapi jarang terjadi.
10
2.9 PenatalaksanaanMedis
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya
pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan inflamasi.
a. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah.
b. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20
menit.
c. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.
Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk
meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter
Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat.
d. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk ruam
akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.
e. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.

2.10 Konsep AsuhanKeperawatan


Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja
dan dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.
b. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah
yang terkena pada fase-fase awal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang
mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga
terdapat lesi/vesikel perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
11
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman
dekat yang terinfeksi virus ini.
f. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep
diri.hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga
diri, penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2) Menarik diri dari kontak social.
3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

2. Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek, herpes zoster
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya
tahan tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang
lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok
yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan
adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia
mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat
jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe
regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita
dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau
melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan
denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah;
pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
12
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk
orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji
nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.

Diagnosa
1. Hipertermia berhubugan dengan penyakit
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit
(timbul bula, kemerahan)
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
6. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
7. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular
seksual
Interverensi
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Interverensi
1. Hipertermia Selama dilakukan tindakan a. Monitor suhu pasien
berhubugan keperawatan, pasien mampu b. Monitor nadi, RR
dengan penyakit mempertahankan kondisi pasien
normotermi dengan kriteria c. Monitor intake output
hasil: pasien
- Suhu tubuh dalam d. Berikan penjelasan
rentang normal tentang penyebab
- Nadi dan RR demam atau
peningkatan suhu
tubuh
e. Beri kompres hangat di
daerah ketiak dan dahi
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
13
pemberian antiviral,
antipiretik
2. Nyeri akut Selama dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian
berhubungan keperawatan, nyeri pasien nyeri secara
dengan agen cidera hilang dengan kriteria hasil: komprehensif
biologis - Pasien mampu b. Observasi reaksi
mengontrol nyeri nonverbal dari
- Melaporkan nyeri ketidaknyamanan
berkurang menggunakan c. Kontrol lingkungan
managemen nyeri yang dapat
- Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
frekuensi) pencahayaan,
kebisingan
d. Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
f. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
g. Anjurkan klien untuk
beristirahat
3. Kerusakan Selama dilakukan tindakan a. Observasi keaadan
integritas kulit keperawatan, pasien bula pasien
berhubungan mampumencapai penyembuhan b. Anjurkan pada pasien
dengan perubahan pada kulit dengan kriteria hasil: untuk tidak menggaruk
pigmentasi kulit - Integritas kulit yang baik bula
(timbul bula, bisa dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
kemerahan) (pigmentasinya) d. Kolaborasi dengan
- Luka atau lesi pda kulit dokter dalam
menunjukan proses pemberian obat topikal

14
penyembuhan dengan
adanya regenerasi
jaringan
4. Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien
berhubungan keperawatan pasien tidak mengungkapkan
dengan penyakit mengalami gangguan citra perasaannya
tubuh, dengan kriteria hasil : b. Jelaskan tentang
- body image positif pengobatan,
- Mempertahankan perawatan
interaksi sosial c. Fasilitasi kontak
individu dengan
kelompok kecil
d. Beri reinforcement
yang positif

5. Ketidakseimbangan Selama dilakukan tindakan a. Monitor mual/muntah


nutrisi kurang dari keperawatan, kebutuhan nutrisi b. Observasi dan kaji
kebutuhan tubuh pasien terpenuhi dengan kriteria intake pasien
berhubungan hasil : c. Anjurkan makan
dengan intake tidak - Tidak ada tanda-tanda sedikit-sedikit tapi
adekuat malnutrisi sering
- Tidak ada mual/muntah d. Hidangkan makanan
selagi hangat
e. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
dan penyusunan menu
favorite klien
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian anti emetik

15
dan penambah nafsu
makan
6. Resiko infeksi Selama dilakukan tindakan a. Tekankan pentingnya
berhubungan keperawatan, pasien terhindar teknik cuci tangan yang
dengan gangguan dari infeksi sekunder dengan baik untuk semua
integritas kulit kriteria hasil : individu yang datang
- Klien mampu kontak dengan pasien.
mendeskripsikan proses b. Gunakan skort, sarung
penularan penyakit, tangan, masker dan
faktor yang teknik aseptic, selama
mempengaruhi perawatan kulit.
penularan serta c. Cukur atau ikat rambut
penatalaksanaannya di sekitar daerah yang
- Menunjukan kemampuan terdapat erupsi.
untuk mencegah d. Bersihkan jaringan
timbulnya infeksi baru nekrotik / yang lepas
- Menunjukan perilaku (termasuk pecahnya
hidup sehat lepuh)
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral

7. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan


pola seksual keperawatan, pola seksual klien yang
berhubungan pasien kembali efektif dengan berhubungan dengan
dengan takut infeksi kriteria hasil : pola seksual
menular seksual - Pola seksualitas klien b. Jelaskan pada klien
normal waktu untuk melakukan
- Klien terlihat tidak cemas hubungan seksual
terhadap aktifitas sesuai kondisinya
seksualnya

16
- Klien mampu c. Beri edukasi tentang
menggunakan keadaan klien apabila
mekanisme koping yang berhubungan seksual
efektif d. Anjurkan pada pasien
untuk mengikuti
program pengobatan
dan perawatan sampai
tuntas

17
INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS SURABAYA
PRO GRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
Raya Medokan Semampir Indah 27 Surabaya Tlp. 031- 5913372, Fax. 031- 5939466
Email :stikesbykep@gmail.comBlog : keperawatanstikessby.blogspot.com Web : www.stikes-sby.ac.id

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN DATAKEBUTUHAN DASAR MANUSIA
Kasus
Bpk. S berumur 60 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri sejak 3 hari
yang lalu.Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke
kelopak mata kiri.Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.Penderita juga
merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting.Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan.Belum pernah berobat untuk keluhan ini.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

IdentifikasiKlien
Nama :Tn.H
JenisKelamin : Laki-Laki
Umur :60Tahun
StatusPerkawinan :menikah
KawinPekerjaan :Pensiunan
Agama :Islam
PendidikanTerakhir : TamatSMA
Alamat : Jl.rungkut surabaya

No.MR :499193
TanggalMRS : 05- 06-2021
TanggalPengkajian : 06- 06- 2021
DiagnosaMedis :Herpes zoster

KESEHATAN KLIEN RIW AYAT


1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit:
Plenting – plenting dan nyeri pada dahi dan kelopak mata kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Sejak 3 hari yang lalu, muncul plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri.Mulanya muncul
merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata
kiri.Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.Penderita juga merasakankan nyeri
dikulit daerah muncul plenting.Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan
demam ringan.Belum pernah berobat untuk keluhan ini.Pasien minum paracetamol untuk
menurunkan demamnya.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu:
Riwayat cacar air waktu kecil tidak diketahui.Tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya dan
tidak pernah di rawat di RS.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga:


keluarga mengatakan keluarganya tidak ada mengalami riwayat penyakkit
yang sama dengan yang diderita klien dan tidak memiliki penyakit keturunan seperti DM,
Hipertensi, Jantung. Penyakit menular seperti, TBC, HIV,
Hepatitis, dll

POLA AKTIVITAS SEHARI- HARI


A. POLA MAKAN DAN MINUM:
18
Jumlah dan jenis makanan :Nasi biasa 3sendok nasi

Jumlah dan Jenis Cairan : Air mineral 600 ml/hari

Waktu Pemberian Cairan:Sesuai kebutuhan pasien

Pantangan : tidak ada pantangan

Masalah Makan dan Minum :


A. Kesulitanmengunyah :Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan untuk
mengunyah.

B. Kesulitanmenelan :Pasien mengatakan tidak ada kesulitan untuk menelan.

C. MualdanMuntah :Pasien mengatakan tidak ada mengalami mual dan muntah


saat makan.

D. Tidak dapat makan sendiri: Pasien mengatakan bisa makan sendiri.

B. POLA ELIMINASI :
1. BAB :Pasien mengatakan 1 hari sekali untuk BAB, feses berbentuk lunak.
2. BAK :7-8 kali/hari. Pasien mengatakan pola BAK sering tidak ada hambatan, warna
dari urine adalah kuning bening.
3. Kesulitan BAK/BAB: Tidak ada

C. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :

1.Waktu tidur : pasien

tidur jam 20.00 malam

2.Waktu Bangun : pasien

bangun jam 24.00

3.Masalah tidur: Sering terbangun pada malam hari tidur pasien

tidak nyenyak akibat nyerinya.

D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :

1. Pemeliharaan Badan: pasien mandi 1x sehari

2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut


:Gigi dan mulut pasien tampak
bersih.

Rongga mulut:Normal

19
Mokusa : normal
Gigi : normal
Lidah : normal
Peradangan : normal

3. Pemeliharaan Kuku : Belum potongkuku

RIWAYATPSIKOSOSIAL
A. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social :Baik dan tidak ada masalah.
B. PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : keadaan pasien Composmentis.

B. Tanda- tanda Vital:

Suhu Tubuh : 37°C Nadi : 82 xmenit


Tekanan darah : 110/70 mmhg Pernafasan : 22 x menit
badan : 160 cm Berat Badan : 50 kg

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher:


1. Kepala dan rambut :rambut pasientampak kotor, dan kulit kepala pasien kering.
A. Bentuk Kepala: simetris
B. Rambut: Tampak kotor, berminyak, tidak ada ketombe,
C. Warna :hitam
2. Mata
A. Kelengkapan dan Kesimetrisan :simetris
B. Konjuctiva dan skelera :Konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak
ikterik.
C. Pupil :Normal, Berbentuk bulat, letak sentral dan isokor :
3. Hidung
A. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasal :Tulang hidung tepat di garis tengah
wajah.
B.Lubang Hidung : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih tidak ada secret
C. Cuping Hidung :Normal
4. Telinga :simetris
5. Mulut danFaring
Keadaan Bibir : Simetris, lembab
Keadaan Gusi dan Gigi : Gigi tidak lengkap, gigi berkaries
6. Leher:
a. Kelenjar Lymphe :Tidak ditemukan adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe.
Warnakulit : Sawomatang

D. Pemeriksaan Integumen (Kulit)


A.Kebersihan : Tidak bersih
B.Warna :
Sedikitkecoklatan
C.Turgor : Jelek, terdapat tanda- tanda lesi (lesi sarkoma
kaposi) D.Kelembaban: Tidaklembab
E.Kelainan pada Kulit : Tidak ada

20
E. Pemeriksaan Payudara: Tidak di
kaji
Pemeriksaan Thorak / Dada:
1.InspeksiThorak:
A. Bentuk Thorak : Tidak ada kelainan

B. Pernafasan :
- Frekuensi :22x/menit
- Irama : Teratur

2. PemeriksaanParu
A. Palpasi : tidak ada kelainan

B. Perkusi : Bunyisonor

C. Auskultasi : Tidak ada kelainan


D. Suara tambahan: tidak ada kelainan

3. Pemeriksaan jantung : Tidak terlihat pembengkakandan iramanya teratur

G.Pemeriksaan Abdomen
A. Inspeksi :
- BentukAbdomen:Tidak adapembesaran/ simetris
- Benjolan/massa :
tidak ada benjolan
- B . Askultasi:
- Perilstalistik Usus : Bising Usus 18x/i C.
C. Palpasi :
- Tanda nyeri tekan: tidak ada nyeri tekan
- Benjolan/massa : tidak ada benjolan

- Tanda- tanda Ascites: tidak ada kelainan

- Hepar : normal

- Lien : ukuran normal dan tidak ada massa

D. Perkusi :
SuaraAbdomen : BunyiNormal(Thympani)

H.Ginetalia : tidak ada kelainan

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal
(Ekstrimitas)
A.Kesimetrisanotot : normal

B.Pemeriksaan Edema :tidak

ada edema pada bagian sendi

lutut dan jari-jari kaki

C.Kekuatan otot :tidak ada

21
kelainan

J.Pemeriksaan

Neurologi
Tingkat kesadaran (secara kwantitatif)/ GCS
Fungsi Motorik :

Fungsi Sensorik :

Refleks :1 minimal
A. Refleks Fisiologis:

B. Refleks Patologis:

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Tzanck Smear : Mengidentifikasi
virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan
herpes simplex.
B. Kultur dari cairan vesikel dan tes
antibody: digunakan untuk
membedakan diagnostic herpes
virus.
C. Immunoflourorescent:
mengidentifikasi varicella di sel
kulit.
D. Pemeriksaan histopatologik
E. Kultur virus
F. Identifikasi Antigen / asam nukleat
VVZ

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


1. Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri diberikananalgetik jika disertai infeksi sekunder
diberikan antibiotik.
2. Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi
perporasi kornea.
3. Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk
mencegah fibrosis garcialia.
4. Therapi topical bergantung pada stadium :
a.Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
b.Bila erosif diberikan kompres terbuka.
c.Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
5.Kompres pada daerah yang terserang :
a.Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%.
b.Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
6.Istirahat

Perawat

( )
Kelompok 4

22
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan ada nafsu - Klien tampak lemah dan letih
tida
k
makan - Klien tampak susah beraktivitas
- Klien mengatakan sakit tenggorokan - Klien tampak tidak bersemangat
nyeri menelan - Berat badan klien turun selama sakit
- Klien mengatakan nyeri tekan pada seberat 8kg, BB sehat 51, BB sakit 43
perut - Klien tampak kurus
- Klien mengatakan nyeri - Klien tampak makan hanya 2 sendok
padapersendian, saat beraktivitas dan Saja
istirahat - Mulut klien tampak sariawan dan
- Klien mengatakan batuk berdahak Kering
- Klien mengatakan dada sakit jika batuk - Klien tampak pucat
- Klien mengatakan sulit untuk - Klien tampak meringis menahan
beraktifitas sendiri Sakit
- Klien mengatakan badan terasa letih - Nyeri tekan pada perut
dan lemas jika beraktifitas - Skala nyeri 5 - 6
- Klien tampak terbaring
- Klien tampak tidak mampu untuk
beraktifitas secara mandiri
- HB tanggal 9 juni 2021 : 8, 2
- HB tanggal 10 juni 2021 : 9, 4
- HB tanggal 11 juni 2021 :10, 3
- TB : 160 cm

23
ANALISA DATA

Namaklien :Tn.H Ruangan/kamar :Mawar


Umur : No. RM :
60tahun 499xxx

No. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


1. DS : Varicela Zoster Virus
Pasien mengatakan Kelopak Nyeri
mata terasa nyeri dan berat jika
digerakkan. Penderita juga Inflamasi dan neuralgia berat
merasakankan nyeri dikulit
daerah muncul plenting Virus aktif ikut serabut saraf
DO: sensorik
ada Vesikel bergerombol di
sekitar kelopak mata kiri,
Neuritis
berwarna merah, suhu : 37 ° C

Pelepasan mediator nyeri

Nyeri
2. DS : Sejak 3 hari yang lalu, muncul Varicela Zoster Virus Kerusakan integritas kulit
plentingplenting di dahi dan kelopak
mata kiri.
DO : ada Vesikel bergerombol di
sekitar kelopak mata kiri, berwarna Meninggalkan lesi di kulit dan
merah permukaan mukosa ke ujung
serabut saraf

Kerusakan integritas kulit

24
3. DS : Sejak 3 hari yang lalu, muncul Varicela Zoster Virus Gangguan citra tubuh
plentingplenting di dahi dan kelopak
mata kiri.
DO : ada Vesikel bergerombol di Meninggalkan lesi di kulit dan
sekitar kelopak mata kiri, berwarna permukaan mukosa ke ujung
merah serabut saraf

Gangguan citra tubuh

25
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Namaklien : Tn.H
Umur : 60tahun
Ruangan/kamar : Mawar
No.RM 499196

Daftar diagnosa keperawatan :


Daftar Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d proses inflamasi virus
2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
3. Gangguan body image b.d perubahan penampilan
RENCANA KEPERAW ATAN

No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervens Rasion


Keperawata i al
n
1 Ketidakseimbang Setelah dilakukan 1. Kaji adanya alergimakanan 1. Untuk mengetahui adanya alergi
an nutrisi kurang tindakan ausahan 2. Monitor adanya penurunan beratbadan makanan
dari kebutuhan keperawatan selama 3. Monitor adanya mual, muntah dandiare 2. Di harapakan px dalam Bb px dalam
tubuh 1x24 jam maka 4. kolaborasi dengan dokter kedaan batas normal, pantau BB
b.d penurunan nafsu diharapakan untuk pemasanganNGT untuk mengetahuiadanya
makan pasien 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan penurunanberat badan yang terlihat
denganKH: kalori atautidak
- Pengurangan 3. Di harapkan px tidak mengalami mual
pada alergi dan dan berkurangnya diare agar pasien
hindarkan px darialergi mengetahui pemasanganNTG
- Peningkatan 4. DI harapkan pasien dapat
berat badan mengetahui jumlah nutrisi dan
dengan kandungan kalori yang ada di dalam
meoptimalkan BB tubuhpasien
dalam batas normal
dengan meberikan
asupan makana
yangbergizi
- berkolaborasi
dengan dokter
untuk
pemasanganNGT
- meningkatkan nutrisi
dan kalori pada px
2. dengan bekaloborasi
1. lakukanpengkajian nyerisecara
Nyeri akut b.d agen pada ahligizi
komprehensif termasuk lokasi,
injuri fisik karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan 1. mengetahui rasanyeri yang
faktor presipitasi. dirasakanpasien
2. control lingkungan yangdapat 2.. anjurkan pada kelurga px untuk
Setelah dilakukan
mempengaruhi nyeri, seperti suhu Mengontrol keadaan lingkungan agar
tindakan ausahan
ruangan, pencahayaan dan tetap nyaman
keperawatan selama
3. Di harapkan px bisa melakukan
tehknik nonfarmokologi secara mandiri.
1x24 maka di kebisingan. 4. untuk mengurangi rasa nyeri pasien 5..
ja pasien 3. ajarkan tentang tehnik agar pasien merasakan relaksasi
m nonfarmakologi.
harapakan rasa nyeri 4. berikan analgetik untuk
denganKH mengurangi nyeri.
: aktivita 5. ajarkan teknik relaksasi
- penuruna s
n padapx menjadi
- agar
kembali
normal
berkurangnya rasa
3. Intoleransi b.d nyeri di persendian 1. Konsultasikan dengan
Setelah
penurunan kekuatan dilakukan tindakan terapi fisik tentang rencana
ausahan
keperawatan selama ambulasi sesuaidengan
1x24
jam maka di kebutuhan
harapakan
pasien dengan KH: 2. Bantu klien untuk
- meningkatkan menggunakan tongkat 1. mengetahui perkembanga
saatberjalan fisiksesuai
perkembanagn kekuatan dan cegah terhadap cedera dengan rencana dan kebutuhan
pada fisik 3. Ajarkan pasien atau 2. melihat berkembangan berjalan
- berjalan dengannormal tenaga kesehatan lain pasien
tanpa bantuan alatseprti tentang teknik ambulasi 3. agar pasien mengetahui tehnik
tongkat atau pun kursi 4. Kaji kemampuan pasien ambulasi
roda
menstabilkan dalam mobilisasi 4. mengetahui kemampuan
kembal pasiendalam
i
kondisidengan 5. Latih pasien dalam mobilisasi
latiha
n
gerak agar otot px tidak pemenuhan kebutuhan 5. untuk memenuhi kebutuhan pasien
kaku
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN
PERKEMBANGAN

Waktu Waktu
No. Tindaka TT Evaluas TT
Tgl/ja Tgl/ja
n i
m m
1. S: Klien mengatakan tidak
Rabu ketidakseimbang 08.15 nafsu makan.
6juni an nutrisi kurang Klien mengatakan tidak ada
2021 dari kebutuhan riwayat alergi makanan suhu
tubuh Tubuh : 37 C
b.d penurunan nafsu Nadi : 104x/menit
makan Tekanandarah : 110/70
mmHg Respirasi :22x/menit
Tinggibadan :165
cm Berat Badan : 50kg
O: makan pasien selama dirumah sakit
hanya 4 sendok makan, pasien sering
mengalami mual saat makan, pasien
mengatakan batuk berdahak, pasien
mengatakan dada sakit jika batuk, nafas
sesak, pendengaran pasienmulai
terganggu pada telingga bagian kanan,
pasien mengatakan dia tidak mampu untuk
beraktivitas dari berbaring ke posisi duduk
sangat lemah, pasien mengalami
penurunan berat badan seberat 10 Kg

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

2. Nyeri akut b.d 08.00


Rabu agen injurifisik
6juni S: Klien mengatakan persendian
2021 nya nyeri saat beraktivitas.
Klien mengatakan
nyerinya hilang- hilang
timbul.

O: Klien tampak meringis saat


melakukan aktivitas.
Skalanya nyeri klien 5- 6.
Mengajarkan klien
teknik
napas dalam untuk
menguranginyeri

A: Masalah belum teratasi


Tindakan 2, 3
P: Intervensi dilanjutkan
Tindakan 2, 3

08.05

Rabu S: pasien mengatakan susah


6juni Intoleransi untuk bergerak karena
2021 aktifitas penurunan kekuatan
3.
b.d
penurunan O: ttv klien
kekuatan Suhu Tubuh : 37 C
Nadi : 104x/menit
Tekanandarah : 110/70
mmHg Respirasi :22x/menit

A: Masalah belum teratasi


Tindakan2,4,7,8

P: Intervensi dilanjutkan
Tindakan2,4,7,8
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berikut adalah kesimpulan dari isi makalah diatas, yang dimana menjelaskan herpes
zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus
variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular
unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso. Virus varisela
zoster dapat mengalami reaktivasi, menyebabkan infeksi rekuren yang dikenal dengan nama
Herpes zoster atau Shingles. Pada usia di bawah 45 tahun, insidens herpes zoster adalah 1
dari 1000, semakin meningkat pada usia lebih tua.
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam
ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa ke tepi ganglion spinal atau
ganglion trigeminal, kemudian menjadi laten. Varicella zoster merupakan virus rantai
ganda DNA, anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau
neurodermatotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dapat dipicu oleh berbagai faktor
seperti pembedahan, penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi
malnutrisi, seseorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang,
atau menderita penyakit sistemik. Jika virus ini menyerang ganglion anterior, maka
menimbulkan gejala gangguan motorik

3.2 SARAN
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah
kesehatandengan cara pola hidupsehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda
yang mengarah pada penyakit herpes.

35
DAFTAR PUSTAKA

Konsil Kedokteran Indonesia.Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI)


2012.Jakarta; 2012.
James WD, Berger T, Elston D. Andrew’s diseases of the skin. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 2011.
Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Varicella and herpes zoster. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks
Dermatol. Gen. Med. 7th ed.
Baehr M, Frotscher M. Duus’ topical diagnosis in neurology. 4th ed. New York: Thieme;
2005
Tunsuriyawong S, Puavilai S. Herpes zoster, clinical course and associated diseases:
A 5-year retrospective study at Tamathibodi Hospital. J. Med. Assoc. Thail.
Chotmaihet Thangphaet. 2005 May;88(5):678–81
Herr H. Prognostic factors of postherpetic neuralgia. J. Korean Med. Sci. 2002
Oct;17(5):655–9.
Oakes SA. Postherpetic Neuralgia Bacgground Monograph. Med Cases Inc; 2004.
Dworkin RH, Johnson RW, Breuer J, Gnann JW, Levin MJ, Backonja M, et al.
Recommendations for the management of herpes zoster. Clin. Infect. Dis. Off. Publ.
Infect. Dis. Soc. Am. 2007 Jan 1;44 Suppl 1:S1–26.
Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s color atlas & synposis of clinical dermatology. 6th ed.
New York: McGraw Hill Medical
Daili ESS, Menaldi SL, Wisnu IM, editors. Penyakit kulit yang umum di indonesia:
sebuah panduan bergambar. Jakarta: Medical Multimedia Indonesia

36

Anda mungkin juga menyukai