DOSEN PENGAMPU :
Ns. Ledia Restipa, M.Kep
DISUSUN OLEH :
CINDY VERONIKA ( 2214201192)
S1 KEPERAWATAN
STIKES ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat yang diberikan. Berkat
petunjuknya makalah “Asuhan Keperatawan Sistem Reproduksi ( Herpes )” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Makalah ini berisikan tentang konsep teori dari herpes, dan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem reproduksi : Herpes, diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi kepada kita semua. Pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas yang
telah memberikan tugas.
Melalui kata pengantar ini saya sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya
belum seberapa dan masih banyak belajar dalam membuat makalah lebih dahulu meminta
maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau tidak berkenan dihati para pembaca. Dengan ini kami
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga ilmu
pengetahuan bertambah dengan makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Cindy Veronika
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB. I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.I Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................ 3
BAB. II PEMBAHASAN...................................................................................................2
2.1 Konsep Teori Herpes.....................................................................................4
2.2 Asuhan Keperawatan Herpes.......................................................................13
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus Herpes............................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Infeksi Herpes simplex virus (HSV) merupakan salah satu virus penyebab infeksi menular
seksual yang meluas di seluruh dunia. HVS sendiri dibagi menjadi dua tipe yakni HVS tipe 1 dan
HVS tipe 2. Penyakit herpes genitalis disebabkan oleh HSV anggota keluarga herpesviridae.
Herpes simplek/herpes genitalis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus simplek
tipe 2 di mukosa alat kelamin.
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae
yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam
keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten
dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap
mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi
yang rekuren.
Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan orang yang suka bergonta
ganti pasangan seksual. Pada wanita hamil, bayi sangat beresiko terkena virus herpes. Virus
dapat ditularkan dari ibu ke bayinya melalui plasenta selama kehamilan atau secara persalinan
secara normal. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina seorang ibu yang terinfeksi virus
herpes.
1
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan
herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Wanita hamil
dengan herpes dapat mengakibatkan herpes neonatal disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe
1 (HSV-1) atau herpes virus tipe simpleks 2 jenis virus (HSV-2) sebagai salah dapat
menyebabkan herpes genital pada ibu. Sekitar 50% dari neonatal herpes disebabkan HSV-1 dan
50% karena HSV-2. Sebagian besar kasus herpes neonatal terjadi sebagai akibat dari kontak
langsung dengan sekret ibu yang terinfeksi, meskipun dalam 25% kasus kemungkinan sumber
Infeksi postnatal diidentifikasi, biasanya kerabat dekat dari infeksi Postnatal mother terjadi
sebagai akibat dari paparan infeksi herpes oro-labial.(Foley et all, 2014)
Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah, seorang Dokter
akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus herpes, melahirkan secara caesar.
Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak perlu melewati saluran persalinan yang menjadi
persemaian berbagai virus. Penyakit herpes muncul dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh
pada permukaan kulit, disertai rasa sakit.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah :
2
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
3
BAB II
PEMBAHASAN
“TEORI HERPES”
2.1 Definisi Herpes
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi manusia. Infeksi
virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes
yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat menyebabkan
infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi
jangka Panjang. Akan tetapi, banyak orang yang tidak memunculkan gejala herpes padahal
mereka memiliki virus herpes di dalam tubuhnya. (Monica Shendy, 2016)
Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini disebabkan oleh
Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih banyak di mulut (cold sores)
dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.
(Monica Shendy, 2016)
Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang disebabkan oleh
varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa nyeri disertai blister yang muncul
mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area di satu sisi tubuh dan membentuk garis.
Infeksi awal herpes zoster adalah varicella atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia
anak hingga remaja. Setelah varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion
saraf dan dapat teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas menurun (CDC,2008).
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air (chicken pox) dan herpes
zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah virus yang hanya dapat hidup di manusia
dan primata ;(simian). Pertikel virus (virion) varicella zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus
ini memiliki 69 daerah yang mengkodekan gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini
4
berukuran 125 kb (kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan
nukleokapsid yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded genom.
Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral, memiliki diameter 100-110 nm, dan terdiri dari 162
protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu
56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian amplop virus ini rusak. Penyebaran virus
ini dapat terjadi melalui pernapasan dan melalui vesikel pada kulit pada penderita .
Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan suatu penyakit yang
diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya vesikel pada wajah, mukosa mulut, dan
bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh dan dapat rekuren yang dipicu oleh paparan sinar
matahari, stres emosional, kondisi imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes
Simpleks Keratitis (HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat
infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari epitel
sampai endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea, pemeriksaan Giemsa
dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018)
Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah orolabial atau herpes
orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes genitalis, dengan gejala khas berupa
adanya vesikel berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis
merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena
sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi
pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak
atau maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes
simpleks genitalis.Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang air kecil, dan keputihan.
(Laissa Bonita, 2017)
5
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes simpleks saja, atau
dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia
kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan
atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah
genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa koitus, misalnya
dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di
bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan
seksualorogenital.
HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe 1 dan 2
berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis
yaitu tempat predileksi.
Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2, yang secara klinis tidak
dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui mulut, orofaring, permukaan mukosa, vagina,
dan serviks tampak merupakan sumber penting untuk tertular penyakit. Tempat lain yang rentan
adalah laserasi pada kulit dan konjungtiva. Biasanya virus mati pada ruangan akibat kekeringan.
Saat replikasi virus tidak terjadi , virus naik ke saraf sensori perifer dan tetap tidak aktif dan
ganglia saraf. Wabah lain terjadi ketika hospes menderita stres. Pada wanita hamil dengan herpes
aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat terinfeksi oleh virus. Terdapat resiko morbiditas dan
mortalitas janin.
Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai kapsid tersusun dari 162
subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya
berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus
varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus
6
kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang
immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke
akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar
dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai
ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV
dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-
herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara
efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh
lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem
saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik.
Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan,
atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara
seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes
dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu
sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada
daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring
HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2
menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger
factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi
rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang
timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV,
gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui
dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital,
7
ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan
kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai
dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi.
Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Pada episode infeksi primer,
virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan
virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan
berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap
di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Ketika reaktivasi virus
berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang hidup dengan
infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta. Wanita lebih banyak yang
terinfeksi dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan
221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia terbanyak
pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia 15-49 tahun di
seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8
juta adalah pria. (Lisa Bonita, 2017)
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor seperti
negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa
kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual
dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan
lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV-2
pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa
dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih.
Pada Varicella zoster virus (VZV), level infektifitasnya tinggi dan memiliki prevalensi yang
terjadi di seluruh dunia. Herpes zoster tidak memiliki kaitan dengan musim dan tidak terjadi
epidemik. Hubungan yang kuat terdapat pada peningkatan usia, yaitu 1,2 sampai 3,4 per 1000
8
penduduk per tahun pada orang sehat berusia muda, dan meningkat menjadi 3,9 sampai dengan
11,8 per 1000 penduduk pada usia di atas 65 tahun (Long MD dkk., 2013).
Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai dengan sering gejala
kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala atau atipikal, karena
mayoritas orang dengan HSV-2 infeksi belum didiagnosis. Meskipun HSV-1 dan HSV-2
biasanya ditularkan melalui rute yang berbeda dan mempengaruhi area tubuh yang berbeda,
tanda-tanda dan gejala tumpang tindih. Episode pertama dari gejala dari genital HSV-1 infeksi
tidak dapat klinis dibedakan dari infeksi HSV-2; hanya melalui tes laboratorium yang infeksi ini
dapat dibedakan. Ketika vesikel tidak hadir, konfirmasi laboratorium mungkin diperlukan untuk
menyingkirkan penyebab lain ulkus genital. Kebanyakan orang akan mengalami satu atau lebih
gejala kekambuhan dalam waktu satu tahun setelah gejala pertama episode infeksi HSV-2.
Dengan genital HSV-1 infeksi, episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan kambuh.
Kekambuhan gejala umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi biasanya menyebabkan
pelepasan virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam ketiadaan gejala. Akibatnya, HSV-
2 sering ditularkan oleh orang yang tidak menyadari infeksi mereka atau yang asimtomatik pada
saat kontak seksual.
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam, nyeri otot, dan lemas.
Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi. Kemudian timbul
blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan mengering dalam beberapa hari. Blister
yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri.
Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat kelamin. Lalu sakit pada saat
buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina. Munculnya benjolan di selangkangan dan koreng
yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha. Pada pria, herpes dapat menyebabkan
kulit penis kering, perih, dan gatal.
Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit berisi cairan (vesikel)
yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit kepala, rasa nyeri, panas pada kulit di
salah satu sisi bagian tubuh.
9
2.5 Cara Pencegahan Herpes
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak
tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9
menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan
melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
1. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng yang muncul
akibat herpes.
3. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan tidak
menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
4. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
5. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama munculnya
gejala penyakit herpes
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa
memperpendek lamanya serangan. Pengobatan yang diberikan dapat dibagi menjadi 3 bagian :
3. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap virus herpes. Tiga obat virus
yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir. Efek obat antivirus tersebut
mengurangi viral shedding, memperpendek lama sakit dan memperpendek rekurensi.
10
Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini dapat dilakukan
selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:
3. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus berkonsultasi dengan
dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi selama masa persalinan, terutama ketika
sedang infeksi aktif, serta dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi.
3. Cuci sores dengan air garam 2 sendok the garam dalam 1 liter air, atau 1 cup garam
dalam air mandi) dapat menolong penyembuhan.
4. Olesan salep atau krim penghilang rasa sakit dapat mengurangi rasa sakit, terutama ketika
mengeluarkan air seni.
5. Bila sakit sewaktu kencing , Anda dapat mengeluarkan air seni sewaktu duduk dalam air
mandi yang hangat.
11
Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan untuk orang dengan
herpes zoster.
1. Obat antiradang
Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah satu cara untuk mengobati
herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan NSAID lainnya mampu mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan.
3. Antihistamin
Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) sering kali ikut diresepkan untuk mengatasi
rasa gatal. Ini karena rasa gatal akibat herpes zoster biasanya tak tertahankan. Menggaruk ruam
dan luka bisa membuat penyakit menyebar luas. Untuk itu, antihistamin menjadi salah satu cara
efektif untuk mengobati rasa gatal akibat herpes zoster.
4. Capsaicin (Zostrix)
Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko nyeri saraf pasca pulih dari
herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat menyiksa karena menyerang serabut saraf dan kulit.
Kulit akan terasa seperti terbakar dalam waktu yang cukup lama.
12
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
“HERPES”
2.2 PENGKAJIAN
a) Biodata.
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan;
beresiko tinggi pada penjajak seks komersial.
b) Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul.
f) Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan
peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
13
1. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
g) Kebiasaan sehari-hari.
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,
terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BAB dan BAK pada
herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai
kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara bersama-sama atau klien yang
mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti ganti
pasangan.
h) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya
tahan tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan,dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain.
Pada pengkajian kulit,ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang
nyeri,edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. pada pemeriksaan
genitalia pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang
penis, uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu
diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, intro itus vagina, dan
serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi.
Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus
dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap
nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi
diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan
tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang
14
dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya
kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak
dalam pemilihan.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan masalah herpes simplek
antara lain :
a. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks
c. Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak
langsung , kontak droplet
Rencana keperawatan:
15
- Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responsnya terhadap nyeri;
akui adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saat mengungkapkan nyerinya
bertujuan untuk lebih memahaminya.
- Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakannya.
- Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab rasa
nyeri.
- Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi,
imajinasi dan ajarkan tehnik / metode yang dipilih.
- Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
- Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik
- Pantau TTV
- Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa nyeri.
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks
Hasil yang diharapkan:
Rencana keperawatan:
- Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
- Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara ia
merasakan , berpikir, atau memandang dirinya
- Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan, atau
perawatan dirinya.
- Hindari mengkritik.
- Jaga privasi dan lingkungan individu.
- Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yang telah
diberikan.
16
- Tingkatkan interaksi sosial.
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas.
- Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.
- Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
- Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
- Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian klien dan
pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka.
- Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.
c. Risiko penularan infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak
langsung , kontak droplet)
Hasil yang diharapkan:
Rencana keperawatan:
IV . IMPLEMENTASI
17
V. EVALUASI
a. Nyeri berkurang/hilang
b. Mekaisme koping pasien dan keluarga baik
c. Tidak terjadi infeksi
d. Tidak terjadi komplikasi
18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN
2.3 Pengkajian
1. Identitas
Identitas Klien
Nama :Ny.S
Umur: 44 Th
Tempat/tgl lahir: Padang, 27 Juni 1974
Pendidikan :SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
DX Medis : Herpes simplek
Alamat: Tanjung Jati VII, Payakumbuh
Nama : Tn.H
Umur : 47 Th
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tanjung Jati VII, Payakumbuh
19
3. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama Masuk : Klien masuk RSI Ibnu Sina Padang melalui IGD pada jam
hari Selasa 08 Agustus 2023 jam 10.00 WIB diantar oleh suaminya dengan keluhan sejak
satu minggu yang lalu terdapat benjolan kecil - kecil berisi air di daerah kemaluan gatal
sangat nyeri saat buang air kecil dan keputihan dan terasa panas, klien mengatakan nyeri
dirasakan memberat 2 hari SMRS, klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti terbakar
dan terus menerus nyeri bertambah saat bergerak.
- Keluhan Saat ini : Pada saat dilakukan pengkajian pada hari rabu, 09 Agustus 2023
klien mengatakan nyeri pada daerah kemaluan, nyeri yang dirasakan seperti terbakar, klien
mengeluh nyeri terus menerus saat di beri rentang nyeri dari 1-10 klien mengeluh nyeri skala
6. Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh suaminya. Klien mengatakan sangat khawatir
dengan kesehatan. Klien mengatakan perasaannya tidak tenang. Saat dilakukan observasi
klien tampak lemah dan pucat, klien tampak gelisah dan tidak tenang. Pengukuran Tanda-
tanda vital TD 100/80 mmHg, N 101x/i, RR 19x/i, S 370C.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di RS, klien
mengatakan sebelumnya pernah memeriksakan diri ke yankes karena keputihan yang berlebihan,
keputihan yang berbau dan bewarna kekuning kuningan, klien memiliki riwayat penyakit maag.
Tidak mempunyai alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan tetapi klien tidak mempunyai
penyakit lainnya. d. Riwayat Obstetri
c. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan didalam keluarga klien tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien, dan juga tidak ada penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM dan jantung dalam keluarga pasien.
20
c.Riwayat Obstetri
1) Reproduksi
- Riwayat Menstruasi
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6 Hari
Dismenoroe : Iya
2) Perkawinan
- Lamanya Perkawinan : 25 th
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu : Klien mengatakan sedang
TGL/THN
NO TEMPAT PERS CARA PERS DITOLONG JK BB NIFAS KEADAAN ANAK SEKARANG
PERS
1 Th 1994 Klinik normal Bidan L 3,2 40 hari Hidup
2 Th 2000 RS normal Bidan L 2,9 38 hari Hidup
21
f. Data Keluarga Berencana
2) Rencana KB Sekarang : Ada / Tidak (Alasannya) : Ada, Klien mengatakan sudah tidak ingin hamil
Metoda : Implan
4. Data Spiritual : Klien mengatakan selalu melakukan sholat 5 waktu yang dilakukan dirumah. Klien mengatakan juga sering
5. Data Sosial Ekonomi : Klien mengatakan pendapatan dari suaminya yang bekerja sebagai petani yang merupakan milik
Bising Usus
:
25x/i
- Ekstremitas
:
Tidak ada kekakuan pada ekstremitas atas dan bawah
- Genetalia
:
Klien mengeluh keputihan berlebihan dan berbau pada kemaluan, terdapat benjolan - benjolan kecil yang berisi air dan
terasa panas dan nyeri
- Keadaan Emosional
:
Klien mengeluh khawatir dan cemas dengan kondisi kesehatanya, klien mengeluh sering terpikirkan kondisinya. Klien
mengatakan kadang kesulitan tidur memikirkan kesehatannya
8. Data Penunjang
a. Data Laboratorium
- HB: 8,8 g/dl
- Leukosit: 14.100
- Trombosit: 364.000
- HT: 26
- Gol. Darah: O+
b. Pemeriksaaa Diagnostik
- Pemeriksaan USG:
- Pemeriksaan Radiologi: -
22
Metoda : Implan
Data Spiritual : Klien mengatakan selalu melakukan sholat 5 waktu yang dilakukan dirumah. Klien mengatakan juga sering
Data Sosial : Klien mengatakan pendapatan dari suaminya yang bekerja sebagai petani yang merupakan milik mereka
Dapat Menolong : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas Klien mengatakan aktivitas dibantu oleh suaminya
Diri Sendiri
Ditolong dengan : Klien mengatakan bantuan minimum seperti Klien mengatakan bantuan minimum sepertiberjalan ke
minimum
Ditolong dengan : Klien mengatakan ditolong dengan bantuan Klien mengatakan tidak ada bantuan maksimum saat
maksimum
Istirahat dan Pola : Klien mengatakan tidur pada siang hari ± 1 jam Klien mengatakan seringtidur pada siang hari dan kesulitan
Tidur dan pada malam hari ±7 jam tidur pada malam hari
Personal Hygiene : Klien mengatakan selalu mandi satu kali dalam Klien mengatakan semenjak dirumah sakit belum ada
sehari dan keramas 1kali dalam 2 hari mandi hanya mencuci muka dan menggosok gigi
23
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Suhu : 37,7 C
0
Nadi : 101x/i
Pernafasan : 19 x/i
Head To Toe
Kepala
Rambut & kulit : Kulit kepala tampak bersih, tidak ada ketombe
kepala
Mata
Conjungtiva : An anemis
Sklera : An Ikterik
Telinga
Hidung
Mulut
24
Bibir, mukosa : Mukosa bibir tampak kering
Leher
Abdomen
Genetalia : Klien mengeluh keputihan berlebihan dan berbau pada kemaluan, terdapat benjolan - benjolan kecil
Keadaan Emosional : Klien mengeluh khawatir dan cemas dengan kondisi kesehatanya, klien mengeluh sering terpikirkan
8. Data Penunjang
a. Data Laboratorium
- Leukosit: 14.100
- Trombosit: 364.000
- HT: 26
- Gol. Darah: O+
25
b. Pemeriksaaa Diagnostik
- Pemeriksaan USG:
- Pemeriksaan Radiologi: -
a. Infuse RL 5%
b. Injeksi Ranitidine 2x1 dosis 50 Mg
c. Injeksi ketoprofen 3x1 dosis 8 Mg
A. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa Data
Do:
26
- P : Nyeri saat bergerak
Q : Seperti dibakar
R : Nyeri di kemaluan
S :skala nyeri 6
T : terus menerus
1. Nyeri akut b/d Agen pencidera fisiologi d.d Klien tampak meringis menahan nyeri
27
3. Risiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit d.d tampak benjolan – benjolan kecil berisi air dan
bewarna kemerahan pada kemaluan
B. Intervensi Keperawatan
28
7. Ajarkan cara memeriksa luka
8. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
C. Implementasi Keperawatan
P:
Intervensi Dilanjutkan
Gangguan Integritas - Anjurkan minum air yang cukup S:
Kulit/Jaringan - Anjurkan meningkatkan asupan
- Pasien mengerti dengan
nutrisi
b.d kelembaba penjelasan perawat tentang
- Monitor tanda-tanda infeksi tanda infeksi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi - Klien setuju untuk melaksanaka
- Kolaborasi pemberian anjuran minum dan nutrisi yang
antibiotik adekuat
- Klien mengatakan benjolan
benjolan kecil di kemaluan
terasa panas
O:
29
P:
Intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi b.d Pencegahan infeksi S:
kerusakan - Memonitor tanda gejala infeksi - Klien mengatakan badan masih
integritas kulit d.d lokal dan sistemik terasa lemah
tampak benjolan – - Membatasi jumlah pengunjung - Klien mengeluh nyeri
benjolan kecil - Mencuci tangan sebelum dan pada kemaluan
berisi air dan sesudah kontak dengan pasien - Klien mengatakan sudah
bewarna dan lingkungan pasien meningkatkan asupan cairan
kemerahan pada
- Mempertahankan teknik aseptik
kemaluan
pada pasien berisiko tinggi O:
- Mengnjurkan meningkatkan - Tampak benjolan – benjolan kecil
asupan cairan pada kemaluan
- Jumlah pengunjung sudah
dibatasi
- Teknik aseptik sudah diterapkan
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak sudah dilakukan
- Meningkatkan asupan cairan
sudah dianjurkan
- TD :110/70 mmHg
- ND : 99 x/i
- RR : 20x/i
- S : 37 C o
- HB 9,5 gr/dl
A:
(Risiko Infeksi )Masalah belum
teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
30
A:
Masalah
terastasi sebagian( Nyeri akut)
P:
Intervensi Dilanjutkan
Gangguan - Anjurkan minum air yang cukup S:
Integritas - Anjurkan meningkatkan asupan- Pasien mengerti dengan
Kulit/Jaringan nutrisi penjelasan perawat tentang
b.d kelembaban tanda infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi - Klien setuju untuk melaksanaka
Kolaborasi pemberian antibiotik anjuran minum dan nutrisi yang
adekuat
- Klien mengatakan benjolan
benjolan kecil di kemaluan
terasa panas
O:
P:
Intervensi dilanjutkan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dihentikan
31
Kamis Nyeri akut b/d Agen - Menidentifikasi lokasi, S:
10/ 08/2023 pencidera fisiologi karakteristik, durasi, frekuensi, - Klien menagatakan nyeri
d.d Klien tampak kualitas, intensitas nyeri berkurang
meringis menahan - Mengidentifikasi skala nyeri - Klien mengatakan merasa lebih
nyeri tenang
- Mengidentifikasi respons
nyeri non verbal - Klien mengatakan sudah
- Membrikan teknik menerapkan Teknik relaksasi
nonfarmakologi untuk nafas dalam
mengurangi rasa nyeri O:
- Memfasilitasi istirahat dan tidur - Klien sudah dianjurkan untuk
- Mengkolaborasi pemberian beristirahat
analgetik - Klien tampak menerapakn terapi
relaksasi
- Klien tampak lebih tenang
P : Nyeri saat bergerak
Q: Nyeri
seperti terbakar
R: Nyeripada kemaluan
S: Skala 2
T: nyeri hilang timbul
A:
Masalah terastasi
sebagian ( Nyeri akut)
P:
Intervensi Dilanjutkan
Gangguan - Anjurkan minum air yang cukup S:
Integritas - Anjurkan meningkatkan asupan - Pasien mengerti dengan
Kulit/Jaringan nutrisi penjelasan perawat tentang
b.d kelembaba tanda infeksi
- Monitor tanda-tanda infeksi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi - Klien setuju untuk melaksanaka
- Kolaborasi pemberian anjuran minum dan nutrisi
antibiotik yang adekuat
- Klien mengatakan benjolan
benjolan kecil di kemaluan
terasa panas
O:
P:
Intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi b.d Pencegahan infeksi S:
kerusakan integritas - Memonitor tanda gejala infeksi - Klien mengatakan badan sudah
kulit d.d tampak lokal dan sistemik terasa lebih baik
benjolan – benjolan - Membatasi jumlah pengunjung - Klien mengeluh nyeri
kecil berisi air dan - Mencuci tangan sebelum dan pada kemaluan karena
bewarna kemerahan sesudah kontak dengan pasien
benjolan – benjolan kecil berair
pada kemalua dan lingkungan pasien
32
- Mempertahankan teknik aseptik - Klien mengatakan sudah
pada pasien berisiko tinggi meningkatkan asupan cairan
- Mengnjurkan meningkatkan
asupan cairan
O:
- Teknik aseptik sudah
dipertahankan
- Asupan cairan sudah ditingkatkan
- Tampak benjolan kecil berair
mulai berkuaranga
- TD :125 /80mmHg
- ND : 85 x/i
- RR : 22 x/i
- S : 36,5 C
o
- HB 12 gr/dl
A:
(Risiko Infeksi )Masalah
teratasi
P:
Intervensi dihentikan
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.Herpes genitalis adalah suatu
penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah
disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes zoster disebut juga
33
shingles/cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian
dermatoma dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster. Pengobatan dari herpes
secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor
pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir,
valasiklovir, famsiklovir.
3.2 SARAN
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan
cara pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil agar lebih menjaga kebersihan
diri terutama pada bagian Genital, karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur/virus
pada bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis
dan varicella. Jika ibu mengalami gejala – gejala seperti nafsu makan berkurang, demam,
terdapat ruam pada bagian tubuh, dan tersa gatal ibu harus segera datang ketenaga
DAFTAR PUSTAKA
Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes
https://www.medicalnewstoday.com/articles/151739.php
34
Foley E, Clarke E, Beckett VA, Harrison S, Pillai A, FitzGerald M, Owen P, Low-Beer N, Patel
Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes zoster among
108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment Pharmacol Ther.
2013;37(4):420–429.
Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS. Dr.
M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7. No 3. Hal
Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”. Jurnal Medula
https://www.alodokter.com/herpes
35