Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha penyanyang,
Kami panjatkan puja puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaharui
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
PENDAHULUAN
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai
dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue
ataupun Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giant cells
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus
2.4.2 Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
2.7 PATOFISIOLOGI
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella zoster (VZV).
Virus DNA ini adalah virus yang menyebabkan penyakit cacar air (chicken pox) yang
merupakan infeksi awal sebelum sesorang mengalami herpes zoster. Jadi herpes
zoster hanya dapat muncul pada seseorang yang telah mengalami cacar air
sebelumnya. Setelah episode cacar air telah sembuh, varicella zoster akan bersifat
laten di dalam badan sel saraf kemudia varicella menyebar secara sentripetal ke
sensori fiber dan sensori ganglia. Virus tesebut dorman dan tanpa menimbulkan
gejala. (Fitzpatrick, 2012). Virus dapat menyebar dari satu atau lebih ganglion
mengikuti dermatum saraf (daerah pada kulit yang disarafi oleh satu spinal nerve)
yang menimbulkan tanda dan gejala pada kulit berupa cluster atau gerombolan
benjolan yang kecil yang kemudian menjadi blister. Blister-blister tersebut akan terisi
cairan limfa dan kemudian pecah lalu menjadi krusta dan menghilang (Fitzpatrick,
2012). Postherpatic neuralgia terkadang terjadi dikarenakan kerusakan pada saraf.
Sistem imun akan mengeliminasi sebagian besar virus sehingga seseorang dapat
dikatakan sembuh. Meskipun tanda dan gejala telah tidak ada, namun virus akan tetap
bersifat laten pada ganglion saraf (ganglion dorsal root maupun ganglion gasseri)
pada dasar tengkorak. Apabila sistem imun menurun virus akan mengalami
multiplikasi dan menyebar sepanjang ganglion menyebabkan nekrosis di neuron yang
ditandai oleh neulagia (Fitzpatrick, 2012).
2.8 WOC
Infeksi virus Varicella Zoster