Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN JUVENILLE DIABETES

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Keperawatan Anak 1

Dibimbing Oleh:

Putri Kristyaningsih, S.Kep, Ns., M. Kep.

Kelompok 3 :

Oleh Kelompok 3

1. Andrian Heldy Wira (10217004)


2. Delina Kartika Murti Rahma (10217010)
3. Devi Eriana Putri (10217012)
4. Fanesa Kusumastini Dea Sasmita (10217024)
5. Febri Diah Siswanti (10217026)
6. Gintan Adisty Septianisa (10217031)
7. Reda Ayu Saraswati (10217061)
8. Wahyu Ganda Kusuma (10217062)

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas
limpahan rahmat taufik serta hidayah-nya kami dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Keperawatan Anak 1 dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dalam rangka


pemenuhan tugas “Asuhan Keperawatan Juvenille Diabetes”. Kami juga
menyedari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap semoga makalah ini dapat
berguna menambah wawasan serta kesadaran bagi kami semua serta pembaca
mengenai pentingnya untuk beramal. Semoga makalah “Asuhan Keperawatan
Juvenille Diabetes” ini dapat berguna untuk masyarakat serta untuk kami.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya sekiranya makalah yang telah kami susun ini berguna bagi siapa saja
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Kediri, Mei 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................ ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Definisi penyakit Juvenille Diabetes................................................................4

2.2 Etiologi penyakit Juvenille Diabetes................................................................6

2.3 Patofisiologi penyakit Juvenille Diabetes........................................................7

2.4 Manifestasi Klinis penyakit Juvenille Diabetes...............................................8

2.5 Komplikasi penyakit Juvenille Diabetes..........................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................12

3.1 Pengkajian Keperawatan.................................................................................13

3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................18

3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................24

3.4 Implementasi Keperawatan.............................................................................35

3.5 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang
ditandai dengan adanya kenaikan kadar gula darah atau hiperglikemia. Penyakit
DM dapat disebabkan oleh tidak adekuatnya produksi insulin karena penurunan
fungsi pada sel - sel beta pankreas yang dikenal dengan DM tipe 1 atau tidak
efektifnya kerja insulin di jaringan yang dikenal dengan DM 2. DM tipe 1 sering
disebut Juvenile Diabetes atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
dengan jumlah penderita 5 – 10% dari seluruh penderita DM dan biasanya terjadi
pada anak-anak dan usia muda. DM tipe 2 disebut juga Adult Diabetes atau Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Jumlah penderita ini mencapai 90
– 95 % dari seluruh penderita DM. Timbulnya penyakit ini sangat khas yaitu di
usia pertengahan dan terkait dengan faktor genetik serta resistensi insulin yang
berhubungan dengan adipositas. Persentase penderita DM tipe 2 yang tinggi,
maka penanganan kasus ini akan lebih menjadi prioritas utama (Sastroamidjojo
dkk, 2000). Penyebab utama DM adalah faktor genetik dan faktor resiko
lingkungan. Pada faktor lingkungan yang disebabkan oleh usia,obesitas pada
perut, resistensi insulin, faktor diit, kurangnya aktivitas fisik, serta urbanisasi dan
modernisasi. Sebagian dari faktor penyebab tersebut dapat dimodifikasi melalui
perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidak dapat diubah (Gibney
dkk, 2008). 2 Estimasi prevalensi DM pada populasi dewasa di seluruh dunia akan
mengalami kenaikan sebesar 35 %, yaitu dari angka prevalensi 4% pada tahun
1995 menjadi 5,4% pada tahun 2025. Laporan World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang menderita DM diseluruh dunia
akan meningkat dari 135 juta pada tahun 1995 menjadi 300 juta pada tahun 2025
(Gibney dkk, 2008). Pada tahun 2000 penderita DM di Indonesia diperkirakan 4
juta penderita dan pada tahun 2010 diperkirakan terjadi peningkatan menjadi 5
juta penderita (Tjokropawiro, 2003).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Juvenille Diabetes?
1.2.2 Bagaimana etiologi dari penyakit Juvenille Diabetes?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi dari penyakit Juvenille Diabetes?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis penyakit Juvenille Diabetes?
1.2.5 Apa sajakah komplikasi dari penyakit Juvenille Diabetes?
1.2.6 Bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Juvenille Diabetes?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami definisi dari penyakit Juvenille
Diabetes.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari penyakit Juvenille
Diabetes.
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari penyakit Juvenille
Diabetes.
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari penyakit
Juvenille Diabetes.
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari penyakit Juvenille
Diabetes.
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan dari Juvenille
Diabetes

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Uraian teori ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kesehatan
khususnya yang berkaitan dengan Keperawatan Anak tentang Penyakit
Juvenille Diabetes.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi penulis

2
Penulis mendapat informasi mengenai pengetahuan tentang teori Penyakit
Juvenille Diabetes.
b. Bagi Responden
Sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan yang baik tentang latar
belakang dan kebutuhan dasar Penyakit Juvenille Diabetes yang perlu
dipenuhi.
c. Bagi Tenaga Pelayanan Kesehatan
Sebagai informasi kepada pengelola kesehatan sehingga bisa menggunakan
strategi yang sama dalam upaya pengembangan mutu dalam Perawatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Juvenille Diabetes

Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.


Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan
sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-
duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005)

Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup


pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan
perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku,
dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah
satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia
antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang
lebih dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh karena


itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam
kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2
tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI) mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitustipe 1 di Indonesia. Data ini
diperoleh melalui kerjasama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter
anak, endokrinolog anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus,
data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes MellitusAnak dan Remaja (IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat edukator
National University HospitalSingapura untuk memperoleh data penyandang Diabetes
Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di Singapura.Data lain dari
sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruhwilayah Indonesia
pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitususia anak-
anak juga usia remaja dibawah 20 tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan
Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang
terkena Diabetes Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011

4
tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40 % dibandingkan tahun 2009. Tiga
puluh duaanak diantaranya terkena Diabetes Mellitus tipe 2(Pulungan, 2010).

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di


Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak
terkena Diabetes Mellitus.Deteksi dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting
yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang
dapat mengakibatkan kematian.Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak anak
sering tidak terdiagnosis oleh dokter karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan
pada akhirnya sampai pada gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah nyeri perut,
sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera
mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010).

International Society of Pediatric and Adolescence Diabetesdan WHO


merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1).DM tipe 1 terjadi
disebabkan oleh karena kerusakan sel B-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat
disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin
berkurang atau terhenti.Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin.Pada DM
tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan meningkat.DM tipe 2 biasanya
dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas,hiperlipidemia,
kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk.
2010).

Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009)

1. DM Tipe-1 (destruksi sel-p)

a. Immune mediated

b. Idiopatik

2. DM tipe-2

3. DM Tipe lain

a. Defek genetik fungsi pankreas sel

b. Defek genetik pada kerja insulin

5
c. Kelainan eksokrin pankreas

Pankreatitis; Trauma/pankreatomi; Neoplasia; Kstik Haemokhromatosis;


Fibrokalkulus pankreatopati; dll

b. Gangguan endokrin

Akromegali; Sindrom Cushing; Glukagonom Feokromositoma; Hipertiroidisme;


Somatostatinoma; Aldosteronoma; dll Terinduksi obat dan kimia

e. Vakor; Pentamidin; Asam Nikotinik; Glukokortikoid; Hormon tiroid; Diazoxid;


Agonis -adrenergik; Tiazid; Dilantin; -interferon; dll

4. Diabetes mellitus kehamilan Sumber: ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines


2009

2.2 Etiologi Juvenille Diabetes

Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes
tipe 1.Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik.

1. Faktor Genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi


mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (human leucosite antigen) HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

2. Faktor-faktor Imunologi

Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana


antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen

6
3. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang


menimbulkan destruksi sel beta

2.3 Patofisiologi Juvenille Diabetes

Pathway

Reaksi Autoimun

Sel pankreas hancur

Defisit insulin

Hiperglikemia Katabolisme Lipolisis meningkat


protein meningkat

Penurunan BB
Pembatasan diet

Fleksibilitas Intake tidak Resiko nutrisi


darah merah adekuat kurang

Pelepasan O2 Poliuria Defisit volume cairan

Hipoksia perifer Perfusi jaringan


perifer tidak
efektif

Nyeri

7
2.4 Manifestasi Klinis Juvenille Diabetes

Dari gambaran klinis terlihat bahwa poliuria, polidipsi, olifagia dan


penurunan berat badan terjadi pada seluruh pasien DM tipe-1. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan bahwa ke empat gejala klinis ini hampir terjadi pada seluruh
pasien DM tipe-1.46 Gejala klinis lain cepat lelah pada 30 ( 75,696 ) kasus .
Dibanding inis dewasa, DM pada anak mempunyai gambaran kl ang lebih akut,
lebih berat dan tergantung insulin.
Defisiensi insulin pada DM tipe-1 akan mengu rangi ambilan glukosa oleh
otot, jaringan lunak jaringan splanikus dan akan terjadi peningkatan glikogenolisis
dan glukoneogenesis. Kadar gula darah akan meningkat dan mengakibatkan
peningkatan osmolalitas cairan ekstra selular. Peningkatan osmolalitas yang
melebihi ambang batas ginjal akan menyebabkan glukosa dikeluarkan melalui
urin Glukosa yang ada akan menarik air dan elektrolit lain sehingga pasien
mengeluh sering kencing atau poliuria. Dengan demikian tubuh akan selalu dalam
keadaan haus dan mengakibatkan banyak minum (polidipsia).46 Polifagia
disebabkan glukosa di dalam darah tidak dapat dipakai pada jaringan-jaringan
perifer sehingga tubuh akan kekurangan glukosa (proses kelaparan starvation)
yang menyebabkan asien banyak makan. Selain tu defisiensi insulin pada pasien
DM tipe-1 juga mengakibatkan berkurangnya ambilan asam amino dan sintesis
protein, sehingga pemenuhan nitrogen otot kurang Katabolisme protein juga
meningkat, sehingga secara klinis massa otot dijaringan perifer berkurang
mengakibatkan penurunan berat badan. Glukosa yang tidak terpakai di sel atau
jaringan perifer mengakibatkan tubuh akan lemah dan kurang aktivitas.4 Pada
keadaan seluruh kasus KAD 27 kasus mempunyai gejala sesak nafas dan
penurunan kesadaran. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pada keadaan
KAD selalu bermanisfestasi adanya enurunan kesadaran dan asidosis metabolik.
Pasien pada umumnya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan
diagnosis.

8
2.5 Komplikasi Juvenille Diabetes

1. Pertumbuhan fisik yang terhambat

Jika diabetes pada anak tidak dikontrol dengan baik dan dibiarkan dalam
waktu lama, maka akan menyebabkan pertumbuhan fisik yang lambat, berat
badan turun drastis, serta keterlambatan dalam pubertas dan pertumbuhan tulang.
Gangguan pertumbuhan atau kenaikan berat badan yang buruk biasanya dicurigai
sebagai gejala hipotiroidisme dan penyakit celiac.

Pemeriksaan tinggi, berat badan, dan indeks massa tubuh anak-anak secara
rutin merupakan cara terbaik untuk memantau kondisi kesehatannya. Hal ini
dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi diabetes pada anak yang bisa
menghambat pertumbuhan fisiknya.

2. Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes pada anak yang serius.


Kondisi ini terjadi apabila tubuh anak menghasilkan terlalu banyak asam darah
(keton) tapi tidak disertai dengan asupan insulin yang cukup. Insulin dibutuhkan
untuk menyerap glukosa ke dalam sel-sel tubuh untuk mengubah glukosa menjadi
tenaga.

Ketoasidosis diabetik bisa mengancam nyawa. Risiko kematian lebih


tinggi jika anak mengidap ketoasidosis diabetik berat. Pasien akan membutuhkan
pemantauan secara ketat oleh dokter ahli endokrin pediatrik atau intensivists
pediatrik. Karena ketoasidosis diabetik sangat berbahaya, pencegahan sangatlah
penting. Pencegahan dapat dicapai dengan:

a) Mewaspadai tanda dan gejala diabetes yang tidak diobati

b) Selalu deteksi gejala sejak dini jika keluarga Anda berisiko

c) Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang keton

9
d) Beri tahu teman, keluarga, dan pengasuh lainnya mengenai tanda dan gejala
ketoasiodis diabetik dini

e) Menyadari bahwa kelalaian pemberian insulin akibat masalah psikologis dan


kurangnya dana adalah penyebab paling umum dari ketoasiodis diabetik pada
pasien penderita diabetes

f) hubungi dokter bila kadar glukosa darah tinggi, terutama ketika ada ketonuria
(keton dalam urin) dan ketonemia (kelebihan keton dalam darah), serta bila
dibarengi dengan penyakit lainnya.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah hal lain dari komplikasi diabetes yang perlu


diwaspadai. Terutama bila anak punya riwayat kejang-kejang hipoglikemik.
Kondisi ini terjadi terjadi ketika glukosa darah turun di bawah tingkat normal
secara tiba-tiba. Nah, penurunan gula darah secara tiba-tiba inilah yang dapat
menyebabkan masalah serius. Salah satunya menyebabkan penurunan kognitif,
alias proses berpikir anak.

Ada beberapa alasan mengapa anak bisa mengalami hipoglikemia. yang


paling umum adalah efek samping obat yang digunakan untuk mengobati diabetes.
Jika anak menggunakan suntik insulin yang melebihi dosis atau justru terlalu
banyak mengonsumsi obat diabetes, hal tersebut pada akhirnya memicu pelepasan
insulin secara berlebihan. Akibatnya, kadar gula darah Anda turun terlalu rendah,
sehingga terjadilah hipoglikemia.

Namun kondisi ini juga bisa terjadi meski anak sudah menggunakan suntik
insulin dengan dosis yang sesuai. Biasanya ini terjadi ketika anak Anda makan
terlalu sedikit, menunda makan, atau bahkan tidak makan sama sekali selama
seharian. Selain itu, melakukan aktivitas fisik yang berlebihan tanpa diimbangi
dengan asupan makanan yang tepat juga dapat menyebabkan gula darah si kecil

10
rendah. Sebagai tambahan, anak laki-laki dan sudah lama terkena penyakit
diabetes cenderung lebih berisiko terkena komplikasi diabetes hipoglikemia.

Mengingat hipoglikemia adalah komplikasi diabetes yang serius, maka


penting bagi orangtua untuk mewaspadai gejalanya. Secara umum gejala
hipoglikemia dikategorikan berdasarkan tingkat keparahannya. Hipoglikemia
ringan berkaitan dengan adrenergik ringan atau gejala kolinergik (berkeringat,
pucat, jantung berdebar-debar, dan gemetar). Anak Anda juga mungkin
mengalami gejala ringan neuroglycopenia (sakit kepala dan perubahan perilaku).

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JUVENILLE DIABETES

KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosis Diabetes


Melitus tipe 1 masuk untuk dirawat di Bangsal Anak RS Bhakti Wiyata. Hasil
anamnesis anak mengatakan bahwa ia banyak makan, banyak minum, banyak
kencing, berat badannya turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa
perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan
kabur, sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25,5kg, PB: 135 cm, suhu: 37,4oC,
nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70 mmHg. Turgor kulit tidak
segera kembali, kulit kering, membrane mukosa kering. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan: Hb: 11,2gr/dl, Hematokrit: 30%, eritrosit:
4,0(x106/uL), trombosit: 210000/mm3, leukosit: 9.500/uL, glukosa darah
300mg/dl.

Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan tidak percaya ketika
anaknya didiagnosa Diabetes Melitus tipe 1, padahal tidak ada anggota keluarga
yang menderita Diabetes Melitus. Mereka mengatakan tidak paham tentang
Diabetes Melitus tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah pulang dari
Rumah Sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa epan anaknya.

Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula darah 2x/hari, insulin 2
unit dari U 100 sebelum makan.

12
PENGKAJIAN DATA

1. Identitas Pasien

Identitas pasien

Anak

Nama : An. R

Umur : 10 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 (satu)

Ibu

Nama : Ny. D

Umur : 22 th

Agama : Islam

Pendidikan :-

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kota Kediri

2.1.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama :
Poliuri, penglihatan kabur, merasa lelah, sakit kepala.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun,
enuresis. Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika
mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur, sakit kepala,
kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang flu.

13
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit yang sama
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Di dalam keluarga pasien ada riwayat penyakit seperti Diabetes Mellitus,
tidak ada riwayat asma, hipertensi dan jantung.

Genogram : (3 generasi)

Ket: = laki-laki

= perempuan

= pasien

5. Riwayat Sosiokultural :
Tinggal di area perkotaan yang kebersihan lingkungan sekitar terjaga
dengan baik.
6. Review Pola Sehat – Sakit :
Pasien mengalami keluhan sering buang air kecil, mudah lapar dan haus,
mudah merasa lelah.
7. Pola Fungsi Kesehatan Gordon :
1) Pola Nutrisi – Metabolik

14
Sebelum sakit Sesudah sakit

Pagi 1 piring nasi + 2 gelas teh 1 mangkuk bubur + 1 gelas air


putih

Siang 2 piring nasi + 1 gelas 1 mangkuk bubur + 1 gelas air


teh+1 gelas air putih putih

Malam 1 piring nasi + 1 gelas teh 1 mangkuk bubur + 1 gelas air


putih

2) Pola Eliminasi
BAB Sebelum sakit Sesudah sakit

Konsistensi Feces sedikit lembek Feces lembek

Jumlah BAB 1x sehari BAB 3x sehari

Warna Coklat Kekuningan

Bau Bau khas feces Bau khas feces

BAK Sebelum sakit Sesudah sakit

Jumlah 5-6x sehari (±800-1000 cc/hari) 7-10x sehari


(>1000cc/hari)

Warna Kuning bening Kuning pekat

Bau Bau khas urine Manis

3) Pola Aktivitas dan Latihan


- Sebelum sakit: pasien melakukan aktivitas secara mandiri

15
- Sesudah sakit: mudah lelah pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara
mandiri, namun perlu bantuan orang lain bahkan menimbulkan
ketergantungan/ tidak mampu dan perhatian menurun

7) Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit Sesudah sakit

Siang 2 jam 1 jam

Malam 6 jam 4 jam

8) Pola Peran – Hubungan


- Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa ia mempunyai hubungan baik
dengan anggota keluarga lain terutama ibunya dan tidak merasa dikucilkan
oleh keluarga, kerabat maupun masyarakat sekitar

- Sesudah sakit: pasien mengatakan bahwa ia masih berhubungan baik


dengan anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya. Justru banyak teman
dan kerabat yang datang untuk mendoakannya agar cepat sembuh.

9) Pola Toleransi Stress – Koping


- Sebelum sakit: pasien mengatakan jika ia ada masalah selalu terbuka
dengan anggota keluarga lain dan diselesaikan secara bersama sehingga
masalah dapat terselesaikan.

- Sesudah sakit: keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak stress


akibat sakit yang dideritanya dan masih selalu terbuka dengan anggota
keluarga dan menerima solusi dari masalah tersebut.

2.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Mukosa bibir kering, badan lemah dan mata cowong.

Tanda Vital

Suhu: 37,4oC Nadi: 88x/menit Napas: 24x/menit TD: 110/70 mmHg

16
2. Kepala
- Ubun ubun cekung

- Rambut: hitam, ikal, tidak berbau

- Mata: nampak cowong

- Hidung: tidak ada perdarahan


- Telinga: tidak ada luka dan bersih
- Mulut: kering, pucat
- Leher: tidak ada benjolan
3. Dada dan Punggung
- Jantung: tidak ada suara tambahan

- Paru-paru: tidak ada suara tambahan dan simetris, RR 24x/menit

4. Abdomen
Tidak ada bising usus dan tidak ada benjolan pada perut

5. Ekstremitas
- Tangan: tidak ada luka dan perdarahan

- Kaki: tidak ada luka dan perdarahan

6. Anus
Berwarna merah, tidak terdapat luka

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang


BB = 25,5 kg, PB =135 cm suhu = 37,4 c nadi = 88 kali/menit, respirasi =
24kali/menit, tekanan darah = 110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segra.
Kulit kering, membrane mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan : Hb : 11,2 gr/dl haematokrit ; 30% eritrosit : 4,0 (10 6 )

17
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan


keseimbangan insulin.
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektrolit ke dalam sel tubuh.
3. Resiko infeksi b.d Hiperglikemi (kekebalan tubuh menurun)
4. Kurang pengetahuan tentang perawatan anak DM tipe 1 b.d kurangnya
informasi.

18
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DO: DO: Reaksi autoimun Ketidakseimbangan nutrisi kurang


- TTV dari kebutuhan tubuh
Suhu: 37,4 °C
TD: 110/70 mm/Hg Sel pankreas rusak
Nadi : 88x/menit
RR: 24x/menit
Defisit insulin
- Pemeriksaan fisik
Berat badan turun
Kulit kering Katabolisme protein meningkat &
lipolisis meningkat
DS:
Pasien mengatakan mudah merasa lapar
Pasien mengatakan mudah merasa haus Penurunan Berat badan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

19
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

2. DO: DO: Reaksi autoimun Kekurangan volume cairan


- TTV
Suhu: 37,4 °C
TD: 110/70 mm/Hg Sel pankreas rusak
Nadi : 88x/menit
RR: 24x/menit
Hiperglikemi
- Pemeriksaan fisik
Pasien tampak lemah dan pucat
Mukosa bibir kering Poliuri
Lidah kering
Mata cowong
Turgor kulit jelek Defisit volume cairan

DS:
Pasien mengatakan haus
Pasien mengatakan merasa cepat lelah
Pasien mengatakan pandangan kabur
Pasien mengatakan sulit berkonsentrasi
ketika sekolah

20
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

3. DO: DO: Reaksi autoimun Resiko infeksi


TTV
Suhu: 37,4 °C
TD: 110/70 mm/Hg Sel pankreas rusak
Nadi : 88x/menit
RR: 24x/menit
Glukosa darah: 300mg/dl Hiperglikemi

DS:
-kalau ada luka sukar sembuh dan mudah Anabolisme protein menurun
terserang flu

Kerusakan antibodi

Kekebalan tubuh menurun

Resiko infeksi

Nekrosis luka

21
Gangrene

22
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

4. DO: DO: Kurang pengetahuan tentang


TTV
perawatan anak DM tipe 1
Suhu: 37,4 °C
TD: 110/70 mm/Hg
Nadi : 88x/menit
RR: 24x/menit

DS:
-Orangtua mengatakan sangat terkejut
dengan diagnose anaknya
-Tidak paham tentang Diabetes Melitus
-Khawatir dengan kondisi anak

23
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310
Hari Rawat Ke : Ke - 1

NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC: 1. Untuk menurunkan
nutrisi b.d gangguan keperawatan selama 2x24 1. Beri makanan yang terpilih kadar glukosa dalam
keseimbangan insulin. jam masalah akan teratasi tinggi serat, rendah tubuh
karbohidrat 2. Untuk mengetahui
Kriteria hasil:
Batasan Karakteristik: 2. Monitor jumlah nutrisi status nutrisi
- Berat badan 20% atau NOC: 3. Ajarkan pasien dan keluarga 3. Untuk menjaga status
lebih dibawah berat - Nutrisi terpenuhi bagaimana membuat jadwal nutrisi yang normal
badan ideal - Tidak terjadi penurunan makan sesuai dengan diet 4. Untuk mengetahui
- Mengeluh asupan 20% Diabetes Mellitus tipe 1 njuran diet yang baik
makanan kurang dari - Berat badan meningkat 4. Kolaborasi dengan ahli gizi dari ahli gizi
RDA (Recommended untuk meberikan diet 5. Untuk mengetahui
daily allowance) 5. Lakukan penimbangan berat status ideal berat badan
- Kurang informasi badan tiap hari
6. Rotasi area injeksi untuk

24
meningkatkan absorbs kadar
glukosa

25
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310
Hari Rawat Ke : Ke - 1

NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


2. Resiko syok b.d Setelah dilakukan asuhan NIC 1. Untuk mengetahui
ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 jam tingkat sirkulasi
Syok prevention
elektrolit ke dalam masalah akan teratasi. 2. Untuk
tubuh Kriteria hasil: 1. Monitor status sirkulasi BP, menyeimbangkan
warna kulit, suhu kulit, denyut anatar input dan
NOC
jantung, HR danritme, nadi output cairan
- Syok prevention perifer dan kapiler, dll. 3. Untuk mengetahui
- Syok managment 2. Monitor hemodinamik invasi pemeriksaan
yang sesuai laboratorium yang
Kriteria hasil:
3. Monitor input dan output berkaitan dengan
- Nadi 4. Monitor suhu dan pernapasan elektrolit
- Irama jantung 5. Pantau nilai labor: HB, HT, 4. Untuk mengurangi
- Frekuensi napas AGD dan elektrolit resiko syok dengan
- Irama pernapasan dalam 6. Berikan cairan iv atau oral yang pemberian cairan iv

26
batas yang diharapkan tepat atau oral
- Natrium serum dbn 7. Ajarkan keluarga dan pasien 5. Untuk meningkatkan
- pH darah serum dbn tentang tanda dan gejala syok perawatan mandiri
8. Ajarkan keluarga dan pasien pasien dan keluarga
Hidrasi:
tentang langkah mengatasi
Indicator: gejala syok

- Mata cekung tidak


ditemukan
- Tidak demam
- Hematokrit dbn

27
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : An. R
No. Rekam Medis : 000310
Hari Rawat Ke : Ke - 1

NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


3 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan NIC Menunjukkan salah satu
Hiperglikemi (kekebalan keperawatn selama 2x24 jam gejala adanya infeksi pada
1. O
tubuh menurun) saluran nafas
masalah akan teratasi. Observasi TTV
2. Sebagai
j penilaian dan
Kriteria hasil: Monitor nilai lab evaluasi yang lebih
leukosit, LED, objketif adanya infeksi
NOC
prokalsitonin, CRP pada paru-paru
3. O
- Tanda – tanda infeksi tidak ada Observasi adanya
Mengurangi resiko infeksi
- TTV dalam batas normal keluhan buruk Mengurangi invasi
4. B
mikroorganisme
- Personal hyginedilakukan
Bantu pasien untuk
dengan baik meningkatkan personal Mengurangi kejadian
hygine dan libatkan infeksi,
- Tidak ada bakteri/jamur pada
keluarga disesuaikandengan hasil
pemeriksaan urin kultur darah, luka atau
5.
- Terjadi proses penyembuhan urin
Anjurkan pasien untuk
mobilisasi / sering

28
luka yang baik dudk di tempat tidur
6. p
Pertahankan prinsip
aseptic pada rawat luka
7. A
Ajarkan pasien dan
keluarga teknik cuci
tangan / hand rub yang
benar

29
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310
Hari Rawat Ke : Ke - 1

NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


4. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan NIC: 1. Untuk menambah wawasan
tentang perawatan keperawatn selama 2x24 jam pasien dan keluarga
1. Berikan informasi mengenai
anak Diabetes masalah akan teratasi. mengenai Diabetes Mellitus
tanda dan gejala Diabetes
Mellitus tipe 1 b.d Kriteria hasil: tipe 1
Mellitus 1
kurangnya informasi 2. Untuk meningkatkan
NOC 2. Berikan informasi mengenai
perawatan keluarga pada
penyebab Diabetes Mellitus 1
- Orang tua mengetahui anak
3. Ajarkan orangtua dan anak
tanda dan gejala penyait 3. Untuk mengetahui status
(pasien) tentang perawatan
Diabetes Mellitus tipe 1 kalori dan serat yang
Diabetes Mellitus 1
- Factor yang dikonsumsi pasien
4. Cara mengontrol Diabetes
menyebabkan Diabetes 4. Untuk meningkatkan
Mellitus tipe 1
Melitus 1 perawatan mandiri pada
5. Perencanaan diet makanan tinggi
- Mengetahui cara lingkup keluarga
serat

30
mengkontrol glukosa 6. Cara menggunakan insulin 5. Untuk mengetahui tanda dan
darah 7. Diskusikan dengan anak dan gejala yang timbul dari
- Merenanakan diet orang tua untuk perencanaan diet Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 1 6. Untuk meningkatkan derajat
- Dapat menggunakan 8. Berikan pengetahuan pada anak kesehatan jasmani pasien
insulin dan orang tua tentang cara 7. Untuk mengetahui status gula
- Dapat merencanakan diet pemberian insulin yang benar dan darah pasien secara rutin
makan karakteristik insulin yang
- Mengenal gejala diberikan pada anak.
Hiperglikemia dan 9. Ajarkan pengetahuan pada anak
Hipoglikemia dan orang tua tetang
Hipoglikemia
10. Kelemahan ataxia; anxiety,
iritabilitas kecepatan denyut
jantung, tremor, pucat, kulit
lembab.
11. Anjarkan tentang tanda dan gejala
Hiperglekimia :
- Nafas bau buah

31
- Glikosuria
- Letargi
- Penurunan level kesadaran
- Polidipsi
- Dehidrasi
- Poliuri
-Instruksikan pada anak dan orangtua
untuk menggunakan gula biasa
12. Tinjau ulang program pengobatan
13. Atur program terapi (olahraga)
pada keluarga aktivitas fisik,
kerja keluarga
14. Tekankan pada keluarga
pentingnya pemeriksaan gula
darah tiap hari

32
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310

NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX (SOAP)
1. 25 Mei 13.00 1. Berkolaborasi dengan tenaga medis lain S: Pasien mengungkapkan tidak
2019
2. Melakukan TTV lagi merasa mudah lapar dan
3. Memberikan makanan dengan porsi kecil namun sering haus.
4. Memantau nutrisi dengan bekerjasama dengan ahli gizi
5. Memberikan suntikan hormone insulin O: suhu: 36°C
6. Memberikan edukasi mengenai Diabetes Mellitus tipe 1 TD: 110/70mmHg
RR: 24x/menit
N: 88x/menit

Pemeriksaan fisik:
Tugor kulit segera
kembali
Kulit normal

33
Membran mulkosa normal

A: Perencanaan teratasi

P: Masalah teratasi, interverensi


dihentikan.

34
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : An. R
No. Rekam Medis : 000310
NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
DX (SOAP)
2. 25 Mei 13.00 1. Berkolaborasi dengan tenaga medis lain S: Pasien mengatakan tidak
2019 2. Memonitor nilai labor : HB, HT, AGD dan elektrolit lagi merasa mudah lelah, dan
3. Melakukan pemantauan TTV menjadi lebih fokus
4. Melakukan pemantauan input dan output
5. Memberikan edukasi mengenai Diabetes Mellitus tipe 1 O: Suhu: 36°C
TD: 110/70mmHg
RR: 24x/menit
N: 88x/menit

Pemeriksaan fisik :
Tugor kulit segera
kembali
Kulit normal

35
Membran mulkosa
normal

A: Perencanaan teratasi

P: Masalah teratasi,
interverensi dihentikan

36
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310

NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX (SOAP)
3. 25 Mei 13.00 1. Mengobservasi TTV S: Pasien dan kelaurga pasien
2019
2. Memonitor nilai lab leukosit, LED, prokalsitonin, CRP mengatakan bahwa keadaannya
3. Mengobservasi adanya keluhan buruk sudah jauh membaik
4. Memberitahu agar tetap memantau gula darah
5. Memberikan edukasi pola makan yang sehat O:
6. Membantu pasien untuk meningkatkan personal hygine dan Suhu : 36°C
libatkan keluarga TD : 110/70mmHg
7. Menganjurkan pasien untuk mobilisasi/ sering duduk di RR : 24x/menit
tempat tidur N : 88x/menit
8. Mempertahankan prinsip aseptic pada rawat luka
9. Mengajarkan pasien dan keluarga teknik cuci tangan / hand
Pemeriksaan fisik:
rub yang benar
Tugor kulit segera
kembali
Kulit normal

37
Membran mulkosa
normal

A: Perencanaan teratasi

P: Masalah teratasi,
interverensi dihentikan.

38
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310

NO TGL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX (SOAP)
3. 25 April 13.00 1. Memberikan edukasi mengenai tanda dan gejala serta S: Pasien mengatakan bahwa
2019
penyebab Diabetes Mellitus tipe 1 luka pada pasien sudah mulai
2. Mengajarkan orang tua dan anak (pasien) tentang perawatan mengering dan flu sudah
Diabetes Mellitus tipe 1 berkurang
3. Merencanakan diet makanan tinggi serat
4. Mengajarkan anak dan orang tua cara pemberian insulin yang O:
benar dan karakteristik insulin yang diberikan kepada anak Suhu : 36°C
5. Monitor kelemahan ataxia, anxiety, iritabilitas kecepatan TD : 110/70mmHg
denyut jantung, tremor, pucat, kulit lembab RR : 24x/menit
6. Memberi informasi adanya tanda gejala hiperglikemia N : 88x/menit
7. Melakukan peninjauan ulang program pengobatan
8. Menekankan pada keluarga pentingnya pemeriksaan gula Pemeriksaan fisik:
darah setiap hari Tugor kulit segera

39
kembali
Kulit normal
Membran mulkosa
normal

A: Perencanaan teratasi

P: Masalah teratasi,
interverensi dihentikan.

40
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. R


No. Rekam Medis : 000310

NO TGL S O A P PARAF
DX
1. Ketidakseimbangan 26 Mei S: Pasien O: A: P:
nutrisi kurang dari 2019 mengungkapka Suhu: 36°C Perencanaan Masalah
kebutuhan tubuh b.d n tidak lagi TD : 110/70 teratasi teratasi,
gangguan keseimbangan merasa mudah mmHg interverensi
insulin lapar dan haus. RR : dihentikan.
2. Resiko syok b.d 24x/menit
ketidakmampuan S: Pasien N :
elektrolit ke dalam sel mengatakan 88x/menit
tubuh Glukosa dalam
tidak lagi
3. Resiko infeksi b.d batas normal
hiperglikemi (kekebalan merasa mudah
tubuh menurun) lelah, dan
4. Kurang pengetahuan menjadi lebih Pemeriksaan
tentang perawatan anak focus fisik:
DM tipe 1 b.d kurangnya Tugor kulit
informasi. S: Pasien segera kembali
mengatakan
Kulit normal
bahwa luka
pada pasien Membran
mulkosa

41
sudah mulai normal
mengering dan
flu sudah
berkurang

S: Pasien dan
kelaurga pasien
mengatakan
bahwa
keadaannya
sudah jauh
membaik

42
DAFTAR PUSTAKA

Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010).Diabetes in children and


adolole basic training manual for healthcare professionals in developing
countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21

Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:


Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.

Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N


(2010).Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja
AAP Aman B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak,
Jakarta: Sagung Seto 2010, h 124-16 ISPAD Clinical Practice Consensus
Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.

http://eprints.ums.ac.id/18464/2/03._BAB_I.pdf

https://www.scribd.com/document/390390008/Asuhan-Keperawatan-Juvenile-
Diabetes

https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/pusat-kesehatan/diabetes-
kencing-manis/komplikasi-akut-diabetes-pada-anak-anak/amp/

43

Anda mungkin juga menyukai