Dosen Pembimbing
Eko Dian, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun oleh:
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu
penyebab meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan
penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka,
menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit
tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan
orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit,
sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada
anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi
antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Meningitis didefinisikan sebagai peradangan pada meningen yaitu
membran yang melindungi otak dan cairan serebrospinal. Meningitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, infeksi parasit dan obat-obatan tertentu.
Meningitis virus biasanya lebih ringan dan dapat sembuh sendiri secara
spontan sehingga tidak membutuhkan pengobatan spesifik. Meningitis bakteri
dapat mematikan dan menyebabkan gangguan neurologis permanen di
kemudian hari. Membedakan meningitis viral dan bakterial pada saat pasien
datang di rumah sakit, dapat dilakukan dengan klinis maupun pemeriksaan
penunjang. Terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh apabila kita dapat
membedakan meningitis bacterial dan viral secara cepat, yaitu menurunkan
penggunaan antibiotik dan mengurangi perawatan di rumah sakit (Adetunde
dkk., 2014; Chadwick, 2006; Chalumeau dkk., 2012; Lilihata dkk., 2014;
Mago dkk., 2012).
2
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan dari meningitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari meningitis.
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari meningitis.
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari meningitis.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari meningitis.
1.3.5 Untuk mengetahui pathway dari meningitis.
1.3.6 Untuk mengetahui komplikasi dari meningitis.
1.3.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari meningitis.
1.3.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari meningitis.
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari meningitis.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui segala hal tentang penyakit meningitis
pada anak.
1.4.2 Mahasiswa dapat menyebarkan pengetahuan tentang penyakit
meningitis pada anak.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana mengidentifikasi penyakit
meningitis pada anak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Meningitis merupakan inflamasi pada selaput otak yang mengenai
lapisan piamater dan ruang subarachnoid maupun arachnoid, dan termasuk
cairan serebrospinal (CCS) (Hickey, 1997).
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu
membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang
menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak (Black
& Hawk, 2005).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat. (Suriadi, dkk. Asuhan Keperawatan pada Anak, ed.2,
2006).
Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulent lapisan otak yang
pada orang dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaroknoid,
namun pada bayi cenderung meluas sampai ke rongga subdural sebagai suatu
efusi atau empyema subdural (leptomeningitis), atau bahkan ke dalam otak
(meningoensefalitis). Satyanegara, 2010
2.2 ETIOLOGI
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti
fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang.
Seperti disebutkan di atas bahwa meningitis itu disebabkan oleh virus dan
bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis
purulenta dan meningitis serosa.
A. Meningitis Bakteri
4
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah
haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus
group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan
Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda
asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya
neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri,
fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul
di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya
tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak akan
mengalami infark.
B. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini
biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan
terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau
respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis
sel yang terlibat. Virus biasanya bereplikasi sendiri di tempat terjadinya
infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan saluran cerna) dan
kemudian menyebar ke sistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
- Faktor prediposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari wanita.
- Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan.
- Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobuin, anak yang mendapat obat imunosupresi.
- Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury
yang berhubungan dengan sistem persarafan.
5
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku
kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda
iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Perubahan tingkat kesadaran
lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien. Pada bukunya, Wong
menjabarkan manifestasi dari meningitis berdasarkan golongan usia sebagai
berikut:
A. Anak dan Remaja
Awitan biasanya tiba-tiba
Demam
Mengigil
Sakit kepala
Muntah
Perubahan pada sensorium
Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )
Peka rangsang
Agitasi
Dapat terjadi: Fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau
maniak, mengantuk, stupor, koma.
Kekakuan nukal, dapat berlanjut menjadi opistotonus
Tanda Kernig dan Brudzinski positif
Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasi
Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:
a. Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama
bila berhubungan dengan status seperti syok.
b. Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae)
c. Drain telingan kronis (meningitis pneumokokal)
6
Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)
Fontanel menonjol
Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak
Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam
diagnose
Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia
Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)
C. Neonatus
Tanda-tanda Spesifik :
Secara khusus sulit untuk didiagnosa
Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifik
Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihat menyedihkan dan
berperilaku buruk dalam beberapa hari
Menolak untuk makan
Kemampuan menghisap buruk
Muntah atau diare
Tonus buruk
Kurang gerakan
Menangis buruk
Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir
perjalanan penyakit
Leher biasanya lemas
Tanda-Tanda Nonspesifik yang Mungkin Terjadi pada Neonatus :
Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi)
Ikterik
Peka rangsang
Mengantuk
Kejang
Ketidakteraturan pernapasan atau apnea
Sianosis
7
Penurunan BB
(Donna L. Wong. Pedoman Keperawatan Pediatrik,ed.4,2003 )
2.4 PATOFISIOLOGI
Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik
melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang
berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara
konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan
menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih (hiperemi) dari
pembuluh darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan
eksudat. Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus
pneumoniae dan H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak,
hidrosefalus dan infark dari jaringan otak.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro
spinalis yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi
hidrosefalus dan peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut
adalah hiperemi pada meningen. Edem dan eksudasi yang kesemuanya
menyebabkan peningkatan intrakranial. (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit,
ed.2, 2005)
2.5 PATHWAY
(mikroorganisme)
Masuk ke nasofaring
8
Tromboemboli
Menyebar ke CSS
Peningkatan TIK
MENINGITIS
divaskuler serebral
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Vaskolitis darah
Permeabilitas kapiler
Kebocoran cairan
9
dari intravaskuler
Edema serebral
Desenpalon Mesenpalon
Ketidakefektifan
Rangsangan pada hipofisis pola napas Tingkat kesadaran
posterior
Demam
Penumpukan sekret
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
10
2.6 KOMPLIKASI
- Hidrosefalus obstruktif
- Meningococcal septicemia (mengingocemia)
- Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal
bilateral)
- SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
- Efusi subdural
- Kejang
- Edema dan herniasi serebral
- Cerebral palsy
- Gangguan mental
- Gangguan belajar
- Attention deficit disorder
2.8 PENATALAKSANAAN
A. Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
11
2. Steroid untuk mengatasi inflamasi
3. Antipiretik untuk mengatasi demam
4. Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5. Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih bisa
dipertahankan
6. Pembedahan: seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Periton).
7. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti
asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui
penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan
karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan
penurunan kesadaran karena kekurangan cairan akibat muntah,
pengeluaran cairan melalui proses evaporasi akibat hipertermia dan
intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
8. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5 mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat diatasi maka diberikan fenobarbital dengan
dosis awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg
sedangkan yang lebih 1 tahun 75 mg. Untuk rumatannya diberikan
fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan
selama 2 hari. Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya
dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dalam 2 kali
pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejang juga
diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik
kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal dari kontraksi otot akibat
kejang.
9. Penempatan pada ruangan yang minimal rangsangan seperti
rangsangan suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang
berlebihan dapat membangkitkan kejang pada anak karena
peningkatan rangsangan depolarisasi neuron yang dapat berlangsung
cepat.
10. Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir melalui suctiondan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
12
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu
mungkin juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan
tekanan intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan
lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran pernafasan.
Pemberian oksigen pada anak dengan meningitis dianjurkan
konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.
11. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisillin dengan dosis 300-
400mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intrevena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam 4
dosis pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui
kultur dari pembelian cairan serebrospinal melaluilumbal fungtio.
B. Penatalaksanaan di Rumah
1. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak
terlalu panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik
berfungsi mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup
karena anak yang menderita demam terjadi peningkatan metabolisme
aerobik yang praktis membutuhkan masukan oksigen yang cukup.
Selain itu ruangan yang cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi
saluran pernafasan dapat berfungsi dengan baik. Adapun
lingkunganyang panas selain mempersulit perpindahan panas anak ke
lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya kadang anak yang justru
menerima paparan sinar dari lingkungan.
2. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke
saluran pernafasan.
3. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan
demam. Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui
proses konduksi. Perpindahan panas anak supaya dapat lebih efektif
13
dipadukan dengan pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh
anak mudah berpindah ke lingkungan.
4. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak).
Untuk patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai
1 tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500
mg yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
5. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-
rata kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume
untuk mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh
juga berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang
sebagian besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan
minuman hangat dapat membantu mengencerkan sekret yang kental
pada saluran pernafasan.
14
KASUS
Pada tanggal 03 Juni 2019 pukul 14.00 WIB An.Z perempuan berusia 7
tahun melalui IGD rujukan dari RSI Yarsi Bukit Tinggi. Pasien datang dengan
keluhan demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum
masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan kesadaran
setelah kejang. An.Z di rawat di ruang Akut IRNA Kebidanan dan anak dengan
diagnosa medis Meningitis TB.
Data subjektif : ayah mengatakan anak demam, batuk berdahak, batuk
berdahak tidak mampu bicara dan hanya mengerang, refleks batuk lemah dan
tampak sesak, anak demam dan badannya panas.
Data objektif : GCS 9 (E4 V2 M3), badan teraba panas S : 37.80C, TD :
110/70 mmHg, HR : 87x/menit, RR 30x/menit, Hb : 10,7 gr/dl, ada tarikan
dinding dada, auskultasi terdengar bronkial dan ronkhi, TD : 110/70 mmHg, RR :
30 x/menit, S : 37.80C, HR 87x/menit, kulit pasien teraba panas, TD : 110/70
mmHg, RR : 30 x/menit, S : 37.80C, HR 87x/menit.
15
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : An. Z
Nama Panggilan :-
Umur / Tgl. Lahir : 7 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. KELUHAN UTAMA
Demam selama 2 minggu, kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum
masuk, frekuensi 1 kali, lamanya 10 menit dan mengalami penurunan
kesadaran setelah kejang
16
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Demam selama 2 minggu,kejang seluruh tubuh sejak 6 jam sebelum
masuk,batuk berdahak tidak mampu berbicara dan hanya
mengerang,reflek batuk lemah dan tampak sesak
2. Riwayat operasi
Tidak ada
3. Riwayat Alergi
Tidak ada
4. Riwayat Imunisasi
Lengkap
17
Bengkak
5. Hepatitis B >24 jam, 1 3x Demam 3 hari
dan 6 Gatal
Bulan Mual
Ruam kulit
Bengkak daerah
suntikan
E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Pada waktu hamil ibu secara rutin memeriksakan kehamilannya
sebanyak 9 kali
2. Intra Natal
Lahir cukup bulan,ditolong bidan,partus spontan langsung
menangis
GENOGRAM
18
Ket: = Laki-laki X = Keluarga yang meninggal
= Pasien
19
Pasien mengalami penurunan kesadaran. Pasien ingin agar dirinya
dapat cepat sembuh dari penyakit yang dideritanya.
2. Pola Nutrisi & Metabolisme
Menurunnya nafsu makan akibat dari gangguan kesadaran
3. Pola eliminasi
Pasien tidak ada keluhan
4. Pola aktifitas / bermain (termasuk kebersihan diri)
Kelemahan yang mengakibatkan gerak serta ketergantungan
dalam memenuhi kebutuhan
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan Umum
1. Keadaan Umum :
20
Demam, batuk berdahak, batuk berdahak tidak mampu bicara dan
hanya mengerang, refleks batuk lemah dan tampak sesak, anak
demam dan badannya panas
Tanda-tanda vital :
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar dada : 64 cm
2. Kepala
Rambut : warna hitam,tidak mudah dicabut
Hidung : simetris
3. Leher :
Simetris tidak ada benjolan
4. Thorax / dada :
Paru paru : RR 30x/menit
21
Ada tarikan dinding dada, auskultasi terdengar bronkial dan
ronkhi
5. Abdomen :
Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun
6. Ekstremitas :
Kulit pasien teraba panas
K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Ureum : 31 ml/dl, creatinin 0,7 mg/dl, natrium 138 mmol/L,
kalium 3,9 mmol/L, HB : 13 g/dl, Ht : 40 Vol%, Trombosit : 200
ribu/mm3
2. Radiologi
a. Foto thorax
Tujuan foto thorax adalah untuk menilai adanya
kelainan jantung, kelainan paru, gangguan dinding toraks,
gangguan rongga pleura, dan gangguan diafragma.
Umumnya pada pasien meningitis TB ditemukan adanya
gambaran tuberculosis, tetapi untuk meningitis jenis lain
tidak ditemukan keabnormalan pada pemeriksaan foto
thorax.
b. Foto kepala
Pemeriksaan ini diindikasikan pada pasien yang
merasa nyeri kepala hebat agar dapat membantu
menegakkan diagnosa. Foto kepala membantu
menegakkan diagnosa jika terdapat tanda-tanda klinis
misalnya kelainan neurologis, peningkatan tekanan
intracranial, atau kebutaan. Foto kepala lateral juga akan
membantu menunjukkan adanya metastase di kepala.
c. CT Scan
Pemeriksaan CT scan dapat menentukkan ada dan
luasnya kelainan di daerah basal, serta adanya dan luasnya
hidrosefalus.
22
3. Terapi
a. Isolasi
b. Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
c. Mempertahankan dehidrasi, monitor balance cairan
(hubungan dengan serebral)
d. Mencegah dan mengobati komplikasi
e. Mengontrol kejang
f. Mempertahankan ventrilasi
g. Mengurangi meningkatnya tekanan intra kranial
h. Penatalaksanaan syok septik
i. Mengontrol perubahan suhu lingkungan
Mahasiswa,
…………………………………
NIM. …….
23
ANALISA DATA
Hiperfungsi
24
anak batuk berdahak,
refleks batuk lemah Terkena percikan droplet
dan tampak sesak
DO : Masuk ke nasofaring
- Terdapat tarikan di
dinding dada Menempel pada paru
- Saat auskultasi
terdengar bronkial dan Masuk ke pembuluh darah
ronkhi
- TD : 110/70 mmHg Menyebar ke serebral dan
- RR : 30 x/menit membentuk turbikel
- HR : 87x/menit
Kerusakan membran alveolar
Pembentukan sputum
berlebihan
25
Mempengaruhi hipotalamus
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN/
NO TGL/JAM DITEMUKAN
MASALAH KOLABORATIF
Resiko ketidakefektifan perfusi
03 Juni 2019
1 jaringan serebral b.d proses inflamasi
14.00 WIB
di selaput otak
03 Juni 2019 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2
14.00 WIB b.d penumpukan sekret di jalan nafas
03 Juni 2019 Hipertermi b.d peningkatan laju
3
14.00 WIB metabolisme
INTERVENSI
26
dalam keluarga untuk keluarga
rentang yng mengobservasi mempermudah
di harapkan kulit jika ada isi perawatan
2. tidak ada atau laserasi klien sehingga
ortostatik - gunakan sarung tujuan
hipertensi tangan untuk perawatan
3. berkomunika proteksi dapat tercapai
si dengan - batasi gerakan dengan baik
jelas dan pada kepala, leher - mengurangi
sesuai dan punggung resiko
dengan - monitor penularan
kemampua kemampuan BAB kuman lewat
4. menunjukkan - kolborasi cairan tubuh
perhatian, pemberian pasien
konsentrasi analgetik - untuk
dan orientasi - monitor adanya mempertahank
5. memproses tromboplebitis an aliran
informasi - diskusikan karotis tanpa
6. membuat mengenai halangan
keputusan penyebab sehingga
dengan benar perubahan sensasi dapatmempasi
litasi perfusi
- analgetik
berfungsi
untuk
meningkatkan
ambang nyeri
- untuk
mengetahui
ada tidaknya
tanda infeksi
2 Ketidakefektif NOC NIC Airway suction
27
an bersihan Respiratory Airway Suction - Mengevaluasi
jalan nafas b.d status : - Auskultasi suara keefektifan
penumpukan ventilation nafas sebelum dan jalan nafas
sekret di jalan Respiratory sesudah suctioning - Dengan
nafas status : airway - Informasikan pada mengertinya
patency keluarga tentang tujuan
Kriteria hasil : suctioning tindakan
Mendemonstrasi - Minta pasien nafas suctioning
kan batuk efektif dalam sebelum yang akan
dan suara nafas suction dilakukan dilakukan
yang bersih, - Anjurkan pasien pasien dan
tidak ada untuk istirahat dan keluarga bisa
sianosis dan napas dalam berpartisipasi
dipsnea (mampu setelah kateter di aktif
mengeluarkan keluarkan dari
sputum, mampu nasotrakeal Airway
bernafas dengan - Monitor status Management
mudah, tidak oksigen pasien - Meningkatka
ada pursed lips) - Ajarkan keluarga n ekspansi
Menunjukkan bagaimana cara paru,
jalan nafas yang melakukan suction ventilasi
paten (klien Airway Management maksimal
tidak merasa - Posisikan pasien membuka
tercekik, irama untuk area
nafas, frekuensi memaksimalkan atelektasis
pernafasan ventilasi dan
dalam rentang - Lakukan fisioterapi peningkatan
normal, tidak dada jika perlu gerakan
ada suara nafas - Berikan sekret agar
abnormal ) bronkodilator bila mudah
Mampu perlu dikeluarkan
mengidentifikasi - Atur intake untuk - Membantu
28
dan mencegah cairan mengencerka
faktor yang mengoptimalkan n secret
dapat keseimbangan sehingga
menghambat - Monitor respirasi mudah
jalan nafas dan status O2 dikeluarkan
- Memberikan
cadangan
dalam paru
3 Hipertermi b.d NOC NIC Fever
peningkatan Thermoregulation Fever Management Management
laju Kriteria Hasil : - Monitor suhu - Mengevaluasi
metabolisme Suhu tubuh sesering mungkin warna dan
dalam rentang - Monitor warna dan suhu kulit
normal suhu kulit - Mengevaluasi
Nadi dan RR - Monitor penurunan tingkat
dalam rentang tingkat kesadaran kesadaran
normal - Monitor intake dan pasien
Tidak ada output - Memberikan
perubahan - Berikan anti piretik informasi
warna kulit dan - Kolaborasi tentang status
tidak ada pusing pemberian cairan cairan umum
intra vena - Obat
- Tingkatkan antipiretik
sirkulasi udara bekerja
Temperature sebagai
Regulation pengatur
- Monitor suhu kembali pusat
minimal tiap 2 jam pengatur panas
- Selimuti pasien - Untuk
untuk mencegah mencegah atau
hilngnya mengoreksi
kehangatan tubuh gangguan
29
Vital Sign cairan dan
Monitoring elektrolit
- Monitor tekanan Vital sign
darah, nadi dan RR monitoring
- Monitor vital sign - Untuk
saat klien mengetahui
berbaring, duduk, perubahan dari
atau berdiri status TTV
- Monitor sianosis pasien
perifer - Untuk
mengetahui
tekanan darah
saat klien
berbaring,
duduk, dan
berdiri
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA
TGL/JAM IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
- memonitor adanya daerah
tertentu yang hanya peka
terhadap panas/ dingin/ tajam/
tumpul
Resiko ketidakefektifan
- memonitor adanya paretese
03/06/2019 perfusi jaringan serebral b.d
- menginstruksikan keluarga
14.30 WIB proses inflamasi di selaput
untuk mengobservasi kulit jika
otak
ada isi atau laserasi
- menggunakan sarung tangan
untuk proteksi
- membatasi gerakan pada
30
kepala, leher dan punggung
- memonitor kemampuan BAB
- melakukan kolborasi
pemberian analgetik
- memonitor adanya
tromboplebitis
- mendiskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi
31
bila perlu
- Mengatur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Memonitor respirasi dan
status O2 pada pasien
Hipertermi b.d peningkatan Fever Management
laju metabolisme - Memonitor suhu sesering
mungkin
- Memonitor warna dan suhu
kulit
- Memonitor penurunan tingkat
kesadaran
- Memonitor intake dan output
- Memberikan anti piretik pada
pasien
- Melakukan kolaborasi
pemberian cairan intra vena
03/06/2019 - Meningkatkan sirkulasi udara
15.00 WIB Temperature Regulation
- Memonitor suhu minimal tiap
2 jam
- Memberikan selimut pada
pasien untuk mencegah
hilngnya kehangatan tubuh
Vital Sign Monitoring
- Memonitor tekanan darah,
nadi dan RR
- Memonitor vital sign saat
klien berbaring, duduk, atau
berdiri
Memonitor sianosis perifer
32
EVALUASI
DIAGNOSA
TGL/JAM EVALUASI
KEPERAWATAN
S = Pasien sudah bisa berbicara,
batuk berkurang, refleks batuk
sedang
Resiko ketidakefektifan
O = TD : 120/80 mmHg
03/06/2019 perfusi jaringan serebral
RR : 19 x/menit
18.00 WIB b.d proses inflamasi di
Nadi : 70x/menit
selaput otak
Suhu : 360C
A = Masalah sudah teratasi
P = Intervensi dihentikan
S = Pasien mengatakan sudah
tidak sesak nafas lagi
Ketidakefektifan bersihan O = TD : 120/80 mmHg
04/06/2019 jalan nafas b.d RR : 19 x/menit
19.30 WIB penumpukan sekret di Nadi : 70x/menit
jalan nafas Suhu : 360C
A = Masalah sudah teratasi
P = Intervensi dihentikan
S = Keluarga pasien mengatakan
suhu tubuh sudah kembali normal
O = TD : 120/80 mmHg
Hipertermi b.d
05/06/2019 RR : 19 x/menit
peningkatan laju
08.15 WIB Nadi : 70x/menit
metabolisme
Suhu : 360C
A = Masalah sudah teratasi
P = Intervensi dihentikan
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
34
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC (Jilid III) Yogyakarta:
MediAction
35