FARMAKOLOGI
“Pemberian Obat Anti Virus Pada Penyakit”
Dosen Pembimbing:
Ns. Roshinta Sony A., M.Kep
Disusun oleh :
1. Isabella Farona (15.401.20.003)
2. Lutfi Nuraini (15.401.20.004)
3. Nur Umamah (15.401.20.005)
4. Zolan Prananda (15.401.20.006)
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Obat Anti Virus”. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Farmakologi tahun ajaran
2020/2021.
Ucapan terima kasih sampaikan kepada KA. Prodi Kebidanan, dosen pendamping mata
kuliah Farmakologi, orang tua kami dan teman – teman yang secara langsung maupun yang tidak
langsung telah mendukung selesainya makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan menggunakan metode pustaka dengan sumber berupa
buku dan dari internet. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi susunan maupun isinya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah ini yang kami
susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang..........................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3.Tujuan.......................................................................................................6
2.2.Obat-obat Antivirus................................................................................10
3.1.Kesimpulan.............................................................................................17
3.2.Saran.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
fungsi sel hospes juga dihambat. Toksisitas misalnya supresi sumsum tulang telah
menghalangi obat di atas digunakan secara parental kecuali vidarabin. Hanya
idoksuridin dan vidarabin yang saat ini masih dapat digunakan secara topikal sebagai
obat pilihan kedua dan ketiga pada herpes simplex keratin konjunctifitis. Obat anti
virus generasi baru pada umumnya bekerja lebih selektif terutama asiklovir sehingga
toksisitasnya lebih rendah.
Berdasarkan pemaparan materi diatas maka penulis tertarik untuk membuat
makalah yang berjudul Anti Virus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah Penyakit yang berhubungan dengan antivirus?
2. Apa sajakah obat anti virus yang digunakan?
3. Bagaimana hubungan pernyakit dengan antivirus?
4. Bagaimana proses keperawatan dari obat-obat antivirus?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami jenis penyakit anti virus.
2. Mahsiswa mampu mengetahui jenis obat anti virus.
3. Mahasiswa mampu mengetahui hubungan penyakit dan obat anti virus.
4. Mahasiswa mampu mengetahui proses keperawatan dari obat-obat anti virus.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang
dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan
saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh
pecah dan berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini
membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan mungkin menimbulkan bekas.
Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu, tetapi kadang-kadang rasa nyeri
yang berat dapat bertahan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini
disebut “neuralgia pascaherpes”.
c. HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang
menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+ dan
makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah" dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan
pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan
imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS. HIV berbeda dalam struktur
dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya. Besarnya sekitar 120 nm dalam
diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah
merah) dan kasarnya "spherical".
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau
melalui anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui
injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama
masa hamil, kelahiran dan masa menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan
7
pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan
HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat
mengurangi risiko penyebaran virus HIV, tetapi banyak ahli percaya bahwa hal
ini masih terlalu awal untuk merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka
mencegah HIV.
Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang
hidup dengan HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika.
Perkiraan jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004
adalah antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang. (AIDS epidemic update December
2004).
Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius
lewat jarum suntik, hubungan seks baik antarpria maupun dengan pekerja seks
komersial, dan pelanggannya, serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih
kurang memadai.
1. Antinonretrovirus
- Antivirus untuk herpes
- Antivirus untuk influenza
- Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
- Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
- Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
- Protease inhibitor (PI)
- Viral entry inhibitor
8
SENYAWA MEKANISME KERJA
Asiklovir Dimetabolisme menjadi asiklovr trifosfat, yang
menghambat DNA polimerase virus
9
cara bergabung pada ujung 3 rantai DNA virus
Asiklovir
Enzim kinase virus
Idoksuridin
Sitarabin Enzim kinase sel hospes Analog nukleotida
Vidarabin
Zidovudin Hambatan terhadap
DNA polimerase virus
10
Gambar 3. Profil farmakokinetik antivirus Herpes
Famsiklovir
Parameter Asiklovir Gansiklovir Foskarnet Sidofovir
(Pensiklovir)
Bioavailabilitas oral 10-30% <10% 65-77% 9-17% <5%
Efek makanan pada (18 % degn. (20%) Dapat diabaikan Tidak pasti Tidak diketahui
AUC Makanan berat
)
t ½ eliminasi (jam) 2,5-3 2-4 2 4-8 2-3
Rasio CSF/plasma 0,5 0,2-0,7 Tidak dapat 0,7 Tidak dapat dipastikan
(rata-rata) dipastikan
11
Penyesuaian dosis CLcr < 50 (IV) CLcr < 80 CLcr <60 CLcr <58-67 Scr >1,5 mg/dl*
CLcr < 25 (PO) CLcr <55*
AUC = area under plasma concentration-time curve; CLcr = klirens kreatinin dalam mL/menit; Scr = kadar kreatinin serum;
, menurun; , meningkat; CFS = cerebrospinal fluid. * dikontraindikasi pada gagal ginjal.
12
ASIKLOVIR
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis analog
nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus herpes.
1. Farmakokinetik
Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume
distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma taraf
mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah
dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2
½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria.
Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan
serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari
80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui
sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di
urine sebagai metabolit inaktif.
2. Mekanisme kerja
Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah suatu prodrug
yang beru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat.
Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir monofosfat
yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus herpes atau
varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh sitomegalo virus,
kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat
dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara
kompetisi dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus.
Jika asiklovir (dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus,
sintesis berhenti. Inkorporasi asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel
karena enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virus menjadi inaktif.
3. Resistensi
Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin kinase
virus atau pada gen DNA polimerase.
13
4. Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis
herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes labialis) dan
infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir terhadap VZV
kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varicella
dan zoster jauh lebih tinggi dari pada terapi infeksi HSV.
5. Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk herpes
zoster ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis herpetik adalah
dalam bentuk krim ophthalmic 30 % dank rim 5 % untuk herpes labialis. Untuk herpes
14
ensefalitis, HSV berat lainnya dan infeksi VZV digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg
BB perhari.
6. Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal dalam
pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa terbakar dan
sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang dapat
menyebabkan mual, diare, ruam dan sakit kepala; dan sangat jarang dapat menyebabkan
insufiensi renal dan neurotoksitas.
ANTIRETROVIRUS
NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NRTI )
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal
replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan,
tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua
obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang
termasuk komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan
steatosis.
ZIDOVUDIN
1. Farmakokinetik
Obat mudah diabsorpsi setelah pemasukan oral dan jika diminum bersama
makanan, kadar puncak lebih lambat, tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi tidak
terpengaruh. Penetrasi melewati sawar otak darah sangat baik dan obat mempunyai waktu
paruh 1jam. Sebagian besar AZT mengalami glukuronidasi dalam hati dan kemudian
dikeluarkan dalam urine.
2. Mekanisme kerja
Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin bekerja
dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus asidotimidin
(AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan
bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.
15
3. Resistensi
Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse
transcriptase. Terdapat laporan resisitensi silang dengan analog nukleosida lainnya.
Resistensi : 3. Spektrum aktivitas : HIV(1&2)
4. Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(seperti lamivudin dan
abakafir).
5. Dosis
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg
/5ml disi peroral 600 mg / hari.
6. Efek samping
Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat-obat antivirus dipakai untuk membasmi, mencegah atau menghambat
penyebaran infeksi virus. Virus bereplikasi sendiri dalam beberapa tahap.
Tujuan dari obat-obat antivirus adalah untuk mencegah replikasi virus dengan
menghambat salah satu dari tahap-tahap tersebut, sehingga dengan demikian menghambat
virus untuk bereproduksi. Kelompok obat-obat ini efektif untuk melawan influenza,
spesien herpes, human immunodeficiency virus (HIV).
3.2 Saran
Sebagai Mahasiswi Kebidanan seharusnya memahami proses keperawatan pada
obat antivirus harus lebih teliti dan memahami setiap jenis obat antivirus agar tidak terjadi
kesalahan atau maalpraktek serta bagi pembaca semoga makalah ini berguna untuk
mempelajari dan mendalami materi antivirus.
17
DAFTAR PUSTAKA
18