Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH FARMAKOLOGI I

OBAT- OBAT PADA INFEKSI VIRUS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
KELAS A3

1. NISWARI
2. SONIA MARIYANTI LAKAPU
3. NUR AULIA ALNA
4. IRMAWATI SYARIF
5. EDY ARJULA
6. QUR'ANI
7. PUTU WULANDARI
8. SERLI SEPTIANI
9. AMELIA ARIMDANI ARIFIN
10. AULIA AMALA
11. WA OLA PURWATI
12. UMI SAFITRI MELANI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatrahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“ Obat- Obat Pada Infeksi Virus ” ini tepat ada waktunya. Tidak lupa pula penulis
sampaikan banyak terimkasih kepadaa dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya sehigga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah Farmakologi 1.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya lebih
kepada penulis .

Disadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari

Kendari, 17 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ II


BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .......................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2
C. TUJUAN ............................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. JENIS-JENIS PENYAKIT ANTIVIRUS ......................................................................... 3
Influenza ................................................................................................................ 3
Herpes .................................................................................................................... 3
HIV ........................................................................................................................ 4
B. PENGGOLONGAN OBAT ANTIVIRUS ........................................................................ 5
1. ANTINONRETROVIRUS .......................................................................................... 16
a. Antivirus untuk herpes ....................................................................................... 6
b. Antivirus untuk influenza ................................................................................ 11
c. Antivirus untuk HBV dan HCV ....................................................................... 15
2. GOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRUS (ANTIVIRUS UNTUK HIV) ........................... 16
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI) ......................................... 16
b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI) ......................................... 18
c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) .............................. 19
d. Protease inhibitor (PI) ...................................................................................... 20
e. Viral entry inhibitor ........................................................................................ 22
BAB III ....................................................................................................................... 24
PENUTUP .................................................................................................................. 24
A. KESIMPULAN................................................................................................... 24
B. SARAN ............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk
mendapat kemoterapi antivirus dengan selektifitas yang tinggi. Siklus replikasi virus
yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan
setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang
terinfeksi. Bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengertian yang
lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebagai target
kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat
dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel herpes.

Perkembangan obat anti virus baik sebagai profilaksis ataupun terapi belum
mencapai hasil seperti apa yang diinginkan oleh umat manusia. Berbeda dengan anti
mikroba lainya, antiviral yang dapat menghambat atau membunuh virus juga akan
dapat merusak sel hospes dimana virus itu berada. Ini karena replikasi virus RNA
maupun DNA berlangsung didalam sel hospes dan membutuhkan enzim dan bahan
lain dari hospes. Tantangan bagi penelitian ialah bagaimana menemukan suatu obat
yang dapat menghambat secara spesifik salah satu proses replikasi virus seperti :
peletakan, uncoanting dan replikasi. Analisis biokimiawi dari proses sintesis virus
telah membuka tabir bagi terapi yang efektif untuk beberapa infeksi seperti : virus
hespes, beberapa virus saluran napas dan human immunodeficiency virus (HIV).

Dengan mencuatnya masalah penyakit acquired-immuno-deficiency-syndrom


(AIDS) maupun virus lainnya, maka kegiatan penelitian mencari obat anti viral telah
mendapat dukungan yang lebih luas dari berbagai pihak baik swasta maupun
pemerintah, terutama di Negara maju.

1
Sejumlah obat anti virus dapat dikembangkan didekade 50 dan 60 saat ini
memiliki pemamfaatan terbatas. Obat ini adalah idoksuridin, vidarabin dan sitarabin.
Obat ini bersifat tidak selektif dalam menghambat replikasi virus sehingga banyak
fungsi sel hospes juga dihambat. Toksisitas misalnya supresi sumsum tulang telah
menghalangi obat di atas digunakan secara parental kecuali vidarabin. Hanya
idoksuridin dan vidarabin yang saat ini masih dapat digunakan secara topikal sebagai
obat pilihan kedua dan ketiga pada herpes simplex keratin konjunctifitis. Obat anti
virus generasi baru pada umumnya bekerja lebih selektif terutama asiklovir sehingga
toksisitasnya lebih rendah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana jenis-jenis penyakit Antivirus?

2. Bagaimana Penggolongan obat Antivirus?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit Antivirus

2. Untuk mengetahui penggolongan obat Antivirus

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Penyakit Antivirus

1. Influenza
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah
penyakitmenular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari
famili Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan dengan
medium udara melalui bersin dari si penderita. Pada manusia, gejala umum yang
terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan
mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasusyang
lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia,yang dapat
mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.

Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1sampai 3 hari
sejak kontak dengan hewan atau orang yang influensa. Virus influensa cepat
sekali bermutasi, sehingga setiap kali para ahli virus harus berusaha menemukan
penangkal yang baru. Wabah flu terbesar pertama adalah pandemi flu spanyol
(1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal flu Hong Kong dan pada tahun
2005 merebak flu burung. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya usaha
penangkalan terhadap penyakit ini.

2. Herpes
Herpes zoster (Shingles) adalah suatu penyakit yang membuat sangat nyeri
(rasa sakit yang amat sangat). Penyakit ini juga disebabkan oleh virus herpes
yang juga mengakibatkan cacar air (virus varisela zoster). Seperti virus herpes
yang lain, virus varisela zoster mempunyai tahapan penularan awal(cacar air)
yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif. Kemudian, tanpa alasan virus ini jadi
aktif kembali, menjadikan penyakit yang disebut sebagai herpes zoster. Kurang

3
lebih 20% orang yang pernah cacar air lambat laun akan mengembangkan herpes
zoster. Keaktifan kembali virus ini kemungkinan akan terjadi pada orang dengan
sistem kekebalan yang lemah. Ini termasuk orang dengan penyakit HIV, dan
orang di atas usia 50 tahun.

Herpes zoster hidup dalam jaringan saraf. Kejangkitan herpes zoster dimulai
dengan gatal, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang berat pada daerah bentuk
tali lebar di dada, punggung, atau hidung dan mata. Walaupun jarang, herpes
zoster dapat menular pada saraf wajah dan mata. Ini dapat menyebabkan
jangkitan di sekitar mulut, pada wajah, leher dan kulit kepala,dalam dan sekitar
telinga, atau pada ujung hidung.

Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh.
Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan
saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi cairan. Kemudian lepuh
pecah dan berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi kulit dapat terjadi. Ini
membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan mungkin menimbulkan bekas.
Biasanya, ruam hilang dalam beberapa minggu,tetapi kadang-kadang rasa nyeri
yang berat dapat bertahan berbulan-bulanbahkan bertahun-tahun. Kondisi ini
disebut “neuralgia pascaherpes”.

3. HIV
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus
yangmenginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama Sel T CD4+ dan
makrofaga, komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh "tuan rumah"dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka. Infeksi dari HIV menyebabkan
pengurangan cepat dari sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan kekurangan
imun. HIV merupakan penyebab dasar AIDS. HIV berbeda dalam struktur
dengan retrovirus yang dijelaskan sebelumnya.Besarnya sekitar 120 nm dalam

4
diameter (seper 120 milyar meter, kira-kira 60 kali lebih kecil dari sel darah
merah) dan kasarnya "spherical".

HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui
anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi
obat dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan bayinya selama masa
hamil, kelahiran dan masa menyusui. UNAIDS transmission. Penggunaan
pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan untuk mengurangi penularan
HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan bahwa penyunatan dapat
mengurangi risiko penyebaran virus HIV, tetapi banyak ahli percaya bahwa hal
ini masih terlalu awal untuk merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka
mencegah HIV.

Pada akhir tahun 2004 diperkirakan antara 36 hingga 44 juta orang yang hidup
dengan HIV, 25 juta di antaranya adalah penduduk sub-Sahara Afrika. Perkiraan
jumlah orang yang terinfeksi HIV di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah
antara 4,3 juta hingga 6,4 juta orang. (AIDS epidemic update December
2004).Di Asia, wabah HIV terutama disebabkan oleh para pengguna obat bius
lewat jarum suntik, hubungan seks baik antar pria maupun dengan pekerja seks
komersial, dan pelanggannya, serta pasangan seks mereka. Pencegahannya masih
kurang memadai.

B. Penggolongan obat Antivirus


Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah sebagai berikut :

1. Antinonretrovirus

a. Antivirus untuk herpes

b. Antivirus untuk influenza

c. Antivirus untuk HBV dan HCV

5
2. Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)

a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)

b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)

c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)

d. Protease inhibitor (PI)

e. Viral entry inhibitor

1. Golongan Obat Antinonretrovirus

a. Antivirus untuk herpes


Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan
antimetabolit yang mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau
virus untuk membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus.
Gambaran mekanisme kerja obat-obat antimetabolit (analog purin dan pirimidin)
sebagai antivirus.

1) Asiklovir
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis
analog nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok
virusherpes.
• Farmakokinetik
Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume
distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh.Kadar plasma
taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis200 mg dan 1,3 ug/ml
setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh
eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20
6
jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan
secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di
ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi
glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15%
dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai
metabolitinaktif.
• Mekanisme kerja
Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah suatu
prodrug yang beru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi
asiklovir trifosfat. Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan
asiklovirmonofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang
terinfeksi oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang
dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus
fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat danasiklovir trifosfat. Asiklovir
trifosfat menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2’-
deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir
(dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis
berhenti. Inkorporasi asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel
karena enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virusmenjadi inaktif.
• Resistensi
Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gentimidin
kinase virus atau pada gen DNA polimerase.
• Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis
herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonataldan herpes
labialis) dan infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan
asiklovir terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosisyang

7
diperlukan untuk terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggidari pada
terapi infeksi HSV.
• Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk
herpes zoster ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis
herpetik adalah dalam bentuk krim ophthalmic 30 % dank rim 5 %untuk herpes
labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lainnya dan infeksi VZV
digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari.
• Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal
dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa
terbakar dan sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral,
walaupun jarang dapat menyebabkan mual, diare, ruam dansakit kepala; dan
sangat jarang dapat menyebabkan insufiensi renal dan neurotoksitas.

2) Valasiklovir
Valaksiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat
dalam formulasi oral. Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi
asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di hati.
• Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh
eliminasinya 2-3 jam, waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari1% dari
dosis valasiklovir ditemukan di urine selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
• Mekanisme kerja dan resistensi : Sama dengan asiklovir
• Indikasi
Valasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks, virus varicella-zoster dan sebagai profilaksis terhadap
penyakit yang disebabkan sitomegalovirus.

8
• Sediaan dan dosis
Untuk herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari.
Untuk herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
• Efek samping
Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir menyebabkan
mikroangiopati trombolik pada pasien imunosupresi yang menerima beberapa
macam obat.
3) Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidroksimetil pada posisi 3’ rantai samping asikliknya. Metabolisme dan dan
mekanisme kerjanya sama denga asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada
gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus hidroksil, sehingga masih
memungkinkan adanya perpanjangan primer dengan template, jadigansiklovir
bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asiklovir.
• Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan
melalui infus intravena. Obat ini tersebar luas keberbagai jaringan termasuk
otak. Kadar di plasma mencapai diatas kadar hambat minimum(KHM) untuk
isolat CMV yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu paruh berkisar antara3-4 jam tetapi
menjadi sekitar 30 jam pada penderita gagal ginjal yang hebat. Penelitian pada
hewan memperlihatkan bahwa gansiklovir dieksresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh.
• Mekanisme kerja
Gansiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim
fosfotransferase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus.
Gansiklovir monofosfat merupakan fosfotransferase yang lebih baik
dibandingkan dengan asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklovir trifosfat
sedikitnya 12 jam, sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam. Perbedaan inilah yang

9
menjelaskan mengapa asiklovir lebih superior dibandingkan dengan asiklovir
untuk terapi penyakit yang disebabkan oleh sitomegalovirus.
• Resistensi
Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah
satu dari dua mekanisme. Penurunan fosforilasi gansiklovir karenamutasi
pada fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 ataukarena mutasi
pada DNA polimerase virus. Varian virus yang sangat resisten pada
gansiklovir disebabkan karena mutasi pada keduanya (genUL97 dan DNA
polimerase) dan dapat terjadi resistensi silang terhadap sidofovir atau
foskarnet.
• Indikasi
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised
(misalnya : AIDS), baik untuk terapi dan pencegahan.
• Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap 12 jam)
selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance peroral 3000
mg per hari (3 kali sehari 4 kapsul @ 250 mg). implantasi intraocular
(intravitreal) 4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV retinitis.

• Efek samping

Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir. Neutropenia


terjadi pada 15-40% pasien dan trombositopenia terjadi pada5-20%.
Zidovudin dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko mielotoksisitas
gansiklovir. Obat-obat nefrotoksik dapat mengganggu ekskresi gansiklovir.
Probenesid dan asiklovir dapat mengurangi klirensrenal gansiklovir.
Recombinant colonystimulating factor (G-CSF; filgastrim, lenogastrim) dapat
menolong dalam penanganan neutropenia yang disebabkan oleh gansiklovir.

4) Pensiklovir
10
Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolisme dan
mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir, namum perbedaannya
pensiklovir bukan DNA chain terminator obligat.
• Mekanisme kerja : Pada prinsipnya sama dengan asiklovir.
• Resistensi
Resistensi terhadap pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin
kinase atau DNA polimerase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian
klinis sangat jarang. Virus herpes yang resisten terhadap asiklovir juga
resisten terhadap pensiklovir.
• Indikasi
Infeksi herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialisrekuren
(cold sores).
• Dosis : Diberikan secara topikal dalam bentuk 1% krim.
• Efek samping : Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi.

b. Antivirus untuk influenza


Pengobatan untuk infeksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk
influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV).

1 ) Amantadin dan Rimantadin


Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi
keduanya terbatas hanya pada influenza A saja.
• Mekanisme kerja
Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja padaprotein
M2 virus, suatu kanal ion trans membran yang diaktivasi oleh pH.Kanal M2
merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating.Hal ini
menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke
nucleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pHkompartemen intraseluler,
terutama aparatus Golgi.

11
• Resistensi
Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin belum
merupakan masalah klinik, meskipun beberapa isolate virus telah menunjukkan
tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi ini disebabkan
perubahan satu asam amino dari matriks protein M2,resistensi silang terjadi
antara kedua obat.
• Indikasi
Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga
diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson ).
• Farmakokinetik
Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar ke seluruh tubuh dab
mudah menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat melintasi sawar darah-otak
sejumlah yang sama. Amantadin tidak dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan
melalui urine dan dapat menumpuk sampai batastoksik pada pasien gagal ginjal.
Rimantadin dimetabolisme seluruhnya oleh hati. Metabolit dan obat asli
dikeluarkan oleh ginjal.
• Dosis
Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk
penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari( 2 x 100
mg kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari (2 x sehari 150
mg tablet ). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan insufisiensi
renal, namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien dengan klirens
kreatinin ≤ 10 ml/menit.
• Efek samping
Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan berkonsentrasi,insomnia,
hilang nafsu makan. Rimantadin menyebabkan reaksi SSP lebih sedikit karena
tidak banyak melintasi sawar otak darah. Efek neurotoksik amantadin

12
meningkat jika diberikan bersamaan dengan antihistamin dan obat
antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lanjut.

2) Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )


Merupakan obat antivirus dengan mekanisme kerja yang sama terhadap
virus influenza A dan B. Keduanya merupakan inhibitor neuraminidase;
yaitu analog asam N-asetilneuraminat ( reseptor permukaan sel virus
influenza ), dan disain struktur keduanya didasarkan pada struktur
neuraminidase virion.
• Mekanisme kerja
Asam N-asetilneuraminat merupakan komponen mukoprotein pada
sekresi respirasi, virus berikatan pada mucus, namun yang menyebabkan
penetrasi virus ke permukaan sel adalah aktivitas enzim neuraminidase.
Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya
infeksi.Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimaldari sel
yang terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas
infeksi. Hambatan neuraminidase menurunkan kemungkinan
berkembangnya influenza dan menurunkan tingkat keparahan, jika
penyakitnya berkembang.
• Resistensi
Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan pada hambatan
aktivitas enzim neuraminidase. Dapat juga disebabkan oleh penurunan
afinitas ikatan reseptor hemagglutinin sehingga aktivitas neuraminidase
tidak memiliki efek pada penglepasan virus pada sel yang terinfeksi.

• Indikasi : Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.

• Dosis

13
Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari ( 2 x
5mg, setiap 12 jam )selama 5 hari. Oseltamivir diberikan per oral
dengandosis 150 mg per hari ( 2 x 75 mg kapsul, setiap 12 jam ) selama
15 hari.Terapi dengan zanamivir /oseltamivir dapat diberikan seawal
mungkin,dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.

• Efek samping

Terapi zanamivir : gejala saluran nafas dan gejala saluran cerna,dapat


menimbulkan batuk, bronkospasme dan penurunan fungsi parureversibel
pada beberapa pasien. Terapi oseltamivir : mual, muntah, nyeri abdomen,
sakit kepala.

3) Ribavirin
Ribavirin merupakan analog sintetik guanosin, efektif terhadap virus
RNA dan DNA.
• Mekanisme kerja
Ribavirin merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak
lengkap. Setelah mengalami fosforilasi intrasel, ribavirin trifosfat
mengganggu tahap awal transkripsi virus, seperti proses capping
danelongasi mRNA serta menghambat sintesis ribonukleoprotein.
• Resistensi
Hingga saat ini belum ada catatan mengenai resistensi terhadap
ribavirin, namun pada percobaan di laboratorium menggunakan sel,
terdapat sel-sel yang tidak dapat mengubah ribavirin menjadi bentuk
aktifnya.
• Spektrum aktivitas
Virus DNA dan RNA, khusunya orthomyxovirus (influenza A dan B),
para myxovirus (cacar air, respiratory syncytialvirus (RSV) dan arenavirus
(Lassa, Junin,dll).
14
• Indikasi
Terapi infeksi RSV pada bayi dengan resiko tinggi. Ribavirin
digunakan dalam kombinasi dengan interferon- α/ pegylated interferon – α
untuk terapi infeksi hepatitis C.
• Farmakokinetik
Ribavirin efektif diberikan per oral dan intravena. Terakhir digunakan
sebagai aerosol untuk kondisi infeksi virus pernapasan tertentu,seperti
pengobatan infeksi RSV. Penelitian distribusi obat pada primate
menunjukkan retensi dalam semua jaringan otak. Obat dan metabolitnya
dikeluarkan dalam urine.
• Dosis
Per oral dalam dosis 800-1200 mg per hari untuk terapi infeksi HCV
dalam bentuk aerosol ( larutan 20 mg/ml ).
• Efek samping
Pada penggunaan oral/suntikan ribavirin termasuk anemia tergantung
dosis pada penderita demam Lassa. Peningkatan bilirubin juga telah
dilaporkan Aerosol dapat lebih aman meskipun fungsi pernapasan pada
bayi dapat memburuk cepat setelah permulaan pengobatan aerosol dan
karena itu monitoring sangat perlu. Karena terdapat efek teratogenik pada
hewan percobaan, ribavirin dikontra indikasikan pada kehamilan.

c. Antivirus untuk HBV dan HCV


1) Lamivudin
• Mekanisme kerja
Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin
dimetabolisme di hepatosit menjadi bentuk triposfat yang aktif. Lamivudin
bekerja dengan cara menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif
menghambat polymerase virus. Lamivudin tidak hanya aktif terhadap HBV
wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel core promoter dan dapat
15
mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi
kronik.
• Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada DNA polymerase virus.
• Indikasi : Infeksi HBV ( wild-type dan precore variants).
• Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral lamivudin adalah 80% C max tercapai dalam 0,5-
1,5 jam setelah pemberian dosis. Lamivudin didistribusikan secara luas
dengan Vd setara dengan volume cairan tubuh. Waktu paruh plasmanya
sekitar 9 jam dan sekitar 70% dosis diekskresikan dalam bentuk utuh di urine.
Sekitar 5% lamivudin dimetabolisme menjadi bentuk tidak aktif. Dibutuhkan
penurunan dosis untuk insufisiensi ginjal sedang(CLcr <50 ml /menit).
Trimetoprim menurunkan klirens renal lamivudin.
• Dosis
Per oral 100 mg per hari ( dewasa ), untuk anak-anak 1mg/kg yang bila
perlu ditingkatkan hingga 100mg/hari. Lama terapi yang dianjurkan adalah 1
tahun pada pasien HBeAg (-) dan lebih dari 1 tahunpada pasien yang HBe (+).
• Efek Samping
Mual, muntah, sakit kepala, peningkatan kadar ALT dan AST dapat
terjadi pada 30-40% pasien.

2. Golongan Obat Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)

a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)


Reverse transkripstase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral
sebelum bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini
bekerja pada tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat
terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel
yangtelah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus
mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk

16
komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan
steatosis.

1) Zidovudin
• Farmakokinetik
Obat mudah diabsorpsi setelah pemasukan oral dan jika diminum bersama
makanan, kadar puncak lebih lambat, tetapi jumlah total obat yang diabsorpsi
tidak terpengaruh. Penetrasi melewati sawar otak darahsangat baik dan obat
mempunyai waktu paruh 1 jam. Sebagian besar AZT mengalami glukuronidasi
dalam hati dan kemudian dikeluarkan dalam urine.
• Mekanisme kerja
Target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin
bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptasevirus, setelah
gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT
5’ - mono fosfat akan bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan
menghambat reaksi reverse transcriptase.
• Resistensi
Resistensi terhadap zidovudin disebabkan oleh mutasi pada enzim reverse
transcriptase. Terdapat laporan resisitensi silang dengan analognukleosida
lainnya. Resistensi : 3. Spektrum aktivitas : HIV(1&2)
• Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (seperti lamivudin
dan abakafir).
• Dosis
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5
mg /5ml disi peroral 600 mg / hari.
• Efek samping : Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.
2) Didanosin
• Farmakokinetik
17
Karena sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah,buffer atau
dalam larutan buffer. Absorpsi cukup baik jika diminum dalam keadaan puasa;
makanan menyebabkan absorpsi kurang. Obat masuk system saraf pusat tetapi
kurang dari AZT. Sekitar 55% obat diekskresidalam urin.
• Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
• Resistensi
Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada reverse
transcriptase. Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
• Indikasi

Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti
HIV lainnya.

• Dosis

Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis tunggal
atau terbagi.

• Efek samping : Diare, pancreatitis, neuripati perifer.

b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)


Tenofovir disopriksil fumarat merupakan nukleutida reverse transcriptase
inhibitor pertama yang ada untuk terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam
kombinasi dengan obat anti retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus
melalui tiga tahap fosforilase intraselular untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi
hanya membutuhkan dua tahap fosforilase saja. Diharapkan berkurangnya
satutahap fosforilase obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi
bentuk aktif lebih sempurna.

18
1) Tenofovir Disoproksil
• Mekanisme kerja
Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
• Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65.
• Spektrum aktivitas: HIV ( tipe 1 dan 2 ), serta berbagai retrovirus dan HBV
• Indikasi
Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak boleh dikombinasi
dengan lamifudin dan abakafir.
• Dosis : Per oral sehari 300 mg tablet.
• Efek Samping: Mual, muntah, Flatulens, dan diare.

c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)


Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers transcriptase
dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan
menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif ini. Semua senyawa NNRTI
dimetabolisme oleh sitokrom P450 sehingga cenderung untuk berinteraksi dengan
obat lain.

1) Nevirapin

• Mekanisme kerja

Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.

• Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT.

• Spektrum aktivitas : HIV ( tipe 1 ).

• Indikasi

Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV, lainnya terutama NRTI.

19
• Dosis

Per oral 200mg / hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200 mg per
hari ), kemudian 400mg / hari ( 2 x 200 mg tablet ).

• Efek samping

Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan peningkatan enzim hati.

2) Delavirdin
• Mekanisme kerja: Sama dengan devirapin
• Resistensi

Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang dengan
nefirapin dan efavirens.

• Spektrum aktivitas: HIV tipe 1.

• Indikasi :Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.

• Dosis

Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersediadalam


bentuk tablet 100mg.

• Efek samping :Ruam, penningkatan tes fungsi hati, menyebabkan neutropenia.

d. Protease inhibitor (PI)


Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situsaktif
HIV–protease. HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan
penglepasan poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan
polipeptida prekusor virus oleh enzim protease sehingga dapat menghambat
maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak
virulen.
20
1) Sakuinavir
• Mekanisme kerja
Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV
proteasepeptidomimetic inhibitor.
• Resistensi
Terhadap sakuinavir disebabkan oleh mutasi pada enzim protease terjadi
resistensi silang dengan PI lainnya.
• Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
• Indikasi

Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI dan beberapa
PI seperti ritonavir).

• Dosis

Per oral 3600mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari )atau
1800mg / hari (3 hard gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan
makanan atau sampai dengan 2 jam setelah makan lengkap.

• Efek samping : Diare, mual, nyeri abdomen.

2) Ritonavir

• Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.

• Resistensi

Terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82.

• Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )

• Indikasi

21
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan
PIseperti sakuinavir ).

• Dosis

Per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersama dengan makanan )

• Efek samping : Mual, muntah , diare.

e. Viral entry inhibitor


Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL
ENTRY INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusivirus ke sel.
Selain enfuvitid ; bisiklam saat ini sedang berada dalam study klinis. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.

1) Enfurtid

• Mekanisme kerja

Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghambat


fusi virus ke membrane sel.

• Resistensi

Perubahan genotif pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan resistensi


terhadap enfuvirtid, tidak ada resistensi silang dengan anti HIV golongan lain.

• Indikasi : Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti HIV-lainnya.

• Dosis

Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan dengan lengan


atas bagian paha enterior atau abdomen.

• Efek samping
22
Adanya reaksi local seperti nyeri, eritema, proritus, iritasi dan nodulatau kista.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah obat-obat antivirus dipakai untuk
membasmi, mencegah atau menghambat penyebaran infeksi virus.Virus bereplikasi
sendiri dalam beberapa tahap. Tujuan dari obat-obat antivirus adalah untuk mencegah
replikasi virus dengan menghambat salah satu dari tahap-tahap tersebut, sehingga
dengan demikian menghambat virus untuk bereproduksi. Kelompok obat-obat ini
efektif untuk melawan influenza, spesien herpes, human immunodeficiency virus
(HIV).

B. SARAN
Kami sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
karena kami masih memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat di
pungkiri,untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

24
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Suilistia Gan. Dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta : Gaya
Baru

Gunawan, Suilistia Gan. Dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Gaya
Baru

Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan. Jakarta : EGC

Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting edisi
6.Jakarta: Depkes RI

Mary J. Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2.Jakarta:
EGC

25

Anda mungkin juga menyukai