OLEH : KELAS A2
Kelompok IV
RINI APRIANI (F202001090)
NOVITA MAYANG SARI (F202001091)
MUMUT APRILIANI (F202001092)
EKI ASRINA (F202001093)
ULFA NOVIANTI RAHMADANI (F202001094)
LAXMI ADRIATIK (F202001095)
WD. IFAN MUSTIKAWATI (F202001096)
DINDA PRATIWI (F202001097)
SELVI EKAWATI (F202001098)
i
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini penulis membahas “Obat-obat anti virus”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang
Farmakologi mengenai Obat-obatan anti virus, dalam makalah ini kami
mengambil sumber dari beberapa buku yang berkaitan dengan itu. Selain itu,
makalah ini juga dibuat untuk memenuhi penugasan makalah dari mata kuliah
Farmakologi II di jurusan Farmasi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Mandala Waluya. Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Apt.
Wa Ode Yuliastri, S. Farm., M.Si. selaku dosen Farmakologi II.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
I.1 Latar Belakang...................................................................................................1
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
II.1 Definisi Virus.....................................................................................................3
II.2 Bentuk dan Ukuran Virus...................................................................................3
II.3 Susunan Tubuh Virus.........................................................................................4
II.4 Pengembangbiakkan Virus.................................................................................5
II.5 Peran Virus.........................................................................................................6
II.6 Jenis Penyakit Antivirus.....................................................................................7
II.7 Jenis Obat Antivirus Dan Hubungan Obat Dengan Penyakit..............................9
II.8 Obat-Obat Anti-Virus.......................................................................................11
II.9 Proses Keperawatan Dari Obat-Obat Anti Virus..............................................22
BAB III............................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
III.1 Kesimpulan......................................................................................................24
III.2 Saran................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan virus?
2. Bagaimana bentuk dan ukuran virus?
3. Bagaimana susunan tubuh virus?
4. Bagaimana pengembangbiakkan virus?
5. Bagaimana peranan virus?
6. Apa saja jenis penyakit antivirus?
7. Apa jenis obat antivirus dan apa hubungannya obat dengan penyakit?
8. apa saja obat-obatan antivirus?
9. Bagaimana perawatan dari obat-obat antivirus?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.
1. Kabsid
Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas
protein. Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.
Fungsi :
a) Memberi bentuk virus
b) Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan
c) Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel
2. Isi
Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul
pembawa sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu
asam nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya.
Asam nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein.
Virus tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.
4
3. Kepala
Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid
tersusun oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.
4. Ekor
Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk
menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala
kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus
terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari
protein dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang
dilengkapi benang atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel
eukariotik tidak memiliki ekor.
5
3. Eklipase : asam nukleat virus menggunakan asam nukleat bakteri untuk
membentuk bagian-bagian tubuh virus
4. Pembentukan virus (bakteriofage) baru : bagian-bagian tubuh virus yang t’btk
digabungkan untuk mjd virus baru. 1 sel bakteri dihasilkan 100 – 300 virus
baru
5. Pemecahan sel inang : pecahnya sel bakteri. Dengan terbentuknya enzim
lisoenzim yang melarutkan dinding sel bakteri sehingga pecah dan keluarlah
virus-virus baru yang mencari sel bakteri lain
6
II.6 Jenis Penyakit Antivirus
1. Influenza
Influenza, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah
penyakit menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari
famili Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan dengan
medium udara melalui bersin dari sipenderita. Pada manusia, gejala umum
yang terjadi adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat
dan mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam
kasus yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya
pneumonia, yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak
dan orang berusia lanjut.
Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1
sampai 3 hari sejak kontak dengan hewan atau orang yang influensa. Virus
influensa cepat sekali bermutasi, sehingga setiap kali para ahli virus harus
berusaha menemukan penangkal yang baru. Wabah flu terbesar pertama
adalah pandemi flu spanyol (1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal
flu Hong Kong dan pada tahun 2005 merebak flu burung. Semua ini
menunjukkan betapa sulitnya usaha penangkalan terhadap penyakit ini.
2. Herpes
7
orang dengan penyakit HIV, dan orang di atas usia 50 tahun.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi
tubuh. Setelah beberapa hari, ruam muncul pada daerah kulit yang
berhubungan dengan saraf yang meradang. Lepuh kecil terbentuk, dan berisi
cairan. Kemudian lepuh pecah dan berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi
kulit dapat terjadi. Ini membutuhkan pengobatan dengan antibiotik dan
mungkin menimbulkan bekas. Biasanya, ruam hilang dalam beberapa
minggu, tetapi kadang-kadang rasa nyeri yang berat dapat bertahan berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi ini disebut “neuralgia pascaherpes”.
3. HIV
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau
melalui anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi
melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan, dan antara ibu dan
bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui. UNAIDS
8
transmission. Penggunaan pelindung fisik seperti kondom latex dianjurkan
untuk mengurangi penularan HIV melalui seks. Belakangan ini, diusulkan
bahwa penyunatan dapat mengurangi risiko penyebaran virus HIV, tetapi
banyak ahli percaya bahwa hal ini masih terlalu awal untuk
merekomendasikan penyunatan lelaki dalam rangka mencegah HIV.
1. Antinonretrovirus
a) Antivirus untuk herpes
b) Antivirus untuk influenza
c) Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
a) Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
b) Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
c) Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
d) Protease inhibitor (PI)
e) Viral entry inhibitor
9
Senyawa Mekanisme Kerja
Asiklovir Dimetabolisme menjadi asiklovr trifosfat, yang
menghambat DNA polimerase virus
Ribavirin
Mengganggu mRNA virus
Lamivudin
Hambatan DNA polimerase dan reverse
transciptase virus
Amantadin
10
NRTI
Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis
protein virus
11
Tabel 2. Profil farmakokinetik antivirus Herpes
b) ASIKLOVIR
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik
jenis analog nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok
virus herpes.
1) Farmakokinetik
Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen;
volume distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan
tubuh. Kadar plasma taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah
dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan
12
fungsi ginjal normal, waktu paruh eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang
dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20 jam pada pasien anuria. Kadar
obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan secret vagina. Kadar cairan
serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di ASI kadarnya lebih
tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi glomerulus
ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15% dosis
obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit
inaktif.
2) Mekanisme kerja
Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah
suatu prodrug yang beru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme
menjadi asiklovir trifosfat.
Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir
monofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang
terinfeksi oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase
yang dihasilkan oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler
menambahkan gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan
asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat menghambat sintesis DNA virus
dengan cara kompetisi dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan substrat
DNA polimerase virus. Jika asiklovir (dan bukan 2’-deosiguanosin) yang
masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis berhenti. Inkorporasi
asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel karena enzim
eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virus menjadi inaktif.
3) Resistensi
Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen
timidin kinase virus atau pada gen DNA polimerase.
4) Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk
keratitis herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan
herpes labialis) dan infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena
13
kepekaan asiklovir terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV,
dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih
tinggi dari pada terapi infeksi HSV.
Virus Antivirus Protein virus yang mengalami mutasi,
penyebab resistensi
RSV Asiklovir Timidin kinase virus; DNA polimerase
Pensiklovir virus
Foskanet Timidin kinase virus; DNA polimerase
Vidarabin virus
DNA polimerase virus
CMV Gansiklovir DNA polimerase virus
Influenza A
Amantadin Timidin kinase virus; DNA polimerase
Rimantadin virus
HIV-1
NRTI, NtRTI, Protein M2 (kanal ion) virus
NNRTI Protein M2 (kanal ion) virus
PI
Reverse transcriptase virus
Reverse transcriptase virus
Protease virus
5) Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan
untuk herpes zoster ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk
keratitis herpetik adalah dalam bentuk krim ophthalmic 30 % dank rim 5
14
% untuk herpes labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lainnya dan
infeksi VZV digunakan asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari.
6) Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir
topikal dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi
mukosa dan rasa terbakar dan sifatnya sementara jika dipakai pada luka
genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang dapat menyebabkan mual, diare,
ruam dan sakit kepala; dan sangat jarang dapat menyebabkan insufiensi
renal dan neurotoksitas.
c) VALASIKLOVIR
Valaksiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya
terdapat dalam formulasi oral. Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah
menjadi asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di
hati.
1) Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu
paruh eliminasinya 2-3 jam, waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari
1% dari dosis valasiklovir ditemukan di urine selebihnya dieliminasi
sebagai asiklovir.
15
Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir
menyebabkan mikroangiopati trombolik pada pasien imunosupresi yang
menerima beberapa macam obat.
d) GANSIKLOVIR
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidroksimetil pada posisi 3’ rantai samping asikliknya. Metabolisme dan dan
mekanisme kerjanya sama denga asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada
gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus hidroksil, sehingga masih
memungkinkan adanya perpanjangan primer dengan template, jadi gansiklovir
bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asiklovir.
1) Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan
melalui infus intravena. Obat ini tersebar luas keberbagai jaringan
termasuk otak. Kadar di plasma mencapai diatas kadar hambat minimum
(KHM) untuk isolat CMV yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu paruh berkisar
antara 3-4 jam tetapi menjadi sekitar 30 jam pada penderita gagal ginjal
yang hebat. Penelitian pada hewan memperlihatkan bahwa gansiklovir
dieksresi melalui ginjal dalam bentuk utuh.
2) Mekanisme kerja
Gansiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim
fosfotransferase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus.
Gansiklovir monofosfat merupakan fosfotransferase yang lebih baik
dibandingkan dengan asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklovir
trifosfat sedikitnya 12 jam, sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam. Perbedaan
inilah yang menjelaskan mengapa asiklovir lebih superior dibandingkan
dengan asiklovir untuk terapi penyakit yang disebabkan oleh
sitomegalovirus.
3) Resistensi
Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh
salah satu dari dua mekanisme. Penurunan fosforilasi gansiklovir karena
mutasi pada fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena
16
mutasi pada DNA polimerase virus. Varian virus yang sangat resisten pada
gansiklovir disebabkan karena mutasi pada keduanya (gen UL97 dan DNA
polimerase) dan dapat terjadi resistensi silang terhadap sidofovir atau
foskarnet.
4) Indikasi
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien
immunocompromised (misalnya : AIDS), baik untuk terapi dan
pencegahan.
5) Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap
12 jam) selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance per
oral 3000 mg per hari (3 kali sehari 4 kapsul @ 250 mg). implantasi
intraocular (intravitreal) 4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV
retinitis.
6) Efek samping
Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir.
Neutropenia terjadi pada 15-40% pasien dan trombositopenia terjadi pada
5-20%. Zidovudin dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko
mielotoksisitas gansiklovir. Obat-obat nefrotoksik dapat mengganggu
ekskresi gansiklovir. Probenesid dan asiklovir dapat mengurangi klirens
renal gansiklovir. Recombinant colonystimulating factor (G-CSF;
filgastrim, lenogastrim) dapat menolong dalam penanganan neutropenia
yang disebabkan oleh gansiklovir.
e) VALGANSIKLOVIR
Valgansiklovir merupakan ester L-valine dari gansiklovir
1) Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan gansiklovir
2) Indikasi
17
Infeksi CMV, valgansiklovir oral merupakan sediaan yang
diharapkan dapat menggantikan gansiklovir IV dalam terapi dan
pencegahan infeksi dan CMV.
3) Dosis
Untuk induksi diberikan per oral 2 x 900 mg per hari (2 tablet 450
mg per hari) selama 21 hari, dilanjutkan dengan terapi maintenance 1 x
900 mg/hari. Dosis harus dikurangi pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal.
4) Efek samping
Sama dengan gansiklovir. Laporan Efek samping lain yang terjadi
dengan terapi valgansiklovir adalah sakit kepala dan gangguan
gastrointestinal.
f) PENSIKLOVIR
Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolism dan
mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir, namum perbedaannya pensiklovir
bukan DNA chain terminator obligat.
1) Mekanisme kerja
Pada prinsipnya sama dengan asiklovir.
2) Resistensi
Resistensi terhadap pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada
timidin kinase atau DNA polimerase virus. Kejadian resistensi selama
pemakaian klinis sangat jarang. Virus herpes yang resisten terhadap
asiklovir juga resisten terhadap pensiklovir.
3) Indikasi
Infeksi herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialis
rekuren (cold sores).
4) Dosis
Diberikan secara topikal dalam bentuk 1% krim.
5) Efek samping
18
Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi.
2. ANTIRETROVIRUS
19
4. Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(seperti
lamivudin dan abakafir).
5. Dosis
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan
sirup 5 mg /5ml disi peroral 600 mg / hari.
6. Efek samping
Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.
b) DIDANOSIN
1. Farmakokinetik
Karena sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah,
buffer atau dalam larutan buffer. Absorpsi cukup baik jika diminum dalam
keadaan puasa; makanan menyebabkan absorpsi kurang. Obat masuk
system saraf pusat tetapi kurang dari AZT. Sekitar 55% obat diekskresi
dalam urin.
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
3. Resistensi
Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada reverse
transcriptase. Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
4. Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi
anti HIV lainnya.
5. Dosis
Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis
tunngal atau terbagi.
6. Efek samping
Diare, pancreatitis, neuripati perifer.
20
c) ZALSITABIN
1. Farmakokinetik
Zalsitabin mudah diabsorpsi oral, tetapi makanan atau MALOX
TC akan menghambat absorpsi didistribusi obat ke seluruh tubuh tetapi
penetrasi ke SSP lebih rendah dari yang diperoleh dari AZT. Sebagai obat
dimetabolisme menjadi DITEOKSIURIDIN yang inaktif. Urin adalah
jalan ekskresi utama meskipun eliminasi pekal bersama metabolitnya.
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
3. Resistensi
Resistensi terhadap zalsitabin disebakan oleh mutasi pada reverse
transcriptase. Dilaporkan ada resisitensi silang dengan lamivudin.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2).
4. Indikasi
Infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa tingkat lanjut yang
tidak responsive terhadap zidovudin dalam kombinasi dengan anti HIV
lainnya (bukan zidanudin).
5. Dosis
Diberikan peroral 2,25 mg / hari(1 tablet 0,75 mg tiap 8 jam).
6. Efek samping
Neuropati perifer, stomatitis, ruam dan pancreatitis.
d) STAVUDIN
1. Farmakokinetik
Stavudin adalah analog timidin dengan ikatan rangkap antara
karbon 2’ dan 3’ dari gula.Stavudin harus diubah oleh kinase intraselular
menjadi triposfat yang menghambat transcriptase reverse dan
menghentikan rantai DNA.
21
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukkan rantai DNA virus.
3. Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 75 dan kodon 50.
Spektrum aktivitas : HIV tipe 1 dan 2.
4. Indikasi
Infeksi HIV terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan
antiHIV lainnya.
5. Dosis
Per oral 80 mg/hari (1 kapsul 40 mg, setiap 12 jam).
6. Efek samping
Neuropati periver, sakit kepala, mual, ruam.
e) LAMIVUDIN
1. Farmakoinetik
Ketersediaan hayati lamivudin per oral cukup baik dan bergantung
pada ekskresi ginjal.
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara
menghentikan pembentukan rantai DNA virus.
3. Resistensi
Disebabkan pada RT kodon 184. Terdapat laporan adanya
resistensi silang dengan didanosin dan zalsitabin.
4. Indikasi
Infeksi HIV dan HBV, untuk infeksi HIV, dalam kombinasi
dengan anti HIV lainnya (seperti zidovudin,abakavir).
5. Dosis
Per oral 300 mg/ hari ( 1 tablet 150 mg, 2x sehari atau 1 tablet 300
mg 1x sehari ). Untuk terapi HIV lamivudin, dapat dikombinasikan dengan
zidovudin atau abakavir.
22
6. Efek samping
Sakit kepala dan mual.
2. Perencanaan
Gejala-gejala infeksi virus akan hilang atau mereda, tergantung dari
virusnya.
3. Intervensi keperawatan
a) Pantau hitung sel darah lengkap klien. Laporkan hasil yang abnormal,
seperti lekopenia, trombositopenia dan hemoglobin yang rendah.
b) Pantau keluaran urine klien. Asiklovir dapat mempengaruhi fungsi
ginjal.
c) Pantau tekanan darah klien. Asiklovir dan amantadin dapat
mengakibatkan hipotensi ortostatik.
4. Penyuluhan kepada klien
a) Beritahu klien untuk melaporkan reaksi yang merugikan kepada
dokter, termasuk berkurangnya keluaran urinee dan perubahan-
perubahan pada system saraf pusat, seperti pusing, cemas atau
bingung.
b) Beritahu klien yang mengalami rasa pusing akibat hipotensi ostostatik
untuk bangkit dengan perlahan-lahan dari posisi duduk ke posisi
berdiri.
23
c) Nasehatkan klien untuk menjaga masukan cairan yang memadai untuk
memastikan hidrasi yang memadai untuk terapi obat dan untuk
mengingkatkan keluaran urine.
d) Beritahu klien yang menderita herpes genital untuk menghidari
penyebaran infeksi dengan berpuasa seksual atau dengan
menggunakan kondom. Nasehatkan wanita yang menderita herpes
untuk melakukan tes Pap setiap 6 bulan atau sesuai petunjuk dokter.
Kanker serviks lebih sering terjadi pada wanita penderita herpes
simpleks.
e) Beritahu klien yang memakai zidovudin untuk memantau jumlah sel
darahnya.
5. Evaluasi
Tentukan efektifitas obat antivirus dalam menghilangkan atau dalam
mengurangi gejala-gejala.
24
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang
mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)
atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang
berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar
tubuh inang
2. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu memiliki
asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat
bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel
inang (parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di
kristalkan dan dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan
metabolisme sel.
3. Obat-obat antivirus dipakai untuk membasmi, mencegah atau menghambat
penyebaran infeksi virus. Virus bereplikasi sendiri dalam beberapa tahap.
4. Tujuan dari obat-obat antivirus adalah untuk mencegah replikasi virus
dengan menghambat salah satu dari tahap-tahap tersebut, sehingga dengan
demikian menghambat virus untuk bereproduksi. Kelompok obat-obat ini
efektif untuk melawan influenza, spesien herpes, human immunodeficiency
virus (HIV).
III.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini maka saya selaku penulis akan
memberikan saran berupa :
1. Bagi farmasis atau apoteker dalam melakukan proses pemilihan pada obat
antivirus harus lebih teliti dan memahami setiap jenis obat antivirus agar
tidak terjadi kesalahan atau maalpraktek.
2. Bagi pembaca semoga makalah ini berguna untuk mempelajari dan
mendalami materi antivirus.
25
DAFTAR PUSTAKA
26