Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

“PESTISIDA ( BIOPESTISIDA VIRUS )”

OLEH:

RAHMANA
D1F1 16 023

JURUSAN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Biopestisida Virus”.

Terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada dosen pembimbing dalam
penulisan tugas ini. Disamping itu juga penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh kalangan yang ikut berpartisipasi dalam penulisan makalah ini. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah trkait.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.


Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Harapan penulis makalah
ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis berikutnya.

Kendari, Mei 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah............................................................
1.3. Manfaat Pnulisan.............................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Isi Makalah.......................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan.......................................................................
3.2. Saran ................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) mempunyai arti penting


bagi masyarakat, karena dapat menimbulkan kerusakan serta kerugian pada
tanaman atau hasil olahannya. Pada umumnya petani menggunakan pestisida
kimia untuk menekan kerusakan tanaman tersebut, karena dianggap lebih cepat
memberikan efek hasil, mudah diaplikasikan serta mudah untuk mendapatkannya.
Dalam perkembangannya, disadari bahwa penggunaan pestisida kimia dapat
menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan memberikan efek negatif pada
kesehatan manusia. Hal tersebut mendorong seseorang untuk meminimalkan
penggunaan pestisida kimia, dengan cara memanfaatkan agen pengendali hayati.
Salah satu bagian dari pestisida yaitu biopestisida.
Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti
bakteri patogen, virus dan jamur. Penggunaan agen pengendali hayati dalam
mengendalikan OPT semakin berkembang, karena cara ini lebih unggul dibanding
pengendalian berbasis pestisida kimia. Beberapa keunggulan tersebut adalah
Aman bagi manusia, musuh alami dan lingkungan, dapat mencegah ledakan hama
sekunder, produk pertanian yang dihasilkan bebas dari residu pestisida, terdapat
disekitar pertanaman sehingga dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap
pestisida sintetis dan menghemat biaya produksi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu
sebagai brikut :
1. Bagaimana deskripsi dari biopestisida dan macam-macam biopestisida?
2. Apakah yang dimaksud dengan virus dan sebutkan beberapa virus yang
dijadikan biopstisida ?
3. Bagaimana peran virus sebagai biopestisida ?

1
1.3 Tujuan dan Kegunaan

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penulisan makalah ini
yaitu sebagai brikut :
1. Mengetahui deskripsi dari biopestisida dan macam-macam biopestisida.
2. Memahami virus dan beberapa virus yang dijadikan biopstisida.
3. Mengetahui peran virus sebagai biopestisida.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Biopestisida dan Macam-Macam Biopestisida

Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti


bakteri patogen, virus dan jamur.
Biopestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan
berdasarkan fungsi dan asalnya. Penggolongan tersebut yaitu Fungisida Biologi
(Biofungisida), Herbisida Biologi (Bioherbisida), Insektisida Biologi
(Bioinsektisida) dan Nematisida Biologi (Bionematisida).
Secara alami, penyakit serangga disebabkan oleh berbagai jenis mikroba,
seperti bakteri, jamur, fungi, virus dan protozoa yang sering disebut sebagai
“entomopatogen”. Selama masa keterjangkitan penyakit (epizootic) sering terjadi
tingkat kronis yang dapat menyebabkan perubahan luar biasa pada populasi
serangga. Beberapa keuntungan penting dari pemakaian entomopatogen ini adalah
pengaruhnya yang spesifik hanya pada serangga tertentu. Belum ada jenis
entomopatogen yang dilaporkan menyebabkan pengaruh serius pada manusia,
mamalia dan vertebrata lain. Hal ini berarti pemakaian pestisida biologi ini dapat
meminimalisasi pengaruh buruk pada makhluk lain yang bukan OPT. Sifat ini
menyebabkan pestisida biologi banyak dipakai untuk tanaman pangan dan
tanaman hias yang dekat dengan lalu lintas manusia.
Insektisida biologi membunuh serangga dengan cara yang sangat berbeda
dengan pestisida sintesis. Hal ini membuat pestisida biologi dapat dijadikan
alternatif yang layak dipertimbangkan untuk mengatasi kasus-kasus serangga
yang telah kebal terhadap pestisida sintesis. Meskipun demikian, bukan berarti
pada suatu saat serangga tertentu tidak bisa kebal terhadap pestisida biologi.
Sebagian besar mikroba entomopatogen memperbanyak diri di dalam
tubuh serangga inang. Hala ini menyebabkan entomopatogen secara alami mudah
tersebar dengan tersendirinya (penyebaran sekunder) setelah aplikasi pertama dan
menyebabkan efek pengendalian yang lebih lama.

3
2.2. Virus dan beberapa virus yang dijadikan Biopestisida

Virus adalah organisme nonseluler yang mengandung DNA atau RNA.


Karena virus hanya bisa memperbanyak diri pada jaringan yang hidup, maka
semua virus adalah parasit interseluler obligat. Sesudah memperbanyak genom
DNA atau RNA dalam sel inangnya, virus akan terbungkus dalam partikel yang
dikenal sebagai virion yang merupakan partikel infektif untuk menginfeksi lagi
inang baru.
Virus dibagi berdasarkan komposisi asam nuleat, struktur genom dan
morfologi eksternal dari pembungkus. Ukuran virus dapat dari kecil ke besar
sehingga dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Virus terbesar adalah pox virus,
mempunyai ukuran virion mencapai 470 nanometer. Morfologi virus harus
diinvestigasi menggunakan mikroskop electron dan menggunakan teknik biologi
molecular. Struktur dasar virus adalah viral DNA atau RNA yang dikelilingi oleh
kapsul protein dan ini dikenal sebagai virion. Nama latin tidak digunakan untuk
memberi nama virus. Virus diklasifikasikan kedalam famili, dan individual virus
diberi nama sesuai dengan ditemukan pertama kali pada serangga atau inang.
Beberapa serangga sering dijadikan biopestisida. Adapun serangga yang sering
dijadikan sebagai biopestisida diantaranya NPV (Nuclear Polyhidrosis Virus) :
untuk Lepidoptera, CPV (Cytoplasmic Polyhidrosis Virus) : untuk Lepidoptera,
GV (Granulosis Virus) : untuk Lepidoptera dan Baculovirus : untuk serangga
hama Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera.

2.3. Virus Sebagai Biopestisida dan Mekanisme Pengendaliannya.

Saat ini kurang lebih 1500 virus telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi
dari serangga antropoda. Virus-virus antropoda sebagian besar masuk dalam
genera Nucleopolyhidrovirus, Granulavirus, Iridovirus, Entomopoxvirus,
Cypovirus dan Nodavirus. Diantara ke-6 genera ini jenis NPV
(Nucleopolyhidrovirus) merupakan genus terpenting karena 40 % jenis virus yang
dikenal menyerang serangga termasuk jenus ini. Selain NPV ada jenus lain yaitu
GV (Granulavirus), CPV ( Cytoplasmic Polyhidrosis Virus ) dan kelompok lain
yang lebih kecil jumlahnya.

4
Larva serangga terinfeksi oleh virus umumnya melemah pada saluran
pencernaan makanan ini terjadi sewaktu larva makan bagian tanaman yang telah
mengandung polyhidra. Selain itu juga dapat masuk ketubuh serangga sewaktu
meletakkan telur atau melalui bagian tubuh yang terluka, mungkin oleh serangan
musuh alami. Virus juga dapat ditranmisikan lewat induk yang telah terinfeksi
melalui telur ysng diturunkan. Contoh virus yang dapat dipakai untuk
pengendalian hayati adalah NPV (Nucleopolyhedro virus) paling banyak
menyerang pada serangga ordo lepidoptera, Hyminoptera, Diptera serta
Coleoptera.
Virus yang punya peranan penting dalam menyebabkan penyakit pada
serangga adalah dari famili Baculoviridae genus Baculovirus, di dalamnya
termasuk Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV), Granulosis Virus (GV); famili
Reoviridae yang tergolong dalam Cltoplasmic Polyhedrosis Virus (CPV) dan dari
famili Poxviridae yaitu pada entomopoxvirus (Atlas,1987). Mekanisme kerja virus
cukup beragam tergantung pada jenis virusnya. Pada serangan Baculovirus, tubuh
inkltsi virus yang berupa matriks protein akan terhidrolisis oleh enzim dalarn
situasi basa. Virion-virion dibebaskan dari tubuh inklusi. Selubung virion NPV
atau GV akan menempel pada milaovili sel-sel kolumner. Selubung virus
berinteraksi dengan membran plasma dan melepaskan nukleokapsid ke dalarn
sitoplasma. Genome virus dibebaskan ke dalam inti sel, struktur inti sel
mengalami disintegrasi dan tarnpak menyatu dengan sitoplasma. Partikel virus
menjadi terselubung dalam sitoplasma sel-sel kolurnner (Mazzone, 1985). NPV
dapat menyerang hemosit, trakhea, dan tubuh lemak. Gejala serangannya yaitu
tubuh serangga menjadi lemah, aktifitas makan menunrn bahkan dapat terhEenti.
Gejala muncul bila infeksi sudah sampai pada tahap lanjut. Warna integumen
menjadi lebih gelap, lawa cendenmg bergerak ke atas pucuk tanaman. Kadang-
kadang serangga mati dengan rnenggantung pada tanarnan melalui kakinya.
Jaringan dalam tubuh serangga mengalami kerusakan dan banyak tubuh inklusi
pada hemolimfa (Santoso, 1993). GV hanya menyerang tubuh lemak. Gejata
serangzmnya kurang spesifik dan sangat beragam. Larva berwarna kepucatan dan
diiringi penunrnan altifitas makan. Bagian ventral berwarna kuning keputihan,

5
jaringan terinfeksi hancur. Dijumpai tubuh ganul di hernolimfa (Santoso, 1993).
CPV menghambat pertumbuhan larva, menyerang sel-sel epitelia mesenteron.
Virus sebagai biokontrol sudah banyak digunakan oleh petani.
Pengendalian dengan menggunakan virus, memiliki beberapa keunggulan yakni:
1) Tidak terdapat efek samping terhadap musuh alami hama sasaran, manusia dan
lingkungan. 2) Serangga hama yang resisten terhadap suatu insektisida tetap peka
terhadap virus. 3) Virus dapat persisten di lapangan, sehingga dapat menyebabkan
infeksi pada generasi hama sasaran berikutnya. 4) Tidak meninggalkan residu
beracun di alam (Mawikere, Lolong , dan Tumewan, 1990). Contoh-contoh virus
yang telah digunakan sebagai agensia biokontrol diantaranya yaitu Phthorimae
operculella Granulosis Virus (PoGV), Helicoverpa armigera Nuclear
Polyhedrosis Virus (HaNVP), Spodoptera exigua Nuclear Polyhedrosis Virus
(SeNVP) dan Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNVP).
Mekanisme Pengendalian
Mekanisme pengendalian GV maupun NVP terhadap serangga pada 53
umumnya relatif sama. Proses infeksi terjadi karena larva menelan polihedra atau
virion. Pada kondisi alkalis (pH lebih dari 9) di dalam usus halus, selubung
protein akan larut dan virion akan dibebaskan dan akan menginfeksi sel-sel epitel
usus tengah. Pada inti sel yang terinfeksi virus akan mengadakan replikasi
sehingga virion-virion baru akan terbentuk dan sebagian akan meninggalkan sel
tersebut dan menginfeksi sel-sel hemocoel dan jaringan lain seperti lemak tubuh,
sel epidermis, sel hemolimpa, trahea, serta kelenjar sutra. Pada jaringan-jaringan
tersebutvirion-virion akan mengambil tempat dan proses ini terus berlanjut
sehingga terjadi cell-lysis. Larva biasanya akan mati setelah banyak jaringan
terinfeksi. Larva yang terinfeksi NPV akan menunjukan gejala yang khas, yaitu
daya makan berkurang, gerakan menjadi lamban, warna pucat kekuningan, tubuh
membengkak dan lemah. Sebelum mati integumen menjadi sangat rapuh,
tubuhnya mengeluarkan cairan hemolims berisi jaringan yang rusak dan terdapat
banyak sekali polihedra. Kematian larva terjadi setelah sebagian besar jaringan
tubuhnya terinfeksi. Lama kematian sejak virus menginfeksi bervariasi antara
empat hari sampai dengan tiga minggu. Hal ini tergantung dari strain virus, jenis

6
inang, stadia inang, jumlah partikel virus dan temperatur lingkungan. Ulat yang
mati kadang menggantung pada daun. Penularan virus dapat terjadi melalui
makanan yang terkontaminasi dan melalui kontak antara individu ulat. Penularan
virus dapat pula melalui perantara serangga predator dan parasit larva. Juga virus
dapat ditulakan dari induk betina ke keturunannya. Virus tahan terhadap faktor-
faktor abiotik seperti kekeringan, kelembaban, tekanan dan keasaman, tetapi
aktivitasnya akan berkurang apabila terkena sinar ultraviolet (Jaques, 1985 dalam
Smits,1987). Menurut Okada (1977), polihedra dalam tanah akan tetap
mempertahankan aktivitas biologisnya selama lebih dari lima tahun, sedangkan
menurut Jaques, 1985 dalam Smits, (1987), polihedra akan bertahan selama lebih
dari 10 tahun. Kontaminasi virus dimungkinkan juga melalui percikan air hujan
yang mengenai daun (Cunningham, 1982 dalam Smits,1987).

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun yang mnjadi ksimpulan dalam pnulisan makal ini yaitu sbagai
brikut :
1. Biopestisida adalah pestisida yang mengandung mikroorganisme seperti
bakteri patogen, virus dan jamur. Biopestisida dapat digolongkan menjadi
bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asalnya. Penggolongan
tersebut yaitu Fungisida Biologi (Biofungisida), Herbisida Biologi
(Bioherbisida), Insektisida Biologi (Bioinsektisida) dan Nematisida Biologi
(Bionematisida).
2. Virus adalah organisme nonseluler yang mengandung DNA atau RNA.
Karena virus hanya bisa memperbanyak diri pada jaringan yang hidup, maka
semua virus adalah parasit interseluler obligat. Namun ada virus yang
digunakan sebagai biopestisida diantaranya yaitu Virus adalah organisme
nonseluler yang mengandung DNA atau RNA. Karena virus hanya bisa
memperbanyak diri pada jaringan yang hidup, maka semua virus adalah
parasit interseluler obligat.
3. Larva serangga terinfeksi oleh virus umumnya melemah pada saluran
pencernaan makanan ini terjadi sewaktu larva makan bagian tanaman yang
telah mengandung polyhidra. Selain itu juga dapat masuk ketubuh serangga
sewaktu meletakkan telur atau melalui bagian tubuh yang terluka, mungkin
oleh serangan musuh alami. Virus juga dapat ditranmisikan lewat induk yang
telah terinfeksi melalui telur ysng diturunkan.

3.2. Saran

Sbaiknya para pmbaca makalah skiranya dapat mmbrikan kritik dan saran
dmi klngkapan makalah ini kdpannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ahlul. 2010. Biopestisida Jamur Kubis Entomopatogenik http://ahlul-


leogirl.blogspot.com/2010/05/biopestisida-jamur-kubis.html
Ajuz Yayan. 2012. Makalah Peran Mikroorganisme dalam Pestisida Biologi
http://yayanajuz.blogspot.com/2012/07/makalah-peran-mikroorganisme-
dalam.html
Google Images
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Jakarta: Agro Media Pustaka
Rukmana.R. dan Sugandi. 2002. Hama Tanaman dan Teknik Pengendaliaanya,
Kanisius.Yogyakarta.
Untung.1992. Pestisida Alami. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Jember.
http://dirarianing.blogspot.com/2013/01/pengendalian-hama-secara-hayati
biologis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_hama_biologis
http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com/2012/04/bentuk-bentuk-
pengendalian-hama-tanaman.html

Anda mungkin juga menyukai